by admin | Jan 17, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman
Karya Kriya Seni
Oleh: I Made Sumantra. Kriya (craft) merupakan salah satu nomenklatur dalam kreatif ekonomi, adapun pengertian ekonomi kreatif yaitu: “ Creative economy where the major inputs and outputs are ideas” demikian John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money From Ideas. Ide adalah suatu komediti yang dapat dieksplorasi dengan tiada habisnya. Manusia dengan akal budinya disertai kreativitas yang ditempatkan dalam lingkungan yang kondusif akan mampu menghasilkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi. Bidang-bidang yang mencangkup dalam koridor ekonomi kreatif terdapat di dalamnya craft (kriya).
Souvenir dan kriyawan merupakan salah satu mata rantai penting industri pariwisata. Hal ini dapat dilihat pada sentral-sentral seni kriya di Bali di mana telah menjadi bagian penting mata rantai kunjungan wisata ke Bali.
Belanja souvenir di Bali menjadi motivasi utama, 30-40% penjualan produk merupakan interaksi langsung dari kunjungan wisatawan/ pembelian retail, sementara 60-70% adalah produk ekspor (wholesale). Produk-produk kriya Bali telah menjadi elemen penunjang interior dan eksterior fasilitas kepariwisataan (hotel, rumah makan, taman kota, pusat Spa, kesehatan, dan sebagainya), baik di kota-kota lain di Indonesia maupun di luar negeri.
Melihat potensi kekayaan seni kriya Indonesia yang begitu tinggi menjadi sangat penting untuk dikembangkan menjadi kontributor utama dalam era ekonomi kreatif ini. Karena dari semua nomenklatur ekonomi kreatif yang ada seni kriya tidak tergantung pada teknologi tinggi baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang mahal harganya. Seni kriya sangat sesuai dengan kondisi sosial-budaya Indonesia dan dapat mendorong penigkatan ekonomi kerakyatan. Industri kriya dapat dikembangkan secara padat karya sehingga dapat memberikan pekerjaan kepada masyarakat.
Makin menyusutnya sumber daya alam diperlukan suatu kearifan dalam mengolah alam dan cara-cara lain untuk memutar roda perekonomian bangsa Indonesia. Salah satu cara yaitu menerapkan ekonomi kreatif sebagai sumber perekonomian. Pengembangan seni kriya dapat dijadikan suatu model ekonomi kreatif di Indonesia. Seni kriya dapat dilakukan dengan memanfaatkan materi dari alam maupun sentetis. Dengan eksplorasinya material dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bahkan dari limbah sekalipun dapat dihasilkan produk kriya.
Namun dalam penembangan kriya ini, terdapat beberapa permasalahan baik pada produk, pemasaran, SDM maupun sektor pariwisata itu sendiri. Di mana untuk produk ada beberapa kasus, produk kriya dirasakan kurang menarik karena bentuknya yang berat dan rentan terhadap kerusakan/ patah. Kriyawan seringkali kurang memperhatikan display produk untuk menarik konsumen (produk kebanyakan ditata seadanya). Seringkali ditemukan, bahwa kemasan produk kriya untuk ritail masih rendah, belum memperhatikan unsur kemudahan, keamanan, estetika, yang bisa meningkatkan nilai jual produk. Interaksi dengan industri sekala besar/ekspor dan permintaan pasar menjadikan bentuk dan ragam hias produk lokal banyak dipengaruhi oleh unsur luar, sehingga kehilangan kekhasannya.
Sebelum berbicara pasar, harus dilihat terlebih dahulu sejauh mana daya saing produk seni kriya Indonesia di pasar domestik maupun internasional. Ada beberapa masalah menyangkut daya saing produk kriya Indonesia antara lain: masalah disain, masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan masalah pemasaran.
Selengkapnya Seni Kriya Dalam Ekonomi Kreatif:
by admin | Jan 17, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman
Oleh: I Nengah Sudika Negaradan Ida Bgs. Kt. Trinawindu
Bali merupakan daerah pariwisata yang sudah terkenal di seluruh dunia. Untuk memperkenalkan berbagai obyek wisata yang ada di Bali diperlukan media informasi yang memadai, salah satu media tersebut adalah media desain komunikasi visual. Unsur pembentuk desain komunikasi visual terdiri dari teks/huruf, ilustrasi/gambar dan warna. Dari unsur tersebut dapat ditampilkan berbagai budaya Bali sebagai local content media komunikasi visual sehingga budaya kita dapat lebih dikenal. Dengan menampilkan local content dalam unsur media tersebut setidaknya kita ikut berpartisipasi membangun Bali dari sisi budaya dan diharapkan tercipta keunggulan budaya lokal.
