M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Pakem Pertunjukan Wayang Garapan Pakeliran Jaya Tiga Sakti

Pakem Pertunjukan Wayang Garapan Pakeliran Jaya Tiga Sakti

Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar.

Pakeliran “Jaya Tiga Sakti” adalah sebuah garapan pakeliran dengan cerita babad yang diambil dari Babad Usana Pulina Bali. Garapan ini menceritakan tiga kesatria sakti atau jaya, kesatria Jawa yaitu Patih Gajah Mada, kestria Bali yaitu Ki Pasung Grigis dan kesatria Sumbawa yaitu Dedela Nata. Pakeliran ini mengisahkan gugurnya Ki Pasung Grigis dalam pertempuran melawan Raja Dedela Natha. Pakeliran “Jaya TIga Sakti” merupakan garapan inovasi yang memadukan teater dengan wayang layar lebar yang diiringi oleh seperangkat gambelan semarapegulingan, beberapa alat gambeln gong jawa, dan rebana.

            Kesan yang ditampilkan dalam pertunjukan ini adalah kesan kesatria dan sarat dengan makna filsafat. Sedangkan pesan yang akan disampaikan adalah kita harus selalu mawas diri dan pengendalian diri untuk mencapai kedamain serta pengorbanan untuk menegakan dan menjalankan kewajiban seorang kesatria (dharmaning kesatria). Tuntunan dan nilai-nilai yang dapat diambil dari garapan ini adalah nilai-nilai luhur perjuangan seorang kesatria, nilai-nilai patriotism, serta nilai kemanusiaan.

Pakem / Teks Pertunjukan Wayang

Babak I :

Tarian kayonan di depan layar(teater), tarian kayonan di layar.

Panglengkara   : Om…Pengaksaman ingulun ring Paduka Bhatara Hyang Mami

                        Mwang ring Sang sida karuhun

                        Sang sampun amoring acintya.

                        Tan katamanin ingulun upadrawa

                        Kawinursita…….

Mangke balanira sira Dedela Nata, sedeng awijah- wijah. Sawetning tan arep tinitah tekapning wilwatikta prabu.

Sira wateking wong-wong Sumbawa, pretania Dedela Nata asuka-suka, amangan, anginum. Samangkana………

Dalang             : kawinursita mangke marikanang Sumbawa. Wateking balanira Dedela nata lwir asuka-suka, anginum, amangan, apesta.

(tarian rakyat Sumbawa di depan layar. Dan wayang ketua suku di layar)

Ketua suku      : ha..ha..ha..beta merdeka…tidak mau tunduk dibawah kekuasaan majapahit. Mari ko semua…. Bersenang-senang, apa mau dipikir ?

                        Ayo pesta bersama sa….

Rakyat             : makan seenak, minum seenak,…ko jangan sedih, ko bebas…ko merdeka….! Mari ko menari-nari bersama sa…

Rakyat             : ha…ho…ha…ho…suka ria…,pesta, minum sampe teller…

(rakyat menari di layar dan panggung)

Ketua suku      : hai ko semua….., paduka raja datang…. Mari,mari kita sambut…

Dedela Nata    : ha….ha..ha….kamu..kamu pretan sa kabeh. Sa raja diraja…..enak mangke amangan angosti. Syapa tan saeka budi….satru ye…pejahan…..!!

Patih                : singgih……panembahan. Mabener kadi sadnya panembahan ingulun. Aja wedi…..aja kagiri-giri…ri swabawaning majapahit……

                        Enak amangan, anginum, awijah- wijah, angupit-upit.

Dedela Nata    : hah…yan samangkana enak pada lumaku apesta…

                        Pretan sa kabeh…enak pada amangan….

Dalang             : Sigra….

                        (Dedela Nata, patih dan rakyat menari)

Ketua suku      : ha….ha..ha…mari kita hepi….

Rakyat             : mari beruka –suka….jangan berpikir ruwet.

Babak II         :

Babat kayonan            : Ndatatita sumbawa raja….

                         Gumanti tojara mangke, ri belahaning jawa wetan…

                        Wilwatikta nirakara ning rat.

