Institut Seni Indonesia (ISI) Bali melalui Program Studi Seni Program Doktor mempersembahkan pameran seni visual bertajuk KANTYA SAMASTA KANTA, yang mengusung tema reflektif “Bersahabat dengan Diri, Bercermin pada Semesta.” Pameran ini menjadi ruang ekspresi dan kontemplasi atas relasi manusia dengan dirinya sendiri dan alam semesta, melalui karya-karya para seniman lintas latar belakang dan gaya. Acara berlangsung pada Kamis, 17 April 2025 di Nata Cita Artspace (N-CAS), ISI Bali.
Sebagai kurator, pameran ini dikawal oleh Arif B. Prasetyo, Desi In Diana Sari, dan Agus Eka Cahyadi. Sementara itu, Koordinator Program Studi Seni Program Doktor ISI Bali, Dr. I Ketut Suteja, S.ST., M.Sn., turut mendukung penyelenggaraan pameran ini sebagai bagian dari penguatan atmosfer akademik di tingkat doktoral.
Dalam laporan pembukaannya, Ketua Panitia I Made Jodog, MFA, menyampaikan bahwa pameran ini merupakan langkah strategis untuk mengevaluasi sekaligus mengaktualisasikan capaian Program Studi Doktor Seni ISI Bali. Sebanyak 20 peserta—yang merupakan mahasiswa program doktor—menampilkan lebih dari 60 karya, meliputi karya dua dimensi, tiga dimensi, dan instalasi multimedia. Seluruh karya merupakan hasil eksplorasi tematik atas semangat bersahabat dengan diri, bercermin pada semesta.
Kurator Arif B. Prasetyo yang juga merupakan mahasiswa Program Doktor ISI Bali menyampaikan bahwa tema ini mencerminkan spirit ISI Bali yang berorientasi ke dalam dan ke luar. “ISI Bali adalah lembaga pendidikan tinggi seni yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan pengetahuan indigenos di jantung kebudayaan Bali. Dalam waktu yang sama, ISI Bali memiliki cakrawala universal dan global, aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan seni pada tingkat peradaban dunia,” ujarnya.
Melalui semangat tersebut, karya-karya yang dipamerkan dalam Kantya-Samasta-Kanta menjadi bukti proses pendidikan yang mengakar pada nilai-nilai lokal, sekaligus responsif terhadap konteks global. Para seniman menafsirkan ulang tradisi dengan pendekatan visual kontemporer, menjadikan warisan budaya sebagai sumber energi kreatif untuk melahirkan kebaruan.
Rektor ISI Bali, Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, S.Sn., M.Sn., dalam sambutannya menegaskan bahwa pameran ini merupakan perwujudan konkret dari profil lulusan Program Studi Doktor Seni yang aktif tidak hanya dalam ruang kuliah, tetapi juga di ranah profesional. “Lulusan kami diharapkan mampu menjadi seniman profesional, kurator seni, ilmuwan seni, pendidik seni, hingga konsultan seni,” jelasnya. Ia juga menggarisbawahi kedalaman tema pameran yang selaras dengan visi ISI Bali tahun ini, yaitu Jagat Seni. “Sering kali kita mencari tujuan di luar diri kita, padahal kodrat dan tujuan itu justru ada dalam diri sendiri,” tambahnya, seraya mengangkat nilai-nilai spiritualitas dan filosofi lokal Bali sebagai landasan kesadaran dalam berkesenian.
Sebagai tokoh budaya yang turut hadir dan meresmikan pembukaan pameran, Anak Agung Gde Rai, pendiri ARMA Museum, memberikan apresiasi terhadap semangat eksplorasi dan refleksi para peserta. Ia mengajak seluruh hadirin untuk kembali mengenal diri sebagai sumber kekuatan dalam berkarya. “Kita sering lebih mengenal orang lain daripada mengenal diri sendiri. Padahal, saat kita bersahabat dengan diri, tidak akan ada penyesalan. Dari situlah lahir karya yang otentik—yang berangkat dari cinta dan karakter yang kuat. Karya seni yang bersumber dari identitas dan personalitas adalah keunggulan yang tak tergantikan,” pungkasnya.
Pameran ini menghadirkan karya dari 20 seniman, antara lain: Made Jodog, Wayan Sujana Suklu, Anom Mayun, Rai Sunarini, Gus Candra, Wahyu Indira, Made Sumantra, Nyoman Laba, Gana, Tiartini, Anies Raharja, Ida Bagus Sindu Putra, Nyoman Poleng Rediasa, Bayu Pramana, Putu Dodyk Arya Putra, Sinar Wijaya, Gung Bayu, Adi Saskara, Cok Alit Artawan, dan Leliana Sari.
