M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Tinjauan Estetik Arsitektur Puri Kanginan Singaraja

Jun 29, 2010 | Artikel, Berita

Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn (Dosen PS Desain Interior)

Dibiayai DIPA Isi Nomor: 0230.0/023-404.2/XX/2009

RingkasanPenelitian

Kebudayaan dalam lingkungan kehidupan sosial manusia akan selalu berkembang, tidak bersifat statis, namun dinamis, ia akan selalu berubah dan terus mengalami modifikasi budaya seiring dengan mobilitas nilai-nilai paraktisnya.  Kehadiran kolonisasi di Bali Utara (Singaraja) memungkinkan terjadinya  pertemuan budaya lokal (tradisional) dengan budaya kolonial (modern), sehingga memberi peluang besar akan  timbulnya hasrat dari budaya lokal untuk menyerap nilai-nilai budaya baru hingga  mengakibatkan terjadinya pergeseran pada berbagai wujud budaya.  Unsur-unsur modern dari budaya kolonial berkembang dan masuk dalam kehidupan masyarakat hingga berpengaruh pada wujud benda budaya (material culture), salah satunya adalah arsitektur tradisional.

Fenomena ini akan terlihat pada penelitian arsitektur tradisional puri Kanginan Singaraja yang semua dijabarkan melalui metoda deskriptif analisis dalam koridor bahasan estetika. Pada perkembangannya di masa kolonial terlihat bahwa prinsip-prinsip estetika tradisional mulai bergeser, setiap perwujudannya sebagian besar mengacu pada prinsip-prinsip estetika klasik Barat yang mengutamakan bentuk visual bangunan.  Elemen-elemen estetika arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, seperti molding, gevelCurviliner Gabele’, Pediment, kolom jenis ‘Tuscan’, dan overstack berintegrasi dalam arsitetur puri. Pada prinsipnya kehadiran elemen-elemen arsitektur kolonial dalam arsitektur tradisional Puri Kanginan adalah salah satu proses akulturasi budaya yang cenderung terjadi dalam perjalanan dinamika budaya. Akulturasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pertemuan dua budaya dalam wujud arsitektur (arsitektur tradisional Bali dengan arsitektur kolonial Belanda), kemudian terjadi peminjaman unsur-unsur arsitektur kolonial  dalam arsitektur tradisional Bali.

Categories

Loading...