Okokan

Okokan

Kiriman: I Nyoman Putra Janiasa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Ritual erat kaitannya dengan budaya, Pulau Bali terkenal akan berbagai macam ritual dan budayanya, dan merupakan daya tarik bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu atraksi budaya yang sudah dikenal di mancanegara adalah okokan.

Okokan adalah salah suatu alat musik bunyi-bunyian yang pada umumnya terbuat dari bahan kayu yang dilobangi hampir menyerupai kentongan, tetapi didalamnya diisi pemukul yang disebut palit. Alat bunyi-bunyian ini umumnya dipasang pada binatang piaraan seperti sapi atau kerbau, yang berfungsi sebagai penghias atau tanda hewan tersebut, okokan ini akan mengeluarkan irama tertentu jika diayun-ayunkan, okokan seperti ini ukurannya relative kecil.

Sebagai suatu kelompok masyarakat yang agraris yang selalu dekat dengan tradisi bercocok tanam, okokan juga dipakai sebagai sarana hiburan ataupun acara ritual yang berbau magis.

Banjar Belong, Desa Baturiti Kerambitan,Tabanan,  2km kearah utara dari Pasar Kerambitan.  Desa yang masih asri dengan berbagai tanamannya, jauh dari kesan polusi, disinilah lahir okokan pertama yang lahir dikecamatan Kerambitan. Berawal dari tradisi agraris secara turun temurun dari para tetua atau para leluhur, maka alat musik ini sudah merupakan bagian dari kehidupan petani tradisional di Banjar Belong. Untuk mengisi waktu saat menunggu musim panen, para tetua terdahulu membuat alat musik okokan dalam ukuran yang cukup besar.

Okokan ini tidak dipasang pada binatang piaraan, tetapi dikalungkan langsung pada leher orang dan di ayun-ayunkan, kegiatan ini biasanya diperagakan untuk upacara tertentu dan menghibur diri sambil menunggu musim panen tiba.

“Menurut penuturan tetua Banjar Belong, bermula dari wabah, okokan ini dimainkan untuk mengusir wabah, sesuia kepercayaan bahwa wabah yang menyerang itu disebabkan oleh mahluk halus, maka harus diusir dengan membunyikan alat-alat yang menghasilkan bunyi, maka digunakanlah okokan dengan dimainkan oleh beberapa orang untuk mengusir wabah,” ungkap I Ketut Sudiarsa, mekel kesenian sekaligus ketua okokan.

Ritual ini disebut Ngerebeg, “Untuk menambah sakrak ngerebeg, maka okokan ini diiringi dua buah kendang, yang disebut kendang gede, dibuat kira-kira tahun 1917 selanjutnya kendang gede inilah yang dipercaya warga Banjar Belong diyakini memiliki kekuatan magis, “ tambah Sudiarsa.

Lebih lanjut Sudiarsa menambahkan, setiap ada wabah yang melanda masyarakat seperti cacar, kolera dan sebaginya, maka tetua desa akan mengambil tindakan demi keselamatan warga dengan upacara pecaruan diiringi dengan gegerebegan, selain itu juga dilaksanakan sehabis melakukan upacara tawur kesanga dengan mengelilingi desa.

Lambat laun tradisi ngerebeg inin bukan hanya dilakukan berkaitan dengan acara ritual, tetapi juga pada kegiatan-kegiatan seperti acara keramain, lomba desa, 17agustusan, penyambutan pejabat serta pertunjukan untuk wisatawan. “berawal dari ide tokoh pariwisata,AA Ngurah Oka Silagunada, untuk menampilkan okokan ini sebagai atraksi kesenian, maka warga Banjar Belong, membentuk sekaa okokan yang diiringi dua buah kendang gede, yang melibatkan seluruh anggota banjar yang berjumlah 45 kepala keluarga maka terbentuklah Sekaa Okokan Mekar Sari pada tahun 1991,” tambah Sudiarsa

“Pertama kalinya okokan ini ditampilkan secara komersial pada bulan Juni 1991, di Hotel Putri Bali di Nusa Dua, pementasan pertama kalinya ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari wisatawan mancanegara, bahkan saking tertariknya beberapa wisatawan meminjam okokan yang sedang dimainkan untuk sekedar mencoba memainkannya sendiri,”ungkap Sudiarsa.

