by admin | Nov 19, 2011 | Berita
ISI Denpasar mendapat kehormatan untuk mengisi acara pembukaan pada acara ASEAN SUMMIT 2011 di Nusa Dua pada tanggal 17 November. Dalam kesempatan ini ISI Denpasar menampilkan tarian Selat Segara, tari Saman, tari Pakarena, tari Balantek, tari Mandau, tari Giring-giring, tari Berburu, serta tari Kolaborasi Nusantara yang dibawakan oleh mahasiswa serta dosen Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), tarian nusantara tersebut sebagai cermin keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, selain itu tarian tersebut juga memberikan simbol kekuatan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia yang diharapkan mampu mengilhami keutuhan tali kerjasama antar Negara-negara ASEAN. Esensi damai dalam tarian nusantara dipercaya memiliki spirit menumbuhkan kasih persaudaraan antar Negara-negara ASEAN. Tarian yang dibawakan selama kurang lebih 45 menit mampu memukau decak kagum para peserta ASEAN yang terdiri dari delegasi Negara Indonesia, Singapura, Malaysia, Philipina, Brunei Darusalam, Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.
Tampak di kerumunan penonton turut hadir pula Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabinet Indonesia Bersatu Ibu Marie Pangestu yang memancarkan rona kekaguman terhadap seni budaya Bali lewat pementasan ISI Denpasar.
Rektor ISI Denpasar, Prof. Rai yang terus memantau kegiatan dari latihan hingga pementasan mengungkapkan rasa bangga atas kesempatan yang diberikan kepada ISI Denpasar. Walaupun latihan terbilang singkat namun ISI Denpasar mampu menampilkan pementasan spektakuler yang melibatkan sekitar 80 penari dan penabuh. Dengan tampilnya ISI Denpasar di ajang international ini tentunya mampu mengangkat nama baik Bali khususnya ISI Denpasar di kancah internasional. Rektor ISI Denpasar mengatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Sang Pencipta, atas kelancaran dalam setiap kegiatan kampus ISI Denpasar. “Terima kasih kepada seluruh mahasiswa yang selalu bekerja keras, dan juga para dosen,” papar Rai didampingi Pembantu Rektor bidang kerjasama I Wayan Suweca,M.Mus.
by dwigunawati | Nov 18, 2011 | Berita, Galeri
Aspek dalam diri manusia yang penting adalah peran jenis kelamin. Keberhasilan individu dalam membentuk identitas jenis kelamin ditentukan oleh individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik dan penyimpangan seksual. Waria merupakan contoh individu yang gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya (transeksual).
Eksplorasi terhadap obyek waria ini dilakukan dalam bentuk rekaman aktivitas obyek waria secara candid dengan sengaja menonjolkan tingkah laku serta bentuk fisik waria dengan berbagai riasan dan aksesoris kewanitaannya yang mereka gunakan untuk menutupi sisi kelelakiannya. Proses observasi penciptaan karya ini dilakukan dengan cara mengamati obyek terkait dengan pembuatan foto essay. Selain itu pendekatan kepada waria mutlak diperlukan, mengingat waria sering merasa tidak nyaman bila dihadapkan dengan kamera. Pada tahap pemotretan, dilakukan juga pencatatan sudut pengambilan gambar/sudut kamera terhadap obyek dan sudut cahaya terhadap obyek. Sehingga foto yang dihasilkan memiliki nilai akurasi dari segi teknis.
Kehidupan waria di jalan Tantular Barat (jalan baru) Renon sangat menarik bila dijadikan karya fotografi essay, karena selama ini masyarakat cenderung memiliki stigma negatif terhadap waria dan aktivitasnya, padahal hal itu belum sepenuhnya benar. Waria juga melakukan berbagai aktivitas positif di dalam komunitasnya, seperti menggelar pertunjukan dan arisan bersama. Mereka juga terorganisir dalam sebuah komunitas.
