M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Drama Tari Kunti Sraya

Drama Tari Kunti Sraya

Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar

 Seni Tari yang merupakan salah satu manifestasi dari kesenian Bali dalam realitasnya sangat berperan dalam kehidupan masyarakat. Kearifan yang dimiliki oleh agama Hindu membuat kehidupan seni tari menjadi eksis. Kalau diamati, peranan tari dalam kehidupan masyarakat Bali memiliki tiga fungsi utama yaitu: sebagai wali, bebali, dan balih-balihan.

         Seni dramatari tradisional dalam seni pertunjukan di Bali memang tidak pernah habis untuk dikupas dan dibahas. Hal ini terjadi karena saking banyaknya sumber cerita ataupun topik yang diangkat dan ditransformasikan ke dalam bentuk seni pertunjukan yang tentu saja dibalut dengan nilai-nilai estetika dan filsafat yang utuh. Sumber-sumber cerita tersebut dapat berasal dari babad, epos Ramayana maupun Mahabrata, mitologi maupun sumber sastra lainnya. Sebagai salah satu bentuk pertunjukan balih-balihan, dramatari sangat mengedepankan unsur keindahan, struktur dramatik yang jelas dan dibawakan dengan ekspresi jiwa yang kental. Di Bali sendiri, sudah terdapat banyak jenis dramatari seperti drama tari Arja, dramatari Topeng, dramatari Gambuh, dramatari Calonarang dan banyak pula berkembang dramatari kreasi baru yang diciptakan seniman-seniman muda. Namun, ada satu jenis dramatari yang cukup menarik minat penulis untuk menelitinya lebih jauh, yaitu dramatari Kuntisraya.

         Dramatari Kuntisraya adalah suatu jenis dramatari yang berkiblat ke dalam jenis Penyalonarangan. Sebagai salah satu contoh seni dramatari tradisional Bali, dramatari ini merupakan jenis pertunjukan yang cukup menarik untuk dikupas dan dicari nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dari segi konsep penciptaan, terdapat beragam unsur seni pertunjukan yang disajikan dalam dramatari ini mulai unsur Pearjaan, Patopengan, Pegambuhan, Bebarongan dan Palegongan. Unsur-unsur tersebut dirangkai dan dipadukan dengan sangat cermat sehingga menghasilkan nuansa baru yang sangat fleksibel untuk dinikmati. Unsur cerita yang digunakan berasal dari epos Mahabrata yang sedari dulu tidak pernah habis unuk dijadikan sumber lakon. Tentu saja didalamnya pula terkandung beragam nilai dan perlu untuk dikupas lebih jauh.Ulasan kali ini ditujukan sebagai pengayaan ilmu pengetahuan di bidang seni pertunjukan, serta membuka wawasan tentang eksistensi dramatari tradsional di Bali pada umumnya.

      Cerita dramatari Kuntisraya berawal dari kisah dikutuknya Dewi Durgha Oleh Dewa Siwa. Pada saat ditugaskan mencari susu lembu, Dewi Durgha yang dahulunya adalah Dewi Uma yang amat cantik rupanya tidak jujur menyampaikan usahanya dala mencari susu lembu tersebut di dunia. Dewa Siwa yang sebenarnya tengah menguji kesetiaan Dewi Uma pun murka dan mengutuk istrinya tersebut menjadi Durgha dan kemudian turun ke dunia sebagai penguasa kematian. Dewa Siwa pun menyampaikan titah bila suatu saat dimana masa hukumannya telah berakhir, Dewi Durgha akan disucikan oleh seorang Ksatria sakti sehingga bisa kembali ke sorga mendampingi Dewa Siwa.

          Tersebutlah ketika perang Bharatayudha akan berlangsung, Sang Kalantaka dan Sang Kalanjaya yang merupakan prajurit Dewi Durgha bepihak kepada Duryodana dan akan membuat kekacauan di Indraprasta, kediaman Dewi Kunti beserta Panca Pandawa. Hal ini diketahui oleh Bhagawan Naradha, pendeta di Sorga dan keudian memberitahukannya kepada Dewi Kunti. Kunti sangat ketakutan dan mohon petunjuk pada Bhagawan Naradha. Beliau akhirnya menganugrahkan Dewi Kunti sebuah mantra untuk memanggil Dewi Durgha.

