M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali

Kiriman: Kadek Suartaya, SSKar., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.

Sekelompok orang Amerika datang ke Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar untuk mempelajari kesenian Bali. Tujuh orang wanita dari Negeri Paman Sam itu berlenggang seni tari, meniti nada-nada gamelan, dan juga berkenalan dengan beberapa aspek estetika dan artistik teater wayang kulit Bali. Selama dua minggu di Bali, mereka tak tinggal di hotel melainkan di rumah penduduk desa Sukawati. Sebab mereka bukan turis biasa melainkan terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan guru yang memiliki minat khusus terhadap seni pertunjukan. Antara tanggal 10-25 Juni, mereka belajar seni tari, gamelan, dan wayang kulit dari para seniman alam  di desa setempat.

            Adalah seorang seniman teater Amerika, Maria Elena Bodmann, yang menawarkan kepada para peminat seni pertunjukan di negerinya untuk menimba pengalaman belajar kesenian Bali dengan datang ke Bali. Pemilik dan pimpinan sanggar seni “Bali & Beyond“ yang bermarkas di Los Angeles, California,  mengaku programnya ini baru sebuah rintisan. “Telah lama saya punya angan-angan ingin mengajak rombongan yang berminat pada bidang seni untuk belajar seni pertunjukan Bali langsung pada para seniman alam di Bali,“ ujar wanita yang telah mendalami pertunjukan wayang kulit Bali sejak tahun 1986. Keinginannya itu baru tercapai tahun ini.

            Diungkapkan oleh Maria bahwa untuk merealisasikan program ”wisata budaya“-nya itu tidak mudah. Lewat web-nya ia memaparkan secara berkesinambungan tentang pulau Bali, keunikan budayanya dan keindahan keseniannya serta keramahtamahan masyarakatnya. “Selain melalui internet, program ini juga saya tawarkan ketika saya diundang work shop wayang kulit Bali di sekolah dan kampus, “ ujar Maria yang sering mendalang di negerinya—terakhir ia tampil dalam acara budaya Indonesian Cultural Night 2010 di Universty of California. Enam orang peminat seni yang berhasil dibawanya kali ini, menurutnya sudah memadai, sebab dengan peserta yang mini pembelajaran seni akan lebih berhasil.

            Maria bersama enam rekannya menimba seni pertunjukan Bali pada keluarga I Wayan Nartha (68 tahun), seniman sepuh di Banjar Babakan, Sukawati. Anak pertama Nartha, Ni Made Sudiasih, dan cucunya, Ayu Larasari, mengajarkan seni tari. Anak keduanya, Nyoman Sudiarsa, mengajar cara membuat wayang kulit, dari mengukir  hingga mengecat. Anak ketiganya, I Ketut Sudiana, dan juga cucunya Bagus Natya, mengajarkan pementasan wayang kulit. Dan I Wayan Sarga, penabuh gender Dalang Nartha, mengajarkan menabuh gamelan. Selama sepuluh hari, Maria dan rekan-rekannya memperoleh pengalaman dan menghayati nilai-nilai keindahan kesenian Bali.

            Pengalaman menjelajahi kesenian tersebut, menurut Julia Ohm, seorang guru teater di Massachusset, sangat mengesankan dan membuatnya penasaran. “Saya akan anjurkan pada murid-murid saya untuk mempelajari kesenian Bali,” ujarnya serius. Namun, tari Bali menurut Betty Carr, paling sulit dipelajari tapi begitu dapat dirasakan keindahannya. Kesan tersebut juga serentak dikatakan oleh Gemma Young, Becky Carr, Alexandra Cummings, Claire Mullen, empat remaja yang tampak begitu semangat belajar tari Pendet yang diarahkan oleh Sudiasih dan Larasari. “Tari Bali sangat sulit, tapi pengalaman ini tak akan saya lupakan,” ujar Alexandra Cummings. Gemma yang tahun ini baru mulai masuk SMA juga memberikan komentar senada. “Suatu saat saya akan khusus datang ke Bali menekuni tari Bali, “ ujarnya ceria.

