M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

ISI Denpasar Segera Gebrak “Young Photograpers Competition Southeast  Asian Heritage”

ISI Denpasar Segera Gebrak “Young Photograpers Competition Southeast Asian Heritage”

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan mengikuti lomba foto pada awal 2012 yang diselenggarakan oleh SEAMEO SPAFA di Bangkok. Kompetisi tingkat Asia Tenggara ini akan diikuti oleh 11 negara anggota SEAMEO, yaitu Brunai, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina,Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timur Leste.

Dengan mengusung tema “Our Heritage”, kompetisi ini diharapkan melahirkan fotograper-fotograper muda handal, yang  mampu menampilkan warisan budaya Asia Tenggara yang tangible dan intangible  seperti monument, tempat-tempat bersejarah, makanan, kesenian, perhiasan, pakaian, tarian, teater, musik, instrument, dll. ISI Denpasar dengan prodi termuda Fotograpy di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) akan mengikuti kompetisi bergengsi ini.

Arba Wiarawan, Ketua Prodi Fotograpy FSRD menggandeng hampir semua mahasiswa di jurusannya yang memang tertarik mengikuti kompetisi tersebut. Arba beserta Dekan FSRD dan juga mahasiswa diterima Rektor di Ruang Sidang ISI Denpasar guna mendapatkan pengarahan terkait kompetisi tersebut.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A., yang mewakili Indonesia dalam SEAMEO SPAFA Governing Board Member dan telah menjadi pengurus untuk dua periode, telah menghadiri pertemuan terkait kompetisi fotograper muda ini di Bangkok beberapa waktu yang lalu. Prof. Rai yang ditemui setelah memberikan pengarahan kepada mahasiswanya itu, mengatakan optimis bahwa mahasiswa ISI Denpasar akan keluar jadi pemenang. “Mahasiswa Jurusan Fotograpy ISI Denpasar sudah sering menjadi juara di tingkat nasional dan internasional. Melihat semangat mahasiswa dan ketekunan mereka, kami optimnis, salah satu dari mereka akan keluar jadi pemenang,”ujarnya.

De Vira Puspita dan Bayu Juniartha, dua mahasiswa Fotograpy yang juga pemenang dalam lomba debat bahasa Inggris ISI Denpasar mengatakan hal senada. “Kami akan melakukan yang terbaik, niscaya hasilnya pasti baik juga. Ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk menunjukkan jati diri”katanya sambil tersenyum.

TRI SAMAYA

TRI SAMAYA

Penata

Nama                     : I Putu Candra Wijaya

Nim                       : 200703004

Program Studi       : Seni Pedalangan

Sinopsis       :

Di ceritakan perjalanan Tri Samaya turun ke Bumi (Madya Pada) menyusup mencari keberadaan Bhatara Guru yang sudah mengutuk dirinya menjadi Kala Rudra, karena ingin bertemu dengan Bhatari Uma yang sudah di kutuk menjadi Bhatari Durga. Pertemuannya itu menyebabkan munculnya Buta Kala yang mengganggu kehidupan manusia dan upacara di Kerajaan Galuh, Sang Hyang Tri Samaya segera turun dan menemui Raja Batatipati, menyampaikan kepergian bhatara guru. Raja Galuh (Sri Batatipati) disuruh mempersiapkan dan menghaturkan sesajen, yakni caru Pancasia beserta menampilkan kesenian Wayang Golek Topeng Pajegan, Wayang Lemah, dimana Sang Hyang Iswara menjadi Dalang dengan didampingi oleh Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu sebagai ketengkong. Agar Sang Hyang Kala Rudra dan Bhatari Durga Somya Rupa.

Pendukung Karawitan                 :

  • Sanggar Sangita Mredangga
  • Pendukung Tari Sanggar Pucuk Bang
  • Pembantu Dalang 3 Orang
Visiting Indonesian Artists Conclude Residency At Uwa

Visiting Indonesian Artists Conclude Residency At Uwa

A two-week residency in Perth by visiting artists I Made Bendi, Ni Made Rinu and I Komang Arba Wirawan has culminated in the creation of three new artworks. Whilst here they worked in two venues; the new ArtLAAB Studio (situated in the Masonic Hall on the corner of Hampton Road and Stirling Highway, Nedlands) and the Ancient Rock Studio, Byford.

The guest artists of the Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA) at UWA were welcomed at an official ceremony attended by the Perth Indonesian Consul-General Bapak Syarief Syamsuri  and his wife  Ibu Ella Syamsuri on Monday 26 September at UWA’s Cullity Gallery.