         Pada saat yang telah ditentukan, berangkatlah Dewi Kunti ke kuburan untuk memuja Dewi Durgha. Setelah mantra tersebut beliau ucapkan, datanglah Dewi Durgha. Dewi Durgha yang sudah mengetahui maksud dan tujuan kedatangan Dewi Kunti lalu meminta kurban seekor kambing merah ( dalam pementasan diubah menjadi babi ) ditambah dengan seorang putra Pandawa yang bernama sang Sahadewa. Dewi Kunti setelah mendengar permintaan Dewi Durgha merasa sangat keberatan namun tidak berani mengungkapkannya. Akhirnya ia mohon diri dari hadapan Dewi Durgha untuk pulang ke Indraprasta. Dewi Durgha mengetahui kegalauan hati Kunti. Maka dari itu, beliau menitahkan Kalika untuk merasuki pikiran Kunti agar ia mau menyerahkan anaknya sebagai tumbal. Kalika berhasil menjalankan misi itu dan melaoprkan keberhasilannya kepada Dewi Durgha.

         Diceritakan kemudian setelah sampai di Indraprasta, Dewi Kunti menyampaikan pesan ini kepada Sahadewa. Sahadewa tidak menolak dan menyanggupi permintaan Dewi Durgha. Berangkatlah Dewi Kunti beserta Sahadewa lengkap dengan hewan kurban lainnya. Sesampainya di kuburan, Dewi Durgha muncul dan memerintahkan Dewi Kunti untuk pulang. Sahadewa diikat pada Pohon Rangdu dan digoda oleh Kalika. Begitu Dewi Durgha hadir, beliau menyampaikan pemintaannya untuk disucikan menjadi Dewi Uma agar bisa kembali ke sorga. Permintaan tersebut ditolak oleh Sahadewa karena ia merasa pantang untuk menyucikan seorang dewa. Dewi Durgha marah dan menghunus pedang ingin membunuh Sahadewa.

      Kejadian ini diketahui oleh Bhagawan Cakru serta Bhagawan Naradha. Segeralah mereka melaporkan kejadian ini kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa lalu merasuki tubuh Sahadewa dan berkata bahwa beliau bersedia menyucikan Dewi Durgha. Dewi Durgha mengurungkan niatnya dan berlutut menyerahkan diri pada Sahadewa. Akhirnya Dewi Durgha pun dapat kembali ke sorga sebagai Dewi Uma.       Dalam pementasan dramatari Kuntisraya ini terdapat beberapa elemen pertunjukan yang dapat dibahas antara lain :

  • Penari

         Adapun nama-nama penari yang mendukung pementasan ini antara lain :

  • I Wyn. Lauh sebagai                              : Patih
  • I Kt. Sandiyasa                                      :  Bapang Barong
  • Ni Komang Sulastri                               :  Sahadewa
  • I Kt. Sudha                                            :  Babi
  • I Wyn. Cetig                                          :  Onying
  • Desak Raka Kartini                                : Kalika
  • Ni Kd. Wilasmini                                   :  Sahadewa ( serep )
  • I Made Nadi                                          :  Bondres
  • Ni Wyn. Nuriatni                                   : Sisya
  • Ni Wyn. Joniasih                                    :  Kunti
  • I Wyn. Doglogan                                   : Rangda
  • I Wyn. Jagru                                          :  Butha kala
  • I Md. Rara                                             : Macan & Onying
  • I Nym. Nateng                                       :  Onying
  • I Md. Widia                                           :  Wijil
  • I Nym. Rauh                                          :  Bhuta kala
  • I Nym. Kisid                                          :  Garuda
  • Pande Nym. Sunarta                              : Patih
  • Ni Kd. Suandewi                                   :  Sisya
  • I Wyn. Nurjana                                      :  Wijil
  • Ni Kd. Juniari                                        :  Sisya
  • I Wyn. Nano                                          :  Kera
  • Kt. Sutapa                                              :  Bondres
  • Pande Kt. Sudana                                  : Bondres
  • I Wyn. Kenrawan                                  :  Onying

