Presiden: Indonesia harus dikenal dunia melalui keunikannya

Presiden: Indonesia harus dikenal dunia melalui keunikannya

Bogor – Minggu, 18 September 2011 02:15 WIB

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap pada masa depan Indonesia dapat dikenal oleh dunia melalui keunikan atau kekhasannya yang sekaligus menjadi pertanda keunggulannya di antara bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam sambutannya pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2011 di Istana Bogor, Sabtu, Presiden Yudhoyono mengatakan keunikan atau kekhasan bangsa itu bisa juga menjadi kekuatan dalam dunia diplomasi.

“Saya ingin dunia di masa depan semakin mengenal Indonesia dan Indonesia semakin bisa memperkenalkan dirinya yang tidak kalah dalam keunikan, kekhasan, dan keunggulannya,” ujarnya.

Indonesia, lanjut Presiden, dapat dikenali oleh dunia melalui beragam kebudayaan yang kini telah diakui menjadi warisan dunia yaitu batik dan angklung.

Menurut Kepala Negara, masih banyak lagi produk Indonesia yang bisa dikenalkan oleh dunia dan akhirnya melekat dengan Indonesia seperti kopi luwak yang digemari oleh banyak masyarakat internasional dan kini menjadi salah satu kopi termahal di dunia.

“Indonesia memiliki banyak keunggulan, kekhasan, yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Dalam kehidupan antar-bangsa, sering sebuah bangsa dikenal karena kekhasan dan keunggulannya,” tuturnya.

Presiden mencontohkan seperti orang yang langsung mengingat Amerika Serikat apabila mendengar Coca-Cola atau Hollywood, atau teringat India apabila mengdengar Bollywood, maka Indonesia juga bisa langsung diingat oleh dunia melalui produk-produk unggulannya.

Kepala negara dalam sambutannya juga menyatakan pentingnya pendidikan seni dan budaya sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsa. Seni, menurut dia, adalah salah satu cara untuk membentuk hati dan pikiran manusia guna membangun watak dan perilaku yang cinta damai, berkasih sayang, serta saling toleransi.

“Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah mendidik hati dan pikiran kita. Sejak dini kita tanamkan dalam hati sanubari anak-anak kita dan pikiran anak-anak kita itu untuk benar-benar menjadi manusia yang utuh,” tuturnya.

Untuk itu, Presiden Yudhoyono tetap mendukung kegiatan seni dan budaya seperti Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional yang akan rutin digelar setiap tahun.

Bahkan, Kepala Negara yang hadir didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono berencana untuk mengumpulkan semua peserta Lomba Cipta Seni Pelajar yang telah diselenggarakan sejak 2006 itu untuk memamerkan karya-karya mereka pada 2014.

Lomba yang merupakan rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia itu terbagi atas lomba cipta lukis, cipta puisi, cipta lagu, untuk pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta desain motif batik untuk pelajar SMP yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia.

Untuk lomba cipta puisi dengan salah satu dewan juri Jose Rizal Manua, pemenang tingkat SD adalah Ade Sifa Azzahra dari SD 132405 Sumatera Utara, dan tingkat SMP adalah Regina Maura dari SMPN 1 Tembilahan Hulu, Riau.

Sedangkan untuk lomba cipta lagu dengan salah satu dewan juri Purwacaraka, pemenang tingkat SD adalah Ega Indriani dari Sulawesi Selatan dengan lagunya berjudul ?Gunakan Ilmu Padi?, dan pemenang tingkat SMP adalah Ratih Putri Apriliani dari SMP 22 Bandung, Jawa Barat, dengan lagunya berjudul ?Untukmu Ibu.?

Sementara itu untuk lomba cipta lukis yang dinilai berdasarkan kriteria relevansi tema, kreativitas, dan originalitas, pemenangnya adalah Juan Edwin dari SD Damai, DKI Jakarta, untuk tingkat SD, dan untuk tingkat SMP adalah Mutiara Islami dari SMP 01 Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Untuk lomba cipta desain motif batik tingkat SMP dengan salah satu dewan jurinya adalah Sendy Dede Yusuf, pemenangnya adalah Albertus Jonathan Sukardi dari SMP Tunas Bangsa, Provinsi Kalimantan Barat.

