M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak-Anak Di Desa Jumpai, Klungkung

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak-Anak Di Desa Jumpai, Klungkung

Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai dapat digolongkan kedalam bentuk tari kelompok yang  boleh ditarikan oleh laki-laki ataupun perempuan. Keberhasilan suatu pementasan tari sangat didukung dengan beberapa bagian yang penting, sehingga mencirikan bahwa itu adalah suatu pementasan yang resmi. Bagian-bagian terpenting itu antara lain:

–  Penari

–  Tata rias dan busana

–  Struktur gerak

–  Perbendaharaan gerak

–  Musik iringan tari

–  Tempat pementasan

–  Properti, dan Tata cahaya

Perlengkapan diatas adalah bagian yang sangat mendukung lancarnya pementasan agar berjalan dengan baik dan pementasan tersebut tidak dianggap cacat. Dibawah ini terdapat uraian tentang persiapan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jumpai sebelum mementaskan Tari Telek Anak-Anak tersebut.

Sebelum pertunjukan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai dimulai, segala sesuatu yang berhubungan dengan pementasan tersebut harus dipersiapkan. Terkadang persiapan kelihatan tidak ada artinya, tetapi sangat menentukan sukses atau tidaknya pertunjukan tersebut berjalan.

Adapun persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pertunjukan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai adalah sebagai berikut.

Pertama, pemangku atau masyarakat setempat yang telah ditunjuk oleh kelian adatnya, mempersiapkan sesajen (banten). Adapun sesajen yang dipersiapkan adalah sesajen atau banten pemendak yang terdiri dari :

Kedua, penari menyiapkan perlengkapannya untuk menari seperti, busana, tapel, gelungan, dan yang lainnya. Masing-masing penari mempersiapkan dirinya sendiri. Kemudian berhias dibantu oleh orang yang dianggap bisa menghias dan tidak ikut menari. Setelah selesai berhias, para penari melakukan sembah kepada Bhatara di tempat akan pentas, guna memohon keselamatan dan kelancaran pertunjukan berlangsung. Setelah itu, para penari diperciki tirta yang sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede. Untuk tapel Telek yang digunakan juga harus dipercikan tirta oleh Jero Mangku setempat, yaitu tirta yang sebelumnya sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede.

Ketiga, jika semuanya sudah lengkap, barulah pementasan dimulai. Para penabuh juga mempersiapkan dirinya sendiri dan mempersiapkan alat-alat gamelan dengan segala perlengkapannya. Begitu pula para penarinya sudah siap untuk menari.

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai, Klungkung teknik pementasannya sangat sederhana. Para penari Telek anak-anak tersebut tidak diharuskan mempunyai sikap dasar menari yang bagus. Asalkan mempunyai niat untuk ngayah menari dan hafal paileh tariannya, maka penari anak-anak tersebut boleh menarikan saat mesolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara singkat teknik pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan dan Banjar Kangin sebagai berikut.

A.          Teknik Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai diawali dengan mendak Ida Bhatara Jero Gede di Pura Dalem Pesimpenan, yaitu tempat pesimpenan Ida Bhatara Jero Gede yang berada di sebelah selatan Pura Puseh Banjar Kawan (tempat khusus) yang dilakukan oleh Jero Mangku Ledung serta diikuti oleh masyarakat setempat. Ida Bhatara Jero Gede diusung oleh masyarakat dari tempat pesimpenan ke jaba tengah Pura Puseh untuk di sembahyangi bersama oleh masyarakat Banjar Kawan. Masyarakat Banjar Kawan biasanya datang dengan membawa sesajen (banten), yaitu berupa ajengan atau pejati dan canang sari. Ida Jero Gede disembahyangi bersama oleh masyarakat Banjar Kawan, di jaba tengah Pura Puseh. Para penari Telek Anak-Anak, Jauk, dan Penamprat berhias menggunakan busananya yang didampingi oleh Kelian Barong setempat. Setelah selesai berhias, sebelum para penari menari, oleh Jero Mangku diperciki air suci (tirta) yang sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede ke seluruh penari Telek Anak-Anak, Jauk, dan Penamprat. Sambil menunggu para penari benar-benar siap, para penabuh mengawali dengan menabuh gamelan sebagai tanda bahwa pementasan akan segera dimulai.