Selama ini upaya untuk menampilkan local content dalam media desain komunikasi visual sudah ada, kita sudah upayakan mulai dari bidang akademis yaitu di lembaga institusi ISI Denpasar telah diupayakan dengan megarahakan tugas-tugas perancangan desain komunikasi visual untuk menampilkan budaya lokal sehingga nantinya tercipta desain-desain yang menampilkan budaya Bali, apapun tema/kasus yang diangkat (sosial/kampanye atau komersial) diupayakan mengandung unsur lokal. Tetapi kalau kita lihat di lapangan media komunikasi visual yang berupa iklan, baliho, poster, dan lain-lain sangat terbatas menampilkan budaya lokal, lebih banyak menampilkan budaya luar Bali bahkan masih banyak yang menampilkan budaya dari luar negeri, sehingga tidak mendukung keunggulan lokal Bali. Salah satu penyebabnya adalah, Bali hanya sebagai tempat beredarnya media tersebut, artinya media tersebut diproduksi di luar Bali dan bukan oleh orang Bali.
Saat ini jumlah alumni desain komunikasi visual yang berhasil ditamatkan oleh ISI Denpasar kian tahun semakin banyak sehingga designer-designer tersebut nantinya diterima bekerja pada perusahaan bidang desain komunikasi visual dan diharapkan dapat menciptakan desain-desain yang menampilkan budaya Bali.
Local Content Dalam Karakter DKV Untuk Membangun Keunggulan Budaya Lokal, selengkapnya:
by admin | Jan 17, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman
Oleh: Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi
Judul Asli:
Perbaikan Kursi Kerja Dan Pemberian Teh Manis Saat Istirahat Pendek Menurunkan Keluhan Sistem Muskuloskeletal Dan Meningkatkan Produktivitas Perajin Destar Di Desa Gerih
Kerajinan destar merupakan salah satu bentuk industri kecil yang berkembang di desa Gerih Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, dengan jumlah perajin 21 orang semua laki-laki. Ukuran bahan destar 115 cm X 115 cm, ukuran tersebut bisa dijadikan satu destar disebut destar bungkulan dan bisa dijadikan dua destar disebut destar jejatoran biasa.
Pada proses menjahit, para perajin menggunakan kursi dengan ketinggian dudukan 42 cm tanpa menggunakan dudukan rotan. Tinggi mesin jahit 75 cm, tinggi pedal dari lantai 9 cm dengan kemiringan 250. Pada proses menjahit, perajin melakukan pekerjaannya dengan sikap paksa (membungkuk dan penggunaan anggota gerak bagian atas tubuh dalam keadaan terangkat)
Pada akhir pekerjaan ini dilaksanakan, perajin merasakan keluhan pada sistem muskuloskeletal terutama di bagian pantat, bahu, leher, punggung , dan betis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran kursi yang tidak sesuai dengan antropometri perajin, kerasnya dudukan kursi, jenis pekerjaan yang bersifat menoton, dan tidak ada istirahat pendek, apalagi hal ini berlangsung selama 8 jam dalam satu hari dengan tidak melakukan istirahat pendek dan perajin tidak disediakan minum, sehingga asupan gizi perajin tidak terjaga serta sistem kerja borongan membuat pekerja memaksakan diri untuk tetap bekerja meskipun dalam keadaan lelah. Penelitian Manuaba (1998 a) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara keluhan leher dan bahu dengan periode kerja, sikap kerja duduk dan tinggi badan, serta terdapat 32,17 % mengeluh sakit di leher dan 43,48 % mengeluh sakit di bahu.
Dari uraian di atas terlihat ada beberapa masalah ergonomi, yang menjadi masalah utama dan perlu segera dilakukan perbaikan adalah masalah kursi kerja yang tidak sesuai dengan antropometri perajin dan masalah asupan gizi perajin. Masalah ergonomi tersebut apabila tidak segera diperbaiki, tentunya akan dapat memberikan beban berlebihan, menimbulkan keluhan muskuloskeletal yang akan diikuti oleh menurunnya tingkat produktivitas kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam upaya mengatasi masalah yang muncul. Untuk maksud tersebut dilakukan penelitian berupa perbaikan-perbaikan kondisi kerja. Upaya pendekatan partisipasi dengan perajin dan pihak perusahaan menunjukkan hasil bahwa alternatif perbaikan yang dipilih adalah perbaikan kursi kerja sesuai antropometri perajin dengan menggunakan dudukan rotan dan pemberian teh manis saat istirahat pendek. Upaya intervensi ini dipilih berdasarkan urgensi, murah, dan mudah dilakukan. Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan dapat menurunkan gangguan sistem muskuloskeletal, tidak cepat lelah dan meningkatkan produktivitas kerja.
