Foto: Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana menyerahkan cendera mata kepada kunjungan Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Denpasar, Mr. Zhang Zhishengdan dalam pertemuan di Kampus ISI BALI, Minggu (13/7).
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) menerima kunjungan Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Denpasar, Mr. Zhang Zhishengdan dan Presiden Shanghai Arts Museum (SACM), Mr. Hu Muqing dalam pertemuan hangat yang berlangsung di Ruang Sabha Citta Mahottama, Minggu (13/7). Delegasi ini disambut langsung oleh Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana beserta jajaran pimpinan, termasuk para dekan dan kepala biro.
Hadir dalam kunjungan tersebut Konsul Jenderal RRT di Denpasar Mr. Zhang Zhisheng, Wakil Konsul Ms. Tang Lingyi, Presiden Shanghai Arts Collection Museum Mr. Hu Muqing, dan Kepala Komunikasi Internasional SACM Ms. Marie Mao
Dalam pertemuan tersebut, delegasi SACM turut membawa sejumlah karya seni lukis milik dosen-dosen ISI BALI yang sebelumnya telah dipamerkan dalam sebuah pameran seni internasional bergengsi di Shanghai pada bulan Juni 2024.
Foto: Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana beserta jajaran pimpinan bersama Presiden Shanghai Arts Collection Museum di Kampus ISI BALI, Minggu (13/7).
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana yang menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas kepercayaan pihak Tiongkok terhadap ISI BALI sebagai mitra strategis dalam bidang seni dan budaya. Rektor ISI BALI juga menyampaikan harapan agar kolaborasi yang telah terjalin selama ini dapat berkembang ke arah yang lebih konkret dan berkelanjutan.
Presiden SACM, Mr. Hu Muqing, menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah berlangsung antara SACM dan ISI BALI. Ia menekankan bahwa hubungan budaya yang dibangun melalui seni dapat menciptakan pemahaman yang lebih dalam antarbangsa. Dalam kesempatan tersebut, Mr. Hu juga membahas peluang partisipasi ISI Bali dalam ajang China International Import Expo (CIIE), sebuah pameran besar yang diselenggarakan oleh pemerintah Tiongkok untuk menampilkan produk-produk dan karya unggulan dari berbagai negara di dunia.
Sementara itu, Konsul Jenderal RRT, Mr. Zhang Zhisheng, menyampaikan penghargaan yang tinggi terhadap ISI BALI sebagai lembaga seni yang memainkan peran penting dalam menjaga, mengembangkan, dan memperkenalkan seni budaya Bali ke dunia internasional. Ia menilai ISI BALI sebagai pusat seni yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki posisi strategis dalam membangun diplomasi budaya.
“Kunjungan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi simbol komitmen bersama untuk terus mempererat hubungan antara Tiongkok dan Indonesia melalui jalur seni dan budaya. Kami percaya ISI BALI memiliki peran penting dalam membangun jembatan persahabatan antarbangsa,” ujar Konsul Jenderal. (ISIBALI/Humas)
Denpasar, 16 Juli 2025 – Kelompok 3(+1) dari Kelas Penciptaan Seni Inovatif Program Pascasarjana ISI Bali dengan hormat mengumumkan penyelenggaraan “The Butterflies of Catur Warna,” sebuah seni rupa pertunjukan berbasis masyarakat yang berlokasi di Pantai Karang pada hari Sabtu, 19 Juli 2025, pukul 15.00 – 16.00 WITA.
Karya ini merupakan eksplorasi konseptual terhadap dinamika kondisi mental manusia khususnya hubungan antara anak dan orang tua, diartikulasikan melalui metafora “The Butterflies of Catur Warna.” Pada awalnya kupu-kupu ini merepresentasikan para praktisi seni yang terlibat—yaitu Durga Laksmi (Perupa), Rai Muliyana (Fotografer), Wahyu Putra (Penari Tuli), dan Stary Brosnan (Interpreter)— serta 12 partisipan yang terlibat dengan memposisikan diri sebagai; yang mengalami atau hanya merepresentasikan pengalaman kesepian individu lainnya, yang sering kali diakibatkan oleh disrupsi komunikasi interpersonal antara anak dan orang tua. Dan akhirnya representasi kupu-kupu ini berkembang menjadi fragilitas sekaligus keindahan psike manusia dalam pencarian konektivitas dan pemahaman.
Konsep Catur Warna, yang secara etimologis berarti empat warna, dalam konteks ini berfungsi sebagai spektrum representasi kondisi mental. Representasi Catur Warna pada emosi intens dapat menjadi mengarah kedua hal yang dianggap positif dan negatif tergantung bagaimana cara untuk mengelola emosi-emosi intens tersebut. Merah; gairahkemarahan, putih; kedamaian-kehampaan, kuning; keceriaan-kecemasan, hitam; misteriduka Proses kreatif pertunjukan ini diawali dengan pengumpulan data kualitatif melalui Google Form untuk mengidentifikasi simbol-simbol keseharian yang mengindikasikan kualitas hubungan, baik positif maupun negatif, dari perspektif anak dan orang tua.
