by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memusatkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2019 di Kabupaten Gianyar, Bali, yakni 20 desa di kabupaten yang dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya itu.
“KKN ini sangat penting bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ketika berinteraksi dengan masyarakat itu, banyak hal bisa didapatkan mahasiswa,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum di Denpasar, Minggu.
Selama KKN, ia menjelaskan, mahasiswa tidak saja dapat melatih masyarakat untuk menabuh gamelan dan menari tetapi bisa menggali sumber-sumber penelitian berkenaan dengan seni dan budaya.
“Dengan berinteraksi, mahasiswa bisa mendapatkan sesuatu yang unik dan sesuatu yang baru. Take and give inilah yang menyebabkan KKN masih konsisten dilakukan, bahkan ditingkatkan pelaksanaannya,” katanya.
Guru besar seni karawitan itu menambahkan, KKN ISI Denpasar setiap tahun dipusatkan di satu kabupaten. Tahun ini pusatnya di Kabupaten Gianyar. Pembukaannya dilaksanakan pada 1 Agustus di Desa Sebatu.
“Beberapa waktu lalu kami sudah menandatangani MoU dengan Pemkab Gianyar dan juga memang ada permintaan dari para perbekel (kepala desa),” ujar Prof Arya.
Sementara itu, Ketua Panitia KKN ISI Drs I Ketut Muka MSi mengatakan kegiatan KKN diharapkan dapat menimbulkan gagasan baru serta inovasi dalam usaha mendata, mengembangkan, dan melestarikan seni budaya yang tersebar di Kabupaten Gianyar.
Koordinator Pusat Pengabdian kepada Masyarakat ISI Denpasar itu mengemukakan, sebelum mahasiswa diterjunkan ke lapangan menuju desa lokasi KKN, mereka telah diberi pembekalan.
Peserta KKN ISI Denpasar tahun ini berjumlah 376 orang yang berasal dari 12 program studi. Peserta KKN meliputi 347 peserta KKN Reguler, 24 peserta KKN Non-Reguler 24, dan lima peserta KKN Kebangsaan.
Khusus untuk KKN Kebangsaan, pelaksanaannya di Kota Ternate dan Tidore, Maluku Utara. Pesertanya sudah diberangkatkan 18 Juli dan kegiatan akan berakhir 22 Agustus 2019.
“KKN Kebangsaan merupakan program terpadu dari seluruh PTN di Indonesia yang bertujuan untuk membangun dan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan sebangsa dan setanah air Indonesia,” ucap Muka.
Sedangkan KKN Reguler dan Non-Reguler merupakan proses pembelajaran di tengah masyarakat berbasis keilmuan dengan harapan mahasiswa mampu menyinergikan kebutuhan dan pembangunan di pedesaan secara berkelanjutan.
“Melalui kedua model KKN tahun ini di Kabupaten Gianyar akan dilaksanakan sejumlah program di lapangan selama satu bulan penuh dengan output pemetaan seni budaya, laporan kelompok, video durasi lima menit, serta mampu menyelesaikan program unggulan yang tengah dirancang oleh masing-masing desa dalam bentuk maskot desa,” katanya.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada ISI Denpasar karena telah memilih Gianyar sebagai tempat KKN. Dia meminta para camat dan kepala desa membantu pelaksanaan KKN.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Gubernur Bali Wayan Koster berencana merekrut tenaga kontrak yang ditugaskan untuk melakukan pembinaan seni dan budaya yang akan ditempatkan di setiap desa adat di Pulau Dewata.
“Untuk perekrutannya nanti setelah selesai dulu Pergub tentang Desa Adat,” kata Koster disela-sela menghadiri Dies Natalis XVI ISI Denpasar di Denpasar, Rabu (31/7).
Dengan penempatan tenaga kontrak tersebut, menurut Koster, juga akan memberikan peluang bagi lulusan ISI Denpasar untuk berkontribusi lebih besar dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni. “Nanti tugasnya di desa asalnya agar tidak perlu ‘ngekos,” ucapnya yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar itu.
Upaya menjaga warisan kesenian, budaya dan kearifan lokal Bali, tambah dia, merupakan hal yang sangat penting karena merupakan potensi utama dan keunggulan Bali.
“Adat istiadat dan seni budaya Bali tidak akan pernah habis karena tidak bisa dikeruk seperti halnya hasil tambang. Keunggulan kita ini ada di kepala setiap manusia Bali. Namun harus terus diupayakan pelestariannya,” ujarnya.
