Desain Komunikasi Visual Sarana Redesain Media Promosi Kedai Digital

Desain Komunikasi Visual Sarana Redesain Media Promosi Kedai Digital

Seiring perubahan jaman yang terus berkembang, membuat biro–biro advertising harus selalu mengikuti perubahan “trend” yang terjadi dimasyarakat Kedai Digital adalah salah satu perusahaan barang dan jasa yang memiliki spesifikasi produk berupa merchandise. Dengan slogan “Bikin merchandise semau kamu!”. Merchandise yang diproduksi berupa mug, pin, jam, bantal, mousepad,poster, dan berbagai macam merchadise pribadi tanpa harus mengorder massal. Keberadaaan Kedai Digital Denpasar belum banyak orang yang tau dan media promosi yang ada masih sedikit maka dari hal tersebut perlu adanya penambahan media dan redesain media yang sudah ada sebelumnya. Perancangan ini bertujuan untuk memperoleh media komunikasi visual yang efektif sesuai dengan teori, konsep dan keadaan di lapangan. Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan data teoritis diolah melalui analisis dan sintesa sehingga diperoleh konsep perancangan sebagai dasar merancang media komunikasi visual yang sesuai dengan kriteria desain. Konsep dasar perancangan yang digunakan adalah simple dan kreatif agar visualisasi desain bermacam-macam, memberikan kesan yang tidak monotone serta informatif. Dalam proses perancangan media ditentukan media yang tepat dan sesuai yaitu poster, iklan majalah, iklan koran, stiker, pin, flayer, paperbag, web banner, voucher dan katalog.

Kata kunci : Kedai digital, perancangan, media promosi.

I Wayan Segara, Seniman dari Pujungan

I Wayan Segara, Seniman dari Pujungan

Kiriman: I Wayan Yopyantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan

I Wayan Segara lahir di desa Pujungan pada tahun 1948. Ia tinggal di banjar Mekar Sari Desa Pujungan. Ia anak pertama dari 6 bersaudara. Ia menikah pada tahun 1969 dan dikaruniai 4 orang anak.

Pada tahun 1957 ia mulai masuk sekolah dasar yang pada waktu itu disebut dengan sekolah rakyat, yang pada saat itu ia belum tertarik dengan kesenian. Namun sekitar tahun 1959 tepatnya ia baru memasuki kelas 3 SD ia baru tertarik terhadap seni dalam bidang seni tari dan seni suara khususnya mekidung,makekawin,dan macepat. Ia hanya dapat belajar tentang seni tari dan seni suara di sekolah saja dan tidak pernah berguru kepada orang lain kecuali di sekolah. lama kelamaan ia merasa bosan di bidang seni tari kareana hanya hanya sedikit teman – temannya yang berkecimpung di bidang seni tari. Saking cintanya kepada seni suara ia mencoba untuk belajar seni pewayangan.

Tepatnya pada tahun 1967 ia belajar ngwayang dengan seorang dalang dari desa Kesiut yang bernama Pan Rampieg yang pada saat itu ia hanya belajar cerita Ramayana saja. Setelah ia belajar cerita Ramayana lalu ia melanjutkan belajar wayang Parwa dengan seorang dalang yang benama Pan Rajeg dari desa Tunjuk,Tabanan. suka duka pun banyak ia telah dapatkan pada saat belajar ngwayang. Ia rela menumpang kendaraan dari pujungan sampai di desa Meliling lalu dari desa Meliling ia rela berjalan kaki menuju ke desa Kesiut di rumah dalang tersebut. Begitu pun pada saat ia belajar cerita parwa banyak suka duka yang telah ia dapatkan dari menumpang hingga berjalan kaki ke rumah dalang tersebut.

Setelah 2 tahun ia belajar ngwayang, tepatnya pada tahun1969 ia sudah memiliki sekha wayang. sekha tersebut memiliki 4 tungguh gender yang di beli oleh sekha dengan cara urunan. sekha wayang ini pun sudah sering pentas ngwayang di desa – desa yang ada disekitar kecamatan Pupuan. Lama kelamaan sekha ini pun bubar karena penabuhnya merasa bosan, lalu gender yg dimiliki sekha itu pun dijual. Karena saking cintanya terhadap seni pedalangan maka ia berinisiatif untuk membeli gender dengan uang pribadinya dan membuat sekha baru. Hingga sekarang sekha wayang ini pun masih aktif dengan para penabuhnya yang beregenerasi, dulunya para penabuh sekha ini adalah orang tuanya dan sekarang sudah anak – anaknya.