         Adapun tempat dipentaskannya dramatari ini adalah di stage Sahadewa beralamat di jalan SMKN 3 Sukawati Gianyar. Stage ini berbentuk proscenium menghadap ke timur dengan ukuran kurang lebih 8 x 6 meter. Tempat bagi para penabuh berada di sisi utara panggung menghadap ke selatan. Untuk kepentingan wisatawan, daya tampung stage ini dirasa sudah mencukupi dengan lahan parkir yang sangat luas.

 Iringan

         Dramatari ini diiringi oleh gamelan gong kebyar dengan perangkat yang utuh dan lengkap. Pada saat bapang barong dan adegan onying, menggunakan kendang cedugan, sedangkan pada bagian sisia, menggunakan kendang krumpungan dan pada bagian penyarita menggunakan kendang gupekan.

 Upakara

         Upakara merupakan bagian kecil namun sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya pementasan. Masyarakat Bali sangat meyakini bahwa sebuah pertunjukan kesenian akan kurang memiliki taksu atau charisma bila belu memohon keselamatan kepada Tuhan. Melalui upakara inilah seorang pelaku seni akan memohon turunnya taksu kepada-Nya sehingga pertunjukan bisa berlangsung dengan memuaskan.

         Dalam pementasan Dramatari Kuntisraya ini, terdapat jenis upakara yang disebut Banten Kalangan. Banten ini terdiri dari Daksina Linggih, Peras, Buah-buahan, Penyeneng, Sampiyan, Canang, tumpeng, tipat kelanan, telur, kacang saur dan segehan. Segehan yang digunakan adalah segehan putih kuning.

         Menurut wawancara dengan pemangku setempat yang bernama Dewa Nyoman Rai, 85 th, dahulu setiap sebelum pentas dimulai, selalu ada orang yang ditugaskan untuk membawa banten tersebut ke atas panggung. Naun, kini tidak ada orang yang dapat ditugaskan oleh pemangku untuk membawa banten tersebu ke atas panggung. Maka dari itu, banten kalangan dihaturkan di parahyangan yang terdapat di belakang panggung. Sementara untuk di padmasana yang terdapat di luar panggung, hanya dihaturkan canang saja.

Drama Tari Kunti Sraya selengkapnya

Maria, Dalang Wayang Bali Dari Negeri Obama

Maria, Dalang Wayang Bali Dari Negeri Obama

Kiriman Kadek Suartaya, SSKar., Msi., Dosen PS. Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Seorang wanita Amerika, sebulan terakhir ini tampak suntuk menimba seni pewayangan di Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar. Kepada I Wayan Nartha (69 tahun)–dalang sepuh setempat–wanita yang berasal dari Los Angeles, California, ini belajar berbagai aspek pedalangan, dari olah vokal, teknik bercerita hingga memainkan wayang pipih dua dimensi itu. Untuk melengkapi keterampilannya, wanita ceria dan energik ini juga tampak tekun belajar gender–gamelan pengiring wayang kulit–pada penabuh gender I Wayan Sarga (59 tahun). Seorang dalang muda, Bagus Bhratanatya (22 tahun) juga sering tampak bersamanya berasyik-asyik menjelajahi nada-nada gamelan yang memiliki teknik musikal nan kompleks tersebut.