Pameran terbuka untuk umum dan menjadi kontribusi akademik sekaligus artistik dari Program Doktor Seni ISI Bali dalam membangun dialog seni yang inklusif dan reflektif.
Denpasar – Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) resmi mengukuhkan dan melantik kepengurusan Wilayah Bali periode 2025–2030 dalam sebuah acara yang berlangsung khidmat pada Minggu, 20 April 2025, bertempat di Gedung Vicon Lantai 2, Citta Kelangen, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali.
Acara pelantikan diawali dengan registrasi peserta, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan doa sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas berlangsungnya momen penting ini.
Momen puncak pelantikan ditandai dengan penandatanganan berita acara pelantikan, yang dilakukan langsung oleh Ketua Umum APSI periode 2023–2027, Dr. Agus Cahyono, M.Hum., disaksikan oleh Dewan Pembina APSI, Prof. Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., dan Dewan Pakar APSI, Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn..
Dalam sambutannya, Dr. Agus Cahyono menekankan pentingnya peran APSI sebagai wadah profesional para pendidik seni dalam mendorong kemajuan pendidikan seni di Indonesia yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal namun terbuka terhadap dinamika global.
Sementara itu, Rektor ISI Bali,Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn., yang turut hadir sebagai Dewan Penyantun, menyampaikan apresiasi atas terbentuknya kepengurusan APSI Wilayah Bali. Beliau berharap APSI dapat bersinergi dengan institusi pendidikan dan komunitas seni budaya lokal dalam merancang program-program strategis yang berorientasi pada penguatan identitas kebudayaan dan inovasi pedagogi seni.
Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) adalah sebuah organisasi pendidik seni yang memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan seni di Indonesia. APSI berdiri sebagai wadah kolaboratif bagi para pendidik seni Indonesia.
Sebagai organisasi profesi, APSI memiliki peran penting dalam memperkuat kompetensi, integritas, dan solidaritas antarpendidik seni di seluruh Indonesia. Melalui APSI, para pendidik seni dapat bertukar gagasan, memperbarui metodologi pembelajaran, serta menyuarakan aspirasi bersama demi kemajuan pendidikan seni yang lebih inklusif dan berdaya saing.
Lebih dari itu, keberadaan APSI juga menjadi jembatan antara dunia pendidikan, kebudayaan, dan kebijakan publik. Dengan melibatkan akademisi, praktisi, serta pemangku kepentingan lainnya, APSI diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan ekosistem pendidikan seni yang responsif terhadap perkembangan zaman, namun tetap berpijak pada nilai-nilai luhur budaya bangsa. (ISIBALI/Humas–Van)
SUSUNAN PENGURUS WILAYAH BALI
ASOSIASI PENDIDIK SENI INDONESIA (APSI)
PERIODE 2025-2030
Dewan Penyantun : Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn. (Rektor ISI Bali)
Koordinator Wilayah Provinsi Bali : Dr. I Wayan Sujana, S.Sn., M.Sn (ISI Bali)
Wakil Koordinator I : Dr. Drs. I Ketut Muka Pendet, M.Si. (ISI Bali)
Wakil Koordinator II : Dr. Drs.Ketut Supir, M.Hum (Undiksha)
Sekretaris Wilayah Provinsi Bali : Dr. Ni Putu Laras Purnamasari, S.Sn.,M.A. (Univ. Mahadewa PGRI Bali)
Foto: Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana beserta jajaran bersama Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Tabanan Drs. I Made Agus Harthawiguna, M.Si. beserta pejabat terkait dari Pemkab Tabanan, Senin (14/4)
Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) bersama Pemerintah Kabupaten Tabanan menggelar pertemuan strategis dalam rangka membahas potensi kerja sama untuk pemajuan kebudayaan di Kabupaten Tabanan. Pertemuan ini dilaksanakan di Kantor Bupati Tabanan, Senin (14/4) yang dihadiri oleh Rektor ISI BALI, Prof. Wayan Adnyana, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Komang Sudirga, Kepala Biro AKPK, Dr. Komang Arba Wirawan, serta Tim Kerja Sama dan Humas, Komang Artini, SS., dan Putu Gede Andy Pandy, S.Sn.
Tim ISI BALI disambut oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Tabanan Drs. I Made Agus Harthawiguna, M.Si. beserta pejabat terkait dari Pemkab Tabanan. Diskusi ini mencakup berbagai aspek penting dalam pelestarian dan pengembangan budaya lokal, mulai dari pendokumentasian seni tradisi, peningkatan kapasitas pelaku seni, hingga rencana penyelenggaraan program seni budaya berbasis masyarakat.
Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Adnyana, menyampaikan komitmen ISI BALI untuk bersinergi dalam mengembangkan potensi seni dan budaya yang dimiliki Tabanan. “Kami melihat Tabanan memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Dengan kerja sama ini, kami berharap dapat turut memperkuat identitas budaya lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan seni,” ujarnya.
Foto: Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan Adnyana beserta jajaran bersama Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Tabanan Drs. I Made Agus Harthawiguna, M.Si. beserta pejabat terkait dari Pemkab Tabanan, Senin (14/4).
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Tabanan Drs. I Made Agus Harthawiguna, M.Si.., menyambut baik inisiatif ini. Dia menegaskan bahwa kolaborasi dengan ISI BALI sangat penting dalam upaya pelestarian warisan budaya Bali. “Kami percaya bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak positif, khususnya dalam hal edukasi budaya dan pelibatan generasi muda dalam pelestarian tradisi,” ungkapnya.
Selanjutnya, ISI BALI akan bersinergi dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Tabanan Selanjutnya untuk menindaklanjuti berbagai program strategis yang dapat dilaksanakan secara kolaboratif. Kerja sama ini direncanakan akan melibatkan aktif partisipasi mahasiswa dan dosen ISI BALI dalam berbagai kegiatan, seperti riset kebudayaan, pengabdian kepada masyarakat, serta pelaksanaan program-program seni berbasis komunitas. (ISIBALI/Humas)
Bangli, 13 April 2025 — Institut Seni Indonesia (ISI) Bali mempersembahkan sebuah pergelaran seni eko-religius bertajuk R’ta Samasta Citta, sebagai bagian dari program Bali Citta Pradesa, yang digelar di ruang sakral Pura Kahyangan Jagat Ulun Danu Batur. Pergelaran ini merupakan bentuk persembahan seni dalam serangkaian upacara Ngusaba Kedasa, mempersembahkan estetika yang berpadu erat dengan nilai-nilai spiritual dan ekologi.
Rektor ISI Bali, Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn., menyatakan bahwa pergelaran ini merupakan upaya menghadirkan seni sebagai persembahan suci. “Kami memuliakan lima topeng sakral, sebagai representasi kekuatan kosmis yang diusung dalam bentuk seni pertunjukan. Pergelaran ini adalah simbol pengabdian dan doa kami untuk harmoni semesta,” ungkap Prof. Adnyana.
Lima topeng sakral yang ditampilkan adalah Barong Ket, Rangda, Ratu Ayu Mas Membah, Celuluk, dan Garuda, yang sebelumnya telah melalui prosesi melaspas dan masupati pada Sabtu (12/4), bertepatan dengan Purnama Kadasa di Pura Padma Nareswara ISI Bali, Prosesi tersebut juga menyertakan pentas simbolik untuk tapel Ratu Ayu Mas Membah, serta penyucian simbol ISI Bali, termasuk logo, Mars, dan Hymne institusi.
Topeng-topeng suci tersebut diusung oleh para penari terpilih dari kalangan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan ISI Bali, di bawah koordinasi Bapak Dr. I Ketut Suteja, S.ST., M.Sn. Pergelaran kolosal ini melibatkan lebih dari 150 seniman dan tim produksi, yang semuanya adalah bagian dari sivitas akademika ISI Bali.
Selain pentas topeng sakral, pertunjukan juga mempersembahkan tarian-tarian suci seperti Tari Sadyang Panji, Rejang Nata Hita, Rejang Sadhyang Ranu, serta Baris Kakuwung. Secara koreografis, keseluruhan pergelaran memuncak pada konsep Sudhamala—yakni transformasi simbolik dari Butha (kekuatan destruktif) menjadi Dewata (kekuatan ilahiah), sebagai wujud peruwatan dan pemuliaan semesta.
Acara ditutup dengan Sabda Batur Kalawasan, sebagai penguatan niat dan tekad kolektif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan secara nyata, sesuai dengan semangat eko-religiusitas yang menjadi dasar dari Bali Citta Pradesa. Pergelaran R’ta Samasta Citta tidak hanya menjadi panggung artistik semata, tetapi juga menjelma menjadi ruang spiritual kolektif, di mana kesadaran ekologis dan religius saling menjalin dalam satu tarikan napas persembahan. Dalam konteks ini, seni tidak berdiri sebagai tontonan, melainkan sebagai upacara—sebuah ritus yang lahir dari penghormatan terhadap tanah, air, dan warisan leluhur. Kehadiran topeng-topeng sakral dan tari-tari persembahan menciptakan resonansi simbolik, menyalurkan doa melalui gerak dan rupa untuk keharmonisan jagat raya.