Setelah  para penari Telek Anak-Anak tersebut selesai berhias dan waktu telah menunjukkan sandi kala (peralihan waktu dari sore ke malam), penari Telek Anak-Anak pun mesolah  diikuti oleh Penamprat dan Jauk. Pada saat bersamaan pula persembahyangan yang dipimpin oleh Jero Mangku Ledung sebagai Jero Mangku Banjar Kawan selesai, saat itu pula Ida Jero Gede menari (mesolah) sebagai penutup dari pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai.

 B.           Teknik Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin bentuknya sama dengan pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan, hanya saja dibedakan oleh tempat pementasannya. Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin biasanya dipentaskan di depan bale Banjar Kangin.

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak Anak Di Desa Jumpai, Klungkung selengkapnya

Wujud Garapan Baladhika

Wujud Garapan Baladhika

Kiriman: Agus Ary Andhika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Wujud adalah aspek dari karya seni yang menyangkut baik keseluruhan dari karya seni itu maupun peranan dari masing-masing bagian dalam keseluruhan itu. Dalam komposisi Baladhika ini, ada beberapa hal yang mendukung terwujudnya karya seni ini, mulai dari dorongan dari dalam diri, pengalaman pendidikan serta lingkungan.Komposisi “Baladhika” adalah sebuah karya seni instrumentalia yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Deskripsi Garapan

Garapan ini merupakan sebuah bentuk penyajian komposisi musik yang lahir dari sejarah peperangan puputan Badung dengan media ungkap gamelan Baleganjur lima nada. Pagelaran karya seni Baladhikadisajikan di stage Natya Mandala ISI Denpasar yang berbentuk prosenium, serta perlengkapan sound system dan tata lampu modern. Penyajian karya seni Baladhikaini, didesain dalam bentuk sebuah konser musik yang ditunjang dengan teknologi pencahayaan (lighting) dengan durasi penyajiannya sekitar 11 menit.

Struktur Garapan

Dilihat dari segi struktur, garapan ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1            Bagian pertama dari garapan ini dimulai dengan permainan bersama dengan motif kekebyaran. Kemudian dilanjutkan dengan gegulet pukulan kendang yang dipadukan dengan permainan reyong.Setalah ini kembali permainan dimainkan secara bersamaan dengan motif  leluangan,dan dilanjutkan dengan permainan reyong sampai jatuhnya pukulan gong. Kemudian kembali dilanjutkan dengan motif kekebyaran,setelah motif kekebyaran tempo menurun (lambat) yang diisi dengan permainan ceng-ceng yang silih berganti dengan permainan reyong.Kemudian permainan kembali secara bersamaan dengan tempo yang sedang sampai jatuhnya pukulan gong.Setelah itu dilanjutkan dengan motif gegulet jejagulan. Setelah itu dilanjutkan ke bagian peralihan yang bermain secara bersamaan dengan tempo sedang.

2                  Di bagian ke dua ini mengangkat suasana tegang atau konflik antara Raja Badung dan pasukannya dengan pihak Belanda yang diawali oleh instrumen kendang dan rebana dlilanjutkan dengan kendang belik yang bersamaan turunnya dengan pukulan gong ketukan ganjil. Kemudian dilanjutkan dengan aksen ceng-ceng kopyak dan rebana dengan tempo menurun ( lambat ).Setelah itu kembali dilanjutkan dengan permainan kendang belik dengan tempo cepat dan dilanjutkan ke pengawak. Setelah pengawak dilanjtukan ke motif “body rythm” dan permainan Rebana, serta kendang belik yang silih berganti dengan pukulan gong. Motif “body rythm” yang dimaksud disini adalah permainan tangan yang dipukul ke bagian tubuh seperti dada, paha, dan kaki yang dihentakan ke lantai. tangan,dada, paha dan kaki dengan motif pukulan kendang.Permainan rampak pada bagian ini menggambarkan suasana penyusunan strategi perang.

3                     Bagian ketiga mendeskripsikan nuansa peperangan antara laskar Badung dengan pasukan Belanda yang berperang sampai titik darah penghabisan (Puputan). Nuansa ini diungkapkan dengan permainan tempo cepat,yang diawali dengan vokal yang bersamaan dengan sunggu kemudian tempo semakin cepat untuk mencari kebyar yang menggambarkan suasana akan mulainya peperangan. Dengan dinamika dan teknik pukulan permainan jalinan melodi atau reyong yang kontras dengan pukulan gong ganjil silih berganti dengan permainan gong bheri. Dimana pada saat suasana peperangan tersebut dihiasi dengan aksen-aksen ceng-ceng, kendang belik, rebana dan kendang dengan motif pukulan gegulet. Yang akan nantinya mengangkat suasana peperangan yang sengit sesuai dengan apa yang penata diinginkan.

