Nama-Nama Pembimbing TA Semester Ganjil 2011/2012

PENGUMUMAN

Besama ini kami sampaikan nama-nama Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa FSRD Semester Ganjil 2011/2012

File dapat di download disini.

Demikian kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

 

Denpasar, 19 September 2011

Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan

 

TTD

 

I Ketut Suwitra, SE

NIP. 197904272001121003

Peresmian Peserta Tugas Akhir Mahasiswa FSRD

Peresmian Peserta Tugas Akhir Mahasiswa FSRD

Peresmian Tugas Akhir Mahasiswa Semester Ganjil 2011/2012 FSRD ISI Denpasar Diresmikan Oleh Bapak Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Rai S, MA.

Tugas Akhir pada semester ini diikuti oleh 45 0rang mahasiswa yakni:

1. Ps. Seni Rupa Murni 11 orang

2. PS. Kriya Seni 1 orang

3. PS. Desain Interior 10 Orang

4. PS. Desain Komunikasi Visual 23 orang

5. Ps. Fotografi (tidak ada peserta)

Dalam peresmian kali ini juga dihadiri oleh Pembantu Rektor I, Dekan FSRD ISI Denpasar dan pembantu dekan I dan II beserta seluruh peserta, dosen pembimbing, anggota senat, serta Panitia.

Dalam sambutanya Dekan FSRD Mengharapkan kepada seluruh Peserta Tugas Akhir ; Dalam menghasilkan karya ilmiah baik pengkajian maupun penciptaan, harus menggunakan teori-teori terkini sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga karya ilmiah yang dihasilkan sebagai hasil inspirasi terbaru dan handal sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dan inspirasi yang dihasilkan merupakan murni dari inspirasi dari penciptanya tetapi bukan inspirasi dari orang lain yang mengandung unsur PLAGIAT. Disamping itu pula mahasiswa dalam menghasilkan karya ilmiahnya harus mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasanya sebagai ilmu pengetahuan yang menunjukan karakter bangsa.

Sedangkan Bapak Rektor ISI Denpasar dalam sambutanya mengharapkan dan menekankan bahwa acara peresemian tugas Akhir Bukan Hanya sebagai rutinitas biasa, tetapi harus mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda dan mempunyai nilai plus dibbandingkan dengan peresmian  T.A yang sebelumnya sudah dilakukan.

Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik  Garapan Goresan Ilusi

Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi

Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar

Analisa Penyajian

                  Penyajian suatu garapan tari diperlukan cara yang matang guna mendukung kelancaran dari garapan ini. Goresan Ilusi ini dipentaskan dan diuji pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 19.00 wita di panggung procenium Natya Mandala ISI Denpasar. Panggung procenium merupakan stage dengan satu arah penonton, yang memiliki daerah stage masing-masing. Daerah yang paling kuat dalam ruang tari adalah di centre stage. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan digambarkan stage procenium yang ada di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar yang memiliki daerah-daerah tersendiri.

Kostum

                  Kostum berfungsi untuk menutupi organ tubuh dan dapat menentukan suatu karakter / tokoh yang ditarikan. Selain itu kostum juga dapat memberikan nilai estetik (keindahan) terhadap sebuah karya tari, melalui desain-desain ruang yang ditimbulkan oleh kostum itu sendiri.

                  Kostum yang digunakan dalam garapan ini cukup sederhana mengingat garapan ini merupakan garapan yang berbentuk  kontemporer, selain itu kostum yang digunakan nantinya agar tidak mengganggu gerak yang dilakukan dan juga agar tidak membunuh karakter / tokoh yang dibawakan. Oleh sebab itu penggunaan serta memadupadankan warna yang satu dengan yang lainnya. Perlu diperhatikan agar kostum yang digunakan tepat dengan tema dari garapan itu sendiri. Penggunaan warna kostum biru, putih dan hitam.

           Berikut ini adalah rancangan kostum yang digunakan dalam garapan ini yaitu :

  • Kostum penari pria

–          Baju kaos warna putih dilumuri cat lukisan.

–          Celana pendek warna hitam dilumuri cat lukisan.

  • ·Kostum penari wanita

–          Topeng Rangda setengah jadi.

–          Badong warna merah muda.

–          Slop tangan dengan kuku panjang.

–          Gelang tangan kain warna hitam-putih.

–          Ikat pinggang warna hitam-putih.

