by dwigunawati | Sep 17, 2011 | Berita, Galeri
Penata
Nama : I Putu Eka Arya Setiawan
Nim : 2007 02 039
Program Studi : Seni Karawitan
Sinopsis :
Kamanala dalam bahasa Jawa Kuno berarti Api Cinta, orang mengatakannya perasaan yang paling tidak bisa dibohongi. Berbagai perasaan dialami dalam menjalani cinta seperti senang, sedih, gembira, terkadang juga orang rela mati demi cinta. Semua perasaan tersebut kemudian ditransformasikan kedalam sebuah komposisi tabuh kreasi pepanggulan yang menekankan pada jalinan melodi, harmoni, tempo, dinamika lagu yang dikemas menjadi sebuah komposisi tabuh kreasi pepanggulan dengan judul Kamanala.
Pendukung Karawitan :
Sanggar Gita Bhandana Praja Kota Denpasar & Mahasiswa Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar.



by admin | Sep 16, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.
Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa kesenian. Setelah melalui tahapan proses yang cukup panjang, akhirnya garapan kolaborasi Anda Bhuwana bisa terwujud dan layak untuk disajikan. Komposisi musik kolaborasi Anda Bhuwana merupakan sebuah instrumental perpaduan yang inovatif, yang masih bertitik tolak pada keanekaragaman budaya Indonesia yang dipadukan dengan alat musik modern. Pola-pola tradisi dikembangkan baik dari segi struktur lagu, teknik permainan maupun motif-motif gending dengan penataan atau pengolahan secara musikal, seperti : nada, melodi, irama (ritme), tempo, harmoni, dan dinamika.
Disamping hal tersebut ada juga hal-hal yang bersifat mendasar menjadi pertimbangan penata yaitu : keutuhan atau keselarasan (Unity), penonjolan atau penekanan (dominance), dan keseimbangan (balance). Hal ini penata lakukan agar garapan ini enak dinikmati serta memiliki bobot seni yang tinggi.
- Keutuhan atau Keselarasan (Unity)
Keutuhan yang dimaksudkan pada garapan ini adalah dari bagian satu ke bagian yang lainnya berkesinambungan. Artinya masing-masing bagian mempunyai kaitan proses untuk pencapaian penyelesaian yang ada pada bagian akhir dari komposisi ini.
- Penonjolan atau Penekanan (Dominance)
Penonjolan mempunyai maksud mengarah perhatian orang yang menikmati suatu karya seni ke suatu hal yang tertentu, yang dipandang lebih penting dari pada hal-hal yang lain dari karya seni itu. Di dalam karya seni penonjolan masing-masing instrumen dilakukan agar garapan ini memiliki kekuatan atau intensitas.
- Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan dalam komposisi ini mempunyai maksud, bagaimana antara masing-masing instrumen bisa bekerja sama bermain dengan porsi yang seimbang.
Instrumentasi dan Fungsi Instrumen
Untuk mewujudkan komposisi ini, penata memakai media ungkap beberapa gambelan Semara Pagulingan, sebuah Kendang Sunda, Genggong, Rebana, Bedug, dan beberapa alat musik modern. Gambelan Semara Pagulingan yang digunakan pada komposisi ini merupakan alat musik tradisional Bali yang berlaraskan pelog 7 nada. Dalam satu perangkat gambelan ini terdiri dari berbagai jenis instrumen berupa bilah dan pencon serta beberapa alat perkusi.
Agar lebih jelasnya lagi, dibawah ini akan penulis uraikan satu persatu instrumen yang digunakan pada garapan Anda Bhuwana ini, Instrumen-instrumen yang dipergunakan adalah :
Beberapa gambelan Semara pagulingan yang terdiri dari :
- Kendang Cedugan Lanang
Kendang adalah salah satu jenis instrumen perkusi yang tergolong klasifikasi membranphone, yaitu instrumen yang bunyinya ditimbulkan oleh kulit dikencangkan. Jika dilihat lebih spesifik lagi kendang dapat disebut sebagai membranphone double heded (kendang bermuka dua). Kendang Bali berbentuk konis denagn sistem pakelit. Pakelit merupakan sebuah lubang kecil yang membatasi muka kanan dengan muka kiri ada sebuah pada sebuah kendang Bali yang berfungsi sebagai pengatur tinggi-rendah bunyi kendang.
- Jublag
Jublag merupakan instrumen yang terdiri dari 7 bilah nada yang berbentuk lebih besar daripada gangsa. Garapan ini sama seperti yang lain yang memakai jublag yang berfungsi memberikan aksen pada ruas-ruas lagu dan pembawa melodi gending.
