by dwigunawati | Nov 12, 2011 | Berita, Galeri
Indonesia pada tahun 2010 termasuk negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, nomor 3 setelah China dan India. Data tersebut menunjukkan bahwa iklan-iklan anti rokok yang telah ada tidak sanggup menahan lonjakan perokok aktif yang semakin signifikan. Iklan kampanye anti rokok dari tahun ketahun hanya didominasi iklan dengan tanda verbal yang wajib tertera di kemasan rokok. Sedangkan kampanye anti rokok yang menggunakan tanda visual dengan idiom-idiom realis atau surialis dengan efek seram seakan kehilangan esensinya dikarenakan strategi komunikasi yang tidak diperhitungkan dengan baik. Di sisi lain iklan-iklan produsen rokok sudah jauh berkembang dengan teori-teori baru untuk membius masyarakat. Provinsi Bali saat ini sedang berupaya menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Provinsi Bali sesuai dengan amanat UU Kesehatan yang baru yaitu UU no 36 tahun 2009 pasal 114-116. Agar program tersebut tidak hanya sanggup mengalihkan perokok aktif keluar KTR namun diharapkan berbagai alasan merokok untuk kenikmatan yang mencandu dapat dikendalikan bahkan dieliminir, maka diperlukan teori baru yang diupayakan untuk merubah perilaku masyarakat Denpasar agar hidup sehat terutama bebas dari asap rokok dengan segmentasi utama adalah para remaja. Untuk itu diperlukan sosialisasi dan dukungan aktivitas yang berlandaskan moral melalui kampanye anti rokok. Aktivitas tersebut diharapkan sanggup mengemban tugas mulia membangun masyarakat Bali khususnya daerah Denpasar menjadi kota yang lebih sehat dengan pesan-pesan sosial dan strategi komunikasi yang diperhitungkan dengan baik yang dikemas dalam media komunikasi visual. Desain komunikasi visual kampanye anti rokok di Denpasar Bali menggunakan konsep Cigarette & Monkey. Konsep tersebut digunakan sebagai persuasi melalui media yang masuk pada kategori Above The Line dan Below The Line. Dan media yang mendapat estimasi paling efektif dan efisien sebagai media kampanye anti rokok di Denpasar Bali, adalah: Logo, Baliho, Poster, Brosur, Mug, Sign System, Gelang Karet, Stiker dan T-shirt.
Kata kunci: Desain Komunikasi Visual, Kesehatan, Cigarette & Monkey, Pengendalian, Rokok.

by admin | Nov 11, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ni Wayan Nova Jayanti, PS Seni Tari ISI Denpasar
Masa yang paling indah adalah masa remaja. Masa yang paling menyedihkan adalah masa remaja. Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja. Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja. Pernyataan tersebut menjadi landasan dalam karya tugas akhir, berdasarkan pengalaman yang pernah dialami.
Masa remaja merupakan masa indah yang dilalui dalam fase kehidupan setiap manusia, namun juga dirasakan sebagai masa tersulit dalam menghadapi sebuah permasalahan karena keadaan emosi seorang remaja masih labil. Dalam buku yang berjudul Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Anak Didik dijelaskan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik untuk remaja sendiri maupun untuk keluarga, atau lingkungannya karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Dalam buku tersebut, tersirat pendapat Mappire (1982) yang menyatakan, masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Informasi ini sangat penting diungkap agar diketahui batasan-batasan usia yang dapat dikatakan sebagai masa remaja. Pernyataan di atas relevan dengan pendapat Conny Semiawan (1989) yang mengibaratkan : “Terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil umtuk taplak meja” karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian.
Ketika masa remaja banyak terjadi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, namun yang paling ingin dikenang adalah masa-masa indah saat remaja. Salah satu pengalaman terindah pada masa remaja adalah ketika pertama kali jatuh cinta dengan lawan jenis. Keinginan untuk selalu bertemu, namun malu saat bertatap muka dan ketika jauh, ingin sekali berada didekatnya. Selalu menghayalkan sesuatu yang indah terahadap dirinya dengan orang yang disukainya. Namun ketika tersakiti oleh perasaan cinta tersebut, remaja kurang mampu untuk mengendalikan emosinya.
