Foto: Penyerahan bantuan tunai kepada mahasiswa ISI BALI terdampak bencana Sumatera, Selasa (9/12) di Kampus ISI BALI
Dosen dan pegawai (tenaga kependidikan) Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) menggalang solidaritas berupa sumbangan dana untuk turut membantu masyarakat terdampak bencana banjir Sumatera, terutama untuk Sivitas Akademika, baik mahasiswa ISI BALI maupun kampus yang lain di lokasi terdampak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Sumbangan dilakukan sejak 5 sampai dengan 8 Desember 2025, berhasil menghimpun dana sebesar Rp122.455.000,-(seratus dua puluh dua juta empat ratus lima puluh lima ribu rupiah). Dana sumbangan ini disalurkan melalui tiga jalur: 1) langsung kepada 36 mahasiswa ISI BALI yang berasal dari daerah terdampak, sebesar Rp18.000.000,-(delapan belas juta rupiah) dengan masing-masing diberikan uang tunai Rp500 ribu; 2) melalui rekening Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Peduli sebesar Rp75.000.000,-(tujuh puluh lima juta rupiah); dan 3) melalui rekening Infaq Sedekah ISI Padang Panjang-Sumatera Barat sebesar Rp29.455.000,-(dua puluh sembilan juta empat ratus lima puluh lima ribu rupiah).
Foto: Penyerahan bantuan tunai kepada mahasiswa ISI BALI terdampak bencana Sumatera, Selasa (9/12) di Kampus ISI BALI
Rektor ISI BALI Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana menyerahkan langsung bantuan tunai kepada 36 mahasiswa ISI BALI dari daerah terdampak, pada Selasa (9/12) di kampus setempat. “Sumbangan ini sebagai bentuk solidaritas dan ungkapan empati dosen dan tenaga kependidikan (tendik) ISI BALI terhadap sahabat sebangsa yang terdampak bencana banjir Sumatera. Harapannya situasi segera pulih, dan masyarakat dapat kembali bangkit untuk berkarya dengan bahagia. Pada kesempatan ini, titiang menghaturkan terima kasih kepada seluruh dosen dan tendik ISI BALI yang telah dengan sukarela menyumbang”. Penyerahan dilakukan bersama Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum, Dr. Made Jodog; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Prof. Komang Sudirga; Ketua Satuan Pengawas Internal, Dr. Made Bayu Pramana; serta jajaran koordinator program studi.
Prof. Kun Adnyana juga menyampaikan bela sungkawa yang mendalam kepada seluruh korban meninggal, serta bersimpati terhadap keluarga yang tengah mengalami musibah, sembari mendoa yang berpulang damai di sisi Tuhan Yang Maha Esa“ (ISIBALI/Humas)
Foto: Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar “Karma-Citta-Waskita”, Selasa (2/12) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama, ISI BALI.
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) mengukuhkan dua Guru Besar anyar dalam Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar “Karma-Citta-Waskita”, Selasa (2/12) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama, ISI BALI. Dua Guru Besar dimaksud, yakni Prof. Dr. I Gede Yudarta dan Prof. Dr. Ni Made Arshiniwati.
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana dalam sambutannya memaparkan Dua Profesor teranyar, yaitu: Prof. Dr. I Gede Yudarta, ilmu/kepakaran Pengkajian Seni, berdasarkan Keputusan Menteri Diktisaintek RI Nomor 43320/M/KPT.KP/2025, tertanggal 12 Oktober 2025, dan Prof. Dr. Ni Made Arshiniwati, ilmu/kepakaran Pengkajian Seni dan Budaya, berdasarkan Keputusan Menteri Diktisaintek RI Nomor 43317/M/KPT.KP/2025, tertanggal 12 Oktober 2025. Empat dosen Lektor Kepala yang telah lulus uji kompetensi keprofesoranya, tinggal menunggu terbitnya Surat Keputusan Menteri Diktisaintek RI. Dengan dikukuhkan dua guru besar anyar, ISI BALI kini memiliki 23 Profesor dari 231 dosen tetap. Capaian 10% Guru Besar ini, tertinggi dibanding seluruh Perguruan Tinggi Seni se-Indonesia.
Foto: Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar “Karma-Citta-Waskita”, Selasa (2/12) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama, ISI BALI.
Prof Kun Adnyana menambahkan Perjuangan dua Profesor anyar dalam meraih Guru Besar, patut dijadikan inspirasi bagi seluruh dosen lektor kepala ISI BALI. Kedua Profesor ini, secara gigih berjuang memenuhi karya jurnal bereputasi, setaut jejak prestasi akademik, serta pemenuhan dokumen pendukung atas relevansi keilmuan masing-masing bagi pemajuan ISI BALI.