Setelah pementasan yang pertama itu, tidak berselang lama Sekaa Okokan Mekar sari mulai mendapat tawaran untuk pentas dibeberapa hotel di Nusa Dua dan sekitarnya. “Saking seringnya pentas,okokan peninggalan tetua kami sudah mulai rusak. Dengan kondisi seperti itu, maka hasil musyawarah warga banjar yang sekaligus anggota sekaa okokan bertekad memperbarui okokan dengan jalan membuat yang baru, kayu yang kami gunakan adalah Kayu Sane, sebelum proses pembuatannya  diadakan upacara nunas raos dan mohon petunjuk dari leluhur di pura sesuhunan yang ada di banjar adat kami, “tambah bapak dengan kumis tebal ini.

Untuk mengembalikan kemagisan okokan yang baru dibuat,maka diadakanlah upacara Pemelaspasan dan Masupati pada tanggal 20 November 1991 yang dihadiri oleh seluruh anggota Sekaa Okokan Mekar Sari dan langsung dipentaskan dihalaman balai banjar yang tetap dipandu dengan dua buah Kendang Gede.

Dalam perjalannya Sekaa Okokan Mekar Sari selalu kebanjiran tawaran untuk pentas ”Dulu sebelum ada bom bali, kami hampir setiap hari tampil, bahkan dalam satu hari kami pernah tampil dua kali, selalu ada saja hotel, maupun acara penyambutan yang menyewa kami untuk pentas, namun setelah bom bali, intensitas pementasan kami berkurang, yang dulu dalam seminggu minimal tiga kali pentas, sekarang sebulan dua sampai tiga kali pentas, tetapi tetap dalam sebulan selalu ada saja yang tawaran untuk pentas, dan pementasan rutin kami di puri anyar kerambitan untuk menyambut wisatawan macanegara, “ ungkap Sudiarsa.

Lebih lanjut Sudiarsa mengatakan, Okokan Mekar Sari sudah dikenal di mancanegara, para menteri dari dalam maupun luar negeri,presiden dari luar negeri, para pejabat dan pengusaha dan banyak lagi sudah kita sambut dengan Okokan Mekar Sari.

Selain itu juga Sekaa Okokan Mekar Sari pernah tampil di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) pada tahun 1996 dan 1997, tampil dalam acara gembyar remaja di TVRI, tampil dalam acara seremonial yang diadakan pemda Tabanan, dan Pemprop Bali. Dalam sekali pementasannya, Sekaa Okokan Mekar Sari biasanya berdurasi 15 sampai 30 menit dengan berat okokan berkisar antara 10 samapi 15 kg, “dalam pementasannya sekaa kami tidak pernah merasa berat karena bagi kami ini adalah ngayah untuk banjar, “ ungkap salah satu Sekaa Okokan Mekar Sari.

Sekali pentas, Sekaa Okokan Mekar Sari memasang tarif 1.2 sampai 1.5 juta, dan pendapatan itu dikumpulkan sebagai kas banjar, dari hasil ka situ, Desa Belong sudah bias membeli seperangkat alat gong untuk desa, membangun pura, membangun balai banjar, medana punia di pura dan setiap hari raya galungan, kas diambil bebrapa untuk dibagikan ke Sekaa yang juga anggota banjar untuk membeli keperluan upacara. “Dari hasil itu kami sudah bisa membangun desa ini, mungkin dari pertama okokan ini berdiri hasil yang sudah kami capai diatas 1 milyar dan sudah banyak pembangunan yang kami sudah buat untuk desa ini, “ ungkap salah satu sekaa okokan.