Dilatarbelakangi dari pengalaman pribadi ketika pertama kali merasakan jatuh cinta pada masa remaja, maka digarap sebuah tari sebagai karya tugas akhir dengan judul Roman Ku. Roman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: (1) rupa, wajah, (2) karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Jika dibandingkan dengan kata romansa berarti novel atau kisah prosa lainnya yang berciri khas tindakan kepahlawanan, kehebatan, dan keromantisan dengan latar historis dan imajiner. Sedangkan arti dari romantika adalah lika-liku atau seluk-beluk yang mengandung sedih, gembira dan arti dari romantis adalah: (1) bersifat seperti dulu, (2) cerita roman, (3) bersifat mesra, (4) mengasikkan. Jika dirunut berdasarkan masing-masing arti dari kata roman maka dapat disimpulkan bahwa “Roman” merupakan lika-liku kisah percintaan dengan watak dan isi jiwa yang dialami oleh pelakunya. “Ku” adalah kata ganti orang pertama atau saya, sehingga “Roman Ku” adalah lika-liku perjalanan cinta sesuai dengan watak dan isi jiwa yang dialami oleh seseorang dengan latar historis dan imajiner. Garapan Roman Ku akan menumpahkan segala emosi yang dialami dengan permasalahan kisah cinta remaja, serta segala lika-likunya ke dalam bentuk tari kontemporer.
Kata kontemporer berasal dari bahasa Inggris yaitu contemporary yang mempunyai arti: (1) hidup atau terjadi dalam kurun waktu yang sama, (2) pada waktu yang sama; dewasa ini; pada masa kini, (3) berasal dari atau dalam gaya masa kini atau mutakhir. Arti yang terakhir inilah yang dipakai dalam dunia kesenian dan sangat dekat dengan arti kata modern, yaitu yang berkaitan dengan gaya, gagasan baru yang tidak ketinggalan jaman. Tari kontemporer adalah suatu tarian yang mengungkapkan dimensi kekinian, yaitu dengan “bebas” tanpa keterikatan dalam mengungkap adegan-adegan yang menyangkut masalah-masalah aktual atau yang berkomentar tentang kehidupan sekarang, sehingga pola geraknya kebanyakan memunculkan gerak baru dan sedikit dikombinasikan dengan adegan yang dramatis.
Berdasarkan uraian di atas mengenai arti dari kata kontemporer, maka karya tugas akhir diejawantahkan melalui tari kontemporer dengan pendekatan teknik Balet. Balet adalah nama dari salah satu teknik tarian yang meliputi: tarian itu sendiri, mime, akting dan musik (baik musik orkestra ataupun nyanyian). Teknik Balet lebih menekankan pada gerak-gerak yang lurus dan kencang serta pengolahan tubuh yang baik dan ringan. Balet terkenal dengan teknik virtuoso seperti pointe work, grand pas de deux dan mengangkat kaki tinggi-tinggi. Teknik Virtuoso adalah keahlian menggunakan teknik yang sulit. Terdapat 2 teknik virtuoso pada Balet, yaitu grand pas de dedeux dan teknik pointe work adalah gerakan berjinjit hingga ujung jari kaki, sambil melakukan gerakan-gerakan Balet.
Kendatipun menggunakan pendekatan teknik Balet, tetapi tidak serta-merta melupakan unsur dari pola tradisi yang telah mendarah daging, sehingga akan dihasilkan sebuah garapan yang mempunyai ragam gerak yang unik dengan perpaduan dan pengembangan dari teknik Balet dan pola tradisi.