“Angayubagia, hari ini, Selasa (Anggara Pon-Langkir), 2 Desember 2025, dua Profesor anyar kebanggaan ISI BALI, Prof. Yudarta dan Prof. Arshiniwati diinagurasi sekaligus dikenalkan kepada publik. Kedua Profesor ini, telah mendermakan pengabdian lebih dari 30 tahun, sebagai penjaga kemuliaan ISI BALI,” ujarnya.
Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, S.E., M.M. yang dihadiri memberikan sambutan dalam pengukuhan guru besar ini mengungkapkan apresiasi atas kontribusi Prof. Yudarta dan Prof. Arshiniwati dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali.
“Kami di Pemkot Denpasar sangat bangga dan terus berkomitmen untuk bersinergi dengan seluruh lembaga pendidikan, khususnya ISI Bali dalam mewujudkan Denpasar sebagai kota budaya, kreatif, dan berdaya saing global. Para guru besar yang baru dikukuhkan hari ini kami harapkan dapat menjadi obor pengetahuan yang menerangi perjalanan akademik mahasiswa, serta menjadi nakhoda pemikiran yang memandu perkembangan seni, budaya, dan ilmu pengetahuan Bali,” terangnya.
Pada Sidang Senat Terbuka Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar ini, dua Profesor menyajikan orasi ilmiah, Prof. Yudarta mendedahkan Orasi “Modal Budaya dan Kooptasi Simbolik dalam Kontestasi Musik Nyongkolan di Lombok: Perspektif Pengkajian Seni” dan Prof. Arshiniwati, mempresentasikan Orasi “Tari Kirana Rasmi: Ekspresi Budaya dalam Seni”. (ISIBALI/Humas)
Foto: Pembukaan Pameran Seni Rupa dan Desain Nasional (Waskita Rupa) di Sangkring Art Space, Sabtu (8/11).
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) menyelenggarakan Pameran Seni Rupa dan Desain Nasional (Waskita Rupa): Warma Bhuwana Wangsa – Derma Manusia Dunia. Pameran ini menjadi bagian dari rangkaian Bali Nata Bhuwana IV, wahana aktualisasi hasil pembelajaran di tingkat nasional.
Acara prestisius ini digelar di Sangkring Art Space, 8 hingga 18 November 2025. Pembukaan pameran berlangsung pada Sabtu (8/11), dibuka secara resmi oleh Gusti Pangeran Haryo Indrokusumo mewakili Adipati Pakualaman, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X. Acara pembukaan turut dihadiri oleh Rektor ISI Yogyakarta beserta jajaran, delegasi Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, para akademisi, serta seniman-seniman bereputasi dari berbagai wilayah Indonesia.
Foto: Pameran Seni Rupa dan Desain Nasional (Waskita Rupa) di Sangkring Art Space, Sabtu (8/11).
Pameran yang dikuratori Prof. Dr. I Wayan Karja, MFA dan Dr. A.A. Gede Rai Remawa ini, menghadirkan karya-karya seniman dan desainer dari sembilan perguruan tinggi di Indonesia, yakni ISI BALI, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Universitas Negeri Surabaya, STKW Surabaya, Institut Kesenian Jakarta, Telkom University, dan Universitas Bumigora. Lebih dari 60 perupa dan desainer turut berpartisipasi, di antaranya A.A. Anom Mayun Kt., Agung Cahyana, Aries Burdani, Bayu Segara Putra, Cokorda Alit Artawan, Danang Priyanto, Djul Djati Parmuhadi, dan sejumlah nama lain yang mewakili keberagaman gaya, media, dan perspektif artistik.
Gusti Pangeran Haryo Indrokusumo mewakili Adipati Pakualaman mengapresiasi pameran yang diinisiasi ISI BALI ini. “Kami menyambut baik tema besar yang diusung, yaitu “Warma- Bhuwana-Wangsa” atau yang diartikan sebagai Derma Manusia Dunia. Filosofi ini sangat relevan dengan semangat kebudayaan Nusantara, di mana seni tidak hanya menjadi ekspresi diri, tetapi juga persembahan dan sumbangsih bagi kemanusiaan dan alam semesta”.
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana menjelaskan, penyelenggaraan kegiatan ini, yang bertujuan untuk mendesiminasikan hasil penelitian dan penciptaan seni dari dosen dan mahasiswa ISI BALI, merupakan wujud nyata dari “derma” pengetahuan dan estetika. Ini adalah upaya mulia untuk merangkul dan memberi pencerahan melalui karya-karya seni yang visioner dan bermakna.