Pada tahun 1986 ia menjabat menjadi kelian adat dibanjarnya sekaligus merangkap panitia kesenian di desa. Setelah lama ia berkecimpung dalam kepanitiaan dalam bidang kesenian di desa ia melihat kepakuman  terhadap sekha gong kebyar yang ada di desa Pujungan. Kepakuman ini terjadi karena instrument gong kebyar banyak yang rusak. I Wayan Segara kemudian berkordinasi dengan para pengurus desa untuk membenahi instrument yang rusak tersebut. Setelah adanya kordinasi, I Wayan Segara melebur bilah – bilah gambelan tersebut ke Pande Gableran dan pelawahnya di buat sendiri oleh I Wayan Segara dan dibantu oleh teman-temannya. Setelah gambelan gong kebyar yang baru sudah jadi terbentuklah sekha gong remaja di desa Pujungan. Lalu ia mendapatkan informasi bahwa sekha yang ada di desa Pujungan ikut dalam festival gong kebyar tahun1997, ia pun menyuruh sekha ramaja itu untuk latihan. Pada saat latihan ia kecewa pada suara kendang yang kurang enak didengar,  akhirnya dengan niatnya sendiri ia membeli sepasang kendang dengan harga Rp.350.000,00 pada Bapak I Wayan Sweca. Kendang yang ia beli itu dipakai akhirnya dipakai dalam festival. Setelah usai festival, ia termotifasi terhadap suara kendang yang ia beli itu, dan ia penasaran bagaimana caranya membuat kendang supaya suaranya bagus. Dan akhirnya ia pun bertekad untuk belajar membuat kendang dengan  memplajari dan menganalisa kendang yang ia beli tersebut. Disaat ia belajar membuat kendang banyak hambatan yang ia dapat, banyak bahan – bahan yang terbuang dan gagal dipakai. Saking seriusnya ingin bisa membuat kendang ia pun tidak putus asa untuk mencobanya kembali, dan akhirnya beliau pun bisa membuat kendang dengan suara yang sesuai dengan apa yang ia harapkan, Sekarang ia sudah menjadi seorang pengerajin kendang yang hanya dengan belajar dengan cara menganalisa atau mempelajari kendang yang ia beli dulu tanpa berguru kepada orang lain. Hingga sekarang ia aktif membuat kendang dan ia sudah banyak menjual kendang hasil karyanya sendiri kepada para konsumen. Dan karir dalangnya pun masih aktif sampai sekarang dan sering pentas di sekitar kecamatan pupuan.

I Wayan Segara, seniman dari Pujungan selengkapnya

Desain Komunikasi Visual Pemanfaatan Biji Jarak Menjadi Energi Alternatif Bahan Bakar Kompor

Desain Komunikasi Visual Pemanfaatan Biji Jarak Menjadi Energi Alternatif Bahan Bakar Kompor

Krisis energi bahan bakar kompor merupakan hal yang menjadi masalah dalam lingkup masyarakat yang berehidupannya bergantung pada bahan bakar kompor, yaitu berupa minyak tanah dan gas. Namun di masa sekarang setelah konversi gas muncul sebagai pengganti minyak tanah yang semakin langka, masyarakat tetap banyak memilih menggunakan minyak tanah, padahal bahan bakar tersebut sudah sangat langka. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan upaya sosialisasi pemanfaatan biji jarak menjadi energi alternatif bahan bakar kompor, karena energi alternatif adalah satu-satunya jalan menggantikan energi dari bahan bakar fosil. Dalam hal ini desain komunikasi visual yang dipakai untuk kampanye akan didesain agar lebih efektif dan efisien didalam menyampaikan pemanfaatan biji jarak menjadi energi alternatif bahan bakar kompor di Denpasar.