Ide Garapan
Menentukan ide adalah tahap paling awal yang dilalui seorang penggarap. Ide merupakan gagasan atau konsep dasar yang menjadi sebab terwujudnya sebuah garapan, ide inilah yang ingin disampaikan melalui media gerak. Ide terkadang muncul begitu saja dalam pikiran seorang penggarap, dan seketika juga hilang, untuk itu perlu dilakukan pencatatan setiap kali memikirkan ide sebagai referensi pemikiran. Ada juga yang mencari ide melalui proses merenung, menghayal, menonton, membaca, melihat fenomena di sekitar, mendengarkan cerita orang lain dan sebagainya, proses ini disebut dengan eksplorasi (exploration). Untuk mendapatkan ide perlu adanya beberapa pertimbangan dan pemikiran yang matang, kesiapan dan kematangan ide akan berpengaruh besar pada wujud garapan, sehingga ide tersebut dapat divisualisasikan secara jelas melalui media gerak dan tersampaikan dengan baik serta dapat dimengerti oleh penonton.
Ide dari garapan Roman Ku berangkat dari pengalaman pribadi, ketika remaja pernah mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang anak laki-laki. Selain itu, termotivasi kembali pada garapan duet yang berjudul “Can De Cing” pada kelas koreografi IV semester V, digarap bersama I Ketut Jully Artawan. Garapan ini mengisahkan percintaan remaja yang pertama kali jatuh cinta, dalam kisah tersebut sepasang remaja ini terkadang akur dan kadang kala bertengkar sehingga dipilih judul “Can De Cing” untuk mewakili garapan ini. “Can De Cing” merupakan singkatan dari bahasa daerah Bali yaitu Cande-Cande Cicing sedangkan jika diindonesiakan berarti seperti bermain dengan anjing, yang disayang tetapi jika sayang itu dipermainkan akan menyulut amarah dan menimbulkan pertengkaran. Ide tersebut juga menjadi landasan dasar untuk menggarap tari kontemporer yang bertemakan percintaan remaja sebagai karya tugas akhir. Keyakinan memilih ide ini karena banyak orang yang mengatakan bahwa postur tubuh yang dimiliki penggarap masih terlihat seperti remaja usia 17 tahun.
Latar Belakang Penciptaan Tari Romanku Selengkapnya
by dwigunawati | Nov 11, 2011 | Berita, Galeri
Sweet Wine adalah merek produk baru berupa minuman jenis brem yang diproduksi oleh PO. Imo Syrup yang beralamat di Jl. Soka Gg. Kertapura IV No. 16, Denpasar-Bali. Tidak seperti produk brem lain yang ada di pasaran, Sweet Wine menggunakan bahan baku ubi ungu. Sebagai sebuah produk baru, salah satu hal penting yang perlu menjadi perhatian adalah faktor desain. Sweet wine baru sebatas memiliki logo merek, sedangkan media lain seperti kemasan maupun media promosi belum ada. Masalah yang didapatkan adalah mengenai jenis media kemasan dan promosi yang tepat untuk produk Sweet Wine dan bagaimana merancangnya.
Untuk mendukung proses perancangan digunakan metode pengumpulan data seperti metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Dari metode-metode tersebut didapatkan data primer dan sekunder yang kemudian dianalisis menggunakan metode analisis SWOT dan analisis kualitatif. Proses perancangan ini juga menggunakan teori-teori seperti teori mengenai kemasan, aspek desain komunikasi visual, unsur desain komunikasi visual, prinsip desain komunikasi visual, aspek teknis perwujudan, teori komunikasi massa dan semiotika.
Konsep simple elegance dipilih sebagai konsep dasar perancangan media kemasan dan promosi Sweet Wine. Konsep ini dijabarkan pada tiap unsur desain komunikasi visual dimana dipilih ilustrasi dengan teknik fotografi dan hand drawing dengan bantuan komputer, tipografi menggunakan jenis huruf sans serif Candara dan serif Constantia, warna menggunakan kombinasi komplementer yaitu warna ungu kemerahan dan hijau kekuningan. Sedangkan media kemasan dan promosi yang dirancang berupa stiker label, gift box, tas kertas, kotak kardus, kertas pembungkus, booklet, hang tag, x-banner, brosur, katalog.