Kata kunci : Aktivitas, Waria, Fotografi Essay
by admin | Nov 18, 2011 | Berita, pengumuman
Liat Pengumuman dan Lampiran Nama-nama Penerima Beasiswa Bidik Misi Angkatan Tahun 2010 : Klik Disini
PENGUMUMAN
Nomor : 3291/IT5.5.1/KM/2011
TENTANG
PENCAIRAN BEASISWA BIDIK MISI ANGKATAN TAHUN 2010
UNTUK SEMESTER III TAHUN 2011
INSTITUT SENI INDOENSIA DENPASAR
Diumumkan kepada mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi Institut Seni Indonesia Denpasar Angkatan Tahun 2010/2011 (nama-nama terlampir), bahwa dana beasiswa untuk Semester 3 (tiga) dari bulan September s.d. Desember 2011 telah dicairkan melalui rekening bank mahasiswa masing-masing.
Untuk memastikan telah ditransfernya dana beasiswa mahasiswa penerima Beasiswa Bidik Misi angkatan 2010, agar mahasiswa mengecek rekeningnya untuk dilaporkan Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni ISI Denpasar dengan menyerahkan fotocopy bukti dana beasiswa yang sudah masuk atau ditransfer ke rekening penerima beasiswa Bidik Misi, dan sekaligus membayar SPP untuk semester III,
Demikian Pengumuman ini untuk dilaksanakan
Denpasar, 18 Nopember 2011
a.n. Rektor
Pembantu Rektor III
Ttd.
Drs. I Made Subrata, M.Si.
NIP. 195202111980031002
Tembusan :
1. Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar sebagai laporan
2. Dekan Fakultas Seni Pertunjukan untuk diketahui
3. Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain untuk diketahui
by dwigunawati | Nov 18, 2011 | Berita, Galeri
TFA Football Training Center merupakan lembaga yang dibentuk oleh badan tertinggi sepakbola Indonesia yaitu PSSI pusat, yang dikelola oleh PSSI daerah Bali untuk membentuk atlet sepakbola usia muda dengan metoda pelatihan lebih modern. Dengan semakin diterimanya olahraga sepakbola oleh masyarakat Indonesia, mengindikasikan bahwa sepakbola bukan hanya sekedar olahraga, namun mampu membangkitkan semangat nasionalisme dan mempersatukan masyarakat Indonesia disemua kalangan di tengah disintegrasi bangsa saat ini.
Dengan pembentukan lembaga seperti ini, diharapkan mampu membentuk pemain sepakbola professional dan berkarakter guna melapis atau menjadi regenerasi dari pemain – pemain yang
sudah ada atau senior, sehingga mampu mendongkrak prestasi persepakbolaan Indonesia yang cenderung menurun. TFA Football Training Center merupakan pelatihan yang berbasis pendidikan atau pengetahuan dan kesehatan yang lebih modern, dengan tidak lagi hanya memberikan bola lalu bermain di lapangan, namun lebih dari itu, memadukan praktek dan teori menjadi dasar dari pelatihan tersebut, dengan dipadukan oleh olahraga pendukung lainnya.
Metoda yang digunakan untuk menganalisa data kasus yaitu; metoda diskriptif kualitatif, yakni mencari pemecahan masalah melalui analisis data yang bersifat nonfisik dan meneliti faktor – faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi dan fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain; metode komparatif, yakni metoda analisis dengan cara melakukan perbandingan – perbandingan antara kasus yang diambil dengan data – data yang suadah ada di lapangan. Sedangkan konsep yang diangkat pada desain Interior TFA Football Training Center adalah Modern Sporty dengan mengaplikasikan unsur – unsur sepakbola ke dalam desain dengan pola dasar lingkaran serta menggunakan warna dasar putih dengan sentuhan – sentuhan warna sporty di dalamnya.
Kata kunci : Modern, Sporty, Pendidikan ( Pelatihan ) dan Sepakbola.
by admin | Nov 17, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn, Alumni ISI Denpasar
Suatu ketika di Surakarta, ketika pertama kali kuliah saya mendapat tugas untuk menyatakan pendapat lewat tulisan tentang koreografer yang baik. Pendapat melalui tulisan tersebut diupayakan agar singkat, tepat dan padat. Tugas yang sangat sederhana namun memiliki interpretasi pemikiran yang luar biasa luas dan sangat subjektif. Wajar, pengajar mata kuliah saya saat itu member tenggat waktu satu minggu untuk mengumpulkan tugas tersebut.