Perbaikan Kursi Kerja Menurunkan Keluhan Sistem Muskuloskeletal Dan Meningkatkan Produktivitas Perajin Destar, selengkapnya:
by admin | Jan 16, 2010 | Berita, pengumuman
Tiga pilar yang menjadi acuan dasar kebijakan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk kurun waktu 2003 – 2010 dikenal dengan sebutan HELTS (Higher Education Long Term Strategy) 2003 – 2010. Ketiga pilar tersebut ádalah: the nation’s competitiveness, organization health, and autonomy/ decentralization. Sejalan dengan ketiga pilar yang menjadi acuan dasar tersebut, ISI Denpasar telah melakukan berbagai upaya untuk dapat ikut ambil bagian dalam upaya mewujudkan ketiga kebijakan dasar tersebut. Salah satu upaya yang cukup gencar dilakukan dalam kurun waktu 2003 – 2010 adalah dengan terus berusaha mendapatkan hibah-hibah pendanaan penyelenggaraan tri-dharmanya dengan senantiasa mengikuti kompetisi antar nerguruan tinggi tingkat nasional untuk memenangkan Program Hibah Kompetisi (PHK).
Dalam kurun waktu 2003-2010 ISI Denpasar telah berhasil memenangkan beberapa PHK prestigius, seperti: PHK DUE-like dalam periode 2003 – 2007 (selama 5 tahun) yang sasarannya untuk peningkatan pendidikan program S-1 (Developing Undergraduate Education), dan PHK Unggulan Bidang Seni (PHK: B-Seni) dalam periode 2007 – 2009 (selama 3 tahun) yang sasarannya adalah untuk pembiayaan program-program unggulan pada tingkat program studi, PHK Inherent dalam periode 2006-2008 yang sasaran lebih banyak kepada implementasi IT untuk kampus.
Saat ini yang sedang dalam periode implementasi adalah Program Hibah Kompetisi “I-MHERE (Indonesia – Managing Higher Education for Relevance and Efficiency) Sub-component B.1. Batch III. Secara garis besar PHK ini bertujuan untuk memperkuat sejumlah Program Studi dalam upaya meningkatkan relevansi dan efisiensinya serta untuk peningkatan tanggungjawab sosialnya terhadap masyarakat. Secara lebih rinci PHK ini di ISI Denpasar mencakup 3 (tiga) sub-program dan masing-masing dibagi menjadi sejumlah kegiatan dengan rincian sebagai berikut.
- Program untuk peningkatan tanggungjawab sosial (University/Institution Wide Programs) meliputi: (1) satu program out-reach (Meningkatkan jumlah calon mahasiswa dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi atau geografis), dan (2) satu program Com.Dev. (Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Kerjasama dengan Kelompok Masyarakat Pengerajin di Gianyar).
- Program untuk Memperkuat Program Studi Kriya Seni yang meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) Menyempurnakan Mata Kuliah Kriya Seni untuk Memperkuat Kompetensi Lulusan; (2) Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Dosen dan Mahasiswa; dan, (3) Inventarisasi Kriya Seni Bali melalui Survey Pemetaan di Bali.
- Program untuk Memperkuat Program Studi Seni Karawitan yang meliputi empat kegiatan, yaitu: (1) Meningkatkan Proses Pembelajaran Seni Karawitan melalui Pengembangan Pengajaran Holistik; (2) Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa di Bidang Konstruksi dan Pelarasan Gamelan; (3) Rekonstruksi Repertoir, Konsep, dan Tata Nilai Gamelan Bali; dan, (4) Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran yang Berbasis TI.
Program dan Kegiatan yang dilaksanakan melalui I-MHERE Sub-Component B.1 Batch III ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi dan dukungan yang signifikan terhadap aktualisasi dari visi dan misi ISI Denpasar dan terhadap kebijakan nasional Pendidikan Tinggi di Indonesia yang tertuang dalam HELTS 2003-2010.
