Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) Prasada Bhakti Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar donor darah bekerja sama dengan PMI Kota Denpasar berhasil mengumpulkan puluhan kantong darah.
“Kami mendukung sepenuhnya kegiatan ini. Donor darah ini harus bisa dipahami oleh civitas akademika ISI Denpasar sebagai kegiatan yang mulia karena nenyangkut visi kemanusiaan,” kata Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar I Ketut Garwa di sela-sela menggelar donor darah di kampus setempat, di ISI Denpasar, Jumat (15/3).
Menurut Garwa, sebagai makhluk sosial, peserta didiknya harus menyadari bahwa dalam mengarungi kehidupan ini tak lepas dari kegiatan tolong-menolong.
“Kegiatan donor darah ini merupakan salah satu aplikasi rasa tolong-menolong itu di tengah masyarakat. Jadi, kami ucapkan terima kasih kepada mahasiswa pendonor dan PMI Kota Denpasar,” kata Garwa didampingi Humas I Gede Eko Jaya Utama.
Keluarga besar ISI Denpasar, tambah dia, telah rutin menyelenggarakan donor darah dan hal ini tentu mematahkan statemen bahwa mahasiswa ISI tidak hanya melulu berkutat soal seni.
“Kami kira donor darah ini bisa memberi dinamika di kampus. Tidak hanya numplek ngurusin seni. UKM ini penting, harus di-‘support’ penuh,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Markas PMI Kota Denpasar I Nyoman Lantra memberi apresiasi UKM KSR PMI Prasada Bhakti ini. “Minimal ide mereka sudah bagus dengan rutin menggelar donor darah dan kami harus apresiasi. Kami harapkan ke depan pesertanya bisa lebih banyak lagi,” ucap Lantra.
Pihaknya mengimbau seluruh mahasiswa turut menyosialisasikan manfaat donor darah demi merangsang minat pendonor.
Menurut Lantra, setidaknya ada tiga manfaat penting bagi pendonor yakni mampu menolong sesama, tubuh menjadi sehat karena ada pembaharuan sel darah dan pendonor berkesempatan uji lab secara gratis. Tiga manfaat ini ah yang menurutnya harus terus digelorakan di tengah masyarakat.
“Darah ini teramat penting bagi kehidupan manusia. Belum ada obat pengganti darah. Dengan prinsip utama membantu sesama, kami yakin semakin banyak yang tergerak hatinya,” katanya.
PMI, lanjut dia, tidak bisa memaksa seseorang untuk mendonorkan darahnya, juga tidak bisa ditarget mengumpulkan darah dalam jumlah tertentu. “Oleh karenanya, kesadaran masyarakat menjadi kunci utama,” ucap Lantra.
Denpasar, – Sebanyak empat jenis tarian yang sempat memukau jubelan penonton yang beberapa di antaranya warga negara asing, dipentaskan di wantilan kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada Kamis malam, 28 Februari 2019.
Keempat tarian itu masing-masing berjudul: ‘Gibung’ (koreografer Dewa Putu Selamat Raharja SSn), ‘Sepit’ (koreografer Ida Ayu Triana Titania Manuaba dan Ni Kadek Ayu Pande Sintya Dewi), ‘Sssttt’ (koreografer I Gede Radiana Putra SSn MSn) dan ‘Up’ (koreografer Paul dan Gus Cepik).
Denpasar– Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar ‘Copic Workshop’ dengan mengusung tema ‘Copic Goes to Campus’.
Copic Workshop ini dilangsungkan di Ruang Vicon Gedung Citta Kelangen Lantai 2, ISI Denpasar, Kamis (28/2/2019).
Ketua Jurusan Desain Interior FSRD ISI Denpasar, I Kadek Dwi Noorwatha SSn MDs menyatakan, kegiatan ini digelar agar para mahasiswa bisa semaksimal mungkin menuangkan ide serta tidak pernah takut dalam mengeksplorasi imajinasi dalam berkarya.
Institut Seni Indonesia Denpasar menjalin kerja sama dengan Phetchaburi Rajabhat University, Thailand, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara pimpinan dua kampus.
“Sangat relevan jika antara seni yang dikembangkan di Phetchaburi Rajabhat University dikolaborasikan dengan seni yang dikembangkan di ISI Denpasar. Begitu juga sebaliknya,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, disela-sela penandatanganan tersebut, di Denpasar, Senin malam.
