Perancangan Alat Peraga Untuk Anak Pra Sekolah Di TK Bali Public School

Perancangan Alat Peraga Untuk Anak Pra Sekolah Di TK Bali Public School

Sebagai lembaga pendidikan, tugas utama Taman Kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan. Pendidikan anak pra sekolah pada usia 4 sampai dengan 6 tahun sangat penting dilakukan, karena pendidikan tersebut merupakan dasar dari pembentukan kepribadian manusia, kecerdasan dan keterampilan. Alat peraga pengajaran merupakan salah satu media yang digunakan guru TK untuk mempermudah dalam proses pengajaran. Dengan adanya alat peraga pengajaran yang efektif dan komunikatif maka akan mempermudah anak-anak dalam menerima materi atau pelajaran dan mendorong anak untuk giat belajar.

Lokasi perancangan berada di TK Bali Public School, objek perancangannya adalah alat peraga pengajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam perancangan alat peraga pengajaran ini adalah survey, wawancara, observasi, dokumentasi, metode kepustakaan dan pencarian secara online. Setelah data-data terkumpul metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif komparatif.

Alat peraga pengajaran dirancang dengan mempertimbangkan teoriteori desain, serta pada perancangannya menggunakan konsep “fun learning”. Gaya visual yang ditampilkan adalah kartun dengan penggambaran yang sederhana serta secara visual mirip dengan bentuk aslinya. Dan warna yang digunakan adalah warna-warna cerah dari warna primer, sekunder, dan tertier yaitu warna kuning, biru, hijau, merah, merah muda, ungu dan oranye, serta gradasinya.

Kata kunci : alat, peraga, pengajaran, anak, pra dan sekolah

 

Gamelan Gong luang

Gamelan Gong luang

Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Gamelan Gong Luang adalah barungan gamelan Bali yang berlaraskan pelog 7 nada dipergunakan untuk mengiringi upacara Pitra Yadnya atau Memukur. Laras 7 nada yang dipergunakan dalam Gamelan Gong Luang dapat dibagi menjadi 7 patet lagi yaitu :

  • · Patet Panji Cenik
  • · Patet Panji Gede
  • · Patet Wargasari
  • · Patet Mayura Cenik
  • · Patet Panji Miring
  • · Patet Kartika

Gamelan Gong Luang ini dapat didengar pada saat ada upacara Memukur yang pada umumnya biasanya di lakukan di Puri atau Griya. Dan jenis – jenis lagu/gending gong luang yaitu :

1. Gending Lilit Panji Alit

2. Gending Lilit Nyora

3. Gending Lilit Warga Sari

4. Gending Lilit Panji Cinada

5. Gending Lilit Panji Demung

6. Gending Sih Miring

Dr. Made Bandem, dalam bukunya yang berjudul “ Ensiklopedi Musik Bali” mengatakan bahwa  bentuk gamelan Gong Luang serupa dengan Gamelan Gong Kebyar,dimana Gong Luang hanya  terdiri dari tiga belas atau lima belas instrumen, sedangkan Gong Kebyar memakai dua  puluh lima sampai tiga puluh instrumen.

Adapun instrumen-intrumen yang ada dalam barungan gamelan Gong Luang Banjar sebagai berikut:

– 1 tungguh gangsa jongkok besar ( 7 bilah )

– 1 tungguh gangsa jongkok kecil ( 7 bilah )

– 1 tungguh saron bambu ( 8 bilah )

– 1 tungguh reong ukuran besar ( 8 pencon )

– 1 tungguh reong ukuran kecil ( 8 pencon )

– 2 buah jegogan ( 7 bilah )

– 2 buah jublag atau calung ( 7 bilah )

– 1 buah kendang cedugan

– 6 buah ceng-ceng kopyak

– 1 buah ceng-ceng ricik atau kecek

– 1 buah gong

– 1 buah kempul

– 1 buah kajar

Jadi dalam memainkan gamelan Gong Luang diperlukan kurang lebih 20 orang penabuh gamelan.

Teknik Permainan pada Gamelan Gong Luang

Teknik atau gegebug dalam gamelan bali merupakan suatu hal yang pokok, Gegebug atau teknik permainan bukan hanya sekedar keterampilan memukul dan menutup bilah gamelan, tetapi mempunyai konotasi yang lebih dalam dari pada itu. Gegebug mempunyai kaitan erat dengan orkestrasi danmenurut prakempa (sebuah lontar gamelan Bali) bahwa hampir setiap instrument memiliki teknik tersendiri dan mengandung aspek „‟physical behavior‟‟ dari instrumen tersebut. Sifat fisik dari instrumen-instrumen yang terdapat dalam

gamelan memberi keindahan masing-masing pada penikmatnya.