Orang nomor satu di Bali ini juga berpandangan bahwa kesenian Bali tidak akan pernah punah karena memang menyatu dengan kehidupan ritual masyarakat setempat, seperti halnya dalam setiap ritual ‘piodalan’ selalu diiringi dengan tari Baris dan tari Rejang.
Sementara itu, Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha menyambut baik rencana Gubernur asal Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
“Selama ini untuk pekerjaan, lulusan ISI tidak ada masalah sebenarnya. Mereka bisa bekerja dimana-mana, tidak di instansi pun, mereka sebenarnya bisa bekerja sendiri,” ucapnya.
Prof Arya mengatakan sangat bagus jika lulusannya nanti disebar di desa-desa adat. “Kalau sudah penempatan tenaga (pembina seni-red) di situ ‘kan pembinaan bisa lebih intensif. Kalau sekarang, kami yang datang ke desa-desa untuk melakukan pembinaan setiap tahun,” ucap guru besar seni karawitan itu.
Oleh karena itu, Prof Arya mendorong agar setiap desa adat minimal ada satu warganya yang kuliah di ISI Denpasar yang telah memiliki 14 program studi.
“Ini sinergi yang bagus dan respons yang positif pemerintah daerah kepada ISI. Meskipun kami instansi vertikal, tujuan kami tetap membangun daerah, tidak hanya membangun Indonesia,” ujarnya.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Gubernur Bali Wayan Koster ingin memberikan beasiswa Bidikmisi kepada mahasiswa-mahasiswi yang menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar melalui APBD setempat sehingga mereka bisa kuliah di tempat itu secara gratis.
“Saya sedang menyiapkan skema untuk memberikan beasiswa Bidikmisi dari APBD karena kita membutuhkan SDM seni seperti adik-adik ini, yang nantinya ketika sudah lulus akan membuat sanggar-sanggar seni dan aktif berkecimpung untuk melestarikan seni dan budaya Bali,” katanya saat menyampaikan sambutan pada Dies Natalis XVI ISI Denpasar di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, Bali tidak memiliki kekayaan sumber daya alam (tambang), tetapi memiliki keunggulan adat istiadat, seni, budaya dan tradisi yang tidak akan pernah habis.
Sumber daya itu pula, katanya, yang menjadi daya tarik “Pulau Dewata” itu bagi wisatawan yang melancong ke Bali.
“Pariwisata itu tidak saja menyangkut alam maupun infrastruktur, tetapi juga jiwa yang bersumber dari seni, budaya, dan adat istiadat. Maka peliharalah jiwanya itu dengan serius mengurus seni dan budaya,” ujar Koster yang juga Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar itu.
Untuk menjaga kelestarian seni dan budaya Bali, lanjut dia, salah satunya dapat dilakukan dengan memperkuat ISI Denpasar.
“Bali dari sisi budaya sangat tergantung dengan bapak/ibu dosen dan mahasiswa ISI Denpasar sebagai penentu budaya. Budaya harus dijadikan hulu atau haluan pembangunan. Oleh karena itu, banggalah menjadi dosen dan mahasiswa seni,” ucapnya.
Koster mengatakan peminat mereka yang akan berkuliah di ISI Denpasar harus terus ditumbuhkan, salah satunya dengan meringankan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu atau kalau bisa digratiskan.
“Beri saya waktu untuk mencari sumber-sumber pendapatan sehingga nantinya semuanya bisa gratis,” ucap Gubernur Bali yang berasal dari Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
Dalam kesempatan itu, Koster juga mendorong ISI Denpasar terus melahirkan karya-karya berkualitas, yang salah satu ukurannya semakin banyak dipakai masyarakat.
Rektor ISI Denpasar Profesor Doktor I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum menyambut baik rencana Gubernur Bali memberikan beasiswa Bidikmisi bagi anak didiknya.
“Selama ini dari 600 mahasiswa yang kami terima, yang menerima Bidikmisi 150. Iya Bapak Gubernur menginginkan yang 450 itu bisa dibantu dari APBD,” ucapnya.
Terkait dengan perayaan Dies Natalis yang dilakukan secara sederhana, menurut Prof Arya, tidak mengurangi makna dan semangat civitas untuk membangun almamater.
Kegiatan diawali dengan debat mahasiswa, tirtayatra, dan pemutaran film karya terbaik mahasiswa, dan kemudian diakhiri dangan Rapat Dewan Penyantun.
“Rapat Dewan Penyantun telah menghasilkan sejumlah rumusan penting sebagai masukan terhadap penyusunan Renstra ISI Denpasar 2019-2024,” ujarnya.