Dalam kesempatan itu, nota kesapahaman (MoU) ditandatangani oleh Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum dan President Of Phetchaburi Rajabhat University-Thailand, Prof Dr Sanor Klinngam yang disaksikan para wakil Rektor, para dekan dan ketua prodi masing-masing institusi.
Penandatanganan MoU diawali dengan penayangan visual profil, pemaparan visi misi dan keunggulan masing-masing perguruan tinggi, serta kebudayaan masin-masing negara.
Menurut Prof Arya, Phetchaburi Rajabhat University merupakan salah satu perguruan tinggi besar yang ada di Thailand karena memiliki beberapa fakultas, salah satunya fakultas di bidang seni dan budaya.
Selain itu, media yang dikembangkan di Phetchaburi Rajabhat University sangat maju dan saat ini ISI Denpasar tengah mengembangkannya, seperti desain grafis dan televisi film.
“Kerja sama ini saya kira prospeknya ke depannya sangat bagus. Apalagi, mereka sudah mengundang kami untuk mengirimkan 10 mahasiswa tukar menukar dalam bentuk workshop pembelajaran tari Bali dan tari Thailand di bulan Desember mandatang. Bahkan, mereka akan menanggung semua biaya akomodasinya,” ujarnya.
Prof Arya menambahkan, Phetchaburi Rajabhat University sebenarnya telah lama ingin berkunjung ke ISI Denpasar karena mereka ingin belajar seni yang ada di Indonesia, dan seni Bali pada khususnya untuk memperkaya kesenian yang mereka kembangkan. Di samping juga ingin memperkenalkan kesenian yang ada di daerah mereka.
“Mereka sangat serius seni seni yang ada di kita. Kita (ISI Denpasar-red) juga serius, bahkan kita sudah siap mengirimkan 10 mahasiswa kita ke sana (Phetchaburi Rajabhat University-red),” ucapnya.
Selain itu, Prof Arya mengatakan, ISI Denpasar juga sedang diundang untuk menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di Jepang dan perguruan tinggi di Amerika pada Mei mendatang.
“Kami ingin melihat bagaimana mereka mengembangkan kesenian itu dan kemana saja lulusan mereka. Yang patut dicontoh akan kita contoh untuk kemajuan ISI Denpasar ke depannya,” katanya
Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr Gede Arya Sugiartha SKar, MHum, menjamin seleksi dan pengangkatan pejabat struktural di lingkungan kampus setempat dilaksanakan secara transparan dan berkeadilan.
“Hilangkan paradigma pengangkatan pejabat struktural diangkat berdasarkan keinginan pimpinan. Tidak ada seperti itu. Semuanya sistem yang sudah mengatur,” kata Prof Arya Sugiartha saat menyampaikan sambutan pada pelantikan empat pejabat struktural ISI Denpasar, di Denpasar, Senin.
Empat pejabat yang dilantik yakni Dr I Gede Yudarta SSKar, MSi sebagai Ketua Program Studi Seni Program Doktor (S3), Tjokorda Raka Niti Semara, ST, sebagai Kepala Bagian Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat pada Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa SE, MM, sebagai Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Penganggaran pada Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar dan Putu Anita Kristina SE, MM, sebagai Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan pada Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan ISI Denpasar.
Suksesi pejabat kali ini diakuinya sangat transparan karena diawali dari proses perekrutan, bidding, pendaftaran, ada tes, dan penilaian dari tim penguji. Bahkan ke depannya akan lebih disempurnakan.
“Oleh sebab itu, kami imbau setiap ASN (aparatur sipil negara) ISI harus bersiap diri, berpacu mencapai prestasi, siapa yang berprestasi, tentu berhak mendapatkan jabatan sesuai kompetensi,” ucapnya pada acara yang dihadiri para pejabat struktural dan pegawai di lingkungan ISI Denpasar.
Prof Arya pun mengingatkan jajarannya jangan sampai mempercayai jika ada pihak-pihak yang menjanjikan bisa mencarikan atau menjadikan pejabat karena pada dasarnya jabatan diperoleh dengan upaya sendiri, dengan terus belajar, rajin bekerja dan memiliki komitmen untuk terus maju.