Jumlah instrument dari barungan okokan yaitu ada 30 buah,1 kendang dan 1 kajar.Personil dari barungan okokan tergantung dari barungan instrument itu sendiri.Repertoar lagu yang sering dimainkan seperti gamelan baleganjur.

Okokan adalah salah satu kesenian tradisional yang berada di lereng daerah wisata Bedugul, yaitu di Desa Adat Mayungan, dengan ketinggian daerah 800 meter di atas permukaan laut. Desa ini merupakan desa tua, yang berdiri pada zaman kerajaan Raja Jaya Pangus.

Dahulu oleh penduduk desa, Okokan diberi nama Bandungan. Alat ini dipakai oleh petani untuk mengalungi ternaknya (sapi), lebih-lebih setelah para petani habis membajak tanahnya, dan kegiatan di lading sudah tidak ada, maka diselenggarakanlah balapan sapi yang memakai Bandungan. Secara religious alat ini juga dipakai untuk mengusir roh-roh jahat, terbukti setiap sehari sebelum Hari Raya Nyepi alat ini dipakai untuk ngerebeg keliling desa. Sehingga sampai sekarang alat ini selalu dipakai untuk sarana pengerebegan baik saat-saat ada upacara mecaru agung seperti mebalik sumpah maupun acara agama lainnya.

Untuk mengembangkan adat seni dan budaya, maka tahun 1980, diorganisirlah dalam bentuk sekehe. Lebih-lebih mendapat respon positif dari Ketua ASTI, Bapak Prof. DR. I Made Bandem waktu itu, sehingga akhirnya terbentuklah Sekehe Okokan Werdha Budaya.

Kesenian Okokan terdiri dari beberapa alat musik tradisi yang diambil dari alat-alat yang dipakai para petani seperti :

1.      Okokan yaitu kalong keroncongan sapi

2.      Teng – teng yaitu bekas cangkul petani

3.      Kulkul yaitu alat yang dipakai untuk menghalau burung atau tetengeran di ladang oleh petani.

Gambelan Okokan juga dilengkapi alat-alat musik Bali lainnya untuk menambah indah dan uniknya suara Okokan, antara lain gong, kendang, tawa-tawa, dan lain-lainya.

            Disamping pada acara-acara religius Okokan juga dipentaskan saat-saat ada event-event di tingkat Provinsi maupun Kabupaten seperti Pesta Kesenian Bali, Parade senja dan lain-lain. Bahkan sering juga dipentaskan di Hotel untuk menghibur para tamu yang ingin menikmati kesenian tradisi. Dalam pementasan kesenian okokan mengambil cerita Cupak, dimana diceritakan di suatu wilayah terkena bencana gering karena ulahnya Garuda. Okokan dipakai warga untuk ngerebeg, dan berkat bantuan Cupak, Garuda bisa dikalahkan sehingga wilayah itu menjadi aman dan tentram.

Okokan Selengkapnya

Gaya Hidup Remaja Masa Kini Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Seni Lukis

Gaya Hidup Remaja Masa Kini Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Seni Lukis

“Gaya Hidup Remaja Masa Kini Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Seni Lukis” dipilih pencipta, sebagai media dalam mengungkap dan mengkritik tentang gaya hidup remaja masa kini khususnya yang bersifat negatif. Remaja sering digambarkan sebagai usia dimana manusia dapat ditolerir untuk melakukan banyak pelanggaran terhadap norma baku masyarakat, yang akhirnya tanpa pikir panjang mereka bebas mencoba hal-hal yang cenderung negatif. Tujuan pencipta memilih konsep tersebut yaitu untuk memberi sebuah bayangan tentang dampak dari gaya hidup remaja masa kini yang kurang baik dan kemudian untuk dicermati, sehingga dapat ditanggulangi bersama agar tidak ikut terjerumus dalam hal-hal yang bersifat negatif. Manfaat yang didapat dari karya lukis dengan konsep tersebut, yaitu dapat dijadikan sebagai kritik sosial terhadap gaya hidup remaja, agar menjadi lebih baik dan dapat menghasilkan karya yang unik dan menarik.