HEI-IU IMHERE ISI Denpasar,
Direktur Eksekutif.
by admin | Jan 15, 2010 | Artikel, Berita, pengumuman
Kiriman I Gede Yudatha (Dosen Program Studi Seni Karawitan ISI Denpasar)
Sebagai salah satu seni pendukung aktivitas ritual dalam masyarakat Bali, keberadaan kesenian Gambang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Dari survey yang dilakukan ASTI Denpasar (sekarang ISI) pada tahun 1988 tercatat tidak kurang dari 82 barung gamelan Gambang masih dapat di jumpai di Bali dimiliki oleh desa, sekaa, lembaga formal dan perorangan (Rai, S. 1998:2). Jumlah tersebut tentunya cukup besar bagi sebuah kesenian golongan tua, karena bentuk kesenian tua lainnya populasinya lebih sedikit dari gamelan Gambang. Namun demikian di wilayah Kota Denpasar kesenian ini merupakan salah satu kesenian langka. Bila dibandingkan dengan gamelan lainnya seperti Gong Kebyar, Pelegongan, Angklung dan yang lainnya, populasi gamelan Gambang dapat dihitung dengan jumlah jari tangan.
Populasi tersebut kemudian mengalami peningkatan dimana dari hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Binoh, Ubung Kaja, Denpasar Barat, pada 28 September 2004 berhasil di wujudkan kembali kesenian Gambang di wilayah tersebut, dimana sebelumnya sudah dinyatakan punah. Selanjutnya pada tahun 2008, atas inisiatif pemerintah dan seniman Kota Denpasar melalui Dinas Kebudayaannya diadakan kembali 4 (empat) barung Gamelan Gambang yang nantinya akan disebar ke empat wilayah kecamatan di Kota Denpasar. Dari hasil pendataan tersebut hingga saat ini terhitung terdapat 9 (sembilan) barung gamelan Gambang yang tersebar di wilayah Kota Denpasar.
Sekaa Gambang Pura Klaci, Desa/Banjar Sebudi Sumerta Klod
Pura Klaci merupakan sebuah tempat persembahyangan masyarakat yang terdapat di wilayah Banjar Sebudi, Desa Sumerta Klod. Pura ini disungsung oleh sekelompok keluarga serta masyarakat yang terdapat di sekitarnya. Sebagai ebuah tempat persembahyangan, sebagaimana pura-pura yang lainnya perayaan piodalan atau petirtan dilaksanakan setiap enam bulan sekali yaitu bertepatan pada hari Sabtu, Saniscara Umanis Watugunung atau bertepatan dengan perayaan Hari Raya Saraswati yang merupakan peringatan terhadap turunnya Ilmu Pengetahuan.
Di dalam pura tersebut tersimpan seperangkat barungan gamelan Gambang yang disebut dengan Gambang Piturun yang mana gamelan tersebut dipergunakan sebagai pengiring ritual keagamaan yang dilaksanakan di pura tersebut. Gamelan ini sangat disakralkan oleh para pendukungnya dan hanya para pengempon pura saja yang berhak untuk memainkannya. Adapun Gambang Piturun yang dimaksud adalah bahwa kesenian tersebut merupakan warisan secara turun-temurun para generasi pengempon pura dari masa lampau.
Keberadaan kesenian ini di wilayah Desa Sebudi sangat dikenal oleh masyarakat disekitar desa. Seringkali gamelan ini ditanggap oleh masyarakat untuk ritual keagamaan yang dilaksanakan. Ada yang mananggap sebagai pembayaran kaul, dan ada juga yang menanggap untuk dipergunakan sebagai pengiring upacara keagamaan seperti upacara Pitra Yadnya (Ngaben, Nyekah) dan Dewa Yadnya (Odalan di Sanggah Kemulan atau di pura). Pada masa yang lampau sekaa Gambang Pura Kelaci memiliki kewajiban ngayah di Puri Denpasar setiap dilaksanakan upacara Pitra Yadnya dan Dewa Yadnya.