Pada Dies Natalis ke-16 ini juga diisi orasi ilmiah oleh Profesor Sardono Waluyo Kusumo, seniman dan guru besar Institut Kesenian Jakarta dengan judul “Chthonic Broer”. Topik itu dipilih dengan mencermati perkembangan jagat seni Indonesia selama beberapa dekade terakhir ini.
“Kami lebih banyak mengisi rangkaian dies natalis dengan hal-hal yang prinsip. Seperti halnya orasi ilmiah ini benar-benar menyentuh dan memberikan makna bagi kami,” kata dia.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar memajang karya tugas akhir (TA) mahasiswa di tempat-tempat umum dan sekaligus menggelar ujian tulis di sejumlah tempat pameran itu.
“Tempat pameran tugas akhir mahasiswa dari tujuh jurusan (prodi) di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar berbeda-beda, disesuaikan dengan karya yang dihasilkan,” kata Dekan FSRD ISI Denpasar Dr AA Gde Bagus Udayana, S.Sn, MSi, di Denpasar, Rabu.
Untuk Jurusan Seni Rupa Murni misalnya, karya dipajang di Denpasar Art Space; Jurusan Kriya di Museum Pendet Ubud, Kabupaten Gianyar; Jurusan Desain Interior di Kulidan Kitchen, Gianyar; serta Jurusan Desain Komunikasi Visual dan Fotografi di Musuem Jnana Tilem.
Sementara karya mahasiswa Jurusan Televisi dan Film, menggunakan dua tempat yakni laboratorium kampus dan “outdoor”. Sedangkan Jurusan Desain Mode memperagakan rancangan busananya di salah satu gedung kampus.
Menurut Udayana, tugas akhir inovatif ini bertujuan mendekatkan FSRD ISI Denpasar dengan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat atau “stakeholder” mengetahui potensi yang dimiliki FSRD ISI Denpasar di puncak masa akademik mahasiswanya di kampus.
“Semuanya mengundang pakar di bidang masing-masing. Secara tidak langsung, kami juga ingin menyampaikan pesan ke publik, ini lho karya mahasiswa kami,” ucap Udayana.
Udayana optimistis karya tugas akhir peserta didiknya yang dilalui dengan proses panjang dapat diterima dan menjadi kebutuhan dari para pemangku kepentingan. “Melalui pameran ini, kami pun berharap menarik minat masyarakat untuk kuliah di FSRD ISI Denpasar sehingga semakin dikenal masyarakat luas,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, secara khusus memuji karya tugas akhir mahasiswa. Berdasarkan pengalamannya, hampir tidak ada jebolan dari institusi setempat yang menganggur.
Ribuan alumnusnya telah menyebar menjadi abdi negara, seniman, akademisi serta pelaku usaha kreatif.
Menurut Prof Arya, data tersebut membuktikan lulusan ISI Denpasar memiliki kompetensi seimbang antara ilmu seni (teori) dan praktik melalui karya yang dihasilkan.
“Lulusan ISI Denpasar langsung kerja dan berwirausaha sesaat setelah diwisuda atau lulus,” katanya.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar berkomitmen memantapkan Bulan Menari dalam pelaksanaannya yang ke-6 untuk memberi ruang kreativitas bagi segenap civitas akademika, alumni, bahkan para seniman dari luar Bali.
“Selain sebagai ruang kreativitas, Bulan Menari juga wujud kepedulian Jurusan Seni Tari terhadap lembaga melalui kreativitas dan yang terpenting lagi, muara dari Bulan Menari berpengaruh pada akreditasi,” kata Ketua Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Sulistyani, SSKar, MSi disela-sela kegiatan Bulan Menari ke-6 Juli 2019, di Denpasar, Minggu (28/7) malam.
Pihaknya sengaja membatasi penampilan atau karya civitas akademika setiap kali Bulan Menari digelar, supaya setiap bulannya karya tersebut mendapatkan jatah tampil. Usai pementasan juga rutin dilakukan dialog terkait garapan masing-masing untuk menyeimbangkan keilmuan dengan praktik.
Pada Bulan Menari VI, ditampilkan empat buah garapan, salah satunya “Mulih kemulan”. Garapan Kadek Karnia Arta ini menceritakan fase kehidupan manusia kembali ke titik nol.