Simbol-simbol tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam seni rupa pertunjukan berbasis masyarakat “The Butterflies of Catur Warna,” yang menitikberatkan pada partisipasi aktif masyarakat umum. Inisiatif kolaboratif ini diharapkan dapat memicu efek kupu-kupu (butterfly effect) dalam diskursus sosial. Kami berasumsi bahwa intervensi artistik berskala mikro yang mengintegrasikan isu-isu psikologis dapat memicu dampak makro di masa mendatang. “The Butterflies of Catur Warna” melampaui fungsi performatif, berfungsi sebagai katalisator refleksi dan dialog, serta langkah awal menuju pemahaman dan empati yang komprehensif.
Sebagai kulminasi dari proyek ini, hasil kolaborasi akan disempurnakan melalui Forum Group Discussion (FGD) dan/atau pameran, yang diharapkan akan memperkaya khazanah pengetahuan kolektif mengenai interaksi manusia dan kesejahteraan mental.
Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII 2025 resmi dibuka dengan penampilan sendratari kolosal berjudul “Metu Bhuwana Manu”, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Sabtu (21/6) malam. Sendratari ini menjadi persembahan simbolik kelahiran manusia dalam semesta yang harmonis, sejalan dengan tema besar PKB tahun ini: “Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya”.Acara pembukaan dihadiri oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, Gubernur Bali Wayan Koster, serta ribuan penonton yang memadati arena.
Pertunjukan memukau yang diproduksi oleh Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) bekerja sama dengan Sanggar Seni Bungan Dedari. Mengusung kekuatan narasi visual, musikal, dan koreografi, Metu Bhuwana Manu menjadi refleksi artistik tentang perjalanan kelahiran manusia sebagai bagian dari keharmonisan jagat raya. Pergelaran ini dibuka dengan Tari Pendet sebagai penyambutan, lalu dilanjutkan oleh sendratari utama yang menghadirkan puluhan penari, penabuh, dan penggerong dalam satu kesatuan estetik.
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh tim kreatif yang terlibat “Metu Bhuwana Manu menjadi wujud kontribusi ISI BALI dalam mengembangkan seni pertunjukan yang berakar pada nilai-nilai adiluhung budaya Bali, namun dikemas dengan pendekatan estetik, konseptual, dan artistik yang kontekstual dengan zaman. Inilah komitmen kami dalam merawat tradisi sekaligus menjawab tantangan masa depan seni dan budaya,” ujarnya.
Pertunjukan ini dipimpin oleh Dr. Gede Mawan sebagai Koordinator, dengan Dr. Gusti Putu Sudarta sebagai Direktur Artistik. Tim komponis melibatkan nama-nama terkemuka: Dr. Ketut Garwa, Dr. Wayan Suharta, Made Dwi Andika Putra, M.Sn., Gde Made Indra Sadguna, Ph.D., Dr. Made Kartawan, M.A., dan Putu Hartini, M.Sn.
Kekuatan gerak tari disusun oleh koreografer senior dan muda: Dr. Made Sidia, A.A. Ayu Mayun Artati, M.Sn., Wayan Sutirtha, M.Sn., Komang Sri Wahyuni, M.Sn., Dr. Kt Suteja, dan Dr. Ketut Sariada. Gerong diciptakan oleh Komang Sekar Marhaeni, M.Si., menambah nuansa vokal khas dalam dinamika dramatik pertunjukan.
Sementara itu, detail visual diperkuat oleh tim penata kostum: Gusti Ayu Ketut Suandewi, M.Si., Nyoman Kasih, M.Sn., Wayan Adi Gunarta, M.Sn., Wayan Fajar Febriani, S.Sn., Suminto, M.Sn., dan Ketut Sutapa, M.Sn., yang menyatukan elemen tradisional dan kontemporer dalam balutan busana panggung. (ISIBALI/Humas)
Memaknai tema Pesta Kesenian Bali tahun 2025 yaitu Jagad Kerthi, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali menggubah barungan anyar bernama Gong Guwung Gumi. Barungan anyar sebagai hasil eksplorasi baru ISI Bali pada pawai PKB tahun ini dapat dikatakan cukup “melompat”. Melompati tradisi musik prosesi Bali yang lazim menggunakan instrumen kendang dan ceng-ceng kopyak. Prof. Dr. I Wayan Adnyana didampingi pula oleh Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum sebagai penanggung jawab produksi pertunjukan menawarkan gagasan untuk mencoba menyusunan barungan baru berpijak pada istrumen gong dan pencon sarwa datu. Pijakan menyusun barungan anyar berbasis instrumen gong dan pencon untuk merayakan pencapaian tetinggi teknik cor logam sembari menafsir tema Jagad Kerthi.