Sebelum terjun menjadi koreografer, menurut saya yang paling penting adalah seorang koreografer seyogyanya memiliki dasar kepenarian yang baik. Memang tidaklah mutlak demikian, namun alangkah lebih baiknya bila seorang koreografer mengenal kemampuan tubuhnya terlebih dahulu dan mengujinya dalam setiap kesempatan pentas sebagai sorang penari. Dengan demikian, ia pun akan mudah mengarahkan dan memaksimalkan potensi ketubuhan yang dimiliki oleh orang lain.
Penari yang baik, dituntut untuk memiliki beragam syarat agar dirinya benar-benar mampu dan siap dalam hal perjalanan menjadi seorang koreografer. Syarat-syarat tersebut antara lain : Kreatif, disiplin, terbuka, peka, dan bertanggung jawab. Sebagai catatan, sukses tidaknya seorang koreografer ditentukan dari proses dan keteguhan seseorang dalam menjalankan kelima syarat tersebut.
Kreatif, merupakan kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh seorang koreografer. Kreativitas dalam hal ini adalah kemampuan seorang koreografer untuk menemukan konsep pemikiran, teori, teknik dan atau metode “baru” dalam proses penciptaan karya tari. Daya kreativitas yang tampak dalam proses berkarya menunjukkan sejauh mana seorang koreografer berhasil melakukan riset, pendalaman akan ide dalam merespon sesuatu, sehingga mampu memberikan inovasi dalam karya tarinya. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap nilai orisinalitas yang terkandung di dalam karya tari itu sendiri.
Kedisiplinan, merupakan “modal” selanjutnya yang dibutuhkan oleh seseorang untuk menjadi penari yang baik sekaligus koreografer nantinya. Sebagai penjabaran disiplin itu sendiri, penari yang baik akan menerapkan disiplin waktu, pantang menyerah dalam berusaha, teguh menjalankan proses, dan “keras” terhadap dirinya sendiri. Termasuk pula ketika hendak dan sedang tampil di panggung, seorang penari haruslah selalu berkonsentrasi untuk menyajikan sebuah pertunjukan yang baik.
Sikap terbuka menunjukkan bahwa ia tidak memiliki sebuah ”hambatan” atau “hal yang menutup matanya” terhadap perkembangan zaman dimana ia tumbuh. Seperti yang telah diungkap diatas, kreativitas merupakan sesuatu yang timbul akibat proses imajinasi seorang. Imajinasi ini datangnya dari berbagai stimulant, termasuk pula dari hal-hal yang tengah berkembang di masanya. Untuk dapat menyerap berbagai informasi baru, hal-hal yang sedang trend, atau bahkan isu-isu yang sedang mengemuka, seorang penari aatau koreografer harus mau bersikap terbuka, dalam artian tidak terkungkung oleh doktrin sesuatu. Kebudayaan itu sifatnya selalu berkembang, begitu juga kesenian. Perkebangan tidak akan merusak nilai-nilai yang sudah ada bila dimaknai secara selektif. Justru, melalui keterbukaan ini, seorang koreografer yang baik akan mendapat sebuah pengayaan yang belum pernah didapat sebelumnya.
Memiliki kepekaan yang kuat, juga merupakan modal yang saya utarakan sebagai seorang koreografer. Kepekaan bisa terkait dengan banyak aspek, karena tari sebagai cabang kesenian memiliki banyak keterkaitan dengan aspek-aspek lainnya misalnya ruang, musik, warna, cahaya dan beberapa lainnya. Walau bukan berarti kita harus menekuni semuanya, namun setidaknya seseorang mengetahui esensi daripada aspek-aspek terkait tersebutyangmampu menunjang keberhasilan penampilan di atas panggung. Bagai ungkapan seniman besar Bali I Nyoman Pugra (alm.) dari Denpasar, bahwa penari yang baik itu harus mengetahui sastra. Pernyataan beliau tersebut tentu saja sangat dalam maknanya, di mana bila diartikan secara mudah seorang penari (atau bahkan koreografer) haruslah memahami teks sebagai sumber-sumber bacaan untuk memperkaya wawasannya serta konteks dimana, kapan dan dengan siapa karya tari akan dipertunjukkan.