                        Samangkana……

Sidang di pendopo wilwatikta antara Mahapatih Gajah Mada dan Ratu Tribuana Tunggadewi.( diiring tandak dan iringan tabuh yang lembut)

Tandak                        : Pepek mantrine kaseba

                        Para bujangga rsi aji

                        Asta seni munggwing arsa

                        Tinon kadi prahu manic

                        Masegara madu gendis

                        Mabendera sutra alus

                        Menyanding jukung mangambyar

                        Kudyang tani katon luih

                        Ban panyaluk busanane sarwa prada.

Gajah Mada    : Singgih…. Inganika mahadewi.

 Yogiswari tan pepada dibya marikanang rat.

Lwir sinaut dening ula tanpa wisa pinangan mong lepas.

Teja-teja….rimrim ikanang wedana, menawa sinaputaning wicara,

Yan kapinnaning dadi, lungsur wecana inganika.

Dalang             : Rimangkana saturan nira Dwirata Mada, antyan masabda ris mardawa sojar sira mahadewi.

Ratu Tribuana: Uduh….. rarkyan….

                        Mapan karya ana….

                        Ribelahaning antara nusa wetan, Sumbawa dedela nata…..

                        Awangsul tan matwang ingulun. Enak inirayana pepareng.

Gajah Mada    : Singgih… inganika Mahadewi. Sampun…sampun inirayana de patik Mahadewi. Yayateki Arya Tengkulak wenang makusara tadahari kalaning baya.

                        Hah…hah…ha…wateking bayangkara, enak gawa sira Arya Tengkulak merangke.

( Ki Pasung Grigis menghadap ke pendopo diiringi prajurit wilwatikta)

Gajah Mada    : Singgih…kaka Arya Tengkulak. Apan yeki hana Dedela Nata Sumbawa Raja, pramada lawan Majapahit. Tan ana len maka sarining ikang pagundem, inganika kayoga menggaleng Sumbawa…mamidanda sira Dedela Nata.

Pakem Pertunjukan Wayang Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti selengkapnya

STRI PRAKRTI

STRI PRAKRTI

Penata

Nama                     : Ni Putu Widiasih Kurnia Dewi

Nim                       : 200701015

Program Studi       : Seni Tari

Sinopsis :

Menjadi wanita akan mengalami suatu perubahan yang sudah menjadi kodratnya, baik dari masa kanak-kanak, remaja, ibu-ibu, kemudian menjadi nenek-nenek. Kecantikan luar dan dalam menjadi daya tarik tersendiri. Namun, semua itu tidak akan kekal karena seiring bertambahnya usia, dan akan kembali kepada Sang Pencipta.

 

Pendukung Tari :

1. Luh Indrayanti    (Mahasiswa ISI Denpasar, Semester VI)

2. Ni Putu Anik Duasti Hartini   (Mahasiswa ISI Denpasar, Semester VI)

3. Ni Putu Chandra Jayanti        (Siswi SMK Negeri 3 Sukawati, Gianyar)

4. Ni Luh Putu Ika Agustini       (Siswi SMK Negeri 3 Sukawati, Gianyar)

Penata Karawitan   : I Gede Arsana, S.Sn

Pendukung Karawitan       : Sekaa GongKusuma Sari,Br.Batan Poh, Pang Tengah, Penatih, Denpasar

 

RUANG TIGA

RUANG TIGA

Penata

Nama                     : I Wayan Diana Putra

NIM                      : 2007.02.043

Program Studi       : Seni Karawitan

Sinopsis :

Ruang Tiga adalah sebuah karya music baru yang murni mengacu pada music seperti ritme timbre, dan dinamika dengan mengolah instrument kendang Bebarongan. Spesialisasi kendang yang dimiliki memudahkan penata berinovasi menggarap sebuah karya musik.

Dalam karya musik ini penata mencoba untuk menghadirkan kemasan baru terhadap pengolahan instrument kendang bebarongan yang meliputi permainan pupuh ganjil, kontradiksi antara pupuh dengan pupuh dan mencoba menghadirkan geguletan pupuh menjalin pupuh. Semua unsur inovasi tersebut agar mampu hadir sebagai sebuah karya musik yang baru, berbobot dan berkualitas sesuai dengan kabutuhan apresiasi kekinian maka aspek desa, kala, patra (space, time and tool) diaplikasikan sebagai bingkai garapan.