“Dalam Bulan Menari ini, semua civitas dilatih untuk tampil, menambah pengalaman, kreativitas, memperdalam tradisi, dan berlatih berbicara mempertanggungjawabkan apa yang kita garap. Semoga semakin banyak civitas yang tertarik,” ujar Sulistyani seraya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan institusi dan fakultas atas dukungan kegiatan ini hingga berlangsung keenam kalinya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, mengapresiasi dan berkomitmen mendukukung pengembangan Bulan Menari ke depan.
“Kami lihat dari awal digelar hingga kini, Bulan Menari ini disambut antusias. Penyelenggaraanya juga konsisten, jadi perlu kita tingkatkan dan kelola ke arah yang lebih baik,” ujar Prof Arya.
Bulan Menari ini lahir dari ide bersama para sesepuh tari, salah satunya Prof Dr I Wayan Dibia sembari membahas rencana pendirian gedung black box, yakni gedung multifungsi untuk tari maupun karawitan.
Ide ini, lanjut Rektor Arya, disambut dengan inisiasi civitas jurusan tari untuk lebih menggariahkan iklim akademis di kampus.
“ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan harus menyeimbangkan pelajaran teori dengan praktik. Bulan Menari ini sekaligus menjadi ajang mengasah kemampuan untuk menghadapi even-even yang lebih besar di luar kampus,” ucapnya sembari mengatakan penampilan terbaik tergantung dari intensitas latihan.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita, Prestasi
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Film pendek berjudul “Angkara” karya mahasiswa Jurusan Film dan Televisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar dinobatkan sebagai film terbaik kategori mahasiswa umum pada ajang Festival Film Surabaya VIII tahun 2019.
“Film itu perkembangannya sangat cepat beradaptasi dengan teknologi. Prestasi kali ini membuktikan ISI Denpasar mampu berprestasi pada kesenian klasik dan modern,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, di Denpasar, Rabu.
Prof Arya mengapresiasi prestasi peserta didiknya itu, bahkan ia merasa malu melihat begitu semangatnya mahasiswa ISI Denpasar di tengah keterbatasan sarana perfilman di kampus setempat.
Sebagai pimpinan institusi, dia berusaha melengkapi kekurangan itu dan meminta mahasiswanya tetap memelihara semangat dalam berkarya.
Prof Arya pun tidak ingin ISI Denpasar menjadi kampus yang terkesan hanya bernostalgia dengan masa lalu. Prestasi di bidang film, menurutnya merupakan salah satu jawaban bahwa di ISI Denpasar iklim akademik antara kesenian klasik dan modern berjalan beriringan.
Rektor asal Pupuan, Tabanan, ini berharap film-film karya ISI Denpasar harus memiliki ciri khas sehingga ada perbedaan yang jelas dengan film karya pihak lain.
“Fungsi film adalah komunikasi, tetapi bidang keilmuannya seni. Makanya penekanan kita adalah pada seninya dan kreativitasnya,” ujarnya.
Ke depan pihaknya berencana memperluas jurusan agar terlihat perbedaan film sebagai bidang ilmu komunikasi dan film sebagai ilmu seni.
Sementara itu, Robi’atul Yamania G, selaku produser menuturkan perjalanan film Angkara diwarnai berbagai tantangan, mulai dari faktor biaya produksi hingga cemoohan dari sejumlah pihak. “Namun kami bangga semua tantangan tersebut terbayar lunas oleh prestasi yang berhasil dibawa pulang,” ucapnya.
Mahasiswi Jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini memastikan prestasi tingkat nasional tersebut semakin memecut semangatnya dalam menelurkan karya-karya yang lebih inovatif.
“Semoga saya semakin rendah hati, terus berkarya, menciptakan sesuatu yang kreatif, tidak menyerah pada tantangan dan tidak mudah putus asa,” katanya.
Dia berharap film “Angkara” mampu menginspirasi generasi muda, khususnya mahasiswa ISI Denpasar.
Sutradara “Angkara” Herda Martin mengemukakan film karyanya tersebut merupakan luaran dari mata kuliah Praktika Terpadu. Angkara adalah film ber-genre “action comedi” yang memadukan seni pencak silat dan bondres. “Kami berusaha memadukan bondres dan pencak silat,” ucapnya.
Herda yang juga mahasiswa jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini berharap dukungan dari pimpinan ISI Denpasar, mengingat timnya tampil membawa nama besar ISI Denpasar.
“Kami sudah dua kali masuk festival. Pertama dibiayai institusi, kedua biaya sendiri yang menurut kami cukup berat. Karena kami membawa nama institusi, kami mohon saling dukung,” katanya berharap.