- Jegogan
Pada dasarnya instrumen yang satu ini hampir sama dengan jublag memilki 7 nada, hanya ukurannya lebih besar.Fungsi garapan ini memberikan aksen-aksen serta tekanan-tekanan pada melodi lagu pada hitungan-hitungan tertentu.
- Cengceng Rincik
Cengceng Rincik merupakan instrumen yang berbentuk pipih dan bundar dengan ukuran kecil. Terdiri dari lima buah dipasang menghadap keatas dan dua buah lagi dipegang oleh tangan untuk dimainkan. Fungsinya adalah untuk memperkaya ritme.
- Suling
Suling adalah sebuah instrumen musik yang tergolong dalam klasifikasi aeorophone. Instrumen ini terbuat dari bambu yang dilubangi. Keberadaan suling di setiap barungan gambelan yang ada di Bali sangat membantu untuk memperkaya warna musik yang dihasilkan (karena dalam suling bisa menhasilkan suara atau nada “pemero”)
- Gangsa Pemade
Gangsa Pemade ini merupakan bagian dari barungan Gambelan Semara Pagulingan yang terdiri dari dua pasang tungguh pemade yaitu pengumbang dan pengisep. Setiap tuguhnya terdiri dari 7 bilah.
- Kendang Sunda
Kendang sunda adalah suatu alat musik tradisi yang berasal Jawa Barat/Sunda. Kendang menambah keunikan dan sangat mendukung pada garapan ini, karena kendang ini dapat digabungkan dengan beberapa alat musik lain namun tetap memiliki bunyi yang khas.
- Gitar
Gitar adalah sebuah alat musik modern yang akan ikut dipadukan dalam garapan “Anda bhuwana” ini. Alat musik gitar ini memiliki kunci sebagai pengantar nada-nada dan mengiringi melodi yang sesuai dengan irama lagu. Alat muik ini menambah keanekargaman muik pada garapan ini.
4.Gitar Bass
Gitar bass mempunyai bentuk sama dengan gitar, namun ukurannya berbeda. Gitar Bass memiliki ukuran yang lebih besar dari pada gitar. Bunyi yang di hasilkan pun berbeda. Gitar Bass memiliki suara yang lebih besar (ngebas).
5. Keyboard
Adalah alat musik modern yang berfungsi untuk mengiringi lagu. Melodi yang dihasilkan oleh keyboard menambah keanekaragaman bunyi yang dihasilkan pada garapan ini.
6. Bedug
Bedug memiliki bentuk menyerupai kendang namun ukurannya sangat besar. Panggul yang digunakan untuk memukul bedug juga berbeda dengan kendang. Agar pemain lebih mudah memainkan bedug, dibuatkan alat penyangga yang tingginya disesuaikan dengan tinggi pemain bedug.
7. Genggong
Genggong adalah sebuah alat yang terbuat dari bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga pada saat dimainkan dapat menghasilkan bunyi yang khas. Dengan penambahan genggong ini maka makin banyaklah kenekaragaman bunyi yang dipadukan pada garapan ini.
8. Rebana
Rebana merupakan alat musik pukul yang sekaligus dimainkan oleh pemain gangsa. Alat ini berbentuk bundar dan terbuat dari kulit.
Wujud Garapan Anda Bhuwana selengkapnya
by admin | Sep 15, 2011 | Berita, pengumuman
“International Studio for Culture and Exchange FSRD – ALVA (ISACFA) Exhibition
ISI Denpasar FSRD exhibition and visit to The University of Western Australia
21 September – 2 October 2011
The Faculty of Fine Arts and Design, ISI Denpasar is preparing to conduct an exhibition, workshops and seminars to be held at the Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA), University of Western Australia (UWA) from 21st September until 2 October 2011.
(Note: Music and performance troupe arrive along with Rektor Professor Rai at the Music Department ARTS on 25th September).
The exhibition curated by head of Photography FSRD, I Komang Arba Wirawan (ISI) and Assistant Professor Paul Trinidad (UWA) consists of digitally reproduced works from three visiting artists at the Faculty of Art and Design.
The artists from FSRD include the Dean of FSRD Ni Made Rinu, who specializes in Kamasan and Traditional Balinese Painting, the Head of Painting, I Made Bendi Yudha, whose works are modern and contemporary painting and I Komang Arba Wirawan who is a photographer.
While they are visiting ALVA they will be working in the Artlaab studio (adjacent to the ALVA building in Nedlands) to produce works in a forum space. Interested students and visitors are invited to Artlaab to engage with the artists who are keen to discuss the motivation behind their works as well as their relationship with technical aspects of the work. This would be especially interesting to those wishing to know more about Kamasan painting, the 400-year-old traditional painting of Klungkung. The guests will be presenting seminars on their fields of work, while they are in residency. (Venues and times yet to be arranged.)