KATA KUNCI: Ubi Ungu, Brem, Sweet wine, kemasan, promosi

by admin | Nov 10, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Nyoman Wija, SE, AK*
Bangkrutnya sendi-sendi ekonomi, dan porak porandanya hukum dengan perangkat keras maupun lunaknya hingga krisis kewibawaan, dan maraknya aksi kekerasan adalah suatu isyarat bahwa proses reformasi persoalan pokok bangsa dan negara belum mampu membangkitkan kesepakatan dan kebersamaan para elite politik penguasa dalam menyatukan kekuatan bersama membangun bangsa dan negara. Artinya, para elite politik penguasa belum sembuh dari penyakit lamanya, feodalisme dan otoriterisme (ditaktor). Bahkan celakanya malahan tambah lebih buruk menjelma sebagai koruptor. Tak hanya itu, beragam kebijakan yang berdalih kepentingan pembangunan fasilitas publik lebih dominan bersifat memenuhi kepuasan nafsu kekuasaan demi kepentingan pribadi maupun kelompok atau golongan tertentu.
Dalam posisi itulah pers dan media massa punya tanggungjawab untuk mengarahkan dan mengingatkan, serta melakukan fungsi informasi dan sosialisasi menuju perubahan demokrasi dan kesejahteraan bersama. Dalam hal ini pers dan media massa berperan sebagai komunikator antara pemerintah dan masyarakat. Menyampaikan pesan kebijakan pemerintah dan berbagai instansinya yang patut diketahui masyarakat. Selain itu, sebagai komunikator dalam menggali informasi dari sumber pemerintah dengan berbagai pertimbangan termasuk visi subjektif sesuai kaedah jurnalistik berdasarkan undang-undang pers, UU No.40 tahun 1999.
Pers dan media massa adalah lembaga yang otonom, independen dengan tugas pokok sebagai watch dog, penjaga atau pengontrol pemerintah. Semangatnya seringkali ditafsirkan saling curiga dan bermusuhan. Namun, sejatinya tidaklah demikian, melainkan ditentukan dan dipengaruhi oleh persepsi terkait kekuasaan, paham demokrasi, pembagian kekuasaan, sistem check and balance, serta peranan masing-masing di tengah masyarakat.
Jacob Oetama, pimpinan umum harian Kompas dalam bukunya berjudul Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus bahkan menegaskan bahwa hubungan pers dan media massa dengan pemerintah dan instansinya, termasuk dengan masyarakat atas dasar kepentingan bersama untuk menyampaikan dan menerima pesan, serta untuk menyampaikan dan menerima kontrol sebagai upaya peningkatan pelayanan publik, kepentingan masyarakat luas. Dalam semangat kerjasama dan kekeluargaan tanpa meniadakan ataupun mengurangi posisi dan peran masing-masing, serta selalu mengutamakan dialog dalam penyelesaian setiap persoalan yang terjadi.
Dengan demikian, kebebasan ataupun peranan pers dan media massa tidaklah semata untuk dirinya sendiri, melainkan demi kepentingan publik sebagai media interaksi dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah yang mesti diketahui masyarakat. Arah interaksi haruslah tidak membatasi, melainkan semakin meluaskan, dan sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Patut diketahui bahwa pekerjaan pers dan media massa merupakan pekerjaan persaingan intern maupun ekstern dalam dunia industri. Sehingga persaingan menjadi suatu hal wajar. Karena itulah, para pekerja pers dan media massa pun dituntut punya semangat tak pernah puas, terus mencari, terus meneliti, terus melihat, terus mendengarkan, terus membuka hati, dan selalu berpikiran secara kritis. Artinya, pers dan media massa dengan kesadaran intelektual yang aktif, kejadian dan permasalahan disusun atau dikonstruksi menjadi berita demi tujuan pembangunan, demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Atau dengan kata lain, pers dan media massa dapat menemukan peluang untuk terjadinya proses kemajuan dan percerdasan bagi masyarakat apabila bersedia berpikir keras dan mengamati dengan cermat setiap persoalan publik.
Kisruh pers dan media massa yang sempat terjadi antara pemerintah, gubernur Bali, Made Mangku Pastika dengan harian Bali Post dalam bentuk somasi sejatinya tidak perlu terjadi, kalau saja masing-masing mampu memahami tugas dan fungsinya sebagai media publik, masyarakat luas. Lantas apa dampaknya ?