            Kegembiraan dan keceriaan selalu hadir saat orang-orang Amerika itu berinteraksi dengan para pelatih seninya saat belajar menari, menabuh gamelan dan memainkan wayang kulit. Kegembiraan yang menyembul di wajah mereka kian merekah ketika disela-sela belajar seni, juga diajak melihat dan menyimak beragam ritual keagamaan di desa Sukawati dan sekitarnya yang selalu disertai dengan aneka ragam pentas seni pertunjukan. Mereka sempat menonton pertunjukan drama tari Gambuh dalam sebuah odalan di Desa Batuan. Mereka juga datang menonton saat Wayan Nartha pentas wayang kulit di sebuah wihara di Sukawati. Selain menyelami budaya Bali yang berkaitan dengan seni pertunjukan, tentu saja mereka juga tak lupa mengunjungi objek-objek wisata dan menikmati alam Bali.

            Meski hanya berjumlah sehitungan jari, delapan orang Amerika yang dibawa ke Bali oleh Maria tersebut dapat disebut sebagai sebuah wisata budaya yang sesungguhnya. Betapa tidak. Sebab tujuan utama kedatangan mereka ke Bali adalah untuk berkenalan dengan salah satu budaya menonjol Bali yaitu seni pertunjukan. Selain itu, kesenian sebagai ekspresi budaya juga mereka selami lewat pergaulan langsung dengan masyarakat pemiliknya dengan cara belajar kepada para seniman alam di desa. Bagaimana kesenian Bali lestari dan berkembang juga dapat mereka hayati dalam ritual-ritual keagamaan. Selain dalam upacara keagamaan, pameran atau pementasan seni dalam ruang sekuler juga mereka dapat simak dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2011.

            Setiba kembali di negerinya, tentu mereka akan bercerita kepada teman dan handai taulannya bagaimana menyatunya keindahan seni, ritual agama, dan masyarakat di Bali. Kehadiran mereka, kendati singkat, akan berkontribusi positif, sekecil apa pun, pada Bali (Indonesia). Sebab melalui penyelaman seni dan budaya yang mereka jelajahi di Bali akan membuka ruang pemahaman lebih menyentuh sanubari dan berpenghargaan terhadap kemanusiaan. Wisata budaya semacam ini perlu digalakkan.

Ketika Orang Amerika Berwisata Budaya Di Bali, selengkapnya

Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar

Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar

Kiriman Hery Budiyana, Staf FSRD ISI Denpasar

Gempuran era globalisasi mengharuskan para seniman untuk menguasai potensi serta tidak mengabaikan kearifan lokal yang telah ada. Hal tersebut terungkap dalam Seminar Akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, yang dilaksanakan tadi pagi (22/7), bertempat di gedung Lata Mahosadi ISI Denpasar. Seminar sehari dalam rangka Dies Natalis VIII serta Wisuda Sarjana IX,  bertemakan “Reinterpretasi Local Genius dalam perkembangan seni rupa dan desain mutakhir.” Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A yang hadir sekaligus membuka acara seminar tersebut mengungkapkan bahwa dengan diadakannya seminar ini menunjukkan atmosfir akademik di ISI Denpasar berkembang, dan ini merupakan sinyal positif, karena tema yang diangkat sesuai dengan tujuan dan visi misi kampus ISI Denpasar yakni menuju kampus berunggulan lokal dan bertaraf internasional. “Berkaitan dengan tema seminar kali ini, sehubungan dengan Local Genius, kita harus menguasai potensi atau kearifan local sebelum berfikir atau bertindak secara global”, ungkap Prof Rai.