Teknik memainkan gamelan Gong Luang sangat khas dan unik yang tidak didominasi oleh teknik kotekan-kotekan. Teknik permainan Gong Luang juga merupakan sumber dari teknik permainan gamelan Bali lainnya. Dalam gamelan Gong Kebyar, teknik tersebut ditransformasikan dengan istilah ‟‟leluwangan‟‟.  Berikut ini merupakan teknik permainan yang dipakai dalam gamelan Gong Luang ;

Teknik permainan pada instrumen Terompong atau Reyon

–         Pukulan Ngempat/ngembyang, yang dimaksudkan adalah, memukul secara bersamaan dua buah nada yang sama dalam satu oktafnya.

–         Pukulan Ngempyung, yang dimaksudkan adalah memukul secara bersamaan dua buah nada yang tidak sama yaitu memukul dua buah nada dengan mengapit dua buah nada ditengah-tengah.

–         Pukulan Nyilih Asih adalah memukul beberapa nada satu persatu, baik dilakukan dengan satu atau dua tangan secara berurutan maupun berjauhan.

–         Pukulan Norot Pelan adalah memukul dengan tangan kanan dan kiridengan sistem pemain memukul sambil menutup atau nekes dimanapelaksanaannya bergantian.

–         Pukulan ubit-ubitan adalah teknik ermainan yang dihasilkan dari perpaduan sistem on-beat (polos) dan of-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukanakan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan jalinan atau bisa disebut interlocking.

Teknik permainan pada instrumen Gangsa Jongkok Besar dan Kecil

–         Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi.

Teknik permainan pada instrumen Saron bamboo

–        Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi.

–        Pukulan Niltil adalah pukulan satu nada dengan tangan kanan atau kiri yang temponya semakin lama semakin cepat. Pukulan ini biasanya digunakan pada saat mencari pengalihan gending atau lagu.

–        Teknik Nyangsihin atau ngantung. Pukulan ini bertujuan untuk membuat suara instrumen saron lebih terdengar.

Teknik permainan pada instrumen Jublag atau Calung

–          Pukulan Neliti/ Nyelah adalah memukul kerangka gending atau lagu secara polos dalam arti tidak memakai variasi, pada instrumen Jublag atau Calung pukulannya lebih jarang.

Teknik permainan pada instrumen Jegog

–         Pukulan Ngapus menggunakan tutupan sambil memukul sebelum memukul nada/bilah selanjutnya.

Teknik permainan pada instrumen kendang

–        Pukulan kendang di dalam gamelan Gong Luang, hanya dimainkan pada waktu akan mencari gong atau habisnya satu putaran lagu dan dipukulnya menggunakan panggul.

Teknik permainan pada Ceng-Ceng Kopyak

–        Pukulannya disini, dimainkan dengan sistem cecandetan ceng-ceng kopyak pada umumnya.

Teknik permainan Ceng-Ceng Kecek

–         Pukulan Ngajet adalah memukul intrumen ceng-ceng dengan kedua tangan secara bergantian.

Teknik permainan Kajar

–        Pukulan Penatas Lampah adalah pola pukulan kajar yang menggunakan pola ritme yang sama atau ajeg dari satu pukulan kepukulan yang lain dan mempunyai jarak dan waktu yang sama.

Teknik permainan pada instrumen Kempul

–        Nama pukulannya adalah Selah Tunggul,yang dimana pukulan kempul jatuh sebelum instrumen Gong dibunyikan.

Teknik permainan pada instrumen Gong

–        Jatuhnya pukulan Gong, menandakan lagu itu sudah berakhir karena fungsi dari instrumen gong merupakan sebagai finalis dan nama pukulannya adalah Pukulan Purwa Tangi.

Jadi dapat disimpulkan teknik-teknik gegebug atau pukulan pada gamelan Gong Luang sebagian besar sama dengan teknik-teknik permainan pada gamelan Gong Kebyar dan Gong Gede.