Jadi dalam hal ini desainer menganalisis dan melihat kesesuaian data yang didapat dari Dinas Perkebunan Bali yang bekerjasama dengan Unit Usaha Kompor Biji Jarak UB-16, dan dengan teori yang berkaitan dengan kasus yang diangkat, kesimpulannya metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif, kualitatif, dan komparatif yaitu menggambarkan fakta-fakta pemanfaatan biji jarak menjadi energi alternatif bahan bakar kompor, kemudian dilihat kesesuaiannya dengan teori-teori yang diperoleh. Adapun konsep dasar yang digunakan adalah natural, Desain yang dibuat dominan menggunakan ilustrasi fotografi, dengan warna yang mencerminkan alam sekitar dan sesuai dengan kenyataan yang ada serta penataan layout, bentuk media, warna, dan desain dibuat mampu menyampaikan informasi secara maksimal kepada masyarakat dengan harapan media yang dibuat mampu menggugah hati masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemanfaatan biji jarak menjadi energi alternatif bahan bakar kompor di Denpasar.

Dengan didesainnya media komunikasi visual ini diharapkan mampu menjadi lebih efektif, efisien, komunikatif dan tepat sasaran. Sehingga tujuan untuk mengajak dan menumbuhkan kesadaran masyarakat secara maksimal akan tercapai.

Kata Kunci : Desain Komunikasi Visual, Pemanfaatan biji jarak dan natural.

Desain Komunikasi Visual Kampanye Pelestarian Hutan Melalui Penabatan Parit Lahan Gambut

Desain Komunikasi Visual Kampanye Pelestarian Hutan Melalui Penabatan Parit Lahan Gambut

Dengan semakin banyaknya lahan hutan di Indonesia dibuka untuk untuk diambil sumber daya alamnya dan nantinya dirubah fungsikan menjadi industri pertanian, peternakan dan kelapa sawit, maka perlu dibuatkan buku-buku panduan yang memberikan langkah-langkah benar dalam pelaksanaannya. Salah satu dari langkah tersebut adalah upaya membuka lahan hutan gambut dengan cara tidak membakar hutan dan menutup/menabat kembali parit-parit yang dulu telah dibuat di lahan gambut yang berfungsi untuk memindahkan kayu hasil tebangan. Dengan ditutupnya parit-parit tersebut maka dapat mencegah kebakaran di lahan gambut pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya banjir di daerah sekitar lahan gambut pada musim hujan.

Usaha Komunikasi Visual merupakan upaya untuk memberikan informasi secara visual kepada masyarakat untuk melakukan langakah-langkah yang benar dalam mengolah hutan atau lahan gambut dan menjaga lingkungan agar tidak merugikan pihak manapun. Data yang diperoleh dari penelitian ini dikumpulkan melalui berbagai karya tulis cetak dan yang berada di Internet, serta pengamatan langsung media-media yang sudah digunakan selama ini kemudian dibandingkan dengan teori-teori desain. Selanjutnya dianalisa dan ditarik kesimpulan. Kesimpulan ini nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam perancangan media komunikasi visual. Dari hasil analisis dan sintesa penulis memilih untuk menggunakan konsep kartun atau ilustrasi di mana desain-desain tersebut nantinya dibuat dengan menggunakan unsur-unsur ilustrasi kartun agar dapat lebih menarik perhatian lebih banyak kalangan masyarakat dari anak-anak hingga dewasa. Media yang dibuat untuk kampanye adalah Poster, Stiker, Flyer, T-shirt, Buku Komik, Web Banner, Mug, Iklan TV (animasi), dan Kartu Pos.

Kata Kunci: Desain Komunikasi Visual, Pelestarian Hutan, Penabatan Parit, Lahan Gambut

I Nyoman Sutama Tokoh Seni di Kabupaten Jembrana

I Nyoman Sutama Tokoh Seni di Kabupaten Jembrana

Kiriman I Made Arsa Wijaya, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

I Nyoman Sutama lahir di Jembrana, 3 Januari 1965. Pria 46 tahun ini menikah tahun 1992 dan di karuniai 2 orang anak. Ia sekarang tinggal di Jalan Dewi Supraba, Gang I, No. 28, Denpasar. Dalam kesenian Jegog, Sutama merupakan seorang tokoh yang sangat penting dan sangat berpengaruh.

