by admin | Jul 16, 2010 | Artikel, Berita
Oleh: A.A.Ayu Kusuma Arini, SST.,MSi
Dalam pembelajaran tari, Mandera menerapkan dua hal yang mendasar. Bagi anak perempuan, sebagai dasar tari diajari tari Legong karena perbendahraan gerak lebih lengkap. Sedangkan anak laki-laki diajarkan tari Baris. Untuk mengajar tari Legong selain Biang Sengog, dipercayakan pula kepada Gusti Ayu Muklen dari Pejeng dan Ni Ketut Reneng dari Denpasar. Sebagai pengajar tari Baris ada A.A.Rai Breset dai Mas, Nyoman Kakul dan Made Jimat dari Batuan. Sedangkan untuk Kakebyaran ada Wayan Rindi dari Denpasar, Ketut Maria dari Tabanan dan Gede Manik dari Singaraja.
Pelatihan tari Legong Lasem gaya Peliatan dari semula biasanya dilakukan pada siang hari yang diiringi permainan kendang Gungkak Mandera dan gumaman melodi oleh Niang Sengog sendiri. Untuk memberi dasar gerak, Sengog membantu pembentukan olah tubuh lewat pijatan tubuh penari dengan kaki agar tubuh menjadi luwes dan lentur. Menurut pengakuan Raka Rasmi sebagai penari Condong Legong yang pertama kali diasuh Niang Sengog untuk persiapan ke Paris tahun 1952, betapa beratnya mulai belajar menari. Tubuh betul-betul terasa sakit guna mendapatkan agem yang kuat. Tubuh harus tengkurep di lantai, kemudian diinjak-injak untuk melemaskan otot. Di bawah ketiak diikat sabuk setagen supaya agem tidak berubah. Untuk melatih gerakan ngelayak (kayang) dilakukan sendiri dengan bersandar di atas meja yang setinggi pinggang. Di samping itu kadang-kadang pelatih tari berdiri di samping sembari memegang pinggang penari (wawancara, 20 Agustus 2009).
Teknik Pembelajaran Tari Legong selengkapnya
by admin | Jul 16, 2010 | Berita
DENGAN kemitraan yang baik antara pemerintah dan perguruan tinggi, program-program inovasi yang dicanangkan akan bisa terjamin keberlangsungannya.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata mengharapkan perguruan tinggi (PT) di Indonesia mampu jadi penggerak roda sistem inovasi nasional (SIN). Hal ini mengingat peranannya dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) unggul sehingga mampu membangun rantai nilai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam SIN.
”Satu hal yang penting diperhatikan adalah peranan perguruan tinggi dalam membangun rantai nilai iptek dalam kerangka sistem inovasi nasional.Perguruan tinggi secara terus-menerus menghasilkan SDM unggul yang berperanan penting sebagai mesin penggerak roda inovasi nasional.
Dengan kemitraan yang baik antara pemerintah dan perguruan tinggi, program- program inovasi yang dicanangkan akan bisa terjamin keberlangsungannya,” ujar Suharna saat memberikan sambutan pada Rapat Paripurna Dewan Riset Nasional di Puspitek,Serpong. Suharna mengisyaratkan bila pada masa depan setiap program Kementerian Ristek, baik tematik maupun program insentif, harus diupayakan sebisa mungkin untuk membangun kemitraan dengan perguruan tinggi.
”Program insentif riset harus bisa menghasilkan lulusan-lulusan S-2 dan S-3 berbasis riset dari universitas- universitas dalam negeri. Ini akan menjadi awal terbangunnya universitas-universitas riset yang akan menjadi pusat riset utama di negara kita pada masa depan.
Dengan kemitraan dengan perguruan tinggi, persoalan kelangkaan SDM yang terjadi di lembagalembaga penelitian kita akan bisa teratasi,”paparnya. Selain menyoroti kemitraan sinergis dengan perguruan tinggi, Menristek juga menjelaskan rencana strategis (renstra) Kementerian Riset dan Teknologi pada 2010- 2014 telah menjadikan peningkatan produktivitas penelitian dan pengembangan (litbang) nasional dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional sebagai tujuan untuk mewujudkan visi iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban.
Peningkatan produktivitas dan peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional menjadi dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Produktivitas litbang hanya akan meningkat apabila hasilnya didayagunakan secara maksimal,dan sebaliknya pendayagunaan hasil litbang juga akan mengalami stagnasi apabila produktivitas tidak meningkat. Untuk menjembatani dua sisi tersebut, menurut Suharna, harus diupayakan secara maksimal apa yang disebut penciptaan nilai atau produk,value creation atau product development berbasis iptek hasil litbang.