The three artists’ have different specialities but the works all reflect their unique relationship with Balinese culture.

Rinu works in the traditional Kamasan style of painting.  This 400 year old style depicts puppet-like figures to bridge literacy in pictorial language between image and text.  Her work is a document which records the process of developing relations between the Faculty of Art at the Indonesian Institute of the Arts (ISI), Denpasar and the ALVA.

Bendi paints in the Balinese contemporary style.  His work Purification of The Earth Mother is inspired by the ancient Lontar inscriptions of Bali, especially those found in the Siwa Tatwa stories.  His work describes the process in which the earth mother is purified by the universe.  In Bali a ceremonial procession about the purification of our Earth Mother is normally held once each year.  The ceremony is called “Mecaru Tawur Ke Sanga”.  Through this ceremony Balinese hope that nature will flourish and provide bounty for humans living in the world.

Arba’s photographic work captures a moment in the Ramayana story in which Rama, Sita and Lakshmana  journey into the forest during a transforming thirty-year long pilgrimage.  The photograph was taken during a dance performance by some members of the Faculty of Performing Arts (ISI ) at UWA’s Calloway Auditorium on September 27.

The three works will be on display in the Cullity Gallery until the end of October 2011.

Tabanan Mengusung Mario Sang Maestro Nan Virtuoso

Tabanan Mengusung Mario Sang Maestro Nan Virtuoso

Kiriman: Kadek Suartaya, Dosen PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.

Jika bumi Bali tak melahirkan seniman I Ketut Marya, mungkin wajah perkembangan tari Bali tidak seperti sekarang. Adalah karena “pemberontakan“ laki-laki tampan yang dilahirkan di Belaluan (Denpasar) dan besar di Banjar Lebah, Tabanan, inilah yang mengobarkan inovasi seni tari yang hingga kini apinya tetap membara. Karya tarinya, Kebyar Duduk (1925) dan Oleg Tamulilingan (1952) menjadi tonggak dan pelopor cikal bakal sebuah genre seni pertunjukan yang  kini disebut seni kebyar. Orisinalitas artistik dan presentasi estetik Kebyar Duduk atau juga disebut Kebyar Trompong dan  Oleg Tamulilingan, tak tertandingi hingga hari ini.

            Marya yang meninggal tahun 1968 dalam usia 69 tahun, meniti kesenimannya dengan asupan tari-tarian klasik. Pada usia belasan tahun ia sudah dikenal masyarakat di sekitar Tabanan sebagai penari Sisya (dalam dramatari Calonarang) dan Gandrung (sejenis tari Joged yang dibawakan penari pria). Ketika mulai menginjak dewasa, Ketut Marya mempesona penonton dengan pentas tari Jauk dan Topeng. Dari penguasaan tari klasik itu menstimulasinya kemudian berolah rasa merangkai sebuah tari baru. Adalah nuansa ritmis dan dinamis dari orkestrasi Gong Kebyar yang memicu adrenalin estetik Marya, berimprovisasi mengalirkan gerak dan meletupkan ekspresi hingga tercetuslah tari yang sebagian besar diragakan berjinjit-jinjit setengah duduk, Kebyar Duduk.

            Seiring dengan kian lebarnya ruang jelajah perkembangan Gong Kebyar dari Bali Utara ke seantero Bali, nama Marya sebagai penari dan pelatih tari Kebyar Duduk juga semakin masyur. Ketokohan Marya sebagai maestro tari begitu melambung ketika ia berhasil menciptakan tari Oleg Tamulilingan pada tahun 1952. Melalui serangkaian lawatan pentasnya ke mancanegara, nama Marya pun menginternasional. Penonton Amerika dan Eropa mengagumi tariannya, mengelu-elukan namanya dengan lafal lidah mereka, Marya menjadi Mario. Menurut pakar tari Indonesia, Soedarsono, masyarakat Amerika dan Eropa  menjuluki Ketut Marya The Great Mario.                 Nama besar Ketut Marya, selain menjadi kebanggaan masyarakat Bali dan Indonesia, kini diusung penuh respek Kabupaten Tabanan. Lihatlah, arena berkesenian yang terletak di jantung kota, diberi nama Gedung Mario. Simaklah, beberapa tahun belakangan, di Gedung Mario tersebut, sekian kali telah digelar pentas seni atau lomba tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk. Terakhir, 24-27 Agustus lalu, telah digelar pula pembinaan tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk yang diikuti oleh 24 sanggar tari se-Kabupaten Tabanan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Tabanan, sebagai penyelenggara pembinaan kedua karya Marya ini, secara khusus mendatangkan nara sumber dua penari sepuh, Ni Gusti Ayu Raka Rasmin (73 tahun) dan Ida Bagus Oka Wirjana (79 tahun), yang pernah berguru langsung kepada Marya.

