by admin | Jun 9, 2011 | Berita
Denpasar – Era digitalisasi media seiring kemajuan teknologi informasi tidak akan membuat mati media ceta, deemikian terungkap pada seminar “Masa Depan Digitalisasi dan Interdependensi Media” dalam Kongres ke-23 Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di Denpasar, Rabu.
Dirut Tempo Bambang Harymurti menyatakan, walaupun tiras media banyak yang turun, tetapi secara akumulatif oplah nasional bertambah cukup signifikan.
Hal itu mengingat banyaknya penerbitan baru di berbagai daerah maupun di Jakarta. “Potensi di daerah-daerah lebih besar. Walaupun oplah masing-masing tidak besar, tetapi jumlah medianya banyak,” katanya.
Bambang memberikan contoh tiras koran dalam setahun naik 5.000 eksemplar, maka kalau jumlahnya 50 penerbitan, maka kenaikannya mencapai 250.000 eksemplar.
Mengenai pendapat yang menyatakan koran akan mati, dia menyamakan dengan kondisi dahulu, ketika berkembang radio, media cetak diperkirakan akan mati, saat berkembang stasiun televisi, radio yang akan tutup.
“Ini paradoks, sudah Maghrib, kok seperti masih duhur,” ucapnya.
Sementara Dahlan Iskan yang pada kongres itu kembali terpilih menjadi Ketua SPS periode 2011-2015, menyatakan dalam empat tahun terakhir tidak ada media anggota SPS yang mati.
“Semuanya tetap mampu bertahan, bahkan diwarnai cukup banyaknya penerbitan baru di daerah-daerah yang mampu terus tumbuh,” kata Dirut PLN itu.
Suratkabar kini tidak bisa lagi menempatkan diri dalam pengertian media cetak semata karena di era digital media cetak juga harus menempatkan berita-beritanya di dunia online.
“Untuk menurunkan berita, kita tidak bisa menunggunya sampai besok. Karena media online lainnya sudah menurunkan beritanya detik demi detik. Sedangkan yang disiarkan pada versi cetak, bisa berita-berita terakhir,” kata GM Kompas Multimedia Eddy Taslim.
Seminar tersebut juga menghadirkan PV Digital Music and Konten Managemen Telkomsel, Krishnawan Pribadi, mewakili Dirut Telkomsel Sarwoto Atmosutarno.
Dia menyatakan bahwa perangkat yang dimiliki perusahaannya sangat mendukung meningkatkan kerja sama penyiaran berita dengan berbagai media guna merespon perkembangan minat pasar.
Sumber: antaranews.com
by admin | Jun 8, 2011 | Berita
Kiriman Hery Budiana, Staft FSRD ISI Denpasar
Pameran Tugas Akhir Mahasiswa FSRD ISI Denpasar di Bentara Budaya Bali Kegiatan Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar Semester Genap tahun ajaran 2010/2011 dibuka pada tanggal 7 Juni oleh Rektor ISI Denpasar Prof. I Wayan Rai S, M.A, bertempat di Bentara Budaya Bali. Pameran kali ini mengusung tema “Lifestyle”, tema ini diangkat sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat saat ini dimana seni rupa tidak bisa dianggap sebelah mata seperti dahulu, namun saat ini sudah merupakan bagian dan gaya hidup dari kehidupan masyarakat.
Acara pembukaan diadakan outdoor/ luar ruangan dengan dimeriahkan oleh persembahan tari dari mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan dan didukung cuaca cerah membuat suasana keceriaan pun terasa. Dalam sambutannya Rektor ISI Denpasar memberikan wejangan kepada mahasiswa peserta TA yaitu Research based creation dimana mengandung pengertian bahwa mahasiswa seni haruslah mengamati serta melakukan riset terhadap hal-hal lain seperti sejarah, kebudayaan, filosofi, dan sebagainya kemudian mengaplikasikan hal tersebut dengan kreativitas sehingga menjadi penciptaan yang baru. Bapak Warih Wasistana selaku koordinator Bentara Budaya Bali juga memberikan sambutan singkat dalam pembukaan ini, dimana beliau mengungkapkan sangat bahagia selaku tuan rumah dalam pelaksanaan pameran ini karena sesuai dengan visi Bentara Budaya untuk mengadakan kerjasama dengan lembaga seni lainnyadalam upaya menciptakan Akademika Bentara Budaya.
