Perguruan Tinggi Negeri Akan Gunakan Sistem Keuangan Online

Perguruan Tinggi Negeri Akan Gunakan Sistem Keuangan Online

Jakarta —  Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh memberikan tiga solusi untuk perapihan administrasi di perguruan tinggi negeri. Tiga solusi ini harus dijalankan supaya tidak ada lagi rekening di unit-unit Kementerian Pendidikan Nasional yang belum terdaftar di Kementerian Keuangan. Salah satu solusinya adalah dengan integrasi sistem, melalui sistem keuangan online.

“Meskipun belum terdaftar di Kementerian Keuangan, rekening tetap resmi terdaftar di bank (berstatus) BUMN. Sehingga dengan sistem keuangan online yang terintegrasi, bisa bekerja sama dengan bank-bank tersebut supaya melaporkan rekening yang berasal dari perguruan tinggi negeri,” ujar Menteri Nuh seusai melantik pejabat eselon 1 di Graha Utama Kemdiknas, hari ini (25/7).

Solusi lainnya adalah dengan menerapkan sistem reward and punishment dalam pengelolaan keuangan di lingkungan Kemdiknas. “Kalau perlu sanksinya diumumkan.” Dengan begitu, diharapkan mekanisme kontrol dalam internal perguruan tinggi negeri dapat berjalan dengan baik.

Selain menerapkan sistem keuangan online yang terintegrasi dan sistem reward and punishment, Kemdiknas juga akan memberikan pendampingan kepada perguruan tinggi negeri dalam hal administrasi, salah satunya dengan memberikan pendidikan dan pelatihan secara berkala.

Adapun tentang tim survei yang dibentuk untuk mengetahui pungutan pendidikan di daerah-daerah, saat  ini Kemdiknas masih menunggu hasilnya. Tim tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu Inspektorat Jenderal Kemdiknas, Inspektorat Jenderal Kemdagri, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menteri Nuh berjanji akan mengumumkan hasilnya, setelah tim memberikan laporan pada 27 Juli mendatang.

Sumber: kemdiknas.go.id

Penandatanganan Moa Antara  FSRD-ISI Denpasar Dengan ALVA-UWA Perth

Penandatanganan Moa Antara FSRD-ISI Denpasar Dengan ALVA-UWA Perth

Kiriman Nyoman Pebriyani Dosen FSRD ISI Denpasar

Penandatangan yang diawali dengan adanya Memorandum of Understanding (MoU) pada februari 2011 antara Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan University of Western Australia (UWA) Perth selanjutnya berkembang dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antar fakultasnya yaitu, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar dengan Architecture, Landscape, and Visual Art (ALVA) UWA Perth. Dalam kesempatan ini Rektor ISI  Denpasar menyampaikan pesan dengan adanya kerjasama yang lebih dalam antar dua universitas dan antar dua fakultasnya diharapkan akan dapat meningkatkan atmosfir pendidikan di kedua belah pihak. Harapan yang sama pun juga disampaikan oleh Dekan FSRD ISI Denpasar yang dalam kesempatan ini menandatangani dokumen bersama Rektor ISI Denpasar. Beliau menambahkan semoga dengan dibukanya jalan kerjasama ini akan membuka peluang kedua belah pihak dalam melakukan kerjasama baik dalam pertukaran mahsiswa, dosen, seminar bersama, hingga pameran bersama.

Penandatangan ini disambut positif oleh kedua belah pihak dimana baru-baru ini telah diadakan kegiatan pertukaran pelajar yang berjumlah 20 orang dari UWA untuk belajar di ISI Denpasar, kegiatan ini merupakan salah satu implementasi dari penandatangan MoU antara dua universitas, kegiatan pertukaran pelajar ini diberi nama ISACFA yaitu International Studio Art and Culture FSRD ALVA. Dalam kesempatan yang sama panitia pelaksanaan ISACFA  melaporkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni hingga 1 juli 2011, dimana kegiatan ini merupakan pertukaran pelajar UWA ke ISI Denpasar untuk melaksanakan pembelajaran selama kurang lebih 3 minggu. Antusiasme serta komentar positif pun terlempar dari ucapan Paul Trinidad yang merupakan koordinator pelaksana dari UWA, beliau menyampaikan bahwa dekan ALVA memberikan sambutan positif atas pelayanan dan kerjasama yang diberikan kepada mahasiswanya, harapan kedepannya kerjasama ini tidak berhenti disini saja tapi lebih bisa dikembangkan lagi yang akan menguntungkan kedua belah pihak, ujar Prof. Paul. Rektor ISI Denpasar pun menambahkan bahkan kedepannya dengan dukungan yang diberikan oleh Dikti program seperti ini bisa dikembangkan menjadi program tetap dan berkembang menjadi program yang lebih khusus.

