by admin | May 4, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : Drs. Anak Agung Gde Ngurah T.Y., M.Si
Dibiayai Dari Dana Dipa Isi Denpasar 2009
Ringkasan Penelitian
Latar belakang dan daya tarik penciptaan tentang “KALIGRAFI DALAM RERAJAHAN KLASIK BALI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA LUKIS MODERN” adalah karena pencipta melihat banyaknya muncul lukisan-lukisan Bali Modern yang hampir melupakan tema-tema tradisi sebagai nilai kearipan lokal. Ketika memasuki tengah abad-21, telah terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam seni lukis Bali Modern, dalam irama penuh kreasi, ide dan kreatifitas.
Rerajahan pada hakekatnya merupakan budaya Hindu Bali, sebagai suatu produk local genius. Hal ini dapat dilihat pada upakara panca yadnya, sarana pengobatan, ilmu penengen dan ilmu pengiwa. Antara rerajahan, tantra dan mantram memiliki suatu keterpaduan yang sangat erat dan saling mendukung di dalam membangkitkan kekuatan magis sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat bali.
Transformasi rerajahan Seni Lukis Modern pada dasarnya telah dimulai sejak masuknya pengaruh budaya luar. Rudolf Bonnet dan Walter Spies memberikan pengaruh kepada kehidupan seniman bali untuk mengungkapkan ide-idenya secara bebas.
Transformasi rerajahan telah diawali pada zaman Pitha Maha, perubahan dan pembaharuan terjadi karena transformasi melalui akulturasi dan asimilasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru. Rerajahan sebagai subjek matter diolah dan dilebur menjadi bentuk, fungsi dan makna baru, pada seni lukis Bali Modern. Meskipun demikian rerajahan yang erat hubungannya dengan agama hindu tetap disakralkan.
Mode transformasi dapat memberikan pengkayaan ide-ide terhadap pencipta, melalui; Adopsi, Depormasi, Abstraksi dan Setilirisasi rerajahan, sehingga terwujudlah suatu karya penciptaan Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai seni lukis Bali Modern yang berkepribadian, original dan segar.
Tujuan dan Manfaat penciptaan ini adalah; untuk mendapatkan gambaran secara lebih mendalam dan jelas mengenai tranformasi Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai kontek perubahan bentuk, fungsi dan makna, pada seni lukis modern.
Penciptaan ini menggunakan kerangka teori; estetika yang menitik beratkan pada bentuk yang berhubungan dengan keindahan, teori structural fungsional, untuk mengetahui fungsi suatu rangkaian kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan,teori semiotik, untuk membedah makna.
Metode yang digunakan adalah; dengan pendekatan kualitatif dengan mengidentifikasi objek transformasi rerajahan pada seni lukis bali modern secara langsung. Sedangkan proses penciptaan dapat dibagi menjadi tiga tahapan; yaitu tahap penjajagan/eksplorasi (exploration), tahap percobaan (exsperimentation) dan tahap pembentukan (forming). Selanjutnya dilakukan pengkajian yang cermat, akurat terutama terhadap penyajian bentuk,fungsi dan makna transformasi rerajahan lukisan Bali Modern.
Hasil penciptaan, keberadaan Kaligrafi bali dalam rerajahan pada hakekatnya telah menujukkan perannya sebagai sumber inspirasi, sehingga adanya pergerakan perubahan budaya dari transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan menjadi suatu tema-tema atau bentuk baru, dari bentuk baru ke fungsi, dari fungsi ke estetika dan dari esteika ke makna.
Dari perubahan dan pengaruh yang terjadi, transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan seni lukis Bali modern telah terhegemoni oleh pariwisata, art shop dan kolektor seni.