Academic exchange, collaboration and cooperation between ALVA and ISI have been on-going over a four year period. This has lead to the development of an overseas studio program, the first of which was held in Denpasar Bali in June this year. The ISACFA exchange, as it is known, is the first international exchange fitting the model of internationalization developed by the new Dean of ALVA, Winthrop Professor Simon Anderson.
ALVA students have the opportunity to study in country in Indonesia and in exchange, ALVA hosts two academics from the host institution ISI Denpasar to visit ALVA and exhibit their work, present seminars and workshops as well as prepare some examples of their own works-in-progress in the Artlaab studio. In the inaugural exchange FSRD will be sending an additional artist corresponding with a visit by 20 members of a Music and Dance troupe who along with the Rektor of ISI Denpasar will be in town. The Music and Dance troupe will be performing for the Faculty of Arts, Music Department on the 27th September at the Callaway Music Auditorium (UWA).
Work from the ISACFA studio and the visiting artists from ISI Denpasar will be on display in the Cullity Gallery (ALVA) throughout September with a reception to be held on 26th September to officially welcome the guests.
Contact:
Asst. Prof Paul Trinidad ext 7177 or 040 1022047
[email protected]
http://bfa1.alva.uwa.edu.au/Taksu.html
by admin | Sep 15, 2011 | Berita
Rangkaian Bhakti Sosial dan Kemah Seni Mahasiswa Baru FSP ISI Denpasar Tahun akademik 2011-2012, berlangsung di Desa Adat Petang Kecamatan Petang, Kabupaten Badung mulai 11-13 September 2011 yang lalu . Agenda kegiatan tersebut bagian dari program yang dilakukan para mahasiswa yang sedang mengikuti masa orientasi, sebelum memasuki masa perkuliahan. Beragam kegiatan yang dijalankan meliputi kerja bhakti di areal Pura Puseh Desa Petang dan penghijauan di areal wantilan serba guna. Dalam kegiatan social tersebut, juga diisi dengan pementasan seni serta ceramah dari para seniman di Desa Petang . Kegiatan ini dihadiri oleh Bendesa Adat Petang, PR III I Made Subrata, M.Si , PD I, PD II dan PD III FSP, serta ketua jurusan di lingkungan FSP. Jumlah mahasiswa baru yang mengikuti dalam ajang ini sebanyak 105 orang. PR III yang juga membidangi kemahasiswaan I Made Subrata menyatakan tujuan kegiatan adalah menanamkan kesadaran kepada mahasiswa bahwa perguruan tinggi seni sebagai lembaga ilmiah pusat seni dan budaya. Dikatakan, dalam kegiatanya itu diharapkan mampu menumbuhkan kemandirian mahasiswa dalam organisasi baik di dalam kampus maupun diluar kampus. “ Kegiatan ini dilaksankan untuk menumbuhkan rasa peduli dan daya kritis mahasiswa dalam mencermati perkembangan zaman, dan meningkatkan rasa solidaritas diantara civitas akademika dan masyarakat,” terangnya. Secara keseluruhan, ISI Denpasar tahun ini menerima 292 mahasiswa baru. Mereka wajib mengikuti pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan. Kegiatan ini telah berlangsung selama satu minggu, dimulai sejak 5-9 September 2011 belum lama ini. Mahasiswa baru ISI Denpasar dalam kegiatannya mendapatkan materi tentang paradigma baru pendidikan tinggi, pola pengembangan kemahasiswaan, pendidikan karakter Bangsa, panduan studi dan system informasi akademik, system dan proses pembelajaran, kewirausahaan, program kreativitas mahasiswa,penulisan media kampus, latihan ketrampilan manajemen kemahasiswaan, , etika dan tata pergaulan kampus, gaya kepemimpinan.
by dwigunawati | Sep 15, 2011 | Berita, Galeri
Penata
Nama : Putu Ryma Febriana
Nim : 200701003
Program Studi : Seni Tari
Sinopsis :
Dewa Siwa merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur kembali alam semesta beserta segala isinya. Santa(Saumya) dan Raudra (Ugra) merupakan wujud ganda yang dimiliki oleh Dewa Siwa. Santa (Saumya) dilukiskan dengan wujudnya yang lembut, menyejukan dan tampan. Raudra dilukiskan dengan wujudnya yang keras, menakutkan dan menyeramkan.