Para pemenang Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2011 bertema “Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh” itu mendapatkan Piala Presiden, hadiah uang, serta piagam dari Ani Yudhoyono.

sumber : antaranew.com

Analisis Garapan Baladhika

Analisis Garapan Baladhika

Kiriman: Agus Ary Andhika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

 Berbagai karya seni yang diciptakan oleh manusia dapat memberikan kita kesenangan dan kepuasan dengan penikmatan rasa indah, merupakan sebuah ungkapan yang timbul saat kita menikmatinya.

Ada tiga unsur keindahan yang berperan dalam struktur atau pengoranisasian karya seni, anatara lain :

 A.    Unsur keutuhan atau kebersatuan (Unity).

Dengan keutuhan yang dimaksud bahwa karya yang indah menunjukan keseluruhannya sesuatu yang utuh tidak ada cacatnya atau tidak ada yang kurang tidak ada yang berkelebihan. Semua bagian-bagian yang ada dalam garapan komposisi ini sambung-menyambung melalui yang telah tersusun dan saling mengisi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain..  Keutuhan instrument yang satu dengan insrumen yang lainnya tercemin dari harmonisnya jalinan-jalinan seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. Rasa keutuhan kemudian diperkuat dengan hadirnya tiga sifat yang memperkuat rasa keutuhan  diantaranya :

Simetri

Simetri menuntut sebuah karya yang memang menpuyai keutuhan, tidak cacat atau dengan kata lain setiap bagian maupun secara keseluruhan dari karya seni ini terlihat atau dirasakan enak dan dapat membangkitkan rasa keseimbangan dan ketenangan kepada penikmatnya.

Simetri dalam karya ini, mencoba ditransformasikan lewat keseimbangan garap musikal yang mempermudah si penikmat musik untuk mengetahui garap musikal yang dimaksud, sesuai dengan garapan musik prosesi melalui gamelan Babonangan. Dalam pola garap musikalnya, untuk mewujudkan kesimetrian tersebut penata mencoba mentranspormasi pola ketukan genap.

Ritme

Dalam sebuah karya seni, ritme menunjukkan hadirnya sesuatu yang berulang-ulang secara teratur, seperti ada jarak yang sama atau jangka waktu yang sama. Begitu juga dalam garapan komposisi “Baladhika” ini, ritme sangat berperan sebagai “bumbu” yang dapat menambah rasa dalam menikmatinya. Ritme dalam komposisi ini tidak saja dimainkan oleh satu instrumen, tetapi ritme juga timbul akibat ransangan yang diberikan oleh pola melodi yang dimainkan oleh intrumen reyong. Hal ini dilakukan untuk menjaga rasa keutuhan dari pola garapnya.

Dalam komposisi musik  “Baladhika” ini, ritme dimainkan oleh beberapa instrumen yang saling mendukung menjadi garapan komposisi yang seimbang dan menyatu menjadi ciri khas rasa musikal yang ditimbulkan. Kombinasi antara ritme dengan pola melodi diupayakan untuk mewujudkan rasa musikal baru dalam motif gending Baleganjur.

Harmoni

 Harmoni yang dimaksud adalah keselarasan antara bagian-bagian atau komponen-komponen yang tersusun menjadi kesatuan.  Keharmonisan memperkuat rasa keutuhan karena memberikan rasa tenang, nyaman, enak dan tidak mengganggu  panca indera para penikmatnya.

Harmoni timbul akibat adanya perpaduan atau bertemunya beberapa nada yang tidak sama atau istilahnya ngempyung yang bisa saja terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam komposisi ini yang dapat memperkuat rasa keutuhan karya.

Permainan dengan keanekaragaman motif yang terlalu banyak akan memperlemah kesatuan, dan ketiga sifat-sifat keindahan ini akan memperkuat kesatuan dan keutuhan sehingga menghasilkan kerumitan atau Complexity, yang dapat memberikan mutu estetik yang tinggi pada karya seni.