Melalui R’ta Samasta Citta, ISI Bali mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan alam dan kepercayaan, sekaligus mempertegas bahwa konservasi lingkungan bukan hanya perkara kebijakan, melainkan dimulai dari laku batin dan ritual keseharian. Pergelaran ini adalah bukti nyata bahwa seni memiliki kekuatan untuk merawat bumi, menjaga kesucian air danau, serta menanamkan nilai tri hita karana dalam ruang praktik budaya. Dengan demikian, Bali Citta Pradesa bukan hanya menjadi program, melainkan gerakan spiritual dan ekologis menuju harmoni bersama.
Rektor Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI), Prof. Dr. Wayan Adnyana, menyambut kedatangan Maibritt Siuts, mahasiswa asal Jerman yang menjadi peserta Program Bali International Project for Arts and Design Studies (B-IPADS), Selasa (8/4) di Ruang Lounge ISI Bali.
Dalam penyambutan tersebut, Rektor ISI Bali didampingi oleh Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Dr. AA Gede Rai Remawa; Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. Komang Sudirga; serta Koordinator Kantor Urusan Internasional (KUI) ISI BALI, Prof. Dr. Ni Ketut Dewi Yulianti.
Kehadiran Maibritt Siuts didampingi oleh Prof. Eku Wand, profesor desain media dan multimedia di Braunschweig University of Art, Jerman. Siuts akan mengikuti perkuliahan di Program Studi Fotografi ISI BALI selama satu semester atau serata 20 SKS. Pertemuan tersebut juga mebahas mata kuliah yang akan diambil oleh Maibritt Siuts.
Sebagai informasi, B-IPADS merupakan salah satu program pembelajaran internasional ISI BALI berkerja sama dengan Studiesnetwork Germany. Program ini dirancang untuk memperkuat kolaborasi akademik lintas negara serta memberikan wawasan global kepada para mahasiswa di bidang seni dan desain. (Humas/ISIBALI)
Foto: Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. I Wayan Komang Sudirga, S.Sn., M.Si. beserta jajaran menerima kunjungan PT. Sun Power Ceramics di Ruang Nata Widya Sabha, ISI Bali, Selasa (8/4).
Institut Seni Indonesia (ISI) Bali terus memperkuat sinergi antara dunia akademik dan industri melalui kerja sama strategis. Hal ini ditandai dengan kunjungan dari PT. Sun Power Ceramics yang berlangsung pada Selasa (8/4) di Ruang Nata Widya Sabha, ISI Bali.
Kunjungan ini disambut hangat oleh jajaran pimpinan ISI Bali, di antaranya Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. I Wayan Komang Sudirga, S.Sn., M.Si., Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Kerja Sama (AKPK), serta Koordinator Program Studi Desain Interior. Sementara dari pihak PT. Sun Power Ceramics, hadir Marketing Manager Vidya Damayanti beserta tim.
Dalam suasana yang penuh semangat dan antusiasme, kedua belah pihak mendiskusikan berbagai potensi kolaborasi, khususnya dalam rangka menghubungkan dunia pendidikan dengan kebutuhan industri. Beberapa poin penting yang dibahas antara lain pelaksanaan program magang kerja bagi mahasiswa ISI Bali, penyelenggaraan kuliah umum yang menghadirkan praktisi industri keramik, hingga penyelarasan kurikulum agar lebih aplikatif dan sesuai dengan perkembangan serta tuntutan industri saat ini.
“Kami sangat terbuka dan antusias terhadap peluang kerja sama ini, karena kami percaya sinergi dengan industri akan memberikan manfaat besar bagi mahasiswa, terutama dalam meningkatkan kesiapan mereka menghadapi dunia kerja,” ujar Prof. Komang Sudirga.
Vidya Damayanti, selaku perwakilan PT. Sun Power Ceramics, juga menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dari pihak ISI Bali. Ia berharap kerja sama ini dapat menjadi langkah awal yang produktif dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan inovatif di bidang desain interior dan keramik.
Sebagai tindak lanjut, kedua belah pihak sepakat untuk segera menyusun dan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang akan menjadi dasar pelaksanaan berbagai program kolaboratif di masa depan. Kunjungan ini menjadi langkah awal penguatan hubungan antara institusi pendidikan tinggi dan sektor industri kreatif, khususnya dalam bidang desain dan seni terapan. (ISIBALI/Humas)