Dari konsep gaya hidup remaja, teknik yang digunakan pencipta dalam karya ialah teknik dusel, dengan melakukan berbagai tahapan seperti penjajagan, percobaan, persiapan, pembentukan dan penyelesaian.

Hasil yang dicapai dari konsep Gaya Hidup Remaja Masa Kini adalah terciptanya dua belas buah karya yang unik dengan gaya realias. Dari semua tahapan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pencipta memilih konsep Gaya Hidup Remaja Masa Kini, agar dapat dijadikan cerminan bagi masyarakat khususnya remaja dalam kehidupannya.

Kata Kunci : Gaya Hidup Remaja Sebagai Sumber Inspirasi.

  

Game Play Station Budaya Konsumtif Bagi Dunia Anak – Anak

Game Play Station Budaya Konsumtif Bagi Dunia Anak – Anak

Rumusan masalah dalam mengulas dan memaparkan tentang game playstation sebagai budaya konsumtif  bagi dunia anak-anak dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana proses mengungkapkan game play station sebagai budaya konsumtif  bagi dunia anak-anak dalam penciptaan karya seni lukis? Bagaimana mengolah sumber-sumber ide yang diperoleh dari karya-karya pelukis terdahulu yang sejenis agar mampu membangun karakter pribadi? Bagaimana upaya menyusun struktur estetika yang meliputi wajah dan karakter manusia serta alam benda yang berkaitan dengan permainan game play station?

Tujuan yang diharapkan oleh pencipta dalam penciptaan karya seni lukis tugas akhir ini, Dapat mengetahui proses yang dilalui pencipta untuk mengungkapkan judul game play station sebagai budaya konsumtif  bagi dunia anak-anak. Mampu  mengolah sumber-sumber ide yang diperoleh dari karya-karya pelukis terdahulu yang sejenis agar mampu membangun karakter pribadi. Mengetahui upaya menyusun struktur estetika yang meliputi wajah dan karakter manusia serta alam benda yang berkaitan dengan permainan game play station.

Proses penciptaan seni lukis dengan tema game play station sebagai budaya konsumtif bagi anak-anak ini meliputi beberapa tahapan yaitu: penjajagan (eksplorasi), percobaan (eksperimen), pembentukan (forming), penyelesaian (finishing). Proses penciptaan dalam setiap tahapannya membutuhkan rentan waktu yang berbeda sesuai dengan suasana hati dan kondisi fisik  pencipta.

Hasil yang dicapai dari tema game play station adalah terciptanya karya yang unik dan menarik. Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam karya lukis yang pencipta hasilkan memiliki suatu unsur kritikan, keprihatinan dan harapan akan dampak dari game play station.

Kata Kunci: Game Play Station, Budaya Konsumtif, Anak-anak

STUDI EKSKURSI ISI SURAKARTA 8-9 DESEMBER 2011

STUDI EKSKURSI ISI SURAKARTA 8-9 DESEMBER 2011

PESERTA STUDI EKSKURSI DISAMBUT OLEH REKTOR ISI DENPASAR, YANG SELANJUTNYA MASING-MASING JURUSAN DARI PESERTA DARI STUDI EKSKURSI MENGIKUTI KEGIATAN WORKSHOP DI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN DAN DI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN. STUDI EKSKURSI INI DILAKUKAN SELAMA 2 HARI DI ISI DENPASAR.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selamat Datang Rombongan ISI Surakarta

Selamat Datang Rombongan ISI Surakarta

Rombongan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta hadir megunjungi ISI Denpasar dalam rangkaian Studi Ekskursi, rombongan yang berjumlah 140 orang terdiri dari mahasiswa beserta dosen dari dua fakultas di ISI Surakarta akan mengadakan workshop selama dua hari di Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar dalam rangkaian pengenalan budaya daerah.