Transformasi merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan ide-idenya atau imigrasinya melalui bentuk-bentuk kaligrafi bali dalam rerajahan, dalam transformasi tersebut unsur-unsur internal kaligrafi bali dalam rerajahan, seperti nilai-nilai yang terkandung dilebur menjadi satu dengan disertai oleh pengaruh modern berupa olahan ide, teknik serta pengungkapan karya seni, memunculkan seni lukis modern yang baru bersifat individualistik dan mengandung nilai tinggi
by admin | May 3, 2010 | Artikel, Berita
Oleh: I Nyoman Suardina
Program Studi Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Laporan Penciptaan Dana Dipa Isi DenpasarTahun 2009
‘Serikat Serangga’, yang dijadikan topik dalam penciptaan kriya seni ini, merupakan gabungan dua suku kata yang tidak memiliki hubungan secara leksikal. Serikat, secara harfiah diartikan sebagai perkumpulan atau perhimpunan atas suatu persamaan, sedangkan serangga adalah makhluk hidup dari kelompok hewan Invertebrata, kelas Insecta, yang mempunyai bilangan spesies terbanyak.
‘Serikat Serangga’, dalam topik ini adalah sesuatu gagasan untuk menangkap suatu pencitraan lingkungan alam, yang memberikan inspirasi estetik dalam menciptakan karya seni. Bagi pencipta, gabungan kata ‘Serikat Serangga’ menghasilkan imajinasi penuh makna, yang dapat dimanfaatkan untuk menangkap berbagai fenomena melalui perspektif kriya seni, terhadap bermacam sistem kehidupan di alam. Dengan konsep ini, diharapkan akan diperoleh materi penciptaan yang memadai. Kemudian, fenomena siklus kehidupan di alam itu dibagi dalam faset-faset yang lebih kecil, tertuang dalam setiap judul karya yang akan diciptakan.
‘Serikat Serangga’ divisualisasikan menjadi karya seni kriya yang bermatra tiga dan dua dimensional, dengan bahan utama kayu, menggunakan teknik konstruksi dan laminating (mosaik). Pemanfaatan karakter serat kayu merupakan usaha pengorganisasian potensi alamiah material, sebagai penunjang motif. Pola, motif, dan narasi mengacu pada inspirasi pencitraan ‘Serikat Serangga’, sehingga keseluruhan bentuk karya merupakan ciri karya yang bersifat personal. Dengan demikian penciptaan karya kriya ini mengacu pada karya yang mencerminkan ekspresi pribadi, sebagai realisasi gagasan dalam usaha mengembangkan kasanah penciptaan kriya seni.
Karena luasnya tema yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam penciptaan, maka ‘Serikat Serangga’ dipandang perlu diciptakan sebagai sebuah frame yang diinterpretasikan untuk mewadahi segala pencitraan sendi-sendi kehidupan manusia. Kendati demikian, karena keterbatasan tertentu antara lain dalam menafsirkan objek yang sangat rumit serta teknik penciptaan yang bervariasi yang tergolong sulit, utamanya dalam rentang waktu yang sangat pendek, tentu tidak semua pencitraan dimaksud bisa diwujudkan. Tetapi tetap diperlukan daya seleksi untuk menentukan objek yang akan diwujudkan menjadi karya seni. Tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan karya seni ini adalah: pertama mewujudkan suatu karya seni yang memiliki ciri khas dan karakter pribadi, artistik, simbolik, dan sesuai dengan yang diinginkan, kedua menambah khasanah kekriyaan, baik dari segi ide, bentuk, maupun teknik penggarapan, yang mencerminkan kebaruan.
Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya selengkapnya
by admin | May 3, 2010 | Berita, pengumuman

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hibah penelitian pada program I-MHERE ISI Denpasar, para pemenang hibah penelitian pada program I-MHERE tahun anggaran 2008/2009 menyelenggarakan seminar hasil penelitian. Seminar yang diselenggarakan oleh panitia khusus dari LPIU-I-MHERE akan berlangsung pada hari Rabu s/d Jum’at tanggal 5-7 Mei 2010. Ketua pelaksana, atas nama Direktur Eksekutif, Sekretaris Akademis, I Made Berata, S.Sn., M.Sn. mengungkapkan, seminar akan diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Jurusan Karawitan dan Prodi Kriya Seni ISI Denpasar. Seminar akan diikuti oleh 12 pemenang Hibah, yang seharusnya ada 14 pemenang hibah penelitian, namun dua judul penelitian sudah dipresentasikan di Surabaya atas undangan dari Direktur I-MHERE Pusat Jakarta. Dari keduabelas judul penelitian tersebut sebagai berikut.