4                   Bagian ke empat ini merupakan ending dari garapan ini yang berisikan vokal dengan suasana semangat. Vokal ini dinyanyikan oleh pendukung sebagai backing vokal dan penata sendiri untuk vokal solonya. Setalah vokal permainan dimainkan secara bersamaan sekaligus mengangkat suasana musikalnya menuju ke klimaks yang menggambarkan semangat perang puputan yang diakhiri dengan jatuhnya pukulan gong.

Fungsi  Instrumen

            Dalam garapan ini, masing-masing instrumen mempunyai fungsi yang berbeda, dan tentunya disesuaikan dengan ide garapan untuk kepentingan musikalitas.

Adapun fungsi masing-masing instrumen adalah sebagai berikut :

1   Reyong baleganjur pelog lima nada.

    Instrumen ini merupakan bagian dari gamelan baleganjur yang berfungsi sebagai :

–          Alat untuk menghiasi melodi-melodi agar gending kedengannya lebih manis.

–          Sebagai pembawa melodi pokok.

      2   Satu pasang kendang cedugan

         Kendang merupakan sebuah instrumen yang dikelompokkan kedalam golongan membranophone. Fungsi instrumen kendang dalam garapan ini adalah :

–          Sebagai pemurba irama.

–          Membuat angsel-angsel.

–          Mengendalikan irama dan tempo suatu gending.

3   Delapan pasang ceng-ceng kopyak yang berfungsi sebagai :

–          Pengisi irama.

–          Sebagai penghubung.

–          Membuat angsel-angsel dan variasi yang bersama-sama dengan kendang dan reyong.

4   Satu buah kajar dan kempli.

        Kajar dan kempli adalah instrumen yang bermoncol yang ukurannya relatif sama tapi dimainkan dengan ketukan yang berbeda. Fungsi instrumen kajar dan kempli pada garapan ini adalah :

–          Sebagai pemegang mat (ketukan).

–          Menjaga tempo yang diinginkan.

    5   Satu pasang gong lanang wadon

        Gong merupakan instrumen bermoncol yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan instrumen bermoncol lainnya, yang juga merupakan klasifikasi idiophone. Fungsi gong adalah :

–          Untuk mengakhiri lagu atau gending.

–          Untuk memperjelas dan menentukan jatuhnya tekanan-tekanan melodi sesuai dengan tujuan lagu itu sendiri.

     6  Satu buah kempur

   Kempur adalah instrumen bermoncol yang ukurannya lebih kecil daro gong, yang juga tergolong klasifikasi idiophone. Fungsi kempur adalah :

–          Sebagai pendorong jatuhnya gong.

–          Mematok ruas-ruas gending

   7   Satu buah bende.

     Bende adalah instrumen yang berbentuk seperti gong yang moncolnya sejajar dengan muka.

Fungsi bende adalah :

–          Mengisi bagian kosong pada lagu yang dimainkan.

       8   Gong Bheri. Fungsi gong bheri dalam garapan ini adalah :

–          Mengisi aksen-aksen

–          Untuk mendukung suasana perang dalam garapan ini.

       9    Rebana. Fungsi rebana dalam garapan ini adalah :

–          Memperkaya ritme

–          Mendukung suasana garapan sesuai alur tema

     10   Sunggu. Fungsi Sunggu di sini adalah:

–          Sebagai tanda akan terjadinya peperangan

     11  Kendang Belek. Fungsinya dalam garapan ini adalah :

–          Mengisi aksen-aksen pada waktu terjadinya ketegangan dan peperangan

Wujud Garapan Baladhika selengkapnya

KAMANALA

KAMANALA

Penata

Nama                     : I Putu Eka Arya Setiawan

Nim                        : 2007 02 039

Program Studi       : Seni Karawitan

Sinopsis       :

Kamanala dalam bahasa Jawa Kuno berarti Api Cinta, orang mengatakannya perasaan yang paling tidak bisa dibohongi. Berbagai perasaan dialami dalam menjalani cinta seperti senang, sedih, gembira, terkadang juga orang rela mati demi cinta. Semua perasaan tersebut kemudian ditransformasikan kedalam sebuah komposisi tabuh kreasi pepanggulan yang menekankan pada jalinan melodi, harmoni, tempo, dinamika lagu yang dikemas menjadi sebuah komposisi tabuh kreasi pepanggulan dengan judul Kamanala.