Maria (58 tahun), panggilan akrab wanita yang bernama lengkap Maria Elena Bodmann ini, bukan baru kali ini belajar seni pedalangan. Kehadirannya di Bali sejak pertengahan Juni lalu adalah mengasah pengetahuan dan keterampilannya dalam seni pertunjukan wayang kulit. Ia sudah belajar salah satu teater total Bali ini sejak tahun 1986. Setelah selama dua tahun dengan penuh kesungguhan mempelajari kesenian ini, ia kemudian mementaskannya dalam berbagai kesempatan di tengah-tengah masyarakat di negerinya. “Tapi di sini (Bali) saya belum pernah pentas, malu,” ujarnya sembari tertawa. Dalang  wayang kulit Bali dari negerinya Barack Obama ini mengaku ingin terus menempa diri dalam bidang seni yang digelutinya.

Atas sponsor dari Fulbright dan beasiswa Dharmasiswa RI, pada tahun 1986 Maria datang ke Indonesia dan mendalami kesenian Bali di ASTI/STSI (kini ISI) Denpasar. Selama dua tahun (1986-1988) di Bali, selain di ASTI/STSI, ia belajar seni pedalangan hingga ke desa-desa. Wanita yang tampak awet muda ini pernah belajar bermain gender pada Wayan Konolan (almarhum) di Kayumas Kaja, Denpasar. Namun Desa Sukawati yang dikenal sebagai lumbung seni pewayangan Bali kemudian menambat hatinya. Di sini ia belajar seni pedalangan pada dalang senior Wayan Nartha dan menabuh gender wayang pada  I Wayan Loceng (alrmarhum).

Pada tanggal 19 Juli ini, ia akan kembali ke negerinya, Amerika. “Saya selalu sedih setiap akan meninggalkan guru-guru dan teman-teman saya di Bali,” ujar Maria dengan tercenung. Menurutnya, kecintaannya pada Bali, khususnya Sukawati, membuatnya selalu rindu untuk pulang. Pulang kemana? “Pulang ke Bali,” katanya serius. Bagi Maria, Bali dianggap rumahnya yang sesungguhnya. Karena itulah, dengan terencana, ia selalu berusaha datang ke Bali. Ia mengaku sangat betah tinggal di kampung seniman pedalangan Bali, Sukawati.

Di Amerika, sebagai dalang wayang kulit Bali ia sering diundang menggelar work shop atau pentas di sekolah-sekolah atau universitas. Murid-murid atau mahasiswa di negerinya sangat tertarik dengan seni teater boneka dari Bali ini. Terbukti ketika ia didaulat pentas di UCLA pada 5 Pebruari tahun 2010 lalu, penonton dibuatnya terpukau. Tampil dalam puncak malam pentas budaya, Indonesian Cultural Night 2010 yang diselenggarakan Permias University of California, Los Angeles, dalang Maria berhasil membuat terkagum-kagum penonton–termasuk Konsul Jenderal RI Subijaksono Sujono beserta para konsul dari staf KJRI Los Angeles—dengan menggunakan bahasa Inggris, Indonesia, Bali, dan Kawi (bahasa Jawa Kuno).

Jika tampil pentas di negerinya, menurut wanita yang masternya (MFA) diraih tahun 1988 dari California Institute of Arts ini, protokolernya agak berdeda dengan pertunjukan wayang di Bali. Secara bertahap diawalinya dengan perkenalan permainan gamelan. Setelah introduksi dengan permainan kayonan, penonton dipersilahkan datang ke balik layar untuk menyaksikan lebih dekat dengan wayang-wayang yang akan dimainkan. Setelah itu, lakon baru digulirkannya kurang lebih selama dua jam. Ia mementaskan wayang seperti lazimnya, mempergunakan bahasa Kawi. Komunikasi verbal dijalin oleh tokoh-tokoh punakawan Malen, Merdah, Delem, dan Sangut dengan mempergunakan bahasa Inggris. “Kalau ada penonton orang Indonesia, saya selipkan sedikit bahasa Indonesia,” kata dalang yang mengagumi tokoh Bima ini.