Barungan anyar Gong Guwung Gumi menantang kreativitas baru untuk lepas dari kebiasaan murba kendang dan pengramen dari ceng-ceng kopyak. Kemudian istrumen reyong serta tawa-tawa selain memainkan melodi juga sebagai pemurba, penyaji angsel dan membentuk pola ornament ritmis. Gong dan kempul/kempur yang secara konvensional berfungsi sebagai kolotomik diposisikan sebagai instrumen melodis dengan olahan melodi teknik gebug calung/nyalungin.
Gong Guwung Gumi sebagai nama dari barungan baru hasil olah kreatif dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Bali merujuk pada gong sebagai instrumen terbesar golongan gong dan pencon yang dalam konsep kompositorisnya menjadi dasar pengembangan pola-pola dari instrumen lainnya seperti reyong, tawa-tawa, kajar dan kempul/kempur. Kemudian Guwung Gumi bermakna ruang dan wadah dari seluruh instrumen gong dan pencon berbahan sarwa datu untuk merajut ritme, melodi dalam bingkai matra serta tempo.
Barungan anyar Gong Guwung Gumi disusun oleh beberapa instrumen gong dan pencon dari barungan gamelan Bali dan Jawa yang sudah ada sebelumnya yaitu 14 pencon terompong Semara Dhana, 14 pencon reyong Baleganjur Saih Pitu, 11 pencon tawa-tawa berlaras Saih Pitu, 4 pencon kajar, 4 pencon kempli, 7 pencon kempur Jawa, 8 pencon gong Bali dan satu gong beri. Barungan Gong Guwung Gumi dimainkan oleh 63 penabuh dari mahasiswa program studi Seni Karawitan dan Pendidikan Seni Pertunjukan. Adapun komposer dari barungan Gong Guwung Gumi adalah Putu Tiodore Adi Bawa, S.Sn., M.Sn, Saptono, S.Sen., M.Si dan I Wayan Diana Putra, S.Sn., M.Sn yang juga selaku koordinator produksi pertunjukannya. Bertindak sebagai artistik director adalah Dr. I Wayan Budiarsa, S.Sn., M.Si dan koorprodi Seni Karawitan Dr. I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn sebagai Pembina teknik karawitan.
Barungan Gong Guwung Gumi turut menyertai energi tarian kosmik Dewa Siwa dalam mencipta tata semesta melalui lambaian estetis penari disertai olah ritme-melodi seluruh instrumen moncol/pencon yang disusun secara berlapis dalam metrum presisi. Prof. Kun menambahkan barungan anyar Gong Guwung Gumi menggelar altar adhi nada, nuwur Siwa Nataraja tedun menata R’ta Bhuwana. Semua kemudian menari, meraya ritmis samasta. Kemudian penata tari dari Tari Siwa Nataraja yang disertai oleh barungan Gong Guwung Gumi adalah I Gede Oka Suryanegara, S.ST., M.Sn, Ni Kadek Diah Pramanasari, S.Sn., M.Sn dan Ni Nyoman Ayu Kunti Aryani, S.Sn., M.Sn. Jumlah penari yang terlibat sebanyak 27 orang dengan komposisi 1 orang penari putra berperan sebagai Dewa Siwa, 8 orang penari putri sebagai delapan sinar suci Dewa Siwa, 9 orang penari putri sebagai deeng pemendak dan 8 orang penari putra menarikan penjor sebagai sarana mendak Dewa Siwa. Para penari merupakan mahasiswa-mahasiswi program studi Tari dan Pendidikan Seni Pertunjukan.
Foto: Mahasiswa ISI BALI dalam Peresmian Bali Indah Cultural Park di Strzelinko, Kota Slupsk, Polandia, Senin (16/6).
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) kembali menegaskan perannya sebagai duta seni budaya Indonesia di kancah internasional. Teranyar ISI BALI berpartisipasi aktif dalam peresmian Bali Indah Cultural Park di Strzelinko, Kota Slupsk, Polandia, Senin (16/6). Acara yang diselenggarakan pihak Polandia ini menjadi momentum penting bagi promosi budaya Bali secara berkelanjutan di Eropa.
Dalam pembukaan Bali Indah Cultural Park yang kini menjadi pusat kebudayaan Bali terbesar di Eropa ini, ISI BALI tampil memukau dengan pertunjukan seni yang menampilkan kekayaan tradisi Bali melalui tari, musik, dan busana adat.