Sekaa Gambang Banjar Bekul, Penatih
Sebagaimana halnya sekaa Gambang yang terdapat di Pura Klaci, keberadaan sekaa Gambang di Banjar Bekul juga sangat dikenal oleh masyarakat di sekitarnya. Gamelan ini disimpan di Banjar Bekul, Penatih. Menurut penuturan I Nyoman Warka (wawancara tanggal 18 Desember 2009), awal mula keberadaan kesenian Gambang di Banjar Bekul adalah paica (pemberian) Ida Betara Leluhur Penglingsir dari Griya Bajing Kesiman pada tahun 1930-an dan awalnya diamong oleh leluhur keluarga besar I Nyoman Warka, pada sekitar tahun 1970-an, seiring dengan semakin maraknya perkembangan gamelan Gong Kebyar, atas permintaan warga banjar Bekul kerawang bilah saron dari gamelan ini dimohon untuk dilebur dijadikan gamelan Gong Kebyar, dan untuk selanjutnya gamelan Gambang tersebut menjadi tanggung jawab masyarakat Banjar Bekul. Sebagai imbalan atas permintaan tersebut, masyarakat Banjar Bekul senantiasa melakukan ayah-ayah (kewajiban) setiap dilaksanakannya upacara keagamaan di Griya Bajing, dan saat pelaksanaan upacara dewa yadnya dan pitra yadnya, sekaa Gambang memiliki kewajiban untuk ngayah selama upacara dilangsungkan.
Saat ini tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh sekaa gambang di Banjar Bekul, di samping terjadi kerusakan beberapa peralatan (instrumen), kurang diminatinya gamelan ini di kalangan generasi muda sangat menyulitkan dalam alih generasi. Sebagian besar anggota sekaa gambang ini sudah berusia lanjut dan sangat sulit dicarikan penggantinya.
Sekaa Gambang Banjar Tangguntiti, Tonja, Denpasar Utara
Berbeda dengan kedua sekaa Gambang di atas, kesenian Gambang di Banjar Tangguntiti dimiliki oleh keluarga dan saat ini disimpan di rumah Ni Wayan Warni salah seorang warga Banjar Tangguntiti. Keberadaan kesenian ini secara khusus dipergunakan untuk mengiringi upacara pitra yadnya yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitarnya maupun yang berada di luar desa.
Menurut penuturan Ni Wayan Warni, kesenian ini sudah diwarisi secara turun-menurun dari para leluhurnya dimana para seniman pelakunya lebih banyak berasal dari Banjar Cabe. Suatu ketika, karena sebagian besar para pelakunya berada di Banjar Cabe, gamelan ini pernah dipindahkan ke Banjar Cabe. Namun berdasarkan pawisik yang diterima oleh Ni Wayan Warni dari para leluhurnya lewat mimpi, gamelan ini akhirnya dikembalikan dan disimpan keluarga Ni Wayan Warni. Saat ini Gamelan Gambang ini masih tersimpan dalam kondisi yang baik dan sewaktu-waktu dimainkan jikalau ada anggota masyarakat yang menanggap.
Sekaa Gambang Pura Dalem Bengkel Binoh, Desa Ubung Kaja Denpasar Barat
Sekaa Gambang Banjar Binoh, Desa Ubung Kaja setelah mengalami vacuum selama beberapa tahun akhirnya berhasil direkonstrusi kembali pada tahun 2006. Keberadaan kesenian Gambang ini lebih banyak difungsikan sebagai sarana pengiring upacara di Pura Dalem Bengkel Desa Binoh Klod, yang disungsung oleh sebagian besar masyarakat Banjar Binoh.
Sekaa Gambang Wahana Gurnita, Gabungan seniman Kota Denpasar
Sekaa Gambang Wahana Gurnita terbentuk pada bulan April tahun 2008. sekaa ini merupakan gabungan dari seniman-seniman Kota Denpasar. Terbentuknya sekaa Gambang ini tidak terlepas ide Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang memiliki komitmen tinggi akan keberadaan kesenian utamanya penggalian, pelestarian dan pengembangan seni klasik dan sakral di Kota Denpasar. Adanya komitmen ini juga sangat berkaitan dengan misi budaya Kota Denpasar dalam mewujudkan Denpasar sebagai Kota Budaya. Tingginya perhatian pemerintah terhadap kesenian klasik, terbukti dengan diadakannya pembelian 4 (empat) barung gamedlan Gambang dari seniman Dewa Gede Darmayasa dari Bangli. Pengadaan empat barung gamelan Gambang ini nantinya diserahkan ke masing-masing kecamatan yang ada di Kota Denpasar untuk dikelola dan dikembangkan di masing-masing kecamatan.