–          Rumbai-rumbai dari kain dihiasi dengan gantungan uang kepeng.

–          Kamben.

–          Slop kaki degan kuku panjang.

–          Properti

–               Garapan Goresan ilusi ini menggunakan properti kuas lukis yaitu benda yang berbentuk lurus yang ujungnya berisi bulu untuk mewarnai lukisan di atas kanvas.

Tata Rias Wajah

            Tata rias pada dasarnya diperlukan untuk memberikan tekanan atau aksentuasi bentuk dan garis-garis muka sesuai dengan karakter tarian. Selain itu tata rias wajah juga menambah kesan keindahan yang dipadukan dengan kostum serta penataan lampu. Jadi, dalam karya tari Gresan Ilusi yang dipertunjukan di panggung proscenium dengan lampu-lampu pentas yang kuat, maka dituntut tata rias dengan penggunaan garis-garis muka yang kuat dan tegas serta warna-warna yang lebih tebal. Hal seperti ini juga dipengaruhi adanya jarak antara penari dan penonton agar enak dipandang dan secara umum dalam merias muka penguatan justru pada bagian garis mata, bibir, dan warna pipi.

Secara terperinci alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • Susu pembersih (cleaning milk) viva untuk kulit normal, berfungsi untuk membuka pori-pori kulit dan mengangkat kotoran yang menempel di kulit
  • Penyegar viva (face tonic) fungsinya untuk menyegarkan kulit
  • Body painting latulipe warna hitam.
  • Bedak tabur Marcks warna hitam
  • Eye shadow Ratu Ayu Solo warna coklat, putih, orange dan hitam berfungsi untuk mempertajam arsiran pada kelopak mata.
  • Eyeliner sebagai penegas garis mata
  • Lipstik rance hitam  ditambah  untuk menambah warna bibir

Musik Iringan Tari

                 Faktor pendukung yang sangat penting pula dalam mewujudkan sebuah garapan tari, yaitu musik iringan. Hal ini dikarenakan, musik iringan tari tidak saja hanya sebagai pelengkap, tetapi penentu karakter, tema, dan suasana yang diinginkan.  Agar gerakan tari dan musik dapat berjalan selaras maka gerak tari dapat disesuaikan dengan ritme atau tempo yang terdapat pada musik iringan, sehingga dapat mewujudkan suasana dan menghidupkan kesan yang diinginkan. Instrumen yang digunakan dalam garapan tari Romance Akhirat ini adalah keyboard, flour, tambore, bongos, shaker, jimbe, suling, kantilan, jublag, gong. Musik iringan ditata oleh I Wayan Ary Wijaya, S.Sn dan didukung oleh Sanggar Palawara music company Tanjung Bungkak Denpasar. Adapun notasi musik atau iringan tari Gresan Ilusi yang digunakan adalah sebagai berikut

Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik  Garapan Goresan Ilusi, selengkapnya

Nilai Sosial

Nilai Sosial

Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara

I.                   Pengertian Nilai Sosial

Nilai sosial adalah sebuah konsep abstrak dalam diri manusia pada sebuah masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Menurut Horton dan Hunt nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai – nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.

 Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun – temurun.

Nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan – peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas atau pengontrol perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

Nilai – nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai – nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuaidengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akandiambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas atau kontrol perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

II. Jenis – Jenis Nilai Sosial

Di masyarakat kita dapat menjumpai berbagai nilai yang dianut demi kebaikan bersama anggota masyarakat. Di samping beberapa jenis nilai sosial seperti yang diutarakan Notonegoro di atas, masih ada beberapa jenis nilai sosial dilihat dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya.

  1. a.      Berdasarkan Sifatnya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya, yaitu nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan.

1) Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya.

2) Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis.

3) Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan.

4) Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undang-undang atau peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar mengetahui hak dan kewajibannya.

5) Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai dengan konsep keilmuannya.

6) Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat manusia.

7) Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan estetika sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.

b. Berdasarkan Cirinya

Berdasarkan cirinya, kita mengenal dua jenis nilai, yaitu nilai yang tercernakan dan nilai dominan.

1) Nilai yang tercernakan atau mendarah daging ( internalized value ), yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang. Sebagai contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan menolong anaknya yang terperangkap api di rumahnya, meskipun risikonya sangat besar.

2) Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Mengapa suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut.

a) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.

b) Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai itu.

c) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut.

d) Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu.

c. Berdasarkan Tingkat Keberadaannya

Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya, yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri.

1) Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada dan memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan, dan lain-lain.

2) Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang pandai karena bimbingan dan arahan dari para gurunya. Dengan kata lain nilai ini sangat bergantung pada subjeknya.

Nilai Sosial selengkapnya

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak-Anak Di Desa Jumpai, Klungkung

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak-Anak Di Desa Jumpai, Klungkung

Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai dapat digolongkan kedalam bentuk tari kelompok yang  boleh ditarikan oleh laki-laki ataupun perempuan. Keberhasilan suatu pementasan tari sangat didukung dengan beberapa bagian yang penting, sehingga mencirikan bahwa itu adalah suatu pementasan yang resmi. Bagian-bagian terpenting itu antara lain:

–  Penari

–  Tata rias dan busana

–  Struktur gerak

–  Perbendaharaan gerak

–  Musik iringan tari

–  Tempat pementasan

–  Properti, dan Tata cahaya

Perlengkapan diatas adalah bagian yang sangat mendukung lancarnya pementasan agar berjalan dengan baik dan pementasan tersebut tidak dianggap cacat. Dibawah ini terdapat uraian tentang persiapan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jumpai sebelum mementaskan Tari Telek Anak-Anak tersebut.

Sebelum pertunjukan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai dimulai, segala sesuatu yang berhubungan dengan pementasan tersebut harus dipersiapkan. Terkadang persiapan kelihatan tidak ada artinya, tetapi sangat menentukan sukses atau tidaknya pertunjukan tersebut berjalan.

Adapun persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pertunjukan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai adalah sebagai berikut.

Pertama, pemangku atau masyarakat setempat yang telah ditunjuk oleh kelian adatnya, mempersiapkan sesajen (banten). Adapun sesajen yang dipersiapkan adalah sesajen atau banten pemendak yang terdiri dari :

Kedua, penari menyiapkan perlengkapannya untuk menari seperti, busana, tapel, gelungan, dan yang lainnya. Masing-masing penari mempersiapkan dirinya sendiri. Kemudian berhias dibantu oleh orang yang dianggap bisa menghias dan tidak ikut menari. Setelah selesai berhias, para penari melakukan sembah kepada Bhatara di tempat akan pentas, guna memohon keselamatan dan kelancaran pertunjukan berlangsung. Setelah itu, para penari diperciki tirta yang sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede. Untuk tapel Telek yang digunakan juga harus dipercikan tirta oleh Jero Mangku setempat, yaitu tirta yang sebelumnya sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede.

Ketiga, jika semuanya sudah lengkap, barulah pementasan dimulai. Para penabuh juga mempersiapkan dirinya sendiri dan mempersiapkan alat-alat gamelan dengan segala perlengkapannya. Begitu pula para penarinya sudah siap untuk menari.

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai, Klungkung teknik pementasannya sangat sederhana. Para penari Telek anak-anak tersebut tidak diharuskan mempunyai sikap dasar menari yang bagus. Asalkan mempunyai niat untuk ngayah menari dan hafal paileh tariannya, maka penari anak-anak tersebut boleh menarikan saat mesolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara singkat teknik pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan dan Banjar Kangin sebagai berikut.

A.          Teknik Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai diawali dengan mendak Ida Bhatara Jero Gede di Pura Dalem Pesimpenan, yaitu tempat pesimpenan Ida Bhatara Jero Gede yang berada di sebelah selatan Pura Puseh Banjar Kawan (tempat khusus) yang dilakukan oleh Jero Mangku Ledung serta diikuti oleh masyarakat setempat. Ida Bhatara Jero Gede diusung oleh masyarakat dari tempat pesimpenan ke jaba tengah Pura Puseh untuk di sembahyangi bersama oleh masyarakat Banjar Kawan. Masyarakat Banjar Kawan biasanya datang dengan membawa sesajen (banten), yaitu berupa ajengan atau pejati dan canang sari. Ida Jero Gede disembahyangi bersama oleh masyarakat Banjar Kawan, di jaba tengah Pura Puseh. Para penari Telek Anak-Anak, Jauk, dan Penamprat berhias menggunakan busananya yang didampingi oleh Kelian Barong setempat. Setelah selesai berhias, sebelum para penari menari, oleh Jero Mangku diperciki air suci (tirta) yang sudah diberkati oleh Ida Bhatara Jero Gede ke seluruh penari Telek Anak-Anak, Jauk, dan Penamprat. Sambil menunggu para penari benar-benar siap, para penabuh mengawali dengan menabuh gamelan sebagai tanda bahwa pementasan akan segera dimulai.