Pendukung Karawitan :

Sanggar Gita Bhandana Praja Kota Denpasar & Mahasiswa Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Wujud Garapan Anda Bhuwana

Wujud Garapan Anda Bhuwana

Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa kesenian. Setelah melalui tahapan proses yang cukup panjang, akhirnya garapan kolaborasi Anda Bhuwana bisa terwujud dan layak untuk disajikan. Komposisi musik kolaborasi Anda Bhuwana merupakan sebuah instrumental perpaduan yang inovatif, yang masih bertitik tolak pada keanekaragaman budaya Indonesia yang dipadukan dengan alat musik modern. Pola-pola tradisi dikembangkan baik dari segi struktur lagu, teknik permainan maupun motif-motif gending dengan penataan atau pengolahan secara musikal, seperti : nada, melodi, irama (ritme), tempo, harmoni, dan dinamika.

Disamping hal tersebut ada juga hal-hal yang bersifat mendasar menjadi pertimbangan penata yaitu : keutuhan atau keselarasan (Unity), penonjolan atau penekanan (dominance), dan keseimbangan (balance). Hal ini penata lakukan agar garapan ini enak dinikmati serta memiliki bobot seni yang tinggi.

  1. Keutuhan atau Keselarasan (Unity)

Keutuhan yang dimaksudkan pada garapan ini adalah dari bagian satu ke bagian yang lainnya berkesinambungan. Artinya masing-masing bagian mempunyai kaitan proses untuk pencapaian penyelesaian yang ada pada bagian akhir dari komposisi ini.

  1. Penonjolan atau Penekanan (Dominance)

Penonjolan mempunyai maksud mengarah perhatian orang yang menikmati suatu karya seni ke suatu hal yang tertentu, yang dipandang lebih penting dari pada hal-hal yang lain dari karya seni itu. Di dalam karya seni penonjolan masing-masing instrumen dilakukan agar garapan ini memiliki kekuatan atau intensitas.

  1. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam komposisi ini mempunyai maksud, bagaimana antara masing-masing instrumen bisa bekerja sama bermain dengan porsi yang seimbang.

 Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Untuk mewujudkan komposisi ini, penata memakai media ungkap beberapa gambelan Semara Pagulingan, sebuah Kendang Sunda, Genggong, Rebana, Bedug, dan beberapa alat musik modern. Gambelan Semara Pagulingan yang digunakan pada komposisi ini merupakan alat musik tradisional Bali yang berlaraskan pelog 7 nada. Dalam satu perangkat gambelan ini terdiri dari berbagai jenis instrumen berupa bilah dan pencon serta beberapa alat perkusi.

Agar lebih jelasnya lagi, dibawah ini akan penulis uraikan satu persatu instrumen yang digunakan pada garapan Anda Bhuwana ini, Instrumen-instrumen yang dipergunakan adalah :

Beberapa gambelan Semara pagulingan yang terdiri dari :

  1. Kendang Cedugan Lanang

Kendang adalah salah satu jenis instrumen perkusi yang tergolong klasifikasi membranphone, yaitu instrumen yang bunyinya ditimbulkan oleh kulit dikencangkan. Jika dilihat lebih spesifik lagi kendang dapat disebut sebagai membranphone double heded (kendang bermuka dua). Kendang Bali berbentuk konis denagn sistem pakelit. Pakelit merupakan sebuah lubang kecil yang membatasi muka kanan dengan muka kiri ada sebuah pada sebuah kendang Bali yang berfungsi sebagai pengatur tinggi-rendah bunyi kendang.

  1. Jublag

Jublag merupakan instrumen yang terdiri dari 7 bilah nada yang berbentuk lebih besar daripada gangsa. Garapan ini sama seperti yang lain yang memakai jublag yang berfungsi memberikan aksen pada ruas-ruas lagu dan pembawa melodi gending.