Pendukung Garapan : Juru Kendang Sekaha Jaya Jenggala

Klasifikasi Nilai Sosial

Klasifikasi Nilai Sosial

Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

Nilai dominan

Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

  • Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
  • Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
  • Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
  • Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.

Nilai mendarah daging (internalized value)

Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui prosespertimbangan. Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab

Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.

d. Peran Nilai Sosial

1) Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi sosial, misalnya kelompok ekonomi kaya, kelompok masyarakat menengah dan kelompok masyarakat kelas rendah.

2) Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

3) Memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.

4) Alat solidaritas atau mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.

5) Pengawas, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Fungsi dari nilai sosial

Secara umum nilai social mempunyai fungsi sebagai berikut :

1)      Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu.

Cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai – nilai sosial yang berlaku. Pendatang baru pun secara moral diwajibkan mempelajari aturan – aturan sosial budaya masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung tinggi dan mana yang tercela. Dengan demikian, dia dapat menyesuaikan diri dengan norma, pola pikir, dan tingkah laku yang diinginkan, serta menjauhi hal – hal yang tidak diinginkan masyarakat.

2)      Nilai berfungsi sebagai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu atau masyarakat. Dengan kata lain, nilai sosial menciptakan dan meningkatkan solidaritas antarmanusia. Contohnya nilai ekonomi mendorong manusia mendirikan perusahaan – perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

3)      Nilai berfungsi sebagai benteng perlindungan. Daya perlindungannya begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang mati – matian untuk mempertahankan nilai – nilai itu. Nilai – nilai Pancasila seperti sopan santun, kerja sama, ketuhanan, saling menghormati dan menghargai merupakan benteng perlindungan bagi seluruh warga negara Indonesia dari pengaruh budaya asing yang merugikan.

4)      Nilai berfungsi sebagai alat pendorong atau motivator.

Nilai juga berfungsi sebagai alat pendorong dan sekaligus menuntun manusia untuk berbuat baik. Karena ada nilai sosial yang luhur, muncullah harapan baik dalam diri manusia. Berkat adanya nilai – nilai sosial yang dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita – cita manusia yang berbudi luhur dan bangsa yang beradab itulah manusia menjadi manusia yang sungguh – sungguh beradab.

Menurut Kluckhohn, semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup lima masalah pokok berikut ini.

1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Misalnya, ada yang memahami bahwa hidup itu buruk, hidup itu baik, dan hidup itu buruk tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu baik.

2) Nilai mengenai hakikat karya manusia. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah, kedudukan, dan kehormatan.

3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Misalnya, ada yang berorientasi ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.

4) Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya. Misalnya, ada yang berorientasi kepada sesama, ada yang berorientasi kepada atasan, dan ada yang menekankan individualisme.

5) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam, atau berhasrat menguasai alam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam masyarakat yang terus berkembang nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal akan mempengaruhi perubahan tatanan sosial yang ada. Nilai merupakan bagian yang terpenting dari kebudayaan karena suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat. Jadi, nilai memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia karena nilai-nilai menjadi orientasi dalam setiap tindakan melalui interaksi sosial. Nilai sosial itulah yang menjadi sumber dinamika masyarakat. Kalau nilai-nilai sosial itu lenyap dari masyarakat, maka seluruh kekuatan akan hilang dan derap perkembangan akan berhenti.

dirangkum dari berbagai sumber

Klasifikasi Nilai Sosial Selengkapnya

Jadwal Pelaksanaan UTS & UAS Semester Ganjil 2011/2012

PENGUMUMAN

Nomor: 1281/IT5.1/DT/2011

Diberitahukan kepada Dosen dan Mahasiswa FSRD ISI Denpasar bahwa Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) semester ganjil 2011/2012 adalah sbb:

1.  Ujian Tengah Semester (UTS)      : 14 – 18 November 2011

2.  Minggu Tenang (UAS)                  : 2 – 6 Januari 2012

3.  Ujian Teori (UAS)                          : 9 – 13 Januari 2012

4.  Ujian Praktek (UAS)                    : 16 – 20 Januari 2012

5.  Input Nilai ke Portal dan Penyerahan Berkas adalah

(1) satu minggu setelah ujian baik teori maupun praktek.                                                                                    

 Demikian kami sampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Terimakasih.