Alasan mendatangkan Gusti Ayu Rasmin dan Ida Bagus Wirjana yang berasal dari Gianyar, kiranya sebagai ungkapan penghormatan pada Marya, lewat idealisme mengawal keaslian kedua tari monumental itu. Ayu Rasmin adalah penari pertama Oleg Tamulilingan yang diajarkan oleh Marya menjelang tour keliling Amerika dan Eropa pada tahun 1952. Oka Wirjana yang pada masa remajanya tinggal di Tabanan, selain sebagai pengagum juga pernah ditempa langsung oleh Marya. “Selain versi Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk yang umum dikenal masyarakat Bali, kami di Tabanan  ingin melestarikan versi asli Marya,“ ujar Ni Luh Nyoman Sri Suryati, S.Sn, alumnus ISI Denpasar, pimpinan sanggar tari Sekar Rare Tabanan.

Pelatihan tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk “asli“ Marya itu, ternyata banyak mengundang minat generasi muda Tabanan. Ratusan remaja putra dan putri Tabanan dengan penuh kesungguhan mengikuti pelatihan yang diarahkan oleh Gusti Ayu Rasmin dan Oka Wirjana itu. Hasilnya, Sabtu (27/8) sore dipertontonkan kepada masyarakat umum di Gedung Mario. Sebagian tampil menari dengan pakaian latihan dan beberapa orang menari dengan kostum  lengkap, diiringi sekelompok penabuh. Tak kurang dari Wakil Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya, menyambut sumeringah pentas tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk itu. “Kalau saya masih muda, rasanya ingin sekali belajar tari Oleg dan Kebyar Duduk yang asli, karya seniman besar Tabanan ini,“ katanya bergairah.

Asli dan tidak asli dalam konteks tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk karya Ketut Marya tersebut, jika diperdebatkan, akan tidak berkesudahan. Sebab ketika para seniman tari kebyar tempo dulu seperti Ketut Marya, Gde Manik, atau Nyoman Kaler mentransmisikan ciptaannya diberbagai tempat di Bali, mereka selalu tergoda untuk merevisi dan mengembangkannya. Kreativitas tiada henti sesuai dengan suasana batin dan kultur lingkungan tersebut memunculkan variasi seni, tari kebyar, yang dirawat oleh masing-masing komunitas seni dan masyarakat. Di Peliatan, Gianyar, menurut Ni Gusti Ayu Raka Rasmin, tari Oleg Tamulilingan yang diajarkan  I Marya padanya, masih dipertahankan dengan teguh.

Namun jika ditarik secara kultural, perhatian yang ditunjukkan Pemkab Tabanan pada cipta tari Ketut Marya selain dapat dimaknai sebagai bentuk pengayoman, tentu juga untuk meneguhkan sebuah jatidiri. Karakteristik estetik Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk serta Ketut Marya yang virtuoso (seniman hebat),  sangat meyakinkan didaulat sebagai pemberi identitas dan spirit masyarakat yang berkeadaban. Bila demikian adanya semangat serta komitmen masyarakat dan Pemkab Tabanan, tari Oleg Tamulilingan dan Kebyar Duduk akan berkibar lestari di Tabanan; Gedung Mario mungkin akan diberdayakan Pemkab Tabanan sebagai arena berkesenian yang berwibawa; dan patung beton Oleg Tamulilingan yang cacat tak terurus di depan gedung itu bisa jadi akan diganti pula dengan patung berbahan perunggu dalam visualisasi estetika rupa yang lebih menggugah.