Prof. Kun Adnyana menambahkan, dipilihnya Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaan kegiatan ini, khususnya Pameran Waskita Rupa di Sangkring Art Space, adalah penanda betapa kuatnya tali silaturahmi budaya antara Bali dan Jawa, khususnya Yogyakarta. (ISIBALI/Humas)
Foto: Pergelaran Seni Nasional (Kalang Kalangon), Minggu (9/11) di Bangsal Kepatihan, Pakualaman, Yogyakarta.
Serangkaian Bali Nata Bhuwana IV 2025, Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) menyelenggarakan pergelaran seni nasional (Kalang Kalangon) dengan tema “Warma–Bhuwana–Wangsa: Derma Manusia Dunia”, Minggu (9/11) di Bangsal Kepatihan, Pakualaman, Yogyakarta. Kegiatan ini menjadi wahana diseminasi hasil Penelitian, Penciptaan, Diseminasi, Seni – Desain (P2DSD) dosen ISI BALI, yang menampilkan hasil riset, penciptaan, dan inovasi artistik dalam format pertunjukan publik.
Pergelaran Kalang Kalangon dibuka secara resmi oleh Gusti Pangeran Haryo Indrokusumo, yang hadir mewakili Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPA) Paku Alam X, Adipati Pura Pakualaman. Dalam pembukaan tersebut, beliau menyampaikan apresiasi atas kontribusi ISI BALI dalam memperkaya ekosistem seni nasional serta mempererat hubungan budaya antara Yogyakarta dan Bali.
Foto: Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana menyerahkan cinderamata kepada Gusti Pangeran Haryo Indrokusumo dan Ketua Komisi Senat ISI Yogyakarta, Prof. Dr. I Wayan Dana, S.S.T., M.Hum, Minggu (9/11) di Bangsal Kepatihan, Pakualaman, Yogyakarta.
Rektor ISI BALI Prof. Dr. I Wayan Adnyana dalam sambutannya menyampaikan bahwa pergelaran Kalang Kalangon merupakan wujud komitmen ISI BALI dalam meneguhkan seni sebagai ruang perjumpaan nilai, pengetahuan, dan kemanusiaan. “Melalui tema Warma–Bhuwana–Wangsa, kami ingin menegaskan bahwa seni adalah derma—pengabdian kreatif manusia kepada dunia. Pergelaran ini menjadi medium untuk membangun jejaring kebudayaan, memperkuat kolaborasi antarwilayah, serta menghadirkan karya-karya yang lahir dari penelitian, pengajaran, dan praktik artistik di lingkungan kampus,” ujarnya.
Foto: Pergelaran Tari Warma–Bhuwana–Wangsa (Derma Manusia Dunia), Minggu (9/11) di Bangsal Kepatihan, Pakualaman, Yogyakarta.
Pergelaran ini menampilkan rangkaian karya seni terpilih sebagai wujud “derma” pengetahuan, kreativitas, dan estetika kepada masyarakat. Adapun karya yang dipentaskan meliputi Tari Golek Nangun Asmara oleh AKN Yogyakarta, Konser Ladrang Asmaradana Laras Pelog Pathet Nem oleh AKN Yogyakarta, Tari None Nyentrik oleh Sanggar Ayodya Pala Jakarta. Karya Pemenang P2DSD Berdampak ISI BALI yang dipentaskan, yakni Tari Prasnaya Prami, Konser Kebyar Citta Utsawa, dan karya utama Tari Warma–Bhuwana–Wangsa (Derma Manusia Dunia).
Melalui pergelaran ini, ISI BALI tidak hanya mementaskan sajian seni, tetapi juga mendiseminasikan hasil penelitian dan penciptaan seni dari dosen dan mahasiswa, sebagai bentuk nyata kontribusi akademik dan artistik bagi perkembangan seni budaya Nusantara. Acara ini menjadi ajang penting dalam memperkuat dialog kreatif antara seniman, akademisi, dan masyarakat, sekaligus menegaskan peran seni sebagai jalan pengabdian manusia kepada dunia. (ISIBALI/Humas)
Teguhkan Komitmen Melalui Deklarasi Panca Mahadharma B-GAAD
Foto: Rangkaian B-GAAD II Tahun 2025 mempergelarkan Tari Cancala-Bhuwana-Candika, Trunajaya, dan Jeriring Janger di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama ISI BALI, Jumat (31/10).