Setelah  para penari Telek Anak-Anak tersebut selesai berhias dan waktu telah menunjukkan sandi kala (peralihan waktu dari sore ke malam), penari Telek Anak-Anak pun mesolah  diikuti oleh Penamprat dan Jauk. Pada saat bersamaan pula persembahyangan yang dipimpin oleh Jero Mangku Ledung sebagai Jero Mangku Banjar Kawan selesai, saat itu pula Ida Jero Gede menari (mesolah) sebagai penutup dari pementasan Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai.

 B.           Teknik Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin

Pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin bentuknya sama dengan pementasan Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kawan, hanya saja dibedakan oleh tempat pementasannya. Tari Telek Anak-Anak di Banjar Kangin biasanya dipentaskan di depan bale Banjar Kangin.

Bentuk Pertunjukan Tari Telek Anak Anak Di Desa Jumpai, Klungkung selengkapnya

Wujud Garapan Baladhika

Wujud Garapan Baladhika

Kiriman: Agus Ary Andhika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Wujud adalah aspek dari karya seni yang menyangkut baik keseluruhan dari karya seni itu maupun peranan dari masing-masing bagian dalam keseluruhan itu. Dalam komposisi Baladhika ini, ada beberapa hal yang mendukung terwujudnya karya seni ini, mulai dari dorongan dari dalam diri, pengalaman pendidikan serta lingkungan.Komposisi “Baladhika” adalah sebuah karya seni instrumentalia yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Deskripsi Garapan

Garapan ini merupakan sebuah bentuk penyajian komposisi musik yang lahir dari sejarah peperangan puputan Badung dengan media ungkap gamelan Baleganjur lima nada. Pagelaran karya seni Baladhikadisajikan di stage Natya Mandala ISI Denpasar yang berbentuk prosenium, serta perlengkapan sound system dan tata lampu modern. Penyajian karya seni Baladhikaini, didesain dalam bentuk sebuah konser musik yang ditunjang dengan teknologi pencahayaan (lighting) dengan durasi penyajiannya sekitar 11 menit.

Struktur Garapan

Dilihat dari segi struktur, garapan ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1            Bagian pertama dari garapan ini dimulai dengan permainan bersama dengan motif kekebyaran. Kemudian dilanjutkan dengan gegulet pukulan kendang yang dipadukan dengan permainan reyong.Setalah ini kembali permainan dimainkan secara bersamaan dengan motif  leluangan,dan dilanjutkan dengan permainan reyong sampai jatuhnya pukulan gong. Kemudian kembali dilanjutkan dengan motif kekebyaran,setelah motif kekebyaran tempo menurun (lambat) yang diisi dengan permainan ceng-ceng yang silih berganti dengan permainan reyong.Kemudian permainan kembali secara bersamaan dengan tempo yang sedang sampai jatuhnya pukulan gong.Setelah itu dilanjutkan dengan motif gegulet jejagulan. Setelah itu dilanjutkan ke bagian peralihan yang bermain secara bersamaan dengan tempo sedang.

2                  Di bagian ke dua ini mengangkat suasana tegang atau konflik antara Raja Badung dan pasukannya dengan pihak Belanda yang diawali oleh instrumen kendang dan rebana dlilanjutkan dengan kendang belik yang bersamaan turunnya dengan pukulan gong ketukan ganjil. Kemudian dilanjutkan dengan aksen ceng-ceng kopyak dan rebana dengan tempo menurun ( lambat ).Setelah itu kembali dilanjutkan dengan permainan kendang belik dengan tempo cepat dan dilanjutkan ke pengawak. Setelah pengawak dilanjtukan ke motif “body rythm” dan permainan Rebana, serta kendang belik yang silih berganti dengan pukulan gong. Motif “body rythm” yang dimaksud disini adalah permainan tangan yang dipukul ke bagian tubuh seperti dada, paha, dan kaki yang dihentakan ke lantai. tangan,dada, paha dan kaki dengan motif pukulan kendang.Permainan rampak pada bagian ini menggambarkan suasana penyusunan strategi perang.