Sejak kecil, I Nyoman Sutama memang sudah berniat ingin belajar bermain gamelan. Ia tertarik belajar megambel ketika mendengar gending Legong pada saat melihat orang belajar menari. Ketertarikannya terhadap seni karawitan, tentang cara membuat gending, dan teknik-teknik dalam bermain  gamelan membuatnya memilih kuliah di ASTI Denpasar. Akan tetapi, pada saat itu ia belum memiliki skill yang memadai dalam hal bermain gamelan. Pada saat tes praktek untuk kuliah di ASTI, ia di tes oleh bapak I Nyoman Windha. Ia disuruh bermain Gangsa, Kendang, dan Gender Wayang. Pada saai itu ia hanya bisa memainkan Gangsa dan Gender Wayang saja, tetapi masih dalam teknik yang sederhana. Selanjutnya, pada tes interview, ia dites oleh bapak I Made Bandem. Pada saat tes ini, Sutama sempat memohon untuk diterima di ASTI, karena menyadari dirinya belum bisa untuk bermain gamelan. Saat pengumuman tes, Sutama merasa takut jika ia tidak diterima di ASTI. Namun, akhirnya ia diterima dengan urutan paling akhir.

Setelah kuliah di ASTI, ia belajar dengan tekun agar bisa menguasai teknik permainan gamelan Bali dengan baik. Ia sempat belajar bermain kendang dengan Almarhum Pak Lemping, dia merupakan waker (pekerja) di ASTI. Dia sempat di ejek sebagai tukang bersih-bersih oleh teman-temannya karena dia setiap hari membantu Almarhum Pak Lemping membersihkan ruangan. Namun hal tersebut tidak dihiraukan olehnya. Dia tetap membantu Almarhum Pak Lemping karena keinginan yang besar untuk diajarkan bermain kendang. Selain dengan Almarhum Pak Lemping, dia juga pernah belajar bermain kendang dan belajar membuat notasi dengan bapak I Made Murna. Selain belajar bermain kendang dan belajar mebuat notasi, ia juga belajar untuk membuat gending dengan bapak I Nyoman Windha dan bapak I Wayan Suweca. Dari semester empat, Sutama sudah menjadi penabuh inti ASTI Denpasar. Dia di ajak untuk misi kesenian di dalam dan di luar negeri. Madura, Jakarta, Surabaya, Bandung, Australia, dan Jerman adalah tempat yang ia pernah kunjungi selama kuliah di ASTI.

Sutama meraih gelar S.SKar di ASTI Denpasar dengan garapan tabuh kreasi Utsaha dan sendratari Men Brayut. Sutama boleh bangga, karena tabuh kreasi Utsaha  yang ia buat masuk dalam kaset ASTI vol.16. Setelah tamat dari ASTI, ia disuruh untuk melatih Gong Kebyar Desa Pengeragoan (Jembrana) dalam rangka PKB. Sampai sekarang Sutama sering menciptakan tabuh dan tari kreasi dalam acara PKB duta Kabupaten Jembrana.

Pada tahun 1988-2002, Sutama bekerja sebagai komposer di Suar Agung. Sebagai tahap percobaan, Sutama disuruh membuat enam buah gending kreasi yang akan dijadikan album “Suara Bambu Jembrana” dengan menggunakan gamelan Gerantang Pelog. Setelah itu, Sutama terus diajak untuk bermain gamelan Jegog bersama sanggar Suar Agung, namun pada saat itu gending-gending Jegog masih berupa gending yang di ambil dari gending Gong Kebyar. Karena merasa kurang cocok, akhirnya Sutama berinisatif untuk tidak menggunakan gending-gending Gong Kebyar lagi. Dia membuat gending kreasi yang khas dengan gamelan Jegog. Karya pertama Jegog kreasi berjudul Dusta Lina. Selain sebagai pelopor adanya tabuh dan tari kreasi pada Jegog, ia juga adalah seseorang yang membuat permainan Jegog dilakukan dengan cara berdiri, yang dulunya dilakukan dengan cara duduk. Hal ini dilakukan karena ia memiliki pertimbangan agar pemain Kendang bisa memimpin dan  melihat dengan jelas penabuh yang dipimpinnya. Pada waktu permainan Jegog dilakukan dengan cara duduk, pemain Kendang sangat susah untuk memimpin para pemain gamalan Jegog karena para pemain gamelan Jegog duduk lebih tinggi sedangkan pemain Kendang duduk di bawah. Akhirnya, sampai sekarang permainan Jegog dilakukan dengan cara berdiri. Pengalaman bermain gamelan Jegog ke luar negeri pun banyak ia dapatkan, seperti ke Jepang, Prancis, dan Jerman. 26 karya telah ia buat di Suar Agung, itulah awal kesuksesan Sutama dalam bidang seni karawitan, khususnya gamelan Jegog.