Kabar gembira yang diterima hari ini pun menambah kebahagiaan ISI Denpasar, dimana hari ini juga (25/7) merupakan hari pertama dibukanya pendaftaran program Pascasarjana ISI Denpasar. Dan di sore hari juga dilaksanakan kegiatan pembukaan pameran Seni rupa yang diikuti mahasiswa dan para Alumnusnya. Hal ini menambah lengkap kebahagiaan hari ini.

Workshop Melukis Model dan Membuat Patung

Workshop Melukis Model dan Membuat Patung

Kiriman Hery Budiyana, Staf FSRD ISI Denpasar

Serangkaian perayaan Dies Natalis ke VIII dan Wisuda Sarjana ke IX ISI Denpasar, berbagai kegiatan digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain. Setelah beberapa waktu lalu melaksanakan seminar sehari, lomba melukis/ menggambar dan mewarnai, tadi pagi (25/7) bertempat  di Wantilan ISI Denpasar diselenggarakan Workshop Melukis/ Menggambar Model dan Mematung. Kegiatan yang melibatkan jurusan Seni Rupa Murni, Kriya Seni, Desain Interior, DKV, dan Fotografi dibuka oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. dengan ditandai melukis wajah pada lembaran kertas.

Dalam Sambutannya Prof. Rai menyampaikan harapan agar para mahasiswa peserta workshop yang berjumlah sekitar 53 orang dapat benar-benar memperhatikan instruksi yang diberikan oleh para instruktur sehingga mampu menyerap ilmu yang diberikan guna meningkatkan kualitas masing-masing individu. “Melalui workshop ini pula, kiranya dosen dan mahasiswa mampu  meningkatkan mutu karya seni dan juga proses belajar-mengajar di ISI Denpasar, sehingga menghasilkan kompetensi jurusan yang sesuai kebutuhan masyarakat,” harapnya.

Dekan FSRD, Dra.Ni Made Rinu, M.Si., memaparkan bahwa workshop ini dikemas sangat menarik, dengan mengundang alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain sebagai instruktur, diantaranya  seniman ternama yaitu Drs. Gusti Ketut Kasimiartha untuk workshop melukis/menggambar serta Labda Susinta S.Sn untuk workshop mematung. Diundangnya para instruktur yang juga merupakan alumni FSRD bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada para mahasiswa agar  ada hal yang ditiru dari lulusan FSRD yang telah berhasil. Para seniman yang telah diundang untuk menyumbangkan ilmunya untuk kampus ISI Denpasar ini mengaku merasa sangat dihargai dan dihormati dengan mendapatkan kesempatan membagikan ilmu kepada mahasiswa ISI Denpasar.

Dalam workshop masing-masing instruktur diberikan waktu 20 menit untuk mempresentasikan teorinya kemudian mengajak para mahasiswa peserta untuk berkarya. Tampak para mahasiswa yang juga peserta workshop sangat antusias mengikuti setiap instruksi yang diberikan. Mereka menuangkan ide karya dengan inspirasi dari model yang telah disediakan, yaitu Ni Putu Diah Yeti Mahayani dan A.A Sagung Intan Pradnyanita.

ISI Denpasar Mengadakan Lomba Debat Bahasa Inggris

ISI Denpasar Mengadakan Lomba Debat Bahasa Inggris

Denpasar – Lanjutan kegiatan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX terus bergulir, tepatnya pada hari Kamis (21/7) lomba debat bahasa Inggris diadakan di Gedung Latta Mahosadhi dengan melibatkan peserta dari mahasiswa seluruh jurusan di lingkungan ISI Denpasar. Antusiasme peserta begitu besar untuk mengikuti lomba ini dengan harapan membawa pulang sertifikat dan hadiah utamanya. Acara yang digelar pagi hari ini turut mengundang Rektor ISI Denpasar untuk membuka lomba, beliau menyampaikan agar kedepannya kegiatan ini terus berlangsung karena pemenang dari lomba ini akan mewakili kampus untuk maju ke tingkat Wilayah Bali sehingga besar harapan jika mampu menembus tingkat wilayah akan mampu membawa nama ISI Denpasar di tingkat nasional, kesemua ini tidak terlepas dari wujud pencitraan kampus yang merupakan tanggung jawab bersama. Seluruh peserta, panitia, serta juri pun memberi tepuk tangan meriah dengan harapan agar apa yang disampaikan Prof  Rai, begitu beliau biasa disapa,  akan terwujud dan terlaksana. Pembukaan acara ini kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama antara peserta, undangan, juri, serta panitia.