Kini sudah lebih dari 18 tahun Maria memperkenalkan atau mementaskan wayang kulit Bali di negerinya, khususnya di negara bagian California. Dari 12 lakon yang dikuasainya ia selalu berusaha mengkontekstualisikannya  dengan latar penontonnya. Maria yang juga terampil mengukir wayang ini juga melakukan pengembangan dan inovasi seni teater wayang. Selain mementaskan wayang kulit klasik Bali, bersama grupnya, ia juga menggulirkan kreativitas wayang inovasi dengan memanfaatkan tata lampu dan tata visualitas modern.”Inovasi perlu tapi yang klasik-tradisional harus terus diperkuat,” ujar Maria. Selama wayang kulit Bali masih berkaitan dengan ritual keagamaan, ia yakin wayang tetap eksis. Maria Elena Bodmann berharap fungsi ideal wayang sebagai media penuntun moralitas masyarakat seperti pada masa lalu dapat bersemi mesra kembali.

Maria, Dalang Wayang Bali Dari Negeri Obama, selengkapnya

Perguruan Tinggi Negeri Akan Gunakan Sistem Keuangan Online

Perguruan Tinggi Negeri Akan Gunakan Sistem Keuangan Online

Jakarta —  Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh memberikan tiga solusi untuk perapihan administrasi di perguruan tinggi negeri. Tiga solusi ini harus dijalankan supaya tidak ada lagi rekening di unit-unit Kementerian Pendidikan Nasional yang belum terdaftar di Kementerian Keuangan. Salah satu solusinya adalah dengan integrasi sistem, melalui sistem keuangan online.

“Meskipun belum terdaftar di Kementerian Keuangan, rekening tetap resmi terdaftar di bank (berstatus) BUMN. Sehingga dengan sistem keuangan online yang terintegrasi, bisa bekerja sama dengan bank-bank tersebut supaya melaporkan rekening yang berasal dari perguruan tinggi negeri,” ujar Menteri Nuh seusai melantik pejabat eselon 1 di Graha Utama Kemdiknas, hari ini (25/7).

Solusi lainnya adalah dengan menerapkan sistem reward and punishment dalam pengelolaan keuangan di lingkungan Kemdiknas. “Kalau perlu sanksinya diumumkan.” Dengan begitu, diharapkan mekanisme kontrol dalam internal perguruan tinggi negeri dapat berjalan dengan baik.

Selain menerapkan sistem keuangan online yang terintegrasi dan sistem reward and punishment, Kemdiknas juga akan memberikan pendampingan kepada perguruan tinggi negeri dalam hal administrasi, salah satunya dengan memberikan pendidikan dan pelatihan secara berkala.

Adapun tentang tim survei yang dibentuk untuk mengetahui pungutan pendidikan di daerah-daerah, saat  ini Kemdiknas masih menunggu hasilnya. Tim tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu Inspektorat Jenderal Kemdiknas, Inspektorat Jenderal Kemdagri, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menteri Nuh berjanji akan mengumumkan hasilnya, setelah tim memberikan laporan pada 27 Juli mendatang.

Sumber: kemdiknas.go.id

Penandatanganan Moa Antara  FSRD-ISI Denpasar Dengan ALVA-UWA Perth

Penandatanganan Moa Antara FSRD-ISI Denpasar Dengan ALVA-UWA Perth

Kiriman Nyoman Pebriyani Dosen FSRD ISI Denpasar

Penandatangan yang diawali dengan adanya Memorandum of Understanding (MoU) pada februari 2011 antara Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dengan University of Western Australia (UWA) Perth selanjutnya berkembang dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antar fakultasnya yaitu, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar dengan Architecture, Landscape, and Visual Art (ALVA) UWA Perth. Dalam kesempatan ini Rektor ISI  Denpasar menyampaikan pesan dengan adanya kerjasama yang lebih dalam antar dua universitas dan antar dua fakultasnya diharapkan akan dapat meningkatkan atmosfir pendidikan di kedua belah pihak. Harapan yang sama pun juga disampaikan oleh Dekan FSRD ISI Denpasar yang dalam kesempatan ini menandatangani dokumen bersama Rektor ISI Denpasar. Beliau menambahkan semoga dengan dibukanya jalan kerjasama ini akan membuka peluang kedua belah pihak dalam melakukan kerjasama baik dalam pertukaran mahsiswa, dosen, seminar bersama, hingga pameran bersama.