”Kita sering melihat hasil-hasil litbang dari lembaga-lembaga litbang nasional dan perguruan tinggi yang sangat menggembirakan. Akan tetapi, di pihak lain kita masih dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil-hasil litbang kita masih belum memberikan kemanfaatan atau nilai tambah yang maksimal bagi masyarakat. Hal ini disebabkan proses penciptaan nilai dan produk berbasis hasil litbang nasional belum berjalan secara optimal. Tanpa penciptaan nilai atau produk berbasis iptek, maka hasil-hasil litbang itu hanya akan tenggelam ke dalam apa yang diistilahkan dengan ‘lautan Darwin’ atau lautan kemubaziran dalam proses evolusi kemanfaatan,”tutur Suharna. Menurut Suharna, di negara modern, proses penciptaan nilai atau pengembangan produk inovasi dimotori perusahaan swasta.
Di negara ini, hal itu belum berjalan baik karena kegiatan litbang berisiko tinggi dan merupakan investasi yang besar. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi akan menjadi leader dan motor penggerak agar gerakan litbang nasional untuk penciptaan nilai atau produk- produk berbasis iptek menjadi semarak. Untuk itu, kebijakan ristek dalam lima tahun mendatang, Suharna mengatakan, akan fokus pada upaya melakukan koordinasi terhadap para pengembang iptek, baik di lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK), litbang pemerintah, dan perguruan tinggi dalam penciptaan nilai atau produk berbasis iptek untuk memberikan nilai tambah atau kemanfaatan secara riil bagi masyarakat.
Menanggapi itu,Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Chairil Effendi mengaku semua perguruan tinggi telah sepakat untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai penggerak sistem inovasi nasional. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang dilakukan para dosen perguruan tinggi. Namun, ada kecenderungan berbagai inovasi yang dilakukan perguruan tinggi kurang bisa dimanfaatkan masyarakat. Ini karena tidak banyak penelitian dan inovasi yang dilakukan perguruan tinggi yang bisa diaplikasikan ke dunia nyata.”Hasil inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi,banyak yang hanya tersimpan di dalam rak. Ini karena ketiadaan anggaran perguruan tinggi untuk mengaplikasikannya,” katanya. Dalam kondisi tersebut, seharusnya pihak swasta ataupun badan usaha milik negara (BUMN) lebih aktif berdialog dengan perguruan tinggi untuk menanyakan hasil inovasi atau penelitian yang telah dilakukan.(hermansah) .
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/338321/
by admin | Jul 16, 2010 | Berita, pengumuman
I. Latar Belakang
Ekonomi kreatif menuntut kita untuk menciptakan sebuah desain produk assesoris melalui ide-ide yang kreatif dan inovatif. Maka kami dari Program Studi Kriya Seni mengadakan lomba ini pada DIES Natalis ISI Denpasar.
II. Tema Lomba
Adapun tema yang akan dilombakan untuk tingkat SMK/SMU se-Bali, yaitu :
“ Menciptakan Desain Produk yang Kreatif dan Inovatif”.
III. Katagori Produk yang Dilombakan
– Desain Bross
– Desain Jepit Rambut
– Desain Anting-Anting
IV. Ketentuan Lomba Desain Produk Assesoris
– Gambar tampak depan, tampak samping, tampak atas dan perspektif
– Kertas (disediakan panitia), pensil, penghapus, penggaris, drawing pen (dibawa peserta).
– Karya pemenang lomba menjadi milik panitia dengan hak cipta sepenuhnya milik peserta
– Memperhatikan persyaratan umum dan jadual penyelenggaraan lomba
V. Persyaratan Peserta
– Telah terdaftar sebagai peserta lomba
– Masing-masing peserta diwajibkan membawa alat-alat yang diperlukan
– Peserta hanya diberi kertas yang dilegalisir dan snack
– Peserta harap hadir 30 menit sebelum lomba
VI. Penghargaan
Bagi para pemenang I, II, III dari masing-masing katagori akan diberikan hadiah berupa piagam penghargaan dan uang tunai.
VII. Kreteria Penilaian
– Ide dasar, konsep inovatif kreatif
– Orisinalitas
– Mutu Desain
– Memiliki orientasi pasar dan berpengaruh untuk perkembangan trend
VIII. Pendaftaran Peserta
Pendaftaran dilaksanakan mulai tanggal 12-19 Juli 2010 jam 09.00 s/d 13.00 Wita.