Pameran Tugas Akhir diikuti oleh 63 mahasiswa peserta Tugas Akhir yang terdiri dari 16 mahasiswa dari jurusan Seni Rupa Murni, 12 mahasiswa dari Program Studi Desain Interior, 31 mahasiswa dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, dan 4 mahasiswa dari Program Studi Fotografi. Pada saat acara pembukaan pameran mahasiswa peserta TA akan hadir dan akan menjelaskan karyanya kepada pengunjung yang hadir, hal ini merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan seniman maupun masyarakat umum. Kesemua mahasiswa peserta Tugas Akhir ini akan memajang karyanya selama kurang lebih dua minggu dari tanggal 7 juni hingga 17 juni 2011. Pelaksaaan Ujian Akhir akan dilaksanakan sehari setelah pembukaan Pameran Tugas Akhir. Pada akhir kata sambutan Dekan FSRD sekaligus laporan singkat, ibu Rinu menambahkan jika dilihat dari statistik jumlah mahasiswa peserta Tugas Akhir, hal ini menunjukkan peningkatan dari jumlah peserta pameran-pameran sebelumnya, dan hal ini merupakan sinyal positif untuk meningkatkan lulusan tepat pada waktunya. Semoga kedepannya hal ini akan tetap berlanjut dan kegiatan Pameran Tugas Akhir akan berlangsung dengan lancar.
by admin | Jun 8, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Putu Juliartha, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Membuat trompong merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan keahlian yang khusus dan biasanya dimiliki oleh pande gamelan, dan dalam prosesnya mempergunakan cara-cara dan alat-alat yang masih bersifat tradisional. Meskipun teknologi telah mengalami perkembangan yang tidak bisa dipungkiri mampu mempengaruhi cara kerja pande gamelan yaitu dengan dipakainya alat-alat yang merupakan hasil teknologi modern, namun teknologi tersebut hanya mampu mempengaruhi sebagian kecil dalam pekerjaan membuat gamelan di Desa Tihingan.
Pembuatan Trompong Gong Kebyar di Desa Tihingan dilakukan dengan dua sistem yaitu: pembuatan trompong dengan menggunakan cara sangat tradisional atau istilahnya “gegarap dresta kuna” dan pembuatan Trompong Gong Kebyar dengan cara modern. Gegarap dresta kuna adalah pembuatan trompong yang dilakukan dengan tidak mempergunakan alat-alat modern atau yang berupa mesin praktis yang merupakan hasil teknologi, sedangkan pembuatan trompong yang mempergunakan cara modern adalah kebalikan cara di atas yaitu sudah dipakainya alat-alat hasil teknologi. Pembuatan trompong dilihat dari tempat pengerjaan dibagi menjadi dua yaitu: proses di dalam prapen dan proses di luar prapen. Proses yang dilakukan di dalam prapen meliputi tahap peleburan dan pembentukan, sedangkan di luar prapen meliputi tahap pembersihan, pelarasan dan finishing.
1. Pembuatan Trompong Gong Kebyar dengan Cara Dresta Kuna
Pembuatan Trompong Gong Kebyar dengan cara dresta kuna pada dasarnya merupakan teknik pembuatan trompong dengan pengerjaan yang sangat apik dan hati-hati, karena dalam teknik ini lebih mementingkan hasil yaitu memperoleh trompong dengan kualitas yang bagus dari segi suara maupun dari segi kekuatan. Prosesnya yang pelan membutuhkan waktu yang lama, sehingga dalam satu hari hanya dapat menyelesaikan 1 buah trompong saja. Jumlah atau hasil tidak menjadi ukuran kesuksesan dalam sistem kerja ini melainkan kualitas trompong yang bagus merupakan tujuan utamanya.
Dresta kuna merupakan cara pembuatan trompong di Desa Tihingan yang merupakan sebuah warisan dari nenek moyang mereka dari abad ke 18 atau pada masa kejayaan Dalem Sweca Pura di Kabupaten Klungkung. Konon merupakan cara kerja hanya satu-satunya pada masa itu dan menjadi andalan dalam membuat gamelan, cara/teknik ini dipergunakan pada masa itu karena pesanan gamelan masih sedikit, sehingga dalam melakukan pekerjaan selalu mengutamakan kualitas, meskipun memakan waktu lama tidak menjadi masalah. Cara tersebut berkembang dan masih dipertahankan pada masa sekarang ini.