Sementara Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, M.Si menyambut baik dukungan Rektor dan menyampaikan bahwa ini adalah sebuah perkembangan yang baik dan memacu para dosen untuk selalu rajin memperbaharui penelitian maupun tulisannya agar dapat dijadikan makalah dalam seminar.

Seminar diikuti oleh dosen, pegawai, serta mahasiswa dari lingkungan ISI Denpasar, menghadirkan pemakalah yaitu  I Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn, I Ketut Sida Arsa, S.Sn, Cok Istri Ratna Cora S, S.Sn.,M.Si, I Nyoman Larry Julianto, S.Sn.,M.Ds dan I Made Bayu Pramana, S.Sn., M.Sn, dengan moderator Drs. I Ketut Buda, M.Si. Pemakalah I Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn mengambil judul “Wacana ‘Ketradisian’ dalam Medan Seni Rupa kontemporari.” Mengangkat tema yang berhubungan dengan seni lukis, film, dan pameran. Dimana salah satu film Eat, Pray, and Love mengangkat ketradisian di tiga negara yaitu Italia, India, dan Bali dalam wahana seni kontemporer. Local genius yang berhubungan dengan seni rupa adalah adanya Desa,Kala,Patra yang sejajar dengan pengertian laku, nilai, dan karya serta berhubungan dengan konteks ruang, waktu, dan keadaan. Pemakalah I Ketut Sida Arsa, S.Sn mengambil judul “Wadah Sebagai objek Komoditas di Kota Denpasar.” Menurut I Ketut Sida Arsa, pada jaman dahulu jika ada orang meninggal dunia barulah dibuat wadah, namun saat ini kebutuhan ini telah bergeser, dimana wadah telah disiapkan terlebih dahulu kemudian menunggu konsumen untuk memesannya. Hal inilah akibat dari pencitraan produk sehingga saat ini barang yang mengontrol konsumen/pembeli. Selanjutnya Cok Istri Ratna Cora S, S.Sn.,M.Si menyampaikan presentasi dengan judul “Implementasi Think Globally & Act Locally dalam ranah desain kekinian terhadap eksistensi local genius”. Terungkap bahwa penelitian berkaitan dengan kain dan warna hingga ke daerah-daerah terpencil untuk menemukan identitas budaya dan kearifan lokal masyarakat yang kemudian dibawa ke dalam desain teknologi yang berkembang saat ini. I Nyoman Larry Julianto, S.Sn.,M.Ds mengangkat judul “Reinterpretasi local genius dalam perkembangan seni rupa dan desain mutakhir.” Dalam kesempatan ini ia mengatakan bahwa lokal genius tidak harus dari luar tetapi juga bisa digali dari dalam diri manusia atau yang disebut dengan potensi diri. Potensi diri kemudian digunakan untuk mengembangkat visualisasi yang bergerak kea rah modern seperti penggunaan media Ambient advertising. Dan pemakalah terkhir I Made Bayu Pramana, S.Sn., M.Sn mengangkat judul “Levitasi local genius dalam berkarya fotografi.” Bayu menyampaikan bahwa fotografi tidak terlepas dari mengabadikan momen yang tepat, dalam kesempatan ini diangkatlah konsep mengenai pralina, dimana hal ini bisa diamati dalam sebuah bongkahan mobil yang telah usang, kemudian foto-foto detail mengenai karat ini pun diambil. Selain itu konsep pralina juga diambil dari mengamati bongkahan kayu yang mulai membusuk dan didapatlah hasil karya seni yang mutakhir.