2. Unsur penonjolan atau penekanan (Dominance).

Dalam karya seni penonjolan merupakan sesuatu yang dapat memberikan identitas dari barungannya. Begitu juga dalam komposisi ini, penekanan dan penonjolan instrumen dilakukan untuk menemukan balance (keseimbangan).

3. Unsur keseimbangan (Balance).

Mempertahankan keutuhan dalam perpaduan dapat menimbulkan rasa keseimbangan, dan karenannya keseimbangan garap musikal sangat perlu diperhatikan. Dalam komposisi ini, penata mencoba menyeimbangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tata garap musikal, setting dan lain-lain. Oleh sebab itu keutuhan, sifat-sifat penonjolan dan keseimbangan merupakan aspek-aspek yang mendasar yang menentukan nilai estetika.

Sesuatu yang indah tidak saja timbul dari karya seni itu tetapi juga timbul dari ornamentasi dekoratif. Dalam komposisi “Baladhika”  ini, untuk menunjang rasa estetis dan kesan yang ditimbulkan penata menggunakan ornamentasi yang mendukung suasana ritual seperti umbul-umbul dan tedung.

Lighting sebagai unsur pencahayaan sangat menentukan keindahan garapan dalam suatu pertunjukan. Penataan laighting dalam karya “Baladhika” ditata sesuai dengan alur tema garapan Baladhika yang disajikan dalam bentuk gamelan baleganjur. Dilihat dari penggunaan lighting susunannya  adalah sebagai berikut :

Bagian I. Lampu yang digunakan yaitu cahaya terang,untuk menggambarkan suasana ketenangan.

Bagian II.  Lampu yang digunakan yaitu cahaya redup yang bersamaan dengan lampu kelap-kelip yang disebut sportligh,dengan penataan cahaya lampu pelan-pelan secara bergantian, yang dimana menggambarkan suasana ketegangan.

Bagian III.  Lampu yang digunakan adalah cahaya redup yang bersamaan dengan lampu kelap-kelip yang disebut sportligh,dengan penataan cahaya lampu yang cepat secara bergantian,untuk mendukung suasana sengit dalam peperangan.

Bagian IV. Lampu yang digunakan adalah cahaya redup,akan tetapi setelah vokal menggunakan cahaya terang kembali yang disebut dengan cahaya general,untuk mendukung suasana semangat perang puputan.

Hal tersebut dilakukan tidak lain hanya untuk memperindah dan memperkaya penyajiannya. Aspek estetik biasanya timbul dari kemampuan seseorang untuk menikamati sebuah karya seni yang disajikan. Dengan kata lain, bila karya seni yang dinikmatati mampu memuaskan dirinya sebagai penikamat seni, maka rasa estetika yang terbentuk dalam karya tersebut telah sampai pada si penikmat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Analisis Garapan Baladhika selengkapnya

Tiga Dosen FSRD Pameran Di ALVA UWA Australia

Tiga Dosen FSRD Pameran Di ALVA UWA Australia

Hari Rabu,(21/9) tiga dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, bertolak ke Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA), University of Western Australia (UWA) Ini adalah implementasi MOU ISI-UWA dan MoA  antara FSRD-ALVA. Rektor ISI Denpasar, Prof. DR. I Wayan Rai.,S.MA menerima tim dosen FSRD diantaranya:  Dra. Ni Made Rinu, M.Si, Drs. I Made Bendi Yudha,M.Sn dan I Komang Arba Wirawan.,S.Sn.,M.Si yang diundang untuk berpameran, workshop dan memberikan kuliah di ALVA selama dua minggu 21 September sampai 2 Oktober 2011. “Saya melihat undangan ini merupakan sebuah kepercayaan kepada ISI”ungkap Rektor. “Untuk itu kesempatan yang baik ini dapat dilaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan”ungkap Rektor.

Program ini berlangsung berkat keberhasilan mahasiswa ALVA yang mengikuti kuliah di FSRD dalam program “International Studio for Culture and Exchange FSRD – ALVA (ISACFA)” pada bulan Juni-Juli Tahun ini. “Saya berharap untuk peningkatan kualitas dosen kita program selanjutnya adalah pengambilan beasiswa untuk kuliah di ALVA, sedangkan ISI menawarkan mahasiswa ALVA untuk menempuh pendidikan Program Pascasarjana di isi” ungkap Rai.