Membuat Trompong Gong Kebyar pertama kali yang dilakukan adalah melakukan persiapan. Hal ini penting dan wajib dilakukan demi mendapatkan kelancaran dalam melakukan pekerjaan. Persiapan yang dilakukan meliputi menyiapkan alat-alat yang akan dipakai dalam proses pekerjaan, berkoordinasi kepada semua pekerja atau karyawan karena satu pun pekerja yang absen maka pembuatan trompong tidak bisa dilakukan, menentukan hari yang baik atau dewasa ayu dan menghindari hari yang buruk dalam memulai pekerjaan. Mencari hari yang baik dalam membuat gamelan bertujuan untuk mendapatkan restu dan perlindungan atau keselamatan dari Yang Maha Kuasa, sehingga pekerjaan yang dilakukan bisa berjalan lancar dan memperoleh hasil yang baik, disamping hal ini berpengaruh pada suara dan kekuatan/ketahanan gamelan dari segi usia, kita pun bisa bekerja dengan perasaan tenang. I Wayan Widya, seorang pande gamelan mengatakan “ yen ningehang munyin gamelan ane meduase luwung dugas ngae kanti mekelo nu pedingehang munyine dikupinge apin gambelane sube sing megedig” artinya jika mendengar suara gamelan yang dibuat berdasarkan hari baik maka sangat lama masih terdengar suaranya ditelinga, meskipun gamelan tersebut sudah tidak dimainkan. Seperti pula ungkapan I Made Nik juga seorang pande gamelan mengatakan “jering bine bulun kalonge ningehang gamelan ane meduasa dugase ngae,”artinya bulu kuduk terasa bangun bila mendengar suara gamelan yang dibuat berdasarkan hari baik. Kedua ungkapan ini sebenarnya memiliki makna bahwa gamelan yang dibuat berdasarkan hari baik akan memiliki kekuatan yang bersifat magis.
Pemilihan hari baik dalam membuat trompong dimulai dari proses awal yaitu proses pengeleburan yang disebut nuasen. Hari baik dalam memulai pembuatan gamelan adalah meliputi hari: ayu nulus, kale geger, karma sula dan dauh ayu. Sedangkan hari yang dihindari dalam nuasen atau membuat gamelan bertepatan dengan hari: sampar wangke, kale bancaran, kale beser. Hari-hari tersebut dihindari karena hari tersebut berpengaruh buruk terhadap pekerjaan, sering mengakibatkan hasil tidak bagus dan sering mengalami kegagalan dalam bekerja.
Dalam proses nuasen dilakukan kegiatan persembahyangan dengan mengaturkan sesaji berupa segehan brahma dan peras pejati pada pelinggih prapen yang terletak pada posisi Timur atau Timur Laut di dalam sebuah prapen. Jika pembuatan gamelan atau trompong sudah selesai dikerjakan biasanya dilakukan dengan mengaturkan upacara pemuput yaitu nunas tirta yang diperoleh dari pelinggih prapen dan air bekas sepuhan krawang, serta persembahan sesaji yang berupa: tebasan brahma, tebasan sidakarya, soroan suci, peras pejati, jauman, dan segehan. Upacara ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur karena pekerjaan sudah mencapai hasil yang diinginkan dan trompong yang sudah selesai dibuat dikaruniai umur yang panjang dan bermanfaat dikemudian hari.
Tahap Peleburan
Setelah nuasen dilakukan tahap selanjutnya adalah tahap peleburan yaitu melakukan pencampuran bahan, pencetakan atau membuat lempengan bundar/laklakan sebagai bentuk awal atau bakalan trompong. Membuat laklakan terlebih dahulu dengan mengukur berat dari masing-masing pecahan lempengan, dalam pembuatan trompong hanya dibuat sepuluh buah lempengan karena mengingat jumlah Trompong Gong Kebyar hanya sepuluh buah pencon.