Selanjutnya acara diserahkan kepada Juri untuk memulai dengan memanggil peserta untuk maju ke atas podium. Pelaksanaan Lomba ini terbagi dalam dua putaran dimana setiap putaran memiliki tema yang berbeda, setiap mahasiswa akan beradu argumentasi antara yang mendukung serta yang tidak mendukung atau biasa disebut tim pro dan tim kontra. Masing-masing peserta membawakan gaya maupun karakternya sendiri-sendiri dalam mempertahankan jawaban mereka dan hal inilah yang merupkan point penting dalam penilaian. Namun tetap saja, namanya ajang perlombaan ada beberapa dari mereka yang harus gugur sebelum memasuki babak final. Setelah memasuki babak final, situasi menjadi lebih serius namun tetap santai.

Akhirnya tak lama setelah final berakhir sampailah kepada pengumuman pemenang, dalam perlombaan ini diambil delapan besar pemenang, dan pemenang tiga besar kali ini adalah Michele Gabriella Kamasi dari jurusan Desain FSRD tampil sebagai juara pertama, kemudian juara kedua ditempati oleh Panji Wilimantara dari jurusan Seni Pedalangan FSP, dan ditempat ketiga adalah Made Bayu Juniartha dari jurusan Fotografi FSRD. Para dewan juri memberikan ucapan selamat dan memberi pesan kepada seluruh peserta untuk tetap semangat dan tidak boleh berputus asa. Kepada para pemenang hadiahnya akan diserahkan pada malam kesenian Dies Natalis  VIII dan Wisuda Sarjana IX yang dilaksanakan pada hari Rabu (27/7) di gedung Natya Mandala ISI Denpasar.

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali

Kiriman: Kadek Suartaya, SSKar., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.

Sekelompok orang Amerika datang ke Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar untuk mempelajari kesenian Bali. Tujuh orang wanita dari Negeri Paman Sam itu berlenggang seni tari, meniti nada-nada gamelan, dan juga berkenalan dengan beberapa aspek estetika dan artistik teater wayang kulit Bali. Selama dua minggu di Bali, mereka tak tinggal di hotel melainkan di rumah penduduk desa Sukawati. Sebab mereka bukan turis biasa melainkan terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan guru yang memiliki minat khusus terhadap seni pertunjukan. Antara tanggal 10-25 Juni, mereka belajar seni tari, gamelan, dan wayang kulit dari para seniman alam  di desa setempat.

            Adalah seorang seniman teater Amerika, Maria Elena Bodmann, yang menawarkan kepada para peminat seni pertunjukan di negerinya untuk menimba pengalaman belajar kesenian Bali dengan datang ke Bali. Pemilik dan pimpinan sanggar seni “Bali & Beyond“ yang bermarkas di Los Angeles, California,  mengaku programnya ini baru sebuah rintisan. “Telah lama saya punya angan-angan ingin mengajak rombongan yang berminat pada bidang seni untuk belajar seni pertunjukan Bali langsung pada para seniman alam di Bali,“ ujar wanita yang telah mendalami pertunjukan wayang kulit Bali sejak tahun 1986. Keinginannya itu baru tercapai tahun ini.

            Diungkapkan oleh Maria bahwa untuk merealisasikan program ”wisata budaya“-nya itu tidak mudah. Lewat web-nya ia memaparkan secara berkesinambungan tentang pulau Bali, keunikan budayanya dan keindahan keseniannya serta keramahtamahan masyarakatnya. “Selain melalui internet, program ini juga saya tawarkan ketika saya diundang work shop wayang kulit Bali di sekolah dan kampus, “ ujar Maria yang sering mendalang di negerinya—terakhir ia tampil dalam acara budaya Indonesian Cultural Night 2010 di Universty of California. Enam orang peminat seni yang berhasil dibawanya kali ini, menurutnya sudah memadai, sebab dengan peserta yang mini pembelajaran seni akan lebih berhasil.