Setelah di Suar Agung, Sutama melanjutkan karirnya di Jimbarwana pada tahun 2002-2005. Dalam waktu tiga bulan, Sutama dituntut untuk bisa menyelesaikan tujuh buah gending kreasi yang akan dibawa pentas ke Jepang. Dengan keuletannya berkarya, ia mampu menggarap tujuh buah gending yang mampu menggetarkan masyarakat Jepang.

Tahun 2006-sekarang, Sutama bekerja sebagai pelatih dan komposer di Yudistira, disini dia telah memiliki sepuluh buah gending yang sudah dibuatkan album yang berjudul Yudistira. Disini Sutama merasa sangat senang, karena memiliki penabuh yang cukup hebat dalam bermain gamelan Jegog. Pengalamannya bermain Jegog disini hanya dapat pergi ke luar Bali seperti ke Lampung dan Ponorogo. Selain itu Yudistira juga sering pentas dalam acara PKB dan juga pentas di villa di daerah Canggu.

Selain di Yudistira, Sutama merupakan seorang pelatih dan komposer untuk sanggar Swar Dwi Stri. Sanggar ini merupakan perkumpulan ibu-ibu Jepang yang ingin belajar dan ikut melestarikan seni budaya Bali khususnya gamelan Gerantang Pelog.

I Nyoman Sutama Tokoh Seni di Kabupaten Jembrana selengkapnya

Desain Media Komunikasi Visual Sarana Promosi Snapper Corner

Desain Media Komunikasi Visual Sarana Promosi Snapper Corner

Bali menjadi daerah favorit tujuan wisata dunia, khususnya di daerah Selatan Bali yaitu Canggu. Persaingan bisnis kuliner menengah cukup menjamur di daerah ini. Hal ini dikarenakan peluang menuai untung terbilang sangat menjanjikan. Hal ini didorong oleh salah satu sifat konsumtif manusia dalam kebutuhan pangan yaitu restaurant. Di era ini, restaurant bukan hanya berfungsi sebagai tempat makan di kala lapar, namun juga sebagai tempat bertemu, berbisnis dan berbagai hal lainnya. Bisnis ini seolah tiada habisnya. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup besar. Di daerah Canggu terkenal akan daerahnya yang terdiri dari hamparan sawah hijau yang luas dan suasananya yang tenang. Hal ini mengakibatkan pengusaha tertarik untuk membuka peluang dalam bisnis yang yaitu restaurant. Selain dari modal rasa yang nikmat, faktor desain perlu diperhatikan sehingga menjadi daya jual dan daya tarik tersendiri. Oleh karena itu Snapper Corner yang terletak di daerah Canggu memerlukan media promo untuk memperkenal Snapper Corner lebih luas lagi. Berdasarkan uraian tersebut, didapat permasalahan bagaimana merancang media komunikasi visual yang efektif dan komunikatif dan media apa saja yang tepat untuk mempromosikan Snapper Corner? Data – data yang diperoleh dari observasi, data wawancara dan data teoritis diolah melalui analisis dan sintesa sehingga dapat diciptakan media komunikasi visual yang tepat, efisien dan memenuhi kriteria untuk mempromosikan Snapper Corner. Maka didapat simpulan, dalam merancang media komunikasi visual perlu dipertimbangkan teori-teori desain, teori sosial prinsip desain, kriteria desain, serta mempertimbangkan demografis, psikografis, dan behaviora. Dan media komunikasi yang akan dirancang untuk mempromosikan Snapper Corner antara lain Flyer, Iklan media cetak (majalah), brosur, website, web banner, sign system, tabletop banner, buku menu, dan T-Shirt.

Kata Kunci: Restaurant, Snapper Corner, promosi, media komunikasi visual, DKV


Loading...