  1. Jegogan

Pada dasarnya instrumen yang satu ini hampir sama dengan jublag memilki 7 nada, hanya ukurannya lebih besar.Fungsi garapan ini memberikan aksen-aksen serta tekanan-tekanan pada melodi lagu pada hitungan-hitungan tertentu.

  1. Cengceng Rincik

Cengceng Rincik merupakan instrumen yang berbentuk pipih dan bundar dengan ukuran kecil. Terdiri dari lima buah dipasang menghadap keatas dan dua buah lagi dipegang oleh tangan untuk dimainkan.  Fungsinya adalah untuk memperkaya ritme.

  1. Suling

Suling adalah sebuah instrumen musik yang tergolong dalam klasifikasi aeorophone. Instrumen ini terbuat dari bambu yang  dilubangi. Keberadaan suling di setiap barungan gambelan yang ada di Bali sangat membantu untuk memperkaya warna musik yang dihasilkan (karena dalam suling bisa menhasilkan suara atau nada “pemero”)

  1. Gangsa Pemade

Gangsa Pemade ini merupakan bagian dari barungan Gambelan Semara Pagulingan yang terdiri dari dua pasang tungguh pemade yaitu pengumbang dan pengisep. Setiap tuguhnya terdiri dari 7 bilah.

  1. Kendang Sunda

Kendang sunda adalah suatu alat musik tradisi yang berasal Jawa Barat/Sunda. Kendang menambah keunikan dan sangat mendukung pada garapan ini, karena kendang ini dapat digabungkan dengan beberapa alat musik lain namun tetap memiliki bunyi yang khas.

  1. Gitar

Gitar adalah sebuah alat musik modern yang akan ikut dipadukan dalam garapan “Anda bhuwana” ini. Alat musik gitar ini memiliki kunci sebagai pengantar nada-nada dan mengiringi melodi yang sesuai dengan irama lagu. Alat muik ini menambah keanekargaman muik pada garapan ini.

4.Gitar Bass

Gitar bass mempunyai bentuk sama dengan gitar, namun ukurannya berbeda. Gitar Bass memiliki ukuran yang lebih besar dari pada gitar. Bunyi yang di hasilkan pun berbeda. Gitar Bass memiliki suara yang lebih besar (ngebas).

5. Keyboard

Adalah alat musik modern yang berfungsi untuk mengiringi lagu. Melodi yang dihasilkan oleh keyboard menambah keanekaragaman bunyi yang dihasilkan pada garapan ini.

6. Bedug

Bedug memiliki bentuk menyerupai kendang namun ukurannya sangat besar. Panggul yang digunakan untuk memukul bedug juga berbeda dengan kendang. Agar pemain lebih mudah memainkan bedug, dibuatkan alat penyangga yang tingginya disesuaikan dengan tinggi pemain bedug.

7. Genggong

Genggong adalah sebuah alat yang terbuat dari bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga pada saat dimainkan dapat menghasilkan bunyi yang khas. Dengan penambahan genggong ini maka makin banyaklah kenekaragaman bunyi yang dipadukan pada garapan ini.

8. Rebana

Rebana merupakan alat musik pukul yang sekaligus dimainkan oleh pemain gangsa. Alat ini berbentuk bundar dan terbuat dari kulit.

Wujud Garapan Anda Bhuwana selengkapnya

Imagination of Balinese Taksu (Spirit)

Imagination of Balinese Taksu (Spirit)

International Studio for Culture and Exchange FSRD – ALVA (ISACFA) Exhibition

ISI Denpasar FSRD exhibition and visit to The University of Western Australia

21 September – 2 October 2011

The Faculty of Fine Arts and Design, ISI Denpasar is preparing to conduct an exhibition, workshops and seminars to be held at the Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA), University of Western Australia (UWA) from 21st September until 2 October 2011.

(Note: Music and performance troupe arrive along with Rektor Professor Rai at the Music Department ARTS on 25th September).

The exhibition curated by head of Photography FSRD, I Komang Arba Wirawan (ISI) and Assistant Professor Paul Trinidad (UWA) consists of digitally reproduced works from three visiting artists at the Faculty of Art and Design.

The artists from FSRD  include the Dean of FSRD Ni Made Rinu, who specializes in Kamasan and Traditional Balinese Painting, the Head of Painting, I Made Bendi Yudha, whose works are modern and contemporary painting and I Komang Arba Wirawan who is a photographer.