Tabanan Mengusung Mario Sang Maestro Nan Virtuoso selengkapnya

PENGARAHAN UNTUK PESERTA FKI

 

PENGUMUMAN

 

Di umumkan kepada seluruh dosen dan mahasiswa FSRD  peserta FKI agar kumpul di gedung Natia Mandala pada:

 

Hari                             : Selasa

Tanggal                       : 11 Oktober 2011

Pukul                           : 11.30 wita

Acara                          : Pengarahan dari Bapak Pembantu Rektor IV

 

DAFTAR PESERTA FKI ISI SURAKARTA 2011

NO NAMA L/P PRODI
1 I Ketut Alit Wijaya L Lukis
2 Ni Made Yeni Rahmadewi P Lukis
3 Ngakan Putu Agus Arta Wijaya L Lukis
4 I Wayan agus Darmayasa L Lukis
5 Ni N. Ratih Sintya Dewi Pinatih P Lukis
6 Jin Dirgandi L Lukis
7 I Putu Adnyana L Lukis
8 Dewa Putu Budiarta L Patung
9 R Kun Aji Pratama L Interior
10 Anur Prasojo Mukti L Interior
11 I Nyoman Tera Gradi W. L DKV
12 I Komang Gede Sentanu L DKV
13 Rizky Indra Brata L DKV
14 Yogi L DKV
15 Wardiyanta L Kriya
16 Putu Kusuma L Kriya
17 Desak Made Yuni P Kriya
18 I Made Andy Darmawan L Fotografi
19 A A GD Swabawa L Fotografi
20 Ngurah Arya Sutawan L Fotografi
21 Ni Made Sri Wahyuni P Fotografi

 

Demikian pengungumuman ini dibuat untuk dilaksanakan sekian dan terimakasih

 

 

 

 

 

Denpasar, 7 Oktober 2011

Pembantu Dekan III

 

TTD

Drs. D.A Tirta Ray, M.Si

NIP:195704231987101001

 

 

Teknologi 3D tingkatkan konsentrasi siswa

Teknologi 3D tingkatkan konsentrasi siswa

Jumat, 30 September 2011 16:58 WIB

London – Penggunaan instrumen pembelajaran berbasis teknologi 3D terbukti meningkatkan konsentrasi siswa di sekolah, demikian menurut sebuah penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Badan Penelitian Internasional (International Research Agency) menunjukkan penggunaan instrumen pembelajaran berbasis 3D meningkatkan nilai tes siswa sebanyak 17 persen.

Seperti yang diberitakan oleh BBC, penelitian tersebut dilakukan terhadap 740 siswa sekolah di Perancis, German, Italy, Belanda, Turki, Inggris dan Swedia.

Penggunaan teknologi 3D juga membuat siswa yang cenderung pemalu untuk berani berbicara di depan kelas.

Hanya beberapa sekolah di Inggris yang sudah menggunakan teknologi 3D, seperti proyektor 3D dan juga kacamata 3D, dalam proses pembelajaran.

Para siswa diuji sebelum dan sesudah pelajaran bersama satu kelompok kontrol siswa yang belajar menggunakan sumber pembelajaran sederhana.

Rata-rata 86 persen siswa yang diajar dengan metode pembelajaran 3D mempunyai hasil ujian yang meningkat. Sementara itu, hanya terdapat 52 persen siswa dari kelas yang diajar dengan metode pembelajaran tradisional yang menunjukkan peningkatan hasil ujian.

Penelitian tersebut juga menunjukkan tingkat konsentrasi siswa meningkat. Sebanyak 92 persen siswa memperhatikan pelajaran dengan teknologi 3D. Sementara itu, dalam kelas biasa, hanya 46 persen siswa memperhatikan selama pelajaran.

“Ini (penggunaan teknologi 3D) menarik perhatian siswa… teknologi ini seperti memicu ketertarikan dalam belajar yang terjaga hingga di akhir pelajaran,” kata pemimpin penelitian Prof. Anne Bamford.

Jumlah pertanyaan dari siswa juga meningkat dan para guru melaporkan bahwa mereka yang mengajukan pertanyaaan adalah siswa yang biasanya tidak mau atau jarang bertanya di kelas,” kata Bamford kepada BBC.

Para peneliti juga mengamati serangkaian pelajaran Biologi, dimana para siswa belajar mengenai fungsi tubuh.

“Siswa dapat melihat cara kerja tubuh. Mereka mempelajari jantung secara nyata, tidak statis, melihat secara langsung darah mengalir melalui katup jantung, melihat pergantian oksigen, memutar, memiringkan hingga memperbesar gambar jantung,” kata Prof. Bamford.

Guru Biologi Ros Johnson mengatakan pembelajaran bagian-bagian tubuh menggunakan proyektor 3D memberikan cara baru dalam belajar dan membaca di Abbey School

sumber : antaranews.com

Loading...