            Maria bersama enam rekannya menimba seni pertunjukan Bali pada keluarga I Wayan Nartha (68 tahun), seniman sepuh di Banjar Babakan, Sukawati. Anak pertama Nartha, Ni Made Sudiasih, dan cucunya, Ayu Larasari, mengajarkan seni tari. Anak keduanya, Nyoman Sudiarsa, mengajar cara membuat wayang kulit, dari mengukir  hingga mengecat. Anak ketiganya, I Ketut Sudiana, dan juga cucunya Bagus Natya, mengajarkan pementasan wayang kulit. Dan I Wayan Sarga, penabuh gender Dalang Nartha, mengajarkan menabuh gamelan. Selama sepuluh hari, Maria dan rekan-rekannya memperoleh pengalaman dan menghayati nilai-nilai keindahan kesenian Bali.

            Pengalaman menjelajahi kesenian tersebut, menurut Julia Ohm, seorang guru teater di Massachusset, sangat mengesankan dan membuatnya penasaran. “Saya akan anjurkan pada murid-murid saya untuk mempelajari kesenian Bali,” ujarnya serius. Namun, tari Bali menurut Betty Carr, paling sulit dipelajari tapi begitu dapat dirasakan keindahannya. Kesan tersebut juga serentak dikatakan oleh Gemma Young, Becky Carr, Alexandra Cummings, Claire Mullen, empat remaja yang tampak begitu semangat belajar tari Pendet yang diarahkan oleh Sudiasih dan Larasari. “Tari Bali sangat sulit, tapi pengalaman ini tak akan saya lupakan,” ujar Alexandra Cummings. Gemma yang tahun ini baru mulai masuk SMA juga memberikan komentar senada. “Suatu saat saya akan khusus datang ke Bali menekuni tari Bali, “ ujarnya ceria.

            Kegembiraan dan keceriaan selalu hadir saat orang-orang Amerika itu berinteraksi dengan para pelatih seninya saat belajar menari, menabuh gamelan dan memainkan wayang kulit. Kegembiraan yang menyembul di wajah mereka kian merekah ketika disela-sela belajar seni, juga diajak melihat dan menyimak beragam ritual keagamaan di desa Sukawati dan sekitarnya yang selalu disertai dengan aneka ragam pentas seni pertunjukan. Mereka sempat menonton pertunjukan drama tari Gambuh dalam sebuah odalan di Desa Batuan. Mereka juga datang menonton saat Wayan Nartha pentas wayang kulit di sebuah wihara di Sukawati. Selain menyelami budaya Bali yang berkaitan dengan seni pertunjukan, tentu saja mereka juga tak lupa mengunjungi objek-objek wisata dan menikmati alam Bali.

            Meski hanya berjumlah sehitungan jari, delapan orang Amerika yang dibawa ke Bali oleh Maria tersebut dapat disebut sebagai sebuah wisata budaya yang sesungguhnya. Betapa tidak. Sebab tujuan utama kedatangan mereka ke Bali adalah untuk berkenalan dengan salah satu budaya menonjol Bali yaitu seni pertunjukan. Selain itu, kesenian sebagai ekspresi budaya juga mereka selami lewat pergaulan langsung dengan masyarakat pemiliknya dengan cara belajar kepada para seniman alam di desa. Bagaimana kesenian Bali lestari dan berkembang juga dapat mereka hayati dalam ritual-ritual keagamaan. Selain dalam upacara keagamaan, pameran atau pementasan seni dalam ruang sekuler juga mereka dapat simak dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2011.

            Setiba kembali di negerinya, tentu mereka akan bercerita kepada teman dan handai taulannya bagaimana menyatunya keindahan seni, ritual agama, dan masyarakat di Bali. Kehadiran mereka, kendati singkat, akan berkontribusi positif, sekecil apa pun, pada Bali (Indonesia). Sebab melalui penyelaman seni dan budaya yang mereka jelajahi di Bali akan membuka ruang pemahaman lebih menyentuh sanubari dan berpenghargaan terhadap kemanusiaan. Wisata budaya semacam ini perlu digalakkan.