While they are visiting ALVA they will be working in the Artlaab studio (adjacent to the ALVA building in Nedlands) to produce works in a forum space.  Interested students and visitors are invited to Artlaab to engage with the artists who are keen to discuss the motivation behind their works as well as their relationship with technical aspects of the work.  This would be especially interesting to those wishing to know more about Kamasan painting, the 400-year-old traditional painting of Klungkung.  The guests will be presenting seminars on their fields of work, while they are in residency.  (Venues and times yet to be arranged.)

Academic exchange, collaboration and cooperation between ALVA and ISI have been on-going over a four year period.  This has lead to the development of an overseas studio program, the first of which was held in Denpasar Bali in June this year.  The ISACFA exchange, as it is known, is the first international exchange fitting the model of internationalization developed by the new Dean of ALVA, Winthrop Professor Simon Anderson.

ALVA students have the opportunity to study in country in Indonesia and in exchange, ALVA hosts two academics from the host institution ISI Denpasar to visit ALVA and exhibit their work, present seminars and workshops as well as prepare some examples of their own works-in-progress in the Artlaab studio.  In the inaugural exchange FSRD will be sending an additional artist corresponding with a visit by 20 members of a Music and Dance troupe who along with the Rektor of ISI Denpasar will be in town.  The Music and Dance troupe will be performing for the Faculty of Arts, Music Department  on the 27th September at the Callaway Music Auditorium (UWA).

Work from the ISACFA studio and the visiting artists from ISI Denpasar will be on display in the Cullity Gallery (ALVA) throughout September with a reception to be held on 26th September to officially welcome the guests.

Contact:

Asst. Prof Paul Trinidad ext 7177 or 040 1022047

[email protected]

http://bfa1.alva.uwa.edu.au/Taksu.html

Bhakti Sosial dan Kemah Bagi Mahasiswa Baru

Bhakti Sosial dan Kemah Bagi Mahasiswa Baru

 Rangkaian Bhakti Sosial dan Kemah Seni Mahasiswa Baru FSP ISI Denpasar Tahun akademik 2011-2012, berlangsung   di Desa Adat Petang Kecamatan Petang, Kabupaten Badung  mulai  11-13 September 2011 yang lalu .  Agenda kegiatan tersebut bagian dari program yang   dilakukan para mahasiswa yang sedang mengikuti masa orientasi, sebelum   memasuki masa perkuliahan.  Beragam kegiatan yang dijalankan meliputi kerja bhakti di areal Pura Puseh Desa Petang dan penghijauan di areal wantilan serba guna. Dalam kegiatan social tersebut, juga diisi dengan pementasan seni serta ceramah dari para seniman di Desa Petang . Kegiatan ini dihadiri oleh Bendesa Adat Petang, PR III I Made Subrata, M.Si , PD I, PD II dan PD III FSP, serta ketua jurusan di lingkungan FSP.  Jumlah mahasiswa baru yang mengikuti dalam ajang ini  sebanyak 105 orang. PR III yang juga membidangi kemahasiswaan I Made Subrata menyatakan tujuan kegiatan adalah menanamkan kesadaran kepada mahasiswa bahwa perguruan tinggi seni sebagai lembaga ilmiah pusat seni dan budaya. Dikatakan, dalam kegiatanya itu diharapkan  mampu menumbuhkan kemandirian mahasiswa dalam organisasi baik di dalam kampus maupun  diluar kampus. “ Kegiatan ini dilaksankan untuk  menumbuhkan rasa peduli dan daya kritis mahasiswa dalam mencermati perkembangan zaman, dan meningkatkan rasa solidaritas diantara civitas akademika dan masyarakat,” terangnya. Secara keseluruhan, ISI Denpasar tahun ini menerima  292 mahasiswa baru. Mereka wajib   mengikuti pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan. Kegiatan ini telah berlangsung selama satu minggu, dimulai sejak  5-9 September 2011 belum lama ini.  Mahasiswa baru ISI Denpasar dalam kegiatannya  mendapatkan materi tentang paradigma baru pendidikan tinggi, pola pengembangan kemahasiswaan, pendidikan karakter Bangsa, panduan studi dan system informasi akademik, system dan proses pembelajaran, kewirausahaan, program kreativitas mahasiswa,penulisan media kampus, latihan ketrampilan manajemen kemahasiswaan, , etika dan tata pergaulan kampus, gaya kepemimpinan.

Loading...