3                     Bagian ketiga mendeskripsikan nuansa peperangan antara laskar Badung dengan pasukan Belanda yang berperang sampai titik darah penghabisan (Puputan). Nuansa ini diungkapkan dengan permainan tempo cepat,yang diawali dengan vokal yang bersamaan dengan sunggu kemudian tempo semakin cepat untuk mencari kebyar yang menggambarkan suasana akan mulainya peperangan. Dengan dinamika dan teknik pukulan permainan jalinan melodi atau reyong yang kontras dengan pukulan gong ganjil silih berganti dengan permainan gong bheri. Dimana pada saat suasana peperangan tersebut dihiasi dengan aksen-aksen ceng-ceng, kendang belik, rebana dan kendang dengan motif pukulan gegulet. Yang akan nantinya mengangkat suasana peperangan yang sengit sesuai dengan apa yang penata diinginkan.

4                   Bagian ke empat ini merupakan ending dari garapan ini yang berisikan vokal dengan suasana semangat. Vokal ini dinyanyikan oleh pendukung sebagai backing vokal dan penata sendiri untuk vokal solonya. Setalah vokal permainan dimainkan secara bersamaan sekaligus mengangkat suasana musikalnya menuju ke klimaks yang menggambarkan semangat perang puputan yang diakhiri dengan jatuhnya pukulan gong.

Fungsi  Instrumen

            Dalam garapan ini, masing-masing instrumen mempunyai fungsi yang berbeda, dan tentunya disesuaikan dengan ide garapan untuk kepentingan musikalitas.

Adapun fungsi masing-masing instrumen adalah sebagai berikut :

1   Reyong baleganjur pelog lima nada.

    Instrumen ini merupakan bagian dari gamelan baleganjur yang berfungsi sebagai :

–          Alat untuk menghiasi melodi-melodi agar gending kedengannya lebih manis.

–          Sebagai pembawa melodi pokok.

      2   Satu pasang kendang cedugan

         Kendang merupakan sebuah instrumen yang dikelompokkan kedalam golongan membranophone. Fungsi instrumen kendang dalam garapan ini adalah :

–          Sebagai pemurba irama.

–          Membuat angsel-angsel.

–          Mengendalikan irama dan tempo suatu gending.

3   Delapan pasang ceng-ceng kopyak yang berfungsi sebagai :

–          Pengisi irama.

–          Sebagai penghubung.

–          Membuat angsel-angsel dan variasi yang bersama-sama dengan kendang dan reyong.

4   Satu buah kajar dan kempli.

        Kajar dan kempli adalah instrumen yang bermoncol yang ukurannya relatif sama tapi dimainkan dengan ketukan yang berbeda. Fungsi instrumen kajar dan kempli pada garapan ini adalah :

–          Sebagai pemegang mat (ketukan).

–          Menjaga tempo yang diinginkan.

    5   Satu pasang gong lanang wadon

        Gong merupakan instrumen bermoncol yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan instrumen bermoncol lainnya, yang juga merupakan klasifikasi idiophone. Fungsi gong adalah :

–          Untuk mengakhiri lagu atau gending.

–          Untuk memperjelas dan menentukan jatuhnya tekanan-tekanan melodi sesuai dengan tujuan lagu itu sendiri.

     6  Satu buah kempur

   Kempur adalah instrumen bermoncol yang ukurannya lebih kecil daro gong, yang juga tergolong klasifikasi idiophone. Fungsi kempur adalah :

–          Sebagai pendorong jatuhnya gong.

–          Mematok ruas-ruas gending

   7   Satu buah bende.

     Bende adalah instrumen yang berbentuk seperti gong yang moncolnya sejajar dengan muka.

Fungsi bende adalah :

–          Mengisi bagian kosong pada lagu yang dimainkan.

       8   Gong Bheri. Fungsi gong bheri dalam garapan ini adalah :

–          Mengisi aksen-aksen

–          Untuk mendukung suasana perang dalam garapan ini.

       9    Rebana. Fungsi rebana dalam garapan ini adalah :

–          Memperkaya ritme

–          Mendukung suasana garapan sesuai alur tema

     10   Sunggu. Fungsi Sunggu di sini adalah:

–          Sebagai tanda akan terjadinya peperangan

     11  Kendang Belek. Fungsinya dalam garapan ini adalah :

–          Mengisi aksen-aksen pada waktu terjadinya ketegangan dan peperangan

Wujud Garapan Baladhika selengkapnya

Loading...