ISI Denpasar akan menjadi kampus yang semakin maju jika dipimpin oleh para pemimpin yang semakin pintar, bukan sebaliknya. Apalagi kampus ISI Denpasar, sudah semakin bergengsi dengan mengantongi akreditasi institusi A dan 12 dari 14 program studi di ISI Denpasar juga telah memperoleh akreditasi A.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Arya meminta para pejabat agar menguasai teknologi informasi dan komunikasi karena saat ini semua sistem perkantoran, baik dari sisi keuangan, pengelolaan barang milik negara, kepegawaian, akademik, hingga kemahasiswaan telah memanfaatkan sistem teknologi informasi dan komunikasi.
Khususnya para pejabat yang dilantik dalam kesempatan itupun merupakan orang-orang yang mempunyai tugas vital karena bertugas dalam bidang perencanaan di ISI Denpasar.
Denpasar (Antaranews Bali) – Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha mengikuti pertemuan Forum Rektor Indonesia dengan Forum Rektor Thailand, yang membahas upaya inovatif perguruan tinggi menghadapi Revolusi Industri 4.0.
“Pembahasan yang ditekankan di sana, bahwa perguruan tinggi harus dikelola dengan inovatif. Sebab diprediksi dengan kemajuan teknologi informasi, maka perguruan tinggi ke depan tidak diperlukan lagi, karena segala sesuatu bisa dipelajari di rumah,” kata Prof Arya, di Denpasar, Senin.
Prof Arya menambahkan, Revolusi Industri 4.0 tidak bisa dilepaskan dari ancaman “disruptive” atau yang bersifat mengganggu sehingga bagi kalangan kampus sejumlah program studi bisa saja gulung tikar, karena tidak mendapatkan mahasiswa sama sekali akibat penggunaan teknologi informasi.
Di sisi lain, tambah dia, forum rektor kedua negara tetangga itu juga merupakan bagian dari agenda kerja sama yang digelar tiap tahun. Rangkaian pertemuan diawali dengan pleno. Kemudian forum dipecah menjadi tiga bagian, yakni forum antar-rektor, dekan dan mahasiswa.
“Pertemuan ini bagian dari kerja sama. Isinya berupa diskusi, saling mengunjungi dan melakukan bencmarking (perbandingan) ke perguruan tinggi yang memiliki keunggulan,” ujarnya.
Pada forum antar-rektor, berkutat pada tatanan kebijakan pengelolaan perguruan tinggi. Sedangkan forum antar-dekan, membahas tentang kreativitas para dosen di era milenial karena saat ini dosen dituntut menguasai teknologi (internet) dan mampu membangun hubungan pribadi dengan PT luar negeri.
Terakhir, forum antarmahasiswa, lebih kepada peningkatan wawasan masing-masing, selain itu, mahasiswa juga berkesempatan mengunjungi pameran hasil kreativitas perguruan tinggi di seluruh Negeri Gajah Putih. “Ke depan, ISI Denpasar bersiap mempererat kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi yang mengelola prodi seni di sana,” ujarnya.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Prof Arya mengaku 16 kampus dari Thailand telah berkunjung ke kampus ISI Denpasar. Ia pun memuji kualitas perguruan tinggi di Thailand, salah satunya Mahidol University yang memiliki prodi musik yang sangat baik. Tak menutup kemungkinan “benchmark” Prodi Musik ISI Denpasar akan mengarah ke Mahidol University.
Menurut Prof Arya, ISI Denpasar memang perlu banyak belajar dari berbagai kampus di luar negeri, terutama ilmu musik modern dan desain. Namun untuk keilmuan yang bersifat tradisional, ISI Denpasar menjadi tujuan utama perguruan tinggi luar negeri.
Terkait ancaman “disruptive”, ia yakin ISI Denpasar tetap eksis, karena prodi yang dikelola sebagian besar tidak bisa digantikan dengan teknologi. “Kampus seni yang paling tidak khawatir terhadap ancaman itu,” ucapnya.
Prof Arya Sugiartha dalam pertemuan di Thailand dari 10-13 Oktober 2018 itu, juga didampingi Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dr AA Gde Bagus Udayana SSn, MSi, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum dan dua mahasiswi yakni Sri Ayu Pradnya Larasari dan Ovika Aisanti