| Nama Pemakalah |
Judul Penelitian |
| Drs. I Ketut Muka, M.Si |
Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Gianyar |
| Drs. I Made Suparta, M.Hum |
Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Karangasem |
| I Made Berata, S.Sn., M.Sn |
Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Klungkung |
| I Nyoman Suardina, S.Sn., M.Sn |
Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Buleleng |
| Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn |
Gender Wayang Style Kayu Mas Denpasar: Analisis Struktur Musikal |
| I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si |
Analisis Saih Gambang Desa Tambak Buyuh Mungu Kabupaten Badung |
| I Wayan Suharta, SSKar., M.Si |
Sekularisasi Gamelan Selonding: Analisis Repertoar dan Konsep Musikal |
| Kadek Suartaya, SSKar., M.Si |
Cak: Perintis Seni Pertunjukan Wisata Bali: Analisis Konsep Musikal |
| Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si |
Gamelan Gong Gede di Pura Ponjok Batu, Singaraja: Kajian Nilai-Nilai Ritual |
| I Made Kartawan, S.Sn., M.Si |
Reformulasi Sitem Patutan Pada Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu |
| I Ketut Gawa, S.Sn., M.Sn |
Gending-Gending Iringan Tari Legong (Sebuah Dokumentasi dalam Bentuk Studi Komparatif) |
| I Gede Yudarta, SSKar., M.Si |
Gamelan Gambang dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar |
by admin | May 3, 2010 | Berita, pengumuman
PENGUMUMAN
Diumumkan kepada seluruh Dosen dan Mahasiswa FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar untuk mengikuti SEMINAR I-MHERE, pada :
Hari/tanggal : Rabu, 5 Mei 2010
Pukul 09.00 wita
tempat : Pusdok ISI Denpasar
a.n. Derektur Eksekutif
Sekretaris Akademik
ttd
I Made Berata, S.Sn, M.Sn
NIP. 132296352
by admin | May 3, 2010 | Berita
Jakarta, Minggu (2 Mei 2010)–Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh… menekankan pentingnya pendidikan karakter. Sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa maka pendidikan karakter mendesak untuk diterapkan.
Hal tersebut disampaikan Mendiknas pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Minggu (2/5/2010).
“Diantara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran,” kata Mendiknas saat memberikan sambutan acara . Adapun tema peringatan Hardiknas adalah Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.
Mendiknas mencermati fenomena sirkus, yaitu tercerabutnya karakter asli dari masyarakat. Fenomena anomali yang sifatnya ironis paradoksal menjadi fenomena keseharian, yang dikhawatirkan pada akhirnya dapat mengalami metamorfose karakter.
“Memang kadang-kadang menjadi lucu dan mengherankan, betapa tidak mengherankan, penegak hukum yang mestinya harus menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu adalah sebagian dari fenomena sirkus tadi itu. Itu semua bersumber pada karakter,” kata Mendiknas.