Musik Tradisi Pulau Nusa Tenggara Timur

Musik Tradisi Pulau Nusa Tenggara Timur

Kiriman: I Gde Made Indra Sadguna, Alumni ISI Denpasar

Pengantar

            Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia menyimpan berbagai macam kekayaan kesenian. Tiap pulau dari Sabang hingga Merauke memiliki keunikannya tersendiri. Salah satu pulau di bagian timur Indonesia yang memiliki alat musik yang khas terdapat di Pulau Nusa Tenggara Timur. Jenis alat musik yang cukup dikenal di daerah tersebut adalah alat musik Sasando. Perangkat musik ini tergolong dalam perangkat dawai petik. Hal ini disebabkan karena perangkat ini mempergunakan dawai yang dimainkan dengan cara dipetik. Walaupun dalam permainan musik ini menggunakan vokal, akan tetapi tetap digolongkan dalam perangkat dawai petik sebab kategori vokal nanti akan menjelaskan musik-musik yang memang khusus suara manusia saja tanpa melibatkan instrumen dan jenis-jenis instrumen yang mengiringi dan menjadi bingkai dari lagu vokal itu.

Perangkat Musik Sasando

            Perangkat musik Sasando merupakan salah satu jenis alat musik yang cukup dikenal di Pulau Nusa Tenggara Timur. Setidaknya ada dua jenis Sasando, yaitu yang berasal dari daerah Rote dan Sabu. Kedua daerah tersebut merupakan daerah yang kering dan gersang. Hanya bisa ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan saja, salah satunya adalah pohon lontar. Oleh masyarakat setempat, pohon lontar banyak dimanfaatkan. Buahnya dibuat gula dan minuman, daunnya dapat dibuat sebagai atap, tempayan, ember, dan juga salah satu yang menarik adalah dibuat sebagai resonator dari Sasando itu sendiri.

            Daun lontar yang telah cukup berumur akan dimasak untuk membuat resonator Sasando. Daun akan diikatkan satu sama lainnya. Rangkaian dari daun-daun tersebut akan menghasilkan bentuk menyerupai separo bejana yang tengahnya menggembung seperti periuk. Di tengah rangkaian daun tersebut akan dipasangkan sebuah bambu atau kayu yang panjangnya sekitar 40cm, dengan diameter selitar 11cm, dan dipasangkan dengan sepuluh hingga 12 dawai. Agar dapat berbunyi, setiap dawai diberikan senda yang terbuat dari kayu atau bambu dan berfungsi untuk menegangkan dan mengangkat dawai.

            Secara harafiah, Sasando menurut asal katanya dalam Bahasa Rote (sasandu), berarti bergetar atau berbunyi. Mengenai awal kemunculan alat musik Sasando belum dapat diketahui secara pasti, akan tetapi ada sebuah legenda yang menceritakan mengenai kemunculan alat musik Sasando tersebut. Konon ada seorang pemuda bernama Sangguana di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Suatu hari ia menggembala di Padang Sabana. Ketika merasa lelah dan mengantuk, ia pun tertidur di bawah pohon lontar. Dalam tidurnya, ia bermimpi memainkan sebuah alat musik misterius. Ketika terbangun ia masih mengingat nada-nada yang dimainkannya. Akhirnya berdasarkan mimpi tersebut, Sangguana memutuskan untuk membuat sebuah alat musik dari daun lontar dengan senar-senar di tengahnya.

            Secara umum, Sasando berfungsi sebagai sarana hiburan masyarakat. Musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.

Unsur Musikal

            Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ada dua jenis Sasando yang berkembang yaitu di daerah Rote dan Sabu. Ada beberapa perbedaan dan persamaan yang dapat ditemui pada alat musik Sasando di kedua daerah tersebut. Adapun persamaannya adalah sama-sama mempergunakan instrumen Sasando dan dalam pementasannya diiringi oleh vokal.

            Perbedaannya mencakup beberapa hal seperti Sasando Rote mempergunakan sebuah tambur kecil sedangkan pada Sasando Sabu tidak mempergunakan tambur. Tambur dimainkan dengan menggunakan alat pemukul kecil. Petikan dari Sasando Rote mempunyai pola yang sama secara terus – menerus, dengan iringan vokal dari penyanyi akan tetapi tidak terikat dengan melodi Sasando.