Gamelan Gong luang Selengkapnya

 

Pensil Simbol Fenomena Sosial Dalam Penciptaan Karya Seni

Pensil Simbol Fenomena Sosial Dalam Penciptaan Karya Seni

Skip karya ini mengangkat tema, Pensil sebagai simbol fenomena sosial dalam penciptaan karya seni lukis . Disini ide yang ditampilkan pencipta, melihat fenomena sosial seperti: pengabdian, kemiskinan, kebersamaan, perjuangan, pendidikan. Ide tersebut dituangkan pencipta dalam bentuk pensil sebagai symbol fenomena ke dalam karya seni. bentuk-bentuk pensil dengan berbagai variasi bentuk seperti pensil yang berisi patung batik, pensil yang berisi boneka anak-anak, pensil yang berisi patung babi dan lain-lain, yang sarat dengan makna-makna dan simbol-simbol yang berkaitan dengan fenomena sosial yang Menjadikan keinginan pencipta menuangkan ide tersebut menggunakan bentuk pensil yang akan dikombinasikan dengan patung liberti, sendal jepit, anak panah, bangunan, tikus, jam weker, dimana itu semua bisa mewakili simbol-simbol yang pribadi sifatnya, berdasarkan pengalaman secara langsung maupun tidak langsung. Dari fenomena tersebut di atas pencipta mengangkat pensil sebagai simbol fenomena sosial dalam penciptaan karya seni lukis.

Penerapan dalam karya ini adalah melalui pengamatan obyek secara langsung maupun tidak langsung yang menyangkut tema, melalui pengamatan karya-karya terdahulu, melalui media komunikasi atau media cetak lainnya, yang kemudian diteruskan pada proses penciptaan karya melalui tahap penjajakan, tahap eksperimen dan tahat pembentukan, sehingga terwujud dua belas karya seni lukis yang sesuai dengan tema-tema yang diinginkan seperti seperti: (1) Perjuangan, (2) Meluncur, (3) Mungkin di sini aman, (4) Guru dengan kemiskinan, (5) Mengulang lagi, (6)  Tikus dengan pensil, (7) Sebuah harapan, (8) Mimpi di atas awan, (9) Kebebasan, (10) Belum menggapai tujuan, (11) Kesempatan, (12) diantara biru.

Akhinya dapat disimpulkan terkait dengan tema di atas, bahwa pensil memiliki berbagai pariasi bentuk yang memiliki makna-makna dan simbol yang terkait dengan fenomena-fenomena saat ini, sehingga mendorong imajinasi pencipta untuk memunculkan ide-ide karya seni lukis melalui berbagai pengolahan teknik dan bahan yang digunakan untuk menciptakan karya yang dinamis dan sarat dengan makna yang ingin disampaikan lewat visual rupa.

Kata Kunci : Pensil, Simbol dan Fenomena Sosial

Misteri Wajah Sumber Penciptaan Karya Seni Lukis

Misteri Wajah Sumber Penciptaan Karya Seni Lukis

Skrip karya ini mengangkat tema “ Misteri Wajah Sebagai Sumber Penciptaan Karya Seni Lukis”berawal dari melihat gerak gerik ekspresi wajah yang dimunculkan seperti: perasaan bahagia, sedih, marah, murung, berteriak dan lain sebagainya yang merupakan sifat alami yang dimiliki oleh manusia. Setiap orang memiliki karakteristik berbeda- beda, sehingga menarik bagi pencipta untuk mewujudkannya kedalam media lukis diatas kanvas, yang nantinya bagai mana cara mentranspormasikan  tema misteri wajah kedalam karya seni lukis, sehingga ide – ide dapat terealisasikan melalui penerapan teknik dan material yang digunakan, sehingga dapat mengungkap tema misteri wajah itu sendiri dengan memadukan unsur- unsur maupun elemen -elemen seni rupa yang terkandung didalamnya. Sehingga apa yang diinginkan dapat memuaskan perasaan pribadi maupun orang lain dapat terealisasi melalui bentuk visual rupa.

Untuk mempermudah dalam proses perwujudan karya pencipta menerapkan beberapa metode sebagai refrensi yang dilakukan dalam yang dilakukan di dalam penciptaan karya lukis. Adapun hal tersebut yang di terapkan dalam penciptaan karya ini adalah melalui; pengamatan objek secara langsung sesuai dengan tema yang di angkat, melalui pengamatan karya – karya terdahulu, melalui media komunikasi atu media cetak lainya, yang kemudian diteruskan pada proses penciptaan karya melalui tahap penjajagan, tahap eksperimen, dan tahap pembentukan, sehingga terwujud 12 ( dua belas ) karya seni lukis yang sesuai dengan tema – tema yang diingginkan.