Implementasi MoU keduanya adalah pemgiriman mahasiswa ALVA ke ISI Denpasar, Prof. Paul Trinidad mengajar di FSRD dan sekarang pengiriman dosen FSRD.

Ini menandakan MoU dan MoA tidak sebatas diatas kertas saja, bahwa implementasi Visi go Internasional berjalan sesuai dengan renstra ISI. Kata Rai. Pada kesempatan tim FSRD diterima Rektor ISI mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan restu sehingga program dapat terlesakna sesuai dengan rencana.”Tanpa restu Bapak Rektor FSRD tidak akan bias seperti ini” ungkap Rinu. Ini kesempatan yang luar biasa memberi kuliah di luar negeri walaupun dengan keterbatasan yang ada. Hal ini merupakan pengalaman dan proses pembelajaran dan kesempatan ini akan menjadi catatan perjalanan FSRD kedepan” Imbuh Rinu.

Ni Made Rinu akan mempresentasikan lukisan kamasan dan tradisi ubud yang merupakan kompetensi yang digeluti selama ini. Begitu juga I Made Bendi Yudha yang membawakan materi lukisan kontenporer dan modern, akan mengerjakan proyek karyanya dan mempresentasikan kepada mahasiwa ALVA. Serta I Komang Arba Wirawan, mempresentasikan art fotografi, dalam proses penciptaan dari ide, konsep sampai teknik dalam penciptaan fotografi seni.

Kesempatan ini merupakan sebuah awal program berkelanjutan, yang rencananya akan diselenggarakan setiap tahun. Sehingga kami mengharapkan dosen FSRD membentuk karakter diri untuk dapat berkiblat dan go Internasional” harap Bendi.

Program ini juga mendapat dukungan dari Konsulat RI di Perth, sehingga kerjasama ISI Dps dan Perth selama ini akan terus dapat ditingkatkan. Rencana pameran yang dibuka bersama oleh Rektor ISI Dps- dan Rektor UWA, dengan undangan dari Konsulat RI di Perth, seniman, akademisi mahasiswa dan masyarakat pencita seni.

Wujud Garapan Pakeliran Jaya Tiga Sakti

Wujud Garapan Pakeliran Jaya Tiga Sakti

Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar.

            Wujud garapan pakeliran “Jaya Tiga Sakti ” ini adalah garapan pakeliran inovativ layar lebar penggabungan antara teater dengan pertunjukan wayang. Sebagai penggarap saya mencoba mengembangkan dan mengkemas secara rapi antara adegan wayang dengan teater, pencahayaan, dan beberapa pengolahan bentuk dialog, vocal, gerak wayang, serta iringan.

            Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan  diuraikan unsur – unsur yang menunjang garapan ini, antara lain : Sinopsis, iringan, properti, pembabakan, pakem/teks pertunjukan wayang.

Sinopsis

Dikisahkan di Kerajaan Sumbawa memerintahlah seorang raja yang bernama Prabu Dedela Nata. Beliau merupakan Raja yang bersifat angkuh , garang, dan bengis. Kerajaan Sumbawa makmur di bawah pemerintahan beliau. Para Rakyat serta mahapatih bergembira karena Sumbawa merupakan kerajaan yang merdeka di bawah pimpinan Dedela Nata. Kerajaan Sumbawa menolak bersatu dengan Kerajaan Wilwatikta.

            Dikisahkanlah kebingungan dan kerisauan Ratu Tribuana Tunggadewi. Ratu Tribuana Tunggadewi bingung dan risau karena Sumbawa tidak mau tunduk kepada Majapahit. dalam persidangan yang diadakan di pendopo, timbulah akal Gajah Mada untuk mengadu ki Pasung Grigis dengan Dedela Nata, yaitu dengan menunjuk Pasung Grigis sebagai senopati dalam penyerangan ke Sumbawa. Akal beliau pun disampaikan kepadaRatu Trubuana Tunggadewi. Ratu setuju, dan segera memerintahkan untuk mengangkat Ki Pasung Grigis agar menjadi senopati.Sidang dilanjutkan, dengan penunjukan Pasung Grigis Sebagai Senopati  ( panglima perang). Beliau tidak menolak untuk dikirim, sebab keturunan darah kesatria utama, gelanggang peperangan itu seolah-olah perahu menuju jasa dan kebajikan. Setelah Pasung Grigis dilantik, belia pun meninggalkan pendopo.