Dalam telaah kritis Jacob Oetama tercatat bahwa kalau berdasarkan kaedah jurnalistik tuntutan terhadap pers dan media massa secara perdata dengan ganti rugi yang tidak masuk akal, jika dituruti berarti kematian bagi penerbitan pers dan media massa. Higgga menghambat kedewasaan pers dan media massa dalam mempertimbangkan dan menggunakan kebebasannya. Artinya, pers dan media massa akan kehilangan fungsinya sebagai media kontrol, kritik, dan koreksi. Tentunya, bukan berdalih ataupun beralibi untuk mengabaikan standar dan etika profesi, karena ada hak jawab yang diberikan secara profesional sebagai pertanggungjawaban.
Dengan kata lain, kalau pers dan media massa dengan pemerintah saling bermusuhan tentunya dapat merugikan kepentingan pembangunan, demokrasi dan kesejahteraan masyarakat luas. Kebebasan pers dan media massa bisa hidup bukan saja karena diakomodasi dalam sistem hukum. Namun, pers dan media massa hidup dan berkembang karena masyarakat menghargainya. Mengingat pers dan media massa yang bebas memegang peranan besar dalam pembentukan karakter dan moral bangsa serta sekaligus mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam menghargai demokrasi dan hak asasi manusia.
Hal ini juga sangat sejalan dengan amandemen UUD 1945 tentang pasal 28F yang berbunyi bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Tentunya, upaya itu demi menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ironisnya, makna mengenai kebebasan pers dan media massa seringkali masih diperalat bagi kebutuhan maupun kepentingan di luar politik pers dan media massa. Dengan begitu pers dan media massa tidak boleh berdiam diri ataupun bungkam ketika kebebasan itu tersandera kepentingan atas dasar kebenaran dari budaya feodalisme dan kapitalisme, termasuk tekanan dari para elite politik penguasa.(*)
Membungkam Pers dan Media Massa? Antara Fakta, Somasi, dan Hak Jawab Selengkapnya
by dwigunawati | Nov 10, 2011 | Berita, Galeri
Sekolah Musik Farabi merupakan sekolah musik yang menawarkan fasilitas alat musik lengkap dan program-program yang berkompeten, didukung oleh staf pengajar akademisi dan praktisi musik terkemuka. Terletak di Jalan Merdeka Denpasar, lokasi ini merupakan alih fungsi bangunan dari bangunan restoran menjadi sekolah musik. Pertimbangan pemilihan lokasi ini karena berada pada tempat yang strategis yaitu terletak di pusat kota Denpasar. Permasalahan yang menonjol pada sekolah musik yaitu ruang akustik yang tidak mendukung sehingga memerlukan penataan dan bahan khusus pada lantai, dinding dan plafon untuk ruang akustik agar dapat menciptakan suasana ruang belajar musik yang kondusif.
Metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan yaitu dengan mengumpulkan data kemudian menganalisis data dan desain secara sistematik sehingga akan menemukan desain yang dapat memenuhi kebutuhan civitas, aktivitas dan pelayanan sekolah musik tersebut.
Dari hasil analisis maka disimpulkan bahwa mendesain interior Sekolah Musik Farabi memperhatikan kualitas akustik ruang dengan cara menutup ruang menggunakan material tertentu. Mengatur desain ruang dari depan ke belakang sesuai besaran kebisingan hingga ruang yang memerlukan ketenangan. Menerapkan konsep Harmoni dimaksudkan untuk memberikan keselarasan antara wadah dan isi menjadi tujuan dari desain yang akan dibuat, dengan perpaduan bentuk geometris menerapkan kombinasi warna laras sesuai dengan suasana ruang yang ditampilkan antara suasana hangat dan tenang, menggunakan pola bentuk grand piano dan not balok sebagai ide dasar desain yang akan dirancang.
Kata Kunci : Sekolah Musik Farabi, Akustik Ruang, Konsep Harmoni
by admin | Nov 9, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Kadek Indra Kesumajaya, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Gambelan Palegongan merupakan gambelan yang berlaraskan pelog panca nada, yang secara fungsional berfungsi untuk mengiringi tari berbentuk palegongan. Namun perkembangannya mengalami perubahan tanpa mengurangi pemaknaan secara signifikan. Gambelan Palegongan banyak ditemukan di wilayah Bali selatan, salah satunya di kawasan Banjar Lemintang yang keberadaannya telah mengalami perubahan baik dilihat dari struktur bentuk gambelan, maupun struktur tabuhnya.