Akhirnya dapat disimpulkan terkait dengan tema diatas bahwa ekspresi wajah hanya sebagai kesan kasat mata saja apa yang di alami seseorang namun dibalik ekspresi wajah tersebut menyimpan misteri yang hanya diketahui oleh jiwanya itu sendiri atas apa sebenarnya sedang di alaminya. wajah manusia memiliki berbagai macam ekspresi yang dapat dimunculkan,  dari setiap ekspresi wajah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan wajah juga sebagai identitas dari seseorang, sehingga hal ini mendorong imajinasi pencipta untuk memunculkan ide-ide karya lukis,  melalui berbagai pengolahan teknik dan bahan yang di gunakan untuk menciptakan karya seni yang dinamis dan sarat dengan makna yang ingin disampaikan lewat visual rupa.

Kata kunci : Misteri wajah, penciptaan seni lukis.

Mendikbud: Perlu Sistem Pembangunan Budaya

Mendikbud: Perlu Sistem Pembangunan Budaya

Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, perlu adanya sebuah sistem yang bisa secara sistematik menjadi pedoman untuk membangun budaya bangsa. “Di dunia pendidikan, sistem sudah ada. Setidaknya setiap tahun ada 57 juta anak yang masuk dalam sistem pendidikan,” ujar Menteri Nuh memberi contoh, ketika memberi sambutan dalam acara dialog budaya untuk “Penyusunan Cetak Biru Pembangunan Nasional Kebudayaan” di Gedung A, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (12/12).

Dalam acara ini hadir sejumlah tokoh agama,  budayawan, seniman, akademisi, pemerhati budaya, baik dari kalangan pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat. Dua Wakil Mendikbud, Wiendu Nuryanti dan Musliar Kasim, turut mendampingi Menteri Nuh.

Menteri Nuh menyatakan, dialog budaya bukan untuk menemukan pandangan mana yang salah. Melainkan untuk memperkaya pandangan budaya. “Keragaman harus ditonjolkan, bukan keseragaman,” ujarnya. Siapa pun boleh memiliki pandangan-pandangan, sehingga bisa menjadi kekayaan dalam kebudayaan bangsa.

Menteri Nuh menjelaskan, setidaknya ada empat hal yang menjadi fokus Kemdikbud dalam bidang kebudayaan. Pertama, konservasi kebudayaan dalam segala dimensi, yang tidak boleh berhenti sampai pada tahap perawatan. Kedua, adalah promosi. “Kita harus bisa mempromosikan (budaya) apa yang sudah diwariskan oleh pendahulu kita,” ucapnya.

Kemudian fokus yang ketiga adalah menjadikan kebudayaan sebagai diplomasi dan kebijakan, dan yang terakhir adalah peralihan Institusi Seni Indonesia (ISI) menjadi Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI). “Nantinya, ISI di Denpasar, Yogyakarta, Bandung dan Padang akan menjadi ISBI. Pendirian ISBI juga akan dilakukan di Kalimantan dan Makasar pada 2012.  Kemudian juga untuk di Aceh dan Papua. Termasuk IKJ juga nanti akan menjadi ISBI,” kata Menteri Nuh.

Dialog Budaya ini direncanakan akan dilaksanakan secara safari di beberapa lokasi yakni di DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Medan (Sumatera Utara), Makassar (Sulawesi Selatan) dan Balikpapan (Kalimantan Timur), dalam kurun waktu sampai Februari 2012.

Beberapa bahan paparan Dialog Budaya sebagai pemicu awal dialog untuk diperkaya dan disempurnakan,  di antaranya: Kerangka Pikir Pembangunan Nasional Kebudayaan; Sistem Kebudayaan Indonesia; Pengertian Kebudayaan; Konsep Membangun “Rumah” Budaya; Komponen Pilar Pembangunan Kebudayaan Indonesia, beserta jabaran-jabarannya; dan Visi Misi Pembangunan Kebudayaan.

Sumber: kemdiknas.go.id

Kerusakan Hutan Sumber Inspirasi Dalam Berkarya Seni Lukis

Kerusakan Hutan Sumber Inspirasi Dalam Berkarya Seni Lukis

Kerusakan hutan yang terjadi merupakan realita kehidupan yang kita hadapi semakin kompleks, di mana sering sekali pencipta mendengar tentang usaha pelestarian hutan, namun dibalik semua itu pengerusakan hutan di Indonesia masih terus terjadi. Penebangan liar, pembakaran hutan, dan alih fungsi lahan merupakan pengerusakan hutan yang dilakukan oleh manusia yang berdampak buruk bagi kehidupan dan menimbulkan berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lain sebagainya. Dari uraian di atas pencipta tertarik untuk mengungkapkannya ke dalam bentuk karya seni