Penandatangan ini disambut positif oleh kedua belah pihak dimana baru-baru ini telah diadakan kegiatan pertukaran pelajar yang berjumlah 20 orang dari UWA untuk belajar di ISI Denpasar, kegiatan ini merupakan salah satu implementasi dari penandatangan MoU antara dua universitas, kegiatan pertukaran pelajar ini diberi nama ISACFA yaitu International Studio Art and Culture FSRD ALVA. Dalam kesempatan yang sama panitia pelaksanaan ISACFA  melaporkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni hingga 1 juli 2011, dimana kegiatan ini merupakan pertukaran pelajar UWA ke ISI Denpasar untuk melaksanakan pembelajaran selama kurang lebih 3 minggu. Antusiasme serta komentar positif pun terlempar dari ucapan Paul Trinidad yang merupakan koordinator pelaksana dari UWA, beliau menyampaikan bahwa dekan ALVA memberikan sambutan positif atas pelayanan dan kerjasama yang diberikan kepada mahasiswanya, harapan kedepannya kerjasama ini tidak berhenti disini saja tapi lebih bisa dikembangkan lagi yang akan menguntungkan kedua belah pihak, ujar Prof. Paul. Rektor ISI Denpasar pun menambahkan bahkan kedepannya dengan dukungan yang diberikan oleh Dikti program seperti ini bisa dikembangkan menjadi program tetap dan berkembang menjadi program yang lebih khusus.

Kabar gembira yang diterima hari ini pun menambah kebahagiaan ISI Denpasar, dimana hari ini juga (25/7) merupakan hari pertama dibukanya pendaftaran program Pascasarjana ISI Denpasar. Dan di sore hari juga dilaksanakan kegiatan pembukaan pameran Seni rupa yang diikuti mahasiswa dan para Alumnusnya. Hal ini menambah lengkap kebahagiaan hari ini.

Workshop Melukis Model dan Membuat Patung

Workshop Melukis Model dan Membuat Patung

Kiriman Hery Budiyana, Staf FSRD ISI Denpasar

Serangkaian perayaan Dies Natalis ke VIII dan Wisuda Sarjana ke IX ISI Denpasar, berbagai kegiatan digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain. Setelah beberapa waktu lalu melaksanakan seminar sehari, lomba melukis/ menggambar dan mewarnai, tadi pagi (25/7) bertempat  di Wantilan ISI Denpasar diselenggarakan Workshop Melukis/ Menggambar Model dan Mematung. Kegiatan yang melibatkan jurusan Seni Rupa Murni, Kriya Seni, Desain Interior, DKV, dan Fotografi dibuka oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. dengan ditandai melukis wajah pada lembaran kertas.

Dalam Sambutannya Prof. Rai menyampaikan harapan agar para mahasiswa peserta workshop yang berjumlah sekitar 53 orang dapat benar-benar memperhatikan instruksi yang diberikan oleh para instruktur sehingga mampu menyerap ilmu yang diberikan guna meningkatkan kualitas masing-masing individu. “Melalui workshop ini pula, kiranya dosen dan mahasiswa mampu  meningkatkan mutu karya seni dan juga proses belajar-mengajar di ISI Denpasar, sehingga menghasilkan kompetensi jurusan yang sesuai kebutuhan masyarakat,” harapnya.

Dekan FSRD, Dra.Ni Made Rinu, M.Si., memaparkan bahwa workshop ini dikemas sangat menarik, dengan mengundang alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain sebagai instruktur, diantaranya  seniman ternama yaitu Drs. Gusti Ketut Kasimiartha untuk workshop melukis/menggambar serta Labda Susinta S.Sn untuk workshop mematung. Diundangnya para instruktur yang juga merupakan alumni FSRD bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada para mahasiswa agar  ada hal yang ditiru dari lulusan FSRD yang telah berhasil. Para seniman yang telah diundang untuk menyumbangkan ilmunya untuk kampus ISI Denpasar ini mengaku merasa sangat dihargai dan dihormati dengan mendapatkan kesempatan membagikan ilmu kepada mahasiswa ISI Denpasar.