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) kembali menyelenggarakan poros pendidikan tinggi seni dan desain di kawasan Asia-Pasifik melalui perhelatan Bali–Global Axis of Arts and Design (B-GAAD) II 2025, yang resmi dibuka pada Selasa (28/10) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama ISI BALI. Tahun ini, B-GAAD mengusung tema Tutur–Bhuwana–Tuwuh (Mitos–Dunia–Memori), yang menegaskan pentingnya mitos sebagai pengetahuan hidup yang membentuk kebijaksanaan dan identitas peradaban manusia.
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. I Wayan Adnyana, menyampaikan bahwa B-GAAD merupakan inisiatif ISI BALI untuk membangun ruang aktualisasi strategis berskala internasional yang mempertemukan lembaga-lembaga pendidikan tinggi seni dan desain di kawasan Asia-Pasifik. “B-GAAD bukan sekadar forum pertemuan, melainkan wadah pencairan gagasan, konsep, dan visi yang memperkuat solidaritas Asia-Pasifik menuju inovasi baru,” ujarnya.
Tahun ini, B-GAAD II diikuti oleh sebelas universitas dari kawasan Asia-Pasifik, tiga institusi seni, dan satu lembaga pemerintah luar negeri, di antaranya: Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) Malaysia; Kazakh National Academy of Choreography; Lasalle College of the Arts dan Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) Singapura; Phetchaburi Rajabhat University Thailand; University of Western Australia (UWA); Kyoto Saga University of Arts dan Okinawa Prefectural University of Arts Jepang; University of Iowa Amerika Serikat; Jatiya Kabi Kazi Nazrul Islam (JKKNI) University Bangladesh; serta Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Republik Korea. Dukungan juga datang dari Agung Rai Museum of Art (ARMA), Komaneka Art Gallery, Misato City Jepang, dan Wiswakarma Museum Gianyar.
Dalam pidato pembukaannya, Rektor ISI BALI menegaskan bahwa mitologi—sebagaimana dikemukakan oleh Edith Hamilton dalam Mythology: Timeless Tales of Gods and Heroes (1969)—adalah cermin cara manusia berpikir dan merasakan sejak masa purba. Melalui mitologi, manusia menelusuri kembali hubungan yang mendalam dengan alam—dengan bumi, laut, pepohonan, bunga, dan bukit—sebuah hubungan yang kian pudar di era modern ini.
Foto: Pembacaan Deklarasi B-GAAD oleh Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana disaksikan oleh seluruh pimpinan perguruan tinggi seni dan desain di Asia-Pasifik, Selasa (28/10) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama ISI BALI.
Sebagai wujud komitmen memperkuat jejaring kerja sama dan keberlanjutan keunggulan akademik, B-GAAD II melahirkan Deklarasi Panca Mahadharma B-GAAD bertajuk Caksu–Bhuwana–Citta (Noble Vision for Shining Futures), yang ditandatangani oleh para pimpinan dan dosen perguruan tinggi seni dan desain di Asia-Pasifik. Deklarasi ini menegaskan lima misi utama: (1) Memperkuat kemitraan untuk kemajuan dan keberlanjutan keunggulan akademik; (2) Berkomitmen terhadap kesejahteraan masyarakat dan komunitas; (3) Berkolaborasi untuk melestarikan budaya dan warisan local; (4) Berpartisipasi aktif dalam menjaga keseimbangan ekologis; (5) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi teknologi dalam seni dan desain.
Deklarasi tersebut ditandatangani oleh para pemimpin dan akademisi terkemuka, yaitu:
Prof. Dr. I Wayan Adnyana (Rektor ISI BALI, Indonesia), Asst. Prof. Dr. Sanor Klinngam, Dr. Kitsada Tungchawal, dan Asst. Prof. Rapipan Thiamdaet (Phetchaburi Rajabhat University, Thailand); Prof. Kate Hislop (Dean, School of Design, University of Western Australia, Australia); Prof. Dr. Koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, Republik Korea); Asst. Prof. Catherine Parrott, MFA (University of Iowa, Amerika Serikat); Prof. Dr. K. Azril Ismail dan Assoc. Prof. Suzlee Ibrahim (Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan/ASWARA, Malaysia); Prof. Jaygo Bloom, MFA (Lasalle College of the Arts, Singapura); serta dari ISI BALI, Dr. Ni Made Arshiniwati (Ketua Senat), Prof. Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi), Dr. I Made Jodog (Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum), Prof. Dr. I Komang Sudirga (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama), serta Nyoman Dewi Pebriyani, Ph.D (Direktur Pascasarjana ISI BALI).