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali, selengkapnya

Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar

Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar

Kiriman Hery Budiyana, Staf FSRD ISI Denpasar

Gempuran era globalisasi mengharuskan para seniman untuk menguasai potensi serta tidak mengabaikan kearifan lokal yang telah ada. Hal tersebut terungkap dalam Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, yang dilaksanakan tadi pagi (22/7), bertempat di gedung Lata Mahosadi ISI Denpasar. Seminar sehari dalam rangka Dies Natalis VIII serta Wisuda Sarjana IX,  bertemakan “Reinterpretasi Local Genius dalam perkembangan seni rupa dan desain mutakhir.” Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A yang hadir sekaligus membuka acara seminar tersebut mengungkapkan bahwa dengan diadakannya seminar ini menunjukkan atmosfir akademik di ISI Denpasar berkembang, dan ini merupakan sinyal positif, karena tema yang diangkat sesuai dengan tujuan dan visi misi kampus ISI Denpasar yakni menuju kampus berunggulan lokal dan bertaraf internasional. “Berkaitan dengan tema seminar kali ini, sehubungan dengan Local Genius, kita harus menguasai potensi atau kearifan local sebelum berfikir atau bertindak secara global”, ungkap Prof Rai.

Sementara Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, M.Si menyambut baik dukungan Rektor dan menyampaikan bahwa ini adalah sebuah perkembangan yang baik dan memacu para dosen untuk selalu rajin memperbaharui penelitian maupun tulisannya agar dapat dijadikan makalah dalam seminar.

Seminar diikuti oleh dosen, pegawai, serta mahasiswa dari lingkungan ISI Denpasar, menghadirkan pemakalah yaitu  I Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn, I Ketut Sida Arsa, S.Sn, Cok Istri Ratna Cora S, S.Sn.,M.Si, I Nyoman Larry Julianto, S.Sn.,M.Ds dan I Made Bayu Pramana, S.Sn., M.Sn, dengan moderator Drs. I Ketut Buda, M.Si. Pemakalah I Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn mengambil judul “Wacana ‘Ketradisian’ dalam Medan Seni Rupa kontemporari.” Mengangkat tema yang berhubungan dengan seni lukis, film, dan pameran. Dimana salah satu film Eat, Pray, and Love mengangkat ketradisian di tiga negara yaitu Italia, India, dan Bali dalam wahana seni kontemporer. Local genius yang berhubungan dengan seni rupa adalah adanya Desa,Kala,Patra yang sejajar dengan pengertian laku, nilai, dan karya serta berhubungan dengan konteks ruang, waktu, dan keadaan. Pemakalah I Ketut Sida Arsa, S.Sn mengambil judul “Wadah Sebagai objek Komoditas di Kota Denpasar.” Menurut I Ketut Sida Arsa, pada jaman dahulu jika ada orang meninggal dunia barulah dibuat wadah, namun saat ini kebutuhan ini telah bergeser, dimana wadah telah disiapkan terlebih dahulu kemudian menunggu konsumen untuk memesannya. Hal inilah akibat dari pencitraan produk sehingga saat ini barang yang mengontrol konsumen/pembeli. Selanjutnya Cok Istri Ratna Cora S, S.Sn.,M.Si menyampaikan presentasi dengan judul “Implementasi Think Globally & Act Locally dalam ranah desain kekinian terhadap eksistensi local genius”. Terungkap bahwa penelitian berkaitan dengan kain dan warna hingga ke daerah-daerah terpencil untuk menemukan identitas budaya dan kearifan lokal masyarakat yang kemudian dibawa ke dalam desain teknologi yang berkembang saat ini. I Nyoman Larry Julianto, S.Sn.,M.Ds mengangkat judul “Reinterpretasi local genius dalam perkembangan seni rupa dan desain mutakhir.” Dalam kesempatan ini ia mengatakan bahwa lokal genius tidak harus dari luar tetapi juga bisa digali dari dalam diri manusia atau yang disebut dengan potensi diri. Potensi diri kemudian digunakan untuk mengembangkat visualisasi yang bergerak kea rah modern seperti penggunaan media Ambient advertising. Dan pemakalah terkhir I Made Bayu Pramana, S.Sn., M.Sn mengangkat judul “Levitasi local genius dalam berkarya fotografi.” Bayu menyampaikan bahwa fotografi tidak terlepas dari mengabadikan momen yang tepat, dalam kesempatan ini diangkatlah konsep mengenai pralina, dimana hal ini bisa diamati dalam sebuah bongkahan mobil yang telah usang, kemudian foto-foto detail mengenai karat ini pun diambil. Selain itu konsep pralina juga diambil dari mengamati bongkahan kayu yang mulai membusuk dan didapatlah hasil karya seni yang mutakhir.

Loading...