Hal selanjutnya yang sebaiknya dimiliki oleh seorang koreografer yang baik adalah bersikap akademis. Maksudnya adalah bisa dan mampu mempertanggungjawabkan karyanya secara utuh dan professional. Seorang koreografer yang baik tidak cukup hanya mampu menciptakan karya saja tanpa mampu menjelaskan latar belakang penggarapan, sumber inspirasi, makna yang ingin disampaikan, hal baru apa yang ia miliki dan seterusnya. Ada banyak aspek di balik sebuah karya tari yang harus bisa ia jelaskan kepada para penikmat maupun pengamat, untuk menghindari kesan penjiplakan, “pembelian” karya dan pencatutan nama koreografer yang menciptakan tari itu sendiri. Hal ini sekaligus menghindarkan kita dari kemungkinan tindakan plagiatisme yang belakangan mulai marak terungkap. Plagiatisme tidak hanya “menjangkiti” akademisi melalui tulisan, namun “wabah” tesebut telah menjalar pada sisi karya seni khususnya seni pertunjukan meskipun jarang dan sulit untuk diamati. Tiada salahnya mencegah daripada membela diri pada saat sudah terlilit masalah.
Sekali lagi, hal-hal di atas merupakan sumbangsih pemikiran saya yang bercita-cita tinggi sebagai seorang seniman. Tanpa bermaksud menggurui, pendapat tersebut lebih pada “suluh” atau tuntunan terhadap diri saya sendiri, agar saya memiliki pegangan dalam meniti karir di jagat seni. Bilamana pembaca memiliki pandangan lain yang dapat memperkaya wawasan kita para seniman sangat terbuka tangan saya dalam menyambut masukan tersebut karena ini merupakan “yadnya” seseorang kepada khalayak melalui pemikiran. Salam kesenian!
Menjadi Koreografer yang Baik Selengkapnya
by dwigunawati | Nov 17, 2011 | Berita, Galeri
Sadar akan keindahan pulau Bali yang mampu menarik begitu banyak wisatawan baik domestik maupun internasional membuat semakin banyak pengusaha di pulau Bali memberanikan diri untuk membuka restoran dengan berbagai macam keunikan kuliner dari berbagai Negara, bahkan tidak jarang ada beberapa restoran yang memiliki jenis menu masakan yang berasal dari beberapa negara sekaligus dalam satu restoran. Namun terkadang beberapa restoran tersebut tidak mendukung keunikan asal jenis masakan mereka dengan desain interiornya sehingga atmosfer atau suasana asal masakan terkadang kurang terasa bahkan hilang sama sekali saat pengunjung berada didalam restoran, padahal itu merupakan salah satu modal yang besar bagi restoran untuk menonjolkan
keunikannya. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan owner akan desain interior yang pas dan nyaman untuk menonjolkan kebudayaan negara asal masakan dan oleh karena itu dibutuhkan desainer interior yang benar – benar mengerti akan kriteria yang baik untuk membangun sebuah restoran dengan konsep budaya agar dapat menarik minat pengunjung. X.O. Suki & Cuisines restaurant yang berada di Jl. Raya Sunset Road, Kuta – Bali, merupakan salah satu restoran yang didesain untuk menarik minat pengunjung dengan memiliki menu masakan yang berasal dari beberapa negara di asia yaitu, Cina, Jepang, Thailand, dan Indonesia yang terkenal sangat mengedepankan masakan lezat yang menyegarkan dan bergizi. Untuk menjawab dari kebutuhan
desain interior X.O. Suki & Cuisines restaurant kali ini, maka konsep yang di pakai adalah “Refreshing Splash” dengan pendekatan Gaya “Eklektik”. Tujuan pemilihan konsep ini adalah ingin memberikan suasana tempat makan yang menyegarkan dengan menggabungkan beberapa nilai kebudayaan terbaik dari negara – negara asal masakan yang diharapkan dapat menambah kekayaan dan keunikan bagi desain interior restoran ini dan dengan demikian secara otomatis akan tercipta keselarasan antara desain interior dengan menu masakan restoran X.O Suki & Cuisines.
Kata kunci : X.O. Suki & Cuisines restaurant, Refreshing Splash, Eklektik Budaya.