Rombongan diterima oleh Rektor ISI Denpasar beserta pejabat struktural, dosen, pegawai, serta mahasiswa di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Acara dimulai pukul 11 pada hari kamis (8/12) dengan didahului oleh laporan singkat ketua panitia studi ekskursi Drs. Soeyanto, M.Sn, beliau mengungkapkan sangat bahagia kedatangan rombongan ini diterima dengan tangan terbuka oleh ISI Denpasar, “ dimana ISI Denpasar merupakan saudara tua ISI Surakarta” imbuhnya.

Selanjutnya sambutan singkat oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A yang sekaligus membuka acara kegiatan Studi Ekskursi, dalam kesempatan ini Prof Rai mengucapkan Selamat datang di kampus ISI Denpasar, semoga akan mendapatkan pengalaman yang berharga selama beraktifitas di kampus ISI Denpasar. “Kedepannya saya berharap selain studi ekskursi akan ada pertukaran pelajar sesama perguruan tinggi seni di Indonesia, yang memilki system transfer kredit, sehingga mampu mengembangkan wawasan yang dimiliki mahasiswa” harap Prof Rai.

Usai menghadiri acara pembukaan, selanjutnya rombongan akan mengikuti workshop yang diselenggarakan di masing-masing jurusan, yakni workshop Tari, Karawitan, Pedalangan, Lukis, Kriya, Fotografi, dan Desain Interior. Penyelenggaraan workshop akan terbagi dalam tiga session, session pertama akan dilaksanakan pada hari ini (8/12) kemudian dua workshop lainnya dilaksanakan esok hari (9/12).

Workshop Internasional Fotografi Under Water

Workshop Internasional Fotografi Under Water

Program Studi Fotografi, FSRD, ISI Denpasar selenggarakan Workshop fotografi internasional dalam industry kreatif, yang menghadirkan Pembicara Keith Ellenbogen (Fotografer Amerika Serikat) Fulbright Fellow, dan Dosen Departemen Fotografi di Parsons School of Desain, New York, Senin (12/12/11) ini.

Saat ini Keith Ellenbogen sedang melakukan kunjungan di Indonesia untuk mengabadikan lingkungan laut Indonesia untuk program World Ocean Health Index, dan bekerja pada Conservation International Indonesia, di Denpasar sebuah konservasi non profit yang berfokus p[ada konservasi laut Indonesia.

Keith menawarkan sebuah workshop fotografi bagi mahasiswa jurusan Fotografi dan Seni di ISI Denpasar pada tanggal 12 Desember 2011 di siang hari (sekitar 3 jam). Tujuan workshop ini adalah mengkomunikasikan masalah- masalah lingkungan kepada para mahasiswa jurusan seni melalui kisah-kisah visual berbasis konservasi. Beberapa hal menarik yang dapat ditawarkan dalam workshop tersebut adalah integrasi konservasi laut dan seni;; warna/tekstur, pola-pola yang diperoleh dari alam, dst.

Kami dari CII merasa workshop ini adalah suatu kesempatan pembelajaran yang baik bagi mahasiswa ISI jurusan fotografi karena mereka dapat belajar tentang fotografi dari seorang pakar yang memang bekerja di lapangan. Workshop ini juga mungkin dapat mengembangkan minat riset bagi para mahasiswa fotografi khusunya dan ISI pada umumnya di masa depan. (kata Putu Liza Mustika dari CII.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai.,S.MA menyambut dengan gembira pelaksanaan workshop ini, agar dimanfaatkan untuk PS. Fotografi dapat go internasional. Begitu juga dekan FSRD memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan workshop ini. Sementara Ketua Program Studi I Komang Arba Wirawan, mengucapkan terimakasih kepada Ratna Cora sebagai penghubung dari penyelenggaraan workshop ini. Sementara peserta akan dibatasi dari anak-anak SMK/SMU dan Mahasiswa serta umum yang berminant pada fotografi bawah laut. “Saya berharap kita dapat belajar mencintai lingkungan, alam laut dari fotografi üngkap Arba.

ARBA WIRAWAN (HP: 085792291498 Email: [email protected]

Loading...