            Sebetulnya gejolak batin Ki Pasung Grigis yang sedih, marah, malu bercampur aduk, mengingat kekalahan menyakitkan yang beliau alami, serta Gugurnya Raja Bali, ditahannya beliau di jawa, semua itu menyisakan luka yang sangat dalam di hati beliau. Namun Beliau berusaha melupakan perasaan itu, dan menyongsong tugas mulia sebagai tahanan Wilwatikta, yaitu menjadi panglima perang.

             Di sela- kesedihan rakyat bali, terdengarlah kabar bahwa Maha Patih Ki Pasung Grigis tiba di Bali untuk berpamitan dengan istri dan keluarga beliau yang tinggal di Tengkulak. Maka dengan sukacita disambutlah Ki Pasung Grigis oleh rakyat bali, istri dan keluarga beliau. Ki Pasung Grigis menceritakan bahwa beliau akan bertugas sebagai panglima perang Wilwatikta untuk menggempur kerajaan Sumbawa. Bersedihlah hati Gusti Ayu Meketel, namun dengan lapang dada beliau mengikhlaskan kepergian Ki Pasung Grigis menuju Sumbawa. Setelah waktunya tiba, Ki Pasung Grigis berpamitan dengan sang istri dan melanjutkan perjalanan menuju sumbawa.

            Tidak diceritakan perjalanan beliau, sampailah di sumbawa. Rakyat  sumbawa geger mendengar akan kedatangan pasukan Wilwatikta. Para rakyat pesisir pun diserang oleh pasukan jawa. Berita ini terdengar oleh Raja Dedela Nata, beliau murka dan memerintahkan para patih mempersiapkan bala tentara untuk menyongsong musuh. Raja pun turun ke medan perang untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Kerajaan Sumbawa. Peperangan tak terelakkan. Banyak pasukan kedua belah pihak berguguran. Dedela Nata berperang tanding dengan Ki Pasung Grigis, saling tikam, saling pukul, berguling, mereka mengeluarkan seluruh kesaktiannya. Berkat takdir, peperangan berakhir dengan Ki Pasung Grigis dan Dedela Nata sama-sama meninggal. Keduanya gugur sebagai Kesatria Bela Bangsa. Gugur demi Negara, serta Gugur demi bersatunya kerajaan di Nusantara, serta gugur demi tercapainya Sumpah Amukti Palapa Gajah Mada.

Iringan  

            Iringan dalam pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu komponen penting yang dapat memberikan warna sebuah pertunjukan. Dalam garapan ini saya memakai barungan semarapegulingan sebagai iringan inti dari pakeliran ini. Gambelan semarapegulingan akan memberikan aksen serta mendukung suasana di Bali. Adapun instrumen gambelan gambelan semarapegulingan  yang dipakai :

  1. Sepasang kendang krumpung
  2. Sepasang kendang jedugan
  3. Satu buah klentuk
  4. Satu buah cengceng ricik
  5. Satu buah klenang
  6. Empat tungguh gangsa
  7. Empat tungguh kantilan
  8. Dua tungguh calung/jublag
  9. Dua tungguh jegogan
  10. Satu buah gong
  11. Satu buah kempur
  12. Satu buah klentong
  13. Lima buah cengceng kopyak
  14. Empat buah suling

Selain mempergunakan Semarapegulingan, garapan ini juga mempergunakan iringan dari beberapa alat gamelan jawa yang bernada selendro. Tujuannya adalah untuk mendukung adegan jawa. Adapun beberapa alat tersebut meliputi

  1. Empat tungguh demung selendro
  2. Satu tungguh bonang penerus selendro
  3. Satu tungguh kenong selendro
  4. Dua tungguh slentem selendro

Selain alat-alat di atas, dalam garapan ini mempergunakan 8 buah rebana. Rebana ini dipergunakan untuk mendukung adegan-adegan, terutama pada adegan rakyat di Sumbawa.