            Pada Sasando Sabu yang tidak menggunakan tambur, petikan dawainya mempunyai variasi yang lebih kompleks dari Sasando Rote. Selain itu, petikan Sasando mengikuti vokal dari penyanyi. Sehingga antara petikan Sasando dengan vokal sangat terkait.

Musik Tradisi Pulau Nusa Tenggara Timur, selengkapnya

Rangkaian Kegiatan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

Rangkaian Kegiatan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

Kegiatan Dies Natalis merupakan kegiatan rutin tahunan yang diadakan oleh Institut Seni Indonesia Denpasar yang melibatkan seluruh civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa serta pegawai di lingkungan ISI Denpasar. Kegiatan ini juga melibatkan partisipan dari luar ISI Denpasar seperti murid-murid TK, SD, SMP, SMA, atau yang sederajat dan alumnus dalam lomba melukis dan pameran seni rupa. Keterlibatan partisipan dari luar dimaksudkan agar  acara Dies Natalis tidak hanya dinikmati oleh civitas akademika saja namun juga merangkul segenap lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam memeriahkan acara ini.

Rangkaian pelaksanaan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX dimulai tanggal 19 juli 2011 hingga berakhir pada tanggal 27 juli 2011. Beberapa kegiatan yang telah terlaksana hingga hari ini (21/7) adalah: Tirta Yatra, Pelatihan teknik dan keterampilan seni dalam Seni Pertunjukan tembang Macepat Geguntangan, Pameran Seni Lukis dan Lomba Debat Bahasa Inggris.

Kegiatan Tirta Yatra berlangsung tanggal 19 Juli 2011 ke Pura Puseh Penegil Dharma desa Pakraman Kubutambahan Kabupaten Buleleng dan Pura Ponjok Batu Tejakule Buleleng. Kegiatan ini melibatkan seluruh dosen, pegawai dan mahasiswa di lingkungan ISI Denpasar.

“Pelatihan Teknik dan Keterampilan Seni Dalam Seni Pertunjukan Tembang Macepat Geguntangan” yang diadakan oleh Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2010. Pelatihan ini dilaksanakan di Gedung Latta Mahosadhi ISI Denpasar pada pukul 10.00 Wita dan dibuka oleh Dekan FSP. Kegiatan workshop ini diikuti oleh mahasiswa semester dua, empat, dan enam, yang dipandu oleh moderator Sukerta, S.SP serta lima orang instruktur dari kalangan akademisi dan praktisi, yakni: Cok Alit Hendrawan, Ibu Nyoman Tandri, Cok Raka Tisnu, I Made Sija, dan Ni Wayan Murniasih atau yang sering dikenal dengan Luh Camplung. Dalam waktu yang bersamaan juga dilaksanakan Pembukaan Pameran Mahasiswa Lukis ISI Denpasar yang berkolaborasi dengan Mahasiswa dari Malang, Jawa Timur di Gedung Kriya Hasta Mandala. Kegiatan Pameran ini dilaksanakan hingga tanggal 22 Juli 2011.

Lomba debat Bahasa Inggris dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2011 di gedung Latta Mahosadhi ISI Denpasar yang dibuka oleh Rektor ISI Denpasar. Acara ini diikuti oleh mahasiswa semester II, IV dan VI  dari seluruh Jurusan di FSRD dan FSP  Institut Seni Indonesia Denpasar.

Puncak acara Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Juli 2011.  Dalam acara ini ISI Denpasar akan melepas 172 Wisudawan dan Wisudawati dari dua faklutas yang ada di lingkungan ISI Denpasar, yakni:  109 orang dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, serta 63 orang dari  Fakultas Seni Pertunjukan.  Di puncak acara ini juga akan dilaksnakan pengenalan Guru Besar  atas nama Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes dari Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar.

Jadwal kegiatan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX dapat di unduh di sini

Peningkatan Kualitas Pendidikan Regional

Peningkatan Kualitas Pendidikan Regional

Bali, 18 Juli 2011- Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh secara resmi membuka East Asian Education Ministrial Informal Meeting (EAS EMM) yang diselenggarakan di Intercontinental Resort,Jimbaran,Bali.