Sementara itu, terkait pelaksanaan Ujian Nasional yang baru saja dilaksanakan, Mendiknas mengatakan, UN diantaranya dimaksudkan untuk melatih ketangguhan dan meningkatkan kemampuan dengan mengeksplorasi potensi dan sumber daya pendidikan. Hal ini, kata Mendiknas, dimaksudkan agar dunia pendidikan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa. “Dengan melatih ketangguhan dan kemampuan, generasi yang dilahirkan dunia pendidikan Insya Allah akan menjadi generasi yang sanggup dan siap menghadapi realitas kehidupan termasuk menghadapi implikasi dari globalisasi, ” ujarnya
Mendiknas memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh penyelenggara UN, para murid , para guru, dan orang tua, serta meminta untuk menerima hasilnya dengan obyektif dan jujur. “Kita terima apa adanya. Memang betul jumlah kelulusan menurun meskipun masih ada ujian ulang, memang betul ada yang harus mengulang, memang betul ada sekolah yang harus mengulang seluruhnya, tetapi yang penting intervensi kebijakan apa yang harus kita siapkan untuk memperbaikinya, ” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Mendiknas menyematkan Satya Lencana Karya Satya kepada 111 pegawai di lingkungan Kemdiknas. Penghargaan ini diberikan kepada pegawai yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan masa kerja 10 tahun hingga 30 tahun. Penghargaan diserahkan masing-masing kepada 37 pegawai dengan masa bakti 30 tahun, 56 pegawai masa bakti 20 tahun, dan 18 pegawai masa bakti 10 tahun.
Upacara dirangkai dengan penyerahan arsip statis Kemdiknas kepada Arsip Nasional Republik Indonesia sebanyak 403 berkas, penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Kemdiknas dengan PT. Global Mediacom tentang penyelenggaraan siaran televisi untuk pendidikan keterampilan bernama TV Citra Indonesia Terampil, penandatanganan prasasti peresmian Taman Bacaan Masyarakat di Pusat Perbelanjaan atau disebut TBM@Mall, dan peluncuran laman kemdiknas.go. id yaitu portal baru Kemdiknas yang berbasis kepada layanan publik.
Sumber: http://www.diknas.go.id/headline.php?id=1416
by admin | May 3, 2010 | Berita
JAKARTA, KOMPAS.com — Mulai minggu depan, daerah-daerah pelosok di Nusantara akan dapat menikmati layanan TV pendidikan hasil kerja sama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dengan Media Nusantara Citra (MNC Group). Program televisi berbasis pendidikan itu bernama TV Citra Indonesia Terampil.
“Televisi ini lahir sebagai akibat dari kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan kultur yang berbeda-beda di Indonesia sehingga ada beberapa daerah yang tidak terjangkau akses pendidikan. Oleh karena itu, dengan kehadiran TV ini, diharapkan dapat mengatasi persoalan pendidikan di daerah pelosok. Anggap saja ini kado Hardiknas,” ucap Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat meresmikan peluncuran televisi tersebut di Jakarta, Minggu (2/5/2010).
TV Citra Indonesia Terampil ini akan mengudara melalui televisi berlangganan Indovision dichannel 845. Pemilihan channel 845 tersebut juga memiliki makna filosofis, yakni merujuk pada angka bulan dan tahun hari kemerdekaan RI.
“Semua layanan ini sifatnya gratis. Kami akan ikut berpartisipasi membantu infrastruktur yang dibutuhkan, seperti penggunaan satelit,” ungkap CEO MNC Grup Harry Tanoesudibyo.
Nantinya, televisi tersebut akan menayangkan program-program pendidikan yang mengarah pada keterampilan hidup, selain pelajaran tingkat sekolah dasar dan menengah. Hingga kini, TV Citra Indonesia Terampil sudah menjangkau dua ratus titik di Indonesia, dengan target mencapai seribu titik pelosok Indonesia.
“Di tiap daerah akan diberikan televisi besar, termasuk dekoder, sehingga pembelajaran bisa dilakukan dengan bantuan televisi ini,” ujar Mohammad Nuh.
Ia juga menerangkan, mulai Senin, televisi ini sudah bisa mengudara di sejumlah pelosok daerah di Indonesia. Permasalahan pendidikan di daerah pelosok merupakan masalah yang tidak pernah selesai. Keterbatasan dana dan infrastruktur membuat pendidikan di daerah pelosok menjadi terpinggirkan. Dengan kehadiran televisi ini, diharapkan daerah-daerah terpencil mampu mengejar ketertinggalannya di bidang pendidikan.
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/13303719/TV.Pendidikan..Kado.Istimewa.Hardiknas