Tempat pendaftaran : Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar.
Pelaksanaan lomba tanggal 20 Juli 2010 jam 09.00 s/d 14.00 Wita
Tempat : FSRD ISI Denpasar.
by admin | Jul 15, 2010 | Artikel, Berita
Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn
Keberadaan seni kerajinan ukir batu padas di tengah masyarakat, pada awalnya merupakan kegiatan sampingan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan per-kembangan zaman, maka usaha seni kerajinan batu padas di Sukawati merupakan salah satu potensi yang dapat dihandalkan dan dikembangkan. Tumbuhnya seni ke-rajinan ini, merupakan kreativitas masyarakat dalam mengantisipasi kondisi sosial ekonomi. Menurut keterangan perajin setempat, kagiatan ini merupakan suatu bentuk usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi masyarakat. Seni kerajinan ukir batu padas, sebagai salah satu pilihan usaha, khusus bagi di dalam masyarakat Sukawati telah melibatkan hampir semua masyarakat, sehingga semua aktivitas keseharian didominasi dan terkonsentrasi oleh pembuatan barang seni kerajinan ukir batu padas sebagai kegiatan home industri.
Kehadiran seni kerajinan ukir batu padas sengat diperlukan untuk memenuhi fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat Sukawati dan masyarakat luas. Dalam kontak itu, seni kerajinan ukir batu padas bisa diamati menurut fungsinya. Feldman (1967) dalam bukunya yang berjudul Image And Idea, terjemahan Gustami dengan judul Seni Sebagai Wujud Dan Gagasan (1991: 2) menjelaskan, bahwa fungsi-fungsi seni yang telah berlangsung sejak zaman dahulu, adalah untuk memuaskan: (1) Kebutuhan-kebutuhan individu tentang ekspresi pribadi; (2) Kebutuhan-kebutuhan sosial untuk keperluan display, perayaan, dan komunikasi; (3) Kebutuhan-kebutuhan fisik mengenai barang-barang dan bangunan-bangunan yang bermanfaat. Lebih jauh dalam pengertian luas Feldman membagi fungsi seni menjadi tiga bagian, yaitu: Fungsi personal (personal function of art); fungsi sosial (the social function of art); dan fungsi fisik (fisical function of art).
Pengertian fungsi seni tersebut di atas digunakan untuk mengetahui sejauh mana berbagai macam karya seni kerajinan ukir batu padas Silakarang dapat ditelusuri guna memenuhi selera peminat. Tentu saja tidak semua fungsi seni yang telah disebutkan di atas terwadahi atau masuk dalam kategori fungsi seni yang tengah dikaji secara spesifik, yakni seni kerajinan ukir batu padas Silakarang.
Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati selengkapnya
by admin | Jul 15, 2010 | Berita, pengumuman
Sebagai rangkaian kegiatan DIES NATALIS VII-2010 Institut Seni Indonesia Denpasar
PS. Fotografi FSRD ISI Denpasar menyelenggarakan :
LOMBA FOTOGRAFI
“Budaya Sebagai Karakter Bangsa”
Ketentuan Lomba Foto :
1. Peserta adalah perorangan, pelajar SMU/SMK, Mahasiswa, dan Umum.
2. Foto karya sendiri (bukan milik orang lain).
3. Foto belum pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis dan merupakan karya foto tahun 2009-2010.
4. Foto merupakan hasil foto kamera digital dan atau analog, tanpa olah digital yang berlebihan.
5. Foto yang dikirim kepada panitia berupa: hasil cetak dengan ukuran 10R dan File foto digital dalam keping CD (soft copy).
6. Pada hasil foto cetak, peserta mencantumkan judul foto, nama peserta, asal sekolah/instansi dan fotocopy tanda pengenal. Ditempel di belakang foto.
7. Pada keping CD (soft copy), file foto disimpan dengan format JPEG, TIFF atau RAW, ukuran minimal 3000×2000, 300 dpi. File foto diharuskan masih memiliki metadata/EXIF. Penamaan file dengan format (judul foto)_(nama fotografer).jpg
8. Karya fotografi dimasukkan ke dalam amplop tertutup, di sudut kiri atas dituliskan: LOMBA FOTOGRAFI PS. FOTOGRAFI, FSRD ISI DPS.
9. Amplop diserahkan secara langsung kepada Panitia Lomba Fotografi PS. FOTOGRAFI, FSRD ISI DPS di JL. NUSA INDAH DENPASAR. Diterima di meja panitia paling lambat tanggal 19 JULI 2010.
10. Peserta berhak mengirimkan lebih dari 1 (satu) karya foto. Maksimal 10 (sepuluh) karya foto.
11. Biaya pendaftaran 1 (satu) karya foto adalah Rp. 10.000,-. Dibayarkan saat penyerahan karya foto kepada panitia.
12. Foto yang dikirimkan menjadi hak PS. Fotografi FSRD ISI Denpasar untuk kegiatan promosi maupun kegiatan lainnya.
13. Hasil penilaian dewan juri akan diumumkan melalui website ISI Denpasar, dan ditempelkan pada pengumuman Dies Natalis VII 2010, pada tanggal 20 Juli 2010.
14. Dewan juri terdiri dari akademisi, wartawan foto, dan fotografer profesional.
15. Keputusan dewan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Hadiah berupa uang tunai
Pemenang Pertama : Uang + Piala Rektor ISI Dps
Pemenang Kedua : Uang + Piala Dekan FSRD ISI Dps
Pemenang Ketiga : Uang + Piala Kaprodi Fotografi FSRD ISI Dps
10 Pemenang Harapan : Piagam Penghargaan
PANITIA LOMBA FOTOGRAFI
Program Studi Fotografi
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Seni Indonesia Denpasar
Jl. Nusa Indah Denpasar
Cp. Arba Wirawan – 081338738806
Lelo – 081326062005
by admin | Jul 15, 2010 | Artikel, Berita
Oleh: Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan
Seni pertunjukan klasik Bali kini semakin terpinggir. Teater tua Gambuh misalnya kemungkinan hanya bisa dipergoki dalam upacara keagamaan yang tergolong besar. Demikian pula Wayang Wong semakin sulit untuk menjumpai pementasannya. Bahkan salah satu seni karawitan Bali yang disebut Gambang sudah menuju kepunahannya. Beberapa bentuk seni klasik tradisional Bali yang lainnya hidup segan mati pun pasrah. Sementara itu, sebagian masyarakat pendukungnya semakin tak hirau dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ekspresi seni klasik itu.
Mungkin sebagai bentuk kepedulian terhadap keberadaan seni klasik Bali yang sedang merana itu, Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 tahun 2010 ini memberikan porsi yang cukup luas untuk penampilan seni klasik. Tengoklah pada minggu pertama PKB, telah diisi dengan empat bentuk pagelaran seni klasik, semuanya berlangung pagi-siang hari. Pada Senin (14/6) tampil tari klasik Barong Banjarangkan, Klungkung, Selasa (15/6) diperdengarkan karawitan klasik Caruk Kabupaten Bangli, Rabu (16/6) ditampilkan karawitan klasik Slonding Kabupaten Gianyar, dan Sabtu (19/6) dihadirkan karawitan klasik Gambang Kabupaten Badung.
Penampilan tari klasik Kumara Eka Banjar Lepang, Banjarangkan, Klungkung di kalangan Ayodia, Taman Budaya Bali, disaksikan ratusan penonton. Suguhan seni pentas para penabuh dan penari yang rata-rata berusia remaja itu cukup meyakinkan. Bertitik tolak dari lakon Barong Swari, para seniman muda yang energik ini mencoba memberikan interpretasi tema PKB ke-32 dalam implementasi sajian seninya. Tema PKB XXXII, Sudamala: Mendalami Kemunian Nurani diejawantahkan dengan lakon ruwatan yang dipetik dari mitologi Siwa Tatwa.
Alkisah karena sebuah aib, Dewa Siwa menghukum istrinya, Dewi Uma, dengan mengusirnya ke bumi. Dalam wujud raksasa, Uma menjadi penguasa dunia kematian dengan sebutan Durga. Bersama para pengikutnya, Dewi Durga membuat ulah dan menebar bencana sehingga kehidupan menjadi kacau balau. Untuk menghindiri prahara yang lebih mengerikan, Dewa Siwa mengutus Tri Semaya menenteramankan kembali kehidupan di dunia. Tri Semaya yang terdiri dari Dewa Wisnu, Dewa Brahma, dan Dewa Iswara turun ke mayapada menjadi Telek, Topeng Bang, dan Banaspati Raja memerangi teror menakutkan Dewi Durga. Durga kalah dan disadarkan. Kehidupan alam semesta kembali harmonis.
Seni Klasik Mengusik Masyarakat Masa Kini Selengkapnya