EAS EMM dilaksanakan bersamaan dengan Informal ASEAN Education (ASED) Meeting dan  Informal ASED+3 Meeting. Pertemuan ini melibatkan menteri pendidikan dari 16 negara termasuk Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, Cina, India, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, termasuk Sekretaris Jenderal ASEAN dan Sekretariat SEAMEO.
Konferensi tingkat tinggi ini dihadiri lebih dari 140 anggota delegasi dari 16 negara. Hadir juga dalam pertemuan ini Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Dirjen Dikti Djoko Santoso, para direktur di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, perwakilan rektor dari dua belas perguruan tinggi dan perwakilan dari Kementerian Agama. Tujuan terselenggaranya EAS EMM 2011 ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kerjasama regional (Improving Educationt Quality through Regional Cooperation).

Berikut agenda utama dari EASEMM:
1. Tukar menukar pandangan mengenai Peningkatan Kualitas Pendidikan melalui kerja sama regional

a. Laporan East Asia Summit Education Cooperation Taskforce Workshop 2,  Phuket, Thailand 27-28 September 2010 oleh Sekretaris Jenderal ASEA

b. Dukungan bagi 13 proposal proyek yang akan disponsori negara peserta

2. Presentasi Peningkatkan Kualitas Pendidikan melalui Kerjasama Regional oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

3. Diskusi kebijakan kementerian (ministerial policy) antar negara-negara Asia Timur

Konferensi ini diharapkan menghasilkan output utama antara lain adopsi usulan proyek, pernyataan bersama menteri (Joint Ministers Statement) dan Bilateral Memorandum of Understanding (MoU) di antara negara-negara Asia Timur.

Selain dihadiri delegasi dari 16 negara, pertemuan ini dimeriahkan pameran pendidikan dari 12 perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Gadjah Mada, Universitas Cenderawasih, Universitas Udayana, Institut Seni Indonesia Denpasar, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang serta perwakilan dari Sekolah Menengah Kejuruan. Pertemuan ini merupakan ajang yang tepat untuk mempromosikan pendidikan Indonesia di dunia Internasional. Delegasi dari berbagai negara sangat antusias mengunjungi stand pendidikan Indonesia.

EAS EMM ditutup dengan konferensi press dan pagelaran pertunjukan seni. Mendiknas bersama perwakilan dari delegasi menteri pendidikan ASEAN, menteri pendidikan Australia dan menteri pendidikan China, dalam konferensi press, menyatakan komitmen mereka dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan masing-masing negara melalui kerjasama pendidikan regional.

sumber : dikti.go.id

Pengumuman Pengumpulan Laporan Magang PMW ISI Denpasar Tahun 2011

Pengumuman Pengumpulan Magang : Klik disini

PENGUMUMAN

Nomor : 1645/IT5.5.1/KM/2011

Tanggal  21 Juli 2011

PENGUMPULAN LAPORAN MAGANG

PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR TAHUN 2011

Diumumkan  kepada mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar penerima Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Tahun 2011 (nama-nama terlampir) agar segera :

1.      Mengumpulkan laporan Magang ke Sub Bagian Kemahasiswaan ISI Denpasar Gedung Rektorat lantai Satu, sampai

tanggal  29 Juli 2011.

2.      Mengambil uang transport Magang

3.      Mengambil kontrak kerja PMW yang sudah ditanda tangani.

Demikian disampaikan agar segera laksanakan.

 

an. Rektor

Pembantu Rektor III

ttd

Drs. I Made Subrata,M.Si

NIP.195202111980031002

 

Tembusan :

1.      Rektor sebagai laporan.

2.      Dekan FSRD untuk diketahui

3.     Dekan FSP untuk diketahui

 

 

 

 

 

 

Loading...