Dalam workshop masing-masing instruktur diberikan waktu 20 menit untuk mempresentasikan teorinya kemudian mengajak para mahasiswa peserta untuk berkarya. Tampak para mahasiswa yang juga peserta workshop sangat antusias mengikuti setiap instruksi yang diberikan. Mereka menuangkan ide karya dengan inspirasi dari model yang telah disediakan, yaitu Ni Putu Diah Yeti Mahayani dan A.A Sagung Intan Pradnyanita.

ISI Denpasar Mengadakan Lomba Debat Bahasa Inggris

ISI Denpasar Mengadakan Lomba Debat Bahasa Inggris

Denpasar – Lanjutan kegiatan Dies Natalis VIII dan Wisuda Sarjana IX terus bergulir, tepatnya pada hari Kamis (21/7) lomba debat bahasa Inggris diadakan di Gedung Latta Mahosadhi dengan melibatkan peserta dari mahasiswa seluruh jurusan di lingkungan ISI Denpasar. Antusiasme peserta begitu besar untuk mengikuti lomba ini dengan harapan membawa pulang sertifikat dan hadiah utamanya. Acara yang digelar pagi hari ini turut mengundang Rektor ISI Denpasar untuk membuka lomba, beliau menyampaikan agar kedepannya kegiatan ini terus berlangsung karena pemenang dari lomba ini akan mewakili kampus untuk maju ke tingkat Wilayah Bali sehingga besar harapan jika mampu menembus tingkat wilayah akan mampu membawa nama ISI Denpasar di tingkat nasional, kesemua ini tidak terlepas dari wujud pencitraan kampus yang merupakan tanggung jawab bersama. Seluruh peserta, panitia, serta juri pun memberi tepuk tangan meriah dengan harapan agar apa yang disampaikan Prof  Rai, begitu beliau biasa disapa,  akan terwujud dan terlaksana. Pembukaan acara ini kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama antara peserta, undangan, juri, serta panitia.

Selanjutnya acara diserahkan kepada Juri untuk memulai dengan memanggil peserta untuk maju ke atas podium. Pelaksanaan Lomba ini terbagi dalam dua putaran dimana setiap putaran memiliki tema yang berbeda, setiap mahasiswa akan beradu argumentasi antara yang mendukung serta yang tidak mendukung atau biasa disebut tim pro dan tim kontra. Masing-masing peserta membawakan gaya maupun karakternya sendiri-sendiri dalam mempertahankan jawaban mereka dan hal inilah yang merupkan point penting dalam penilaian. Namun tetap saja, namanya ajang perlombaan ada beberapa dari mereka yang harus gugur sebelum memasuki babak final. Setelah memasuki babak final, situasi menjadi lebih serius namun tetap santai.

Akhirnya tak lama setelah final berakhir sampailah kepada pengumuman pemenang, dalam perlombaan ini diambil delapan besar pemenang, dan pemenang tiga besar kali ini adalah Michele Gabriella Kamasi dari jurusan Desain FSRD tampil sebagai juara pertama, kemudian juara kedua ditempati oleh Panji Wilimantara dari jurusan Seni Pedalangan FSP, dan ditempat ketiga adalah Made Bayu Juniartha dari jurusan Fotografi FSRD. Para dewan juri memberikan ucapan selamat dan memberi pesan kepada seluruh peserta untuk tetap semangat dan tidak boleh berputus asa. Kepada para pemenang hadiahnya akan diserahkan pada malam kesenian Dies Natalis  VIII dan Wisuda Sarjana IX yang dilaksanakan pada hari Rabu (27/7) di gedung Natya Mandala ISI Denpasar.

Loading...