Foto: Pembukaan B-GAAD II Tahun 2025, Selasa (28/10) di Auditorium Kirtya Sabha Mahottama ISI BALI.
Serangkaian kegiatan B-GAAD II berlangsung dari 27 hingga 31 Oktober 2025 di berbagai venue di dalam dan luar kampus ISI BALI, meliputi Bali–Global Arts and Design Symposium (B-GADS), Bali–Global Performing Arts Map (B-GPAM), Bali–Global Art Map Exhibition (B-GAME), Bali–Global Innovative Design Map Exhibition (B-GIDME), Bali–Global Encounter Figure (B-GEF), Bali–Global Authentic Trip (B-GAT), B-GAAD Leaders’ Summit, Bali–Global Expo and Job Fair (B-GEJF)
Kegiatan pembuka diwarnai World Cultural Carnival, yang menafsirkan tema Myths–World–Memories melalui parade artistik melibatkan seluruh program studi sarjana, sarjana terapan, dan pascasarjana ISI BALI. Selain itu, hadir pula peluncuran buku dan karya seni bertajuk Bali–Global Encounter Figure (B-GEF) #1: Unveiling Borrowed Light, hasil kolaborasi Prof. K. Azril Ismail dan Azrul K. Abdullah dari ASWARA Malaysia bersama ARMA Museum. Masih dalam rangkaian B-GAAD II, Workshop Woodcut oleh Prof. Paul Trinidad dari University of Western Australia juga diselenggarakan untuk mahasiswa ISI BALI, memperkaya pertukaran pengetahuan lintas budaya dan teknik artistik. (ISIBALI/Humas)
JATILUWIH, TABANAN, Program Studi Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, melaksanakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Pengabdian ini terlaksana dalam rangka pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) Tridatu Jatiluwih. Kegiatan yang berfokus pada pengembangan branding dan desain kemasan teh beras merah. Produk olahan unggulan dari beras merah cendana merupakan varietas khas yang hanya ditemukan di Jatiluwih. “Kami ingin teh beras merah tidak hanya dikenal sebagai minuman sehat, tapi juga sebagai duta budaya Subak,” ujar Ni Luh Desi In Diana Sari selaku ketua pelaksana kegiatan PKM ini. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilaksanakan berkolaborasi antara dosen dan mahasiswa. Dosen Desain produk yang terlibat Made Gana Hartadi, Ni Wayan Sri Wahyuni, Genial Nabilaisyah Firdauzi, dan Ni Ketut Pande Sarjani.
Pameran produk kemasan teh beras merah UKM Tridatu Jatiluwih
Desain kemasan sebagai strategi branding Teh Beras Merah Jatiluwih dirancang melalui pendekatan desain berbasis kearifan lokal. Tim pengabdian membantu mitra merancang kemasan yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga merepresentasikan identitas budaya Jatiluwih. Identitas budaya yang ditonjolkan khususnya sistem Subak dan lanskap sawah terasering yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Desain kemasan mengintegrasikan elemen visual seperti gunung, alur sawah dengan terasiring berundak, serta aktivitas matekap (membajak sawah tradisional), dipadukan dengan palet warna alami dan informasi produk yang lengkap.
Desain kemasan teh beras merah UKM Tridatu Jatiluwih
Melalui kegiatan diseminasi yang dilaksanakan minggu 19 Oktober 2025 bertempat di Monumen UNESCO Jatiluwih. Wisatawan mancanegara yang berkunjung memberikan respons positif terhadap pelaksanaan kegiatan. Banyak pengunjung menyatakan bahwa kemasan baru teh beras merah terasa lebih autentik, bermakna, dan layak dijadikan oleh-oleh khas yang mencerminkan keunikan Jatiluwih. Destinasi yang baru saja dinobatkan sebagai Best Tourism Village 2024 oleh UN Tourism.
Wisatawan membeli produk teh beras merah UKM Tridatu Jatiluwih
Selain desain kemasan, tim juga memberikan pelatihan pengemasan higienis, pembuatan tas kertas ramah lingkungan, serta strategi promosi digital kepada anggota UKM Tridatu. Harapannya, produk ini dapat menjadi ikon ekonomi kreatif berkelanjutan yang memperkuat posisi Jatiluwih sebagai destinasi wisata berbasis budaya dan keberlanjutan. Bentuk kolaborasi antara perguruan tinggi dan komunitas lokal, diharapkan dapat menjadi wujud nyata peran ISI Bali dalam mendukung pelestarian warisan budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui desain yang berakar pada nilai lokal.
Foto bersama dosen Program Studi Desain Produk ISI Bali dan pihak UKM Tridatu Jatiluwih