Adanya ide tersebut kemudian disambut dengan antusias oleh seniman-seniman Kota Denpasar, sehingga pada tahun 2008 dibentuklah sekaa Gambang Wahana Gurnita yang anggotanya direkut dari kader-kader seniman di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar. Menurut I Ketut Suanditha selaku ketua sekaa, direkrutnya kader-kader seniman di empat kecamatan yang ada, dasar pemikirannya adalah agar nantinya kader-kader tersebut yang lebih mengembangkannya di kecamatan masing-masing (wawancara tanggal 21 Oktober 2009, di Dinas Kebudayaan Kota Denpasar).
Menyimak perkembangan yang terjadi di Kota Denpasar, walaupun secara kuantitas jumlahnya mulai mengalami peningkatan, namun dari aktivitas yang dilakukan hanya beberapa diantaranya masih eksis di masyarakat dan secara rutin dipentaskan atau di sajikan dalam rangkaian upacara keagamaan maupun event-event lainnya. Beberapa permasalahan yang terkait dengan eksistensinya, sekaa-sekaa gambang yang ada masih perlu diadakan rekonstruksi dan pembinaan demi kelangsungan hidup dari kesenian ini. Sebagaimana sekaa Gambang yang terdapat di Banjar Bekul, memperhatikan kondisi peralatan yang dimiliki sangat perlu di renovasi dan diperbaiki karena beberapa bagian dari gamelan yang dimiliki sudah rusak sehingga sulit untuk dimainkan. Sedangkan, gamelan Gambang yang terdapat di Pura Dalem Bengkel dan di Tangguntiti, perlu diadakan pembinaan secara berkesinambungan karena sebagian besar seniman pelakunya dari luar wilayah yang bersangkutan.
by admin | Jan 15, 2010 | Berita, pengumuman
Berdasarkan surat DP2M nomor 50/D3/KM/2010 tanggal 13 Januari 2010 perihal Pengumuman Hasil Evaluasi PKM 2010, disebutkan bahwa 11 (sebelas) proposal Kegiatan Mahasiswa dari mahasiswa ISI Denpasar , dinyatakan lolos evaluasi dan didanai, hal ini terungkap dari tercantumnya nama-nama pemenang yang akan didanai dalam lampiran pemenang.
Kepada para pemenang kami ucapkan selamat. Keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi LP2M ISI Denpasar
Program PKMK:
1. Nama: I Gusti Ngurah Agung Harimurti
Judul: T-Shirt dengan Ilustrasi Ciri Khas Kebudayaan Indonesia yang di Desain dengan Gaya Urban.
2. Nama: Dera Insani Qodri
Judul: Usaha Biro Desain Desain Solution Studio
Program PKMM
3. Nama: I Dewa Gede Putrayadnya
Judul: Pengenalan Wayang Pada Anak-anak di Sekolah Dasar 5 Benoa, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan,Kabupaten Badung
4. Nama:Cokorda Putra
Judul: Sosialisasi Dan Implementasi Tanaman Obat Dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Seniman Dalang Di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar
5. Nama: Ni Made Lisa Anggra Dewi
Judul: Pelatihan Tata Busana Adat Ke Pura Bagi Ibu-ibu PKK Desa Pekraman Batuaji Kecamatan Sukawati
6. Nama: I Bagus Wijna Bratanatyam
Judul: Ngayah Pementasan Wayang Lemah Dalam Upacara Dewa Yadnya Di Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, kabupaten Gianyar
7. Nama: Ni Made Ayu Riyanti
Judul: Pembinaan Seni Tari Di Banjar Buagan, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat PKMM
8. Nama: Ni Nyoman Wahyu Adi Gotama
Judul: Upaya Upaya Yang Dilakukan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Guru Seni Tari Bali Di Sanggar Tari Widya Bhakti, Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Program PKMP
9. Nama Ni Putu Indah Yuniari
Judul 2090 PKMP Peranan Tari Bali Terhadap Kesehatan dan Hubungannya dengan Pemabangkitan Cakra dalam Tubuh Manusia
10. Komang Ari Wisa Kendraniati
Judul: Dampak Pariwisata Puri Anyar Kerambitan Tabanan Terhadap Kesenian Lokal di Desa Batiriti Kerambitan Kabupaten Tabanan
11. Nama: I Wayan Eka Laksana Satia Guna
Judul: Pemanfaatan Abu Sekam Sebagai bahan Paras Tiruan
Selengkapnya dapat di unduh di:
Surat Pengumuman
Daftar Pemenang
Form isian kontrak