Peleburan diawali dengan mempersiapkan alat-alat yang dipakai dalam proses peleburan seperti mempersiapkan tungku perapian. Tungku perapian biasanya mengalami kerusakan setelah dipakai, maka setelah pemakaian tungku harus kembali diperbaiki. Hal lain yang dipersiapkan juga adalah : landasan dua buah, sebuah palu besi dengan berat 1,5 kg, 2 buah sepit besar, 1 pasang pemuput atau pompa angin, 1 pasang pengulik besar, potongan kayu sebagai alas penghancur krawang dari gamelan bekas maupun yang berupa lempengan, 4-8 buah penyangkaan, 5 buah musa yang isinya 2,5-3,5 kg, arang secukupnya dan 1 liter minyak kelapa.
Pembuatan dan Pelarasan Trompong Gong Kebyar, Selengkapnya
by admin | Jun 8, 2011 | Berita, pengumuman
PENGUMUMAN
Nomor: 958/IT5.1/DT/2011
Diberitahukan kepada Mahasiswa FSRD ISI Denpasar peserta Ujian Tugas Akhir (TA) Semester Genap 2010/2011 bahwa:
1. Perbaikan Tugas Akhir (TA) dikumpul paling lambat tanggal 24 Juni 2011
2. Hardcopy dibuat 7 buku
3. Softcopy 2 CD; cover luar dan dalam seperti contoh terlampir.
Demikian kami sampaikan untuk dapat dilaksanakan. Terima kasih.
Denpasar, 8 Juni 2011
A.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn
NIP. 196107061990031005
by admin | Jun 8, 2011 | Berita
Jakarta – Hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika bidang pendidikan di perkuat melalui kerja sama untuk penelitian dan pemberian beasiswa. Pemerintah Amerika Serikat melalui duta besarnya di Indonesia, Scot Marciel, mengucurkan US$150 juta atau sekitar Rp1,5 triliun untuk kebutuhan kerja sama pendidikan selama lima tahun ke depan.
“Tujuan kerja sama ini adalah untuk mempromosikan pendidikan di kedua negara guna meningkatkan jumlah pelajar Indonesia di Amerika. Begitu pun sebaliknya,” ujar Scot Marciel usai seminar Post Joint Declaration On The Comprehensive Partnership, di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (1/06).
Menurut Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, banyak perguruan tinggi di Amerika Serikat yang bisa dijadikan tempat belajar yang baik bagi mahasiswa Indonesia. Kendalanya, sejak tragedi 9 September 2001, sulit bagi calon mahasiswa Indonesia untuk mengurus visa belajar di sana. Kesulitan tidak hanya dialami calon mahasiswa, tapi orang tua mahasiswa pun sulit untuk mengunjungi anak-anak mereka. “Karena soal climate change, science, technology, engineering, mathemathics and business, adalah ilmu-ilmu yang kita perlukan, dan Amerika memiliki universitas terbaik untuk ilmu tersebut,” kata Wamendiknas.
Namun sekarang, 95 persen dari permohonan visa mahasiswa Indonesia telah dikabulkan. Fasli berharap 100 persen permohonan bisa dipenuhi agar peluang untuk calon mahasiswa berikutnya menjadi lebih besar. “Kita harus akui, bahwa Duta Besar Amerika Serikat sudah mengusahakan yang terbaik agar permohonan visa kita bisa dikabulkan semua. Saat ini sudah 95 persen, kita berharap bisa 100 persen nantinya,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, pemerintah Amerika Serikat menjembatani kerja sama antar universitas bagi kedua negara. Kerja sama tersebut berupa penelitian maupun bentuk lain. “Tergantung kesepakatan antaruniversitas, pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki wewenang untuk intervensi ke dalam kampus,” ujar Dubes Scot.
Saat ini Indonesia memiliki tujuh universitas kelas dunia. Untuk itu, Wamendiknas mengatakan, kesiapan untuk mendukung universitas kelas dunia perlu dipacu, agar perguruan tinggi di Indonesia lebih siap menerima mahasiswa-mahasiswa asing. “Kita harus lebih mempersiapkan untuk kredit transfer, dan program-program studi internasional, jadi kita bisa membawa mereka (mahasiswa asing) lebih banyak kesini,” katanya.