Foto: Peresmian Bali Indah Cultural Park di Strzelinko, Kota Slupsk, Polandia, Senin (16/6).
Peresmian Bali Indah Cultural Park menjadi momen bersejarah, ditandai dengan pemotongan pita oleh Gubernur Bali bersama Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, Menteri Kebudayaan Polandia, Menteri Pariwisata dan Olahraga Polandia, serta jajaran pejabat dari Indonesia dan Polandia. Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana turut hadir secara langsung menyaksikan peresmian taman budaya ini.
Rektor ISI BALI, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana menyatakan bahwa sebanyak 18 mahasiswa dan 2 dosen ISI BALI akan menampilkan seni pertunjukan Bali dan memberikan workshop interaktif kepada pengunjung Bali Indah Cultural Park selama empat bulan ke depan.
Foto: Mahasiswa dan dosen ISI BALI dalam Peresmian Bali Indah Cultural Park di Strzelinko, Kota Slupsk, Polandia, Senin (16/6)
Keterlibatan ini merupakan kelanjutan dari kerja sama strategis ISI Bali dengan Dolina Charlotty Resort & Spa, yang telah terjalin sejak 2023. Pada tahun 2024, ISI Bali telah mengirimkan 20 dosen dan mahasiswa untuk mengikuti program magang selama tiga bulan di Dolina Charlotty, menandai penguatan program internasionalisasi kampus seni terbesar di Bali ini.
Kompleks seluas tiga hektare ini menghadirkan pura terbesar di Eropa dengan padmasana setinggi 16 meter, rumah adat Bali, wantilan, ruang pameran, ogoh-ogoh, serta berbagai fasilitas budaya lainnya yang dirancang oleh para dosen ISI BALI dan dibangun oleh 100 pekerja asal Bali sejak 2022. (ISIBALI/Humas)
Foto: Latihan Persiapan Peed Aya PKB XLVII 2025 di Lapangan Upacara ISI BALI, Kamis (5/6).
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) kembali dipercaya sebagai penampil pembuka dalam Peed Aya Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII, yang akan digelar Sabtu, 21 Juni 2025. Seperti tradisi setiap tahunnya, ISI BALI membawakan tari Siwa Nataraja, sebagai bagian dari pembukaan. Namun tahun ini, ada kejutan istimewa yang membedakan penampilan ISI BALI dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika biasanya ISI BALI tampil megah dengan barungan gamelan lengkap, tahun ini mahasiswa dan dosen kreatif ISI BALI menghadirkan komposisi tabuh kreasi baru yang hanya menggunakan instrumen pencon “Gong Guwung Gumi”. Hal ini terlihat dalam latihan yang dilakukan tim penggarap pada Kamis (5/6) di Lapangan Upacara ISI BALI.
Instrumen pencon adalah Kelompok gamelan yang berbahan logam dengan tonjolan di tengah dan memiliki berbagai ukuran. Keputusan artistik untuk hanya menggunakan instrumen pencon merupakan langkah untuk mengeksplorasi bunyi, tekstur, dan kekuatan musikalitas dari instrumen logam dalam seni pertunjukan Bali kontemporer.
Foto: Latihan Persiapan Peed Aya PKB XLVII 2025 di Lapangan Upacara ISI BALI, Kamis (5/6).
Instrumen yang digunakan dalam komposisi ini meliputi Tawa-tawa, Terompong, Terompong Semarandana, Reong, Kajar, Kempli, Gong Beri, Gong Bali, dan Gong Jawa. Ketidakhadiran instrumen berbahan kayu dan kulit justru membuka ruang untuk menciptakan atmosfer bunyi yang unik, murni metalik, dan penuh gema spiritual, sangat selaras dengan karakter simbolis Siwa sebagai penguasa transformasi dan ritme semesta.
Rektor ISI BALI Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan Ketidakhadiran instrumen berbahan kayu dan kulit justru membuka ruang untuk menciptakan atmosfer bunyi yang unik, murni metalik, dan penuh gema.
“Ini adalah eksplorasi yang berani dan segar. Kami ingin menunjukkan bahwa gamelan logam, yang kadang dianggap sebagai pelengkap, sejatinya menyimpan kekuatan ekspresif luar biasa jika diberi ruang utama,” Prof. Kun Adnyana.
Garapan dengan judul R’ta Bhuwana Rena (Meraya Citta Samasta) ini semakin istimewa karena proses kreatifnya yang bersifat kolaboratif dengan melibatkan lebih dari 150 mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan. Latihan intensif pun telah dimulai sejak Maret 2025, menunjukkan dedikasi dan semangat bersama dalam menyuguhkan pertunjukan pembuka yang berkualitas. (ISIBALI/Humas)