 

Denpasar, 26 September 2011

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I,

 

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn.

NIP.  196107061990031005

 

Penyajian Garapan Kembang Ratna

Penyajian Garapan Kembang Ratna

Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna disajikan ke dalam bentuk tari kelompok yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, yang bertemakan perputaran hidup, karena bunga ratna juga melalui suatu proses dalam kehidupannya sebagai tumbuhan. Garapan tari Kembang Ratna menampilkan wujud dan karakter bunga ratna. Karakter dari bunga ratna yang agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Durasi yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, dengan struktur garapan terdiri dari 6 bagian, yang diharapkan mampu menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat terwujud karya seni yang berkualitas.

Tempat Pertunjukan

Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar diadakan di stage prosenium, gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dipentaskan pada tanggal 26 Mei 2010. Penataan pola lantai biasanya disesuaikan dengan keadaan stage yang berbentuk prosenium tersebut, dan penikmat karya seni hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari arah depan saja. Suasana yang ditampilkan pada garapan Kembang Ratna didukung dengan tata lampu (lighting), serta penggunaan layar yang memang sesuai dengan kostum dan kebutuhan garapan. Berikut adalah gambar stage prosenium gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, yang dilengkapi dengan pembagian ruang lantai dan arah hadap penari.

Kostum/Tata Busana

Kostum atau tata busana merupakan salah satu bagian penting dalam penyajian sebuah garapan tari sebagai elemen pendukung tari, karena melalui kostum penikmat dapat menangkap kesan perwatakan dan karakter yang dibawakan sehingga penikmatnya dapat membedakan setiap garapan tari yang ditampilkan. Sebagai wahana intrinsik, penataan kostum atau tata busana dapat mempengaruhi nilai artistik suatu karya seni yang menunjang keberhasilan suatu pementasan. Maka dari itu, perlu dipikirkan mengenai pemilihan warna, dan desain kostum yang harus disesuaikan dengan tema, ide, konsep garapan, maupun efek tata lampu (lighting).

Penataan kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan ciri  kostum tari Legong yang telah ada. Pengembangan dalam kostum garapan disesuaikan dengan ide, konsep dan kebutuhan garapan dengan masih mempertahankan  penggunaan gelungan, bancangan, sesimping, lamak, dan properti kipas. Kostum garapan tari Kembang Ratna menggunakan konsep minimalis dengan didesain sesederhana mungkin tanpa menggunakan banyak aksen prada dan menggunakan perpaduan warna putih susu, ungu, serta hijau yang disesuaikan dengan efek lampu agar tidak terkesan glamour. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna putih, sedangkan warna hijau dapat dikatakan sebagai pemanis.

Adapun kostum yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut :

  • Hiasan Kepala

–          Gelungan yang sudah jadi dan terbuat dari kulit, terdiri dari krun, petitis, dan prakapat.

–          Bancangan dua buah dengan kombinasi bunga kamboja imitasi dan tiruan bunga ratna

–          Subeng

  • Hiasan Badan

–          Kain prada berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu

–          Baju lengan ¾ berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu

–          Angkin dengan kombinasi warna putih susu dengan ungu

–          Lamak kain berwarna hijau, dan ungu berisi hiasan tiruan bunga ratna

–          Sesimping kain berwarna ungu dengan tepi emas berisi glenter tiruan ratna

–          Ampokampok dari bahan kulit dengan kain berlapis pada bagian samping berwarna ungu dan hijau, yang berisi hiasan bunga ratna

–          Tutup dada berwarna ungu dengan hiasan emas

–          Gelang kana berwarna ungu dengan hiasan kulit.

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna selengkapnya

Loading...