Banjar Lemintang barlokasi di jalan A.yani selatan Desa Dauh Puri Kaja Kecamatan Denpasar Utara. Di Banjar Lemintang mamilikil barungan gambelan Palegongan yang umurnya hampir satu abad. Keberadaannya mengalami pasang surut, dikarenakan tidak adanya tokoh Karawitan yang mempunyai andil besar di bidang Palegongan. Namun Palegongan Banjar Lemintang sampai saat ini masi bertahan bahkan secara struktur barungannya mengalami perkembangan.
Di era tahun 30an terbentuk sekaa Palegongan di Prakarsai oleh Pekak Geledig dengan jumlah 12 qrang penabuh. Sekaa atau grup ini berasal dari prkumpulan atau sekaa Manyi. Hal tersebut sangat bertahan lama hingga sekaa Palegongan di beri nama sekaa Roras, karena jumlah anggota sekaanya Roras (12). Adanya lagu-lagu yang sering dimainkan seperti lagu:
- Tebog
- Liar samas
- Solo
- Krepet
- Bintang siang
- Pengerang erang agung
- Slukat dll
Dengan jumlah instrument:
- Gender Rambat 2
- Gender Penyacah 2
- Kajar krenteng
- Kendang 2 buah
- Penyacah ( pengrencang gantung 4 )
- Calung 2 buah
- Jegog 2 buah
- Kenong
- Gong
Gambelan dan sekaa ini bertahan hingga era 70an.
Di era 70an sekaa Gambelan Banjar Lemintang yang disebut sekaa Roras mengalami perkembangan, dengan masuknya generasi-generasi muda di tahun 70an. Dengan memulai mencari tabuh-tabuh tari lepas seperti:
- Tabuh Margapati
- Tabuh Gabor
- Tabuh Oleg Tamulilingan
- Tabuh Wiranata dll.
Dengan demikian keberadaan barungan palegongan menjadi bertambah, dengan menggunakan gong dan kempur, di tambah kendang ceditan. Namun gending-gending Palegongan tahun 70an masih tetap bertahan
Era globalisasi memberikan nafas yang kurang bagus terhadap sekaa Palegongan Banjar Lemintang. Seperti diketahui globalisasi adalah proses terintegrasinya berbagai elemen kehidupan kedalam system tunggal yang berskala dunia. Sistem tunggal ini dimotori oleh perkembangan kapitalisme dan teknologi informasi yang mendorong munculnya imprealisme kapitalis. Hal ini membuat peremajaan sekaa khususnya di Banjar Lemintang tidak mendapatkan respon, bahkan sekaa tidak aktif hamper 10thn. Namun dengan semangat beberapa warga Banjar diantaranya, Bpk Made Sudama, Bpk Made Arta, Bpk wayan Maradana, Bpk Made swastika dan Bpk Ngurah Supartama, membina anak” dari tahun1997 untuk mencetak kaderisasi hingga sekarang. Keberadaan ini tentu banyak mendapatkan perhatianPro dan Kontra. Namun dengan rasa tulus dan bakti akhirnya peremajaan sekaa Palegongan Banjar Lemintang dapat terwujud hingga sekarang
Setelah generasi Palegongan thn1997 terbentuk, sekaa Palegongan banjar Lemintang mampu mewujudkan rasa bakti dengan konsep ngayah-ngayah di lingkungan Banjar bahkan di luar Banjar.
Mengingat keberadaan Gambelan Palegongan Br. Lemintang dalam kondisi yang kurang bagus, Berbagai cara di lakukan untuk mendapatkan dana renovasi Gambelan. Akhirnya thn 2009 Gambelan Palegongan Banjar Lemintang mampu di renovasi dengan menambahkan 4 ganggsa jongkok dan trompong pengenter.
Gambelan Palegongan Di Banjar Lemintang selengkapnya