Sumber: kemdiknas.go.id
by admin | Jun 7, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs I Wayan Mudana, M.Par. Dosen Seni Murni FSRD. ISI Denpasar)
1. Pendahuluan
Terjadi pergeseran yang mengakibatkan munculnya totalitas social baru dengan berbagai pengorbanan dan prinsip-prinsip komodifikasi yang berlebihan dapat menyebabkna kaburnya kultur dengan menampilkan karya-karya yang bersifat tiruan. Setiap komoditas mempunyai nilai ganda. Disatu pihak mempunyai nilai pakai (use value) dan dilain pihak mempunyai nilai tukar(exchange) yang memiliki keterkaitan terhadap tenaga kerja yang terlibat dalam suatu produksi komoditas. Setiap obyek terlepas apakah obyek tersebut komoditas atau bukan bisa memiliki nilai kalau tenaga manusia dikembangkan untuk memproduksinya, dan inilah yang disebut proses dalam teori tenaga kerja.
Merupakan suatu perkembangan yang yang relative mutahir sebagai sebuah fenomena empiris dan histories. Berbagai pandangan dari berbagai kalangan, dengan latar belakang dan disiplin ilmu berbeda mencoba memberikan tapsir. Salah satu implikasi penting terhadap karya-karya seni yang dijadikan suatu produk industri (komoditi) yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat global yang memiliki pemahaman terhadap bentuk, fungsi dan makna berbeda. Hubungan antara supplier dan dimand yang menghasilkan barang dan jasa, sering kali menimbulkan “sinkristissisme baru “ dalam usaha menciptakan produk-produk yang mencerminkan (made to order ). Para pelaku seni dengan senang hati mengikuti keinginan para pembeli dan berusaha sedapat mungkin untuk memberikan kepuasan pada pembeli, sambil mempromosikan produk-produk yang dihasilkan dengan harapan untuk mendapatkan imbalan berupa uang yang lebih banyak. Sering kali akibat komersialisasi yang berlebihan menghasilkan produk-produk yang terkesan melecehkan(dampak negatif). Latar belakang budaya, kemampuan ekonomi, kepercayaan, ilmu pengetahuan , pengalaman dan pangsa pasar seringkali dipakai sebagai kekuatan untuk menekan para pelaku seni untuk melakukan daya tawar yang serendah-rendahnya ( pawer ) sehingga seniman tidak berdaya untuk menerima tawarannya. Sedangkan “interest “merupakan bagian terhadap keterkaitan berhubungan dengan selera yang bias terjadi dari adanya kenangan, kesejarahan
Dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, seni rupa dengan berbagai macam jenis dan sifatnya bagaikan seekor kumbang dengan sekuntum bunga. Dua jenis asal-usul yang berbeda spesies itu menjadi suatu pasangan yang sulit dipisahkan, saling tergantung, dan sama-sama diuntungkan (mutualisme). Rasa saling membutuhkan satu sama lainnya adalah sesuatu yang amat wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai industri budaya, karya seni yang diciptakan pada awalnya untuk memenuhi ekpresi jiwa untuk berkomunikasi melalui karya cipta seni sehingga para seniman akan merasa terangkat harkat dan martabatnya sebagai seniman. Karya-karya ciptaan dengan latar belakang ngayah mulai diekplorasi dengan menggunakan pendekatan ekonomi sebagai realita seniman memang sangat membutuhkan. Sebagai peluang, karya seni mampu menapkahi untuk memenuhi kebutuhan seniman yang perlu hidup sarat dengan kebutuhan material berupa sandang , pangan, papan, dan mewah. Sebagai tantangan, seniman sudah dicekoki pikiran komersial, sehingga pemikiran fundamental sebagaiseniman lama-lama terkikis dan luntur oleh komersialisasi. Sebagai akibat dari komersialisasi uang menjadi penglima sehingga seniman memposisikan karya-karyanya dengan standar-standar tertentu, ada karya yang diciptakan khusus sebagai idealisme dengan standar lebih tinggi ada juga karya diperuntukan untuk dapur memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kualitas lebih rendah. Sebagai akibat dari adanya pemikiran yang mendua tersebut memunculkan identitas semu. Terkadang tidak jarang pelukisnya tidak mengakui karya yang pernah dibuat karena dipasarkan pada kelas standar rendah.