Pendukung Tari :
Mahasiswa Institut SeniIndonesiaDenpasar
- Ni Putu Tuntun Dhufani
- Ni Komang Tri Paramityaningrum
- Ni Kadek Diah Pramana Sari
- Ni Wayan Lia Candra Dewi
Penata Karawitan : I Putu Putrawan
Pendukung Karawitan : Sanggar Seni Tripitaka, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng


by admin | Sep 15, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara
Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melaluilingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma denganproduk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakanmempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku.
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan denganmanusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunalmaupun kelompok materiil.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturankepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat normasebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.
Yang membedakan nilai dan norma adalah nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dipentingkan oleh masyarakat . Sedangkan norma adalah kaidah atau pedoman, aturan berperilaku untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut, atau boleh dikatakan nilai adalah pola yang diinginkan sedangkan norma adalah pedomana atau cara-cara untuk mencapai nilai tersebut.
Menurut kekuatan yang mengikatnya, norma dibedakan menjadi empat yaitu
- Cara (usage) ; cara ini menunjuk pada bentuk perbuatan . cara ini lebih tamapak menonjol dalam hubungan antar individudalam masyrakat. Pelanggaran atau penyimpangan terhadap usage tidak menimbulkan sanksi hukum yang berat tapi hanya sekedar celaan, cemohoon, sindiran, ejekan dsb.
- Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama dan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
- Tata kelakuan (mors) yaitu kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur, atau pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
- adapt-istiadat (custum) yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggaradat-istiadat akan mendapat sanksi keras yang terkadang secara tidak langsung diperlukan.
Fungsi norma social dalam masyarakat.
Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai berikut :
- Norma merupakan factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain.
- Norma merupakan aturan , pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi-sanksi untuk mendorong seseorang, kelompok , dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai social.
- Norma-norma merupaakan aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali manusia dalam hidup masyarakat.
3. Ciri-Ciri Nilai Sosial
Apa sajakah ciri-ciri nilai sosial itu? Sekarang kita akan mengidentifikasi beberapa ciri nilai sosial, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi sosial antarwarga masyarakat. Artinya nilai sosial merupakan sebuah bangunan kukuh yang berisi kumpulan aspek moral dan mentalitas yang baik yang tercipta dalam sebuah masyarakat melalui interaksi yang dikembangkan oleh anggota kelompok tersebut.
b. Ditransformasikan dan bukan dibawa dari lahir. Artinya tidak ada seorangpun yang sejak lahir telah dibekali oleh nilai sosial. Mereka akan mendapatkannya setelah berada di dunia dan memasuki kehidupan nyata. Hal ini karena nilai sosial diteruskan dari satu orang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain melalui proses sosial, seperti kontak sosial, komunikasi, interaksi, sosialisasi, difusi, dan lain-lain.
c. Terbentuk melalui proses belajar. Nilai sosial diperoleh individu atau kelompok melalui proses pembelajaran secara bertahap, dimulai dari lingkungan keluarga. Proses ini disebut dengan sosialisasi, di mana seseorang akan mendapatkan gambaran tentang nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
d. Nilai memuaskan manusia dan dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialnya. Artinya dengan nilai manusia mampu menentukan tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kesesuaian antara kemampuan dan tingkat kebutuhan ini akan mengakibatkan kepuasan bagi diri manusia.
e. Sistem nilai sosial bentuknya beragam dan berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Mengingat kebudayaan lahir dari perilaku kolektif yang dikembangkan dalam sebuah kelompok masyarakat, maka secara otomatis sistem nilai sosial yang terbentuk juga berbeda, sehingga terciptalah sistem nilai yang bervariasi.
f. Masing-masing nilai mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam masyarakat. Artinya tingkat penerimaan nilai antarmanusia dalam sebuah kelompok atau masyarakat tidak sama, sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya.
g. Nilai-nilai sosial memengaruhi perkembangan pribadi seseorang, baik positif maupun negatif. Adanya pengaruh yang berbeda akan membentuk kepribadian individu yang berbeda pula. Nilai yang baik akan membentuk pribadipribadi yang baik, begitupun yang sebaliknya. Contohnya orang yang hidup dalam lingkungan yang lebih mengutamakan kepentingan individu daripada kepentingan kelompok mempunyai kecenderungan membentuk pribadi masyarakat yang egois dan ingin menang sendiri.
h. Asumsi-asumsi dari bermacam-macam objek dalam masyarakat. Asumsi adalah pandangan-pandangan orang mengenai suatu hal yang bersifat sementara karena belum dapat diuji kebenarannya. Biasanya asumsi-asumsi ini bersifat umum serta melihat objek-objek faktual yang ada dalam masyarakat.
Norma selengkapnya