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti selengkapnya

DWAPARA

DWAPARA

Penata

Nama                     : Ngakan Made Wikrama Jaya

Nim                       : 200601006

Program Studi       : Seni Tari

Sinopsis :

Garapan tari Dwapara sebuah kehidupan rumah tangga yakni seorang suami yang memiliki istri lebih dari satu. Garapan ini akan mengungkapkan intrik-intrik persaingan, pertengkaran, ketidakadilan dengan bahasa gerak tari kontemporer. Makna yang terkandung dapat mengetuk masyarakat penonton agar dapat menghindari kehidupan berpoligami, karena hal ini dapat merugikan semua pihak.

Penata Iringan                 : I Gede Krisna Putra

Pendukung Tari      : Mahasiswa Jur.Seni Tari Smtr.IV ISI Dps

1. Ni Luh Anix Sariardani

2.Ida Ayu Made Suwari Yanti

3.Ni Wayan Siyantarini

4.I Gusti Ayu Tirtarasmanik

Pendukung Karawitan       : Sekaa Seni “ Ketug Bumi “ Br. Darmayasa, Gulingan Mengwi

Muhibah Seni ke San Fransisco USA

Muhibah Seni ke San Fransisco USA

ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar kembali melenggang di dunia internasional. Rombongan muhibah seni ini beranggotakan 22 orang yang terdiri dari 10 dosen, 10 mahasiswa ISI Denpasar dan didampingi  seorang  tim reviewer  DIKTI  Drs. Tjipto Sumadi, M.S.i.,MPD, serta seorang dari Ka. Seksi Kerjasama Luar Negeri, Dit. Kelembagaan dan Kerjasama Dirjen dikti Dra. Nining Setyawati berada di San Fransisco sejak 6 September lalu, dan kembali ke tanah air pada 16 September 2011. Kegiatan yang dibiayai DIKTIini dikoordinir oleh Konjen RI di San Fransisco beserta staf KJRI.

Para seniman ISI Denpasar ini pentas sebanyak 4 kali untuk resepsi diplomatik HUT RI ke 66, International House UC Berkeley, Asian Art Museum, dan University of San Fransisco. Workshop tari nusantara yang digelar mendapat sambutan yang sangat antusias dari peserta. Rektor ISI Denpasar mengatakan,”Hasil akademis kerjasama dengan UC Berkeley, University of San Fransisco, untuk program S2 dan S3 bagi dosen ISI Denpasar serta Sandwich Program, seminar, workshop, serta kontribusi artikel untuk Jurnal MUDRA ISI Denpasar. Hal ini merupakan peluasan networking untuk antisipasi peluang dan tantangan ke depan,”ujar Prof Rai.

Pada 8 September 2011 pertunjukan di Palace of Fine Art,ISI menampilkan Tari Padang Ulan, Tari Berburu, serta Tari Pakarena, pada 9 Septembe pertunjukan di International House, UC Berkeley dengan  Instrumentalia Rejang Ileh, Tari Selat Segara, Topeng Tua, Instrumentalia Rejang Gucek, Tari Pakarena, seta Dramatari Gambuh, pada 10 September, pertunjukan di asian art museum san francisco dengan mata acara : instrumentalia, tari selat segara, tari topeng tua, tari topeng keras, topeng penasar, dramatari gambuh, pada 11 September  rombongan menghadiri acara penutupan resmi pameran Bali (diundang oleh Asian Art Museum) bergabung dengan komunitas bali pendukung pameran, pada 12 September: pertunjukan di University of San Francisco dengan acara ; instrumentalia, tari selat segara, tari topeng tua, instrumentalia, tari pakarena, tari berburu, dramatari gambuh, serta kegiatan akademis lainnya.

“Keindahan kota Golden Gate Bridge San Fransisco serta antusiasme audience dalam setiap pementasan  tentu merupakan unforgettable moment  bagi kita semua, dan tentu menjadi energizer untuk melangkah lebih baik lagi demi citra ISI Denpasar yang lebih baik,”ujar Dekan FSP, I Ketut Garwa yang turut hadir dalam muhibah seni tersebut.

Loading...