Sebagai industri karya seni lukis sudah mengalami pasang surut semenjak abad ke-21 dimana seorang pebisnis berkebangsaan Jerman bernama Neohaus yang sering disebut Tuan “be” (Mister ikan) yang menetap di Br Sindu Sanur memiliki akuarium besar untuk memelihara ikan hias. Atas bujuk rayu Tuan Walter Spies dan Rudolf Bonnet untukmembuka gallery yang bergerak dalam bidang seni untuk menampung , membeli dan memasarkan karya-karya yang diciptakan seniman Bali yang pada waktu itu sebagai hobi atau profesi sampingan. Karena Tuan Be, membeli karya dengan harga murah dengan kualitas karya yang sangat baik pada awalnya karyapun dipasarkan di Jerman(Eropa pada umumnya) dengan harga murah dengan harapan cepat laku memuaskan konsumen dan dapat membeli karya seniman Bali lebih banyak lagi. Ternyata karya susah dijual atau dipasarkan dengan catatan semua pengunjung atau yang melihat terkagum-kagum dengan keindahan karya orang Bali dengan tema-tema yang sangat unik. Lama tidak dapat menjual lukisan menjadikan dia stres, tidak memiliki harapan. Akhirnya, harga karya dinaikan 1000 % dicoba dipasarkan dengan pendekatan yang sudah prustasi. Diluar dugaan ternyata karya-karya yang pada awalnya dipasarkan dengan harga rendah tidak terjual satupun, ketika dinaikkan berlipat lipat ganda habis terjual tanpa sisa. Tuan Be bangkit, untuk cepat ke Bali mencari karya seni. Derajat seniman naik, hidup terjamin dan tuan Be memiliki koleksi terbanyak tentang lukisan tradisional Bali.
Komersialisasi seni lukis mengalami kemajuan semenjak dibukanya jalur penerbangan Ngurah Rai di Tuban, yang diiringi dengan semakin banyaknya wisatawan yang terbang langsung ke Bali disusul dengan semakin pesatnya pertumbuhan pembangunan tempat penginapan, villa, cottages, hotel dll. Banyak wisatawan yang pada awalnya hanya berlibur sesaat setelah melihat aktifitas warna lokal dan budaya menjadi sangat tertarik dan akhirnya menetap di Bali.
Munculnya seni kreatif akibat dari adanya sinkritisisme baru antara orang lokal dengan orang asing yang mengagumi budaya Bali, orang Bali bahkan agama Hindu, menimbulkan trobosan-trobosan baru dibidang seni kreatif, karena kreatifitas dan inovasi merupakan ‘ruh’ dari seni itu sendiri, dan cara kerja utama dalam kreativitas seni sehingga potensi-potensi yang berkaitan dengan kebutuhan orang wisatawan dimaksimalkan tanpa menghilangkan identitasnya. Sebagai ‘motor’ kreatifitas dan inovasi ini hanya dapat di realisasikan bila sumber daya dan modal yang ada secara optimal. Sebagai industri kreatif harus mampu membangun sebuah lingkungan kerja yang sehat agar dapat mendorong tumbuhnya karya-karya kreatif dan produk- produk inovatif, untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Produk-produk kreatif dapat dikelompokan menjadi: 1) Ide adalah produk kreativitas, berupa: a) ide baru, b) pengenalan ide baru, c) penemuan, d) pengenalan penemuan, e) ide yang berbeda dari bentuk-bentuk yang ada, f) pengenalan sebuah ide yang mengganggu kebiasaan umum. 2). Inovasi dapat berupa: a) inovasi bentuk, b) fungsi, c) tehnik, d) material, e) manajemen atau pasar. 3) Pribadi kreatif kadang- kadang tidk cukup, karena kreatifitas tertentu justru memerlukan kerja kelompok dan kemitraan yang sinergis. Originalitas dapat berarti kemampuan menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya atau modifikasi dari yang ada untuk memberi makna baru. Makna dan perubahannya dengan demikian sangat sentral dalam kreativitas.
Industrialisasi Karya Seni Lukis : Dari Persefektif Bisnis Antara Peluang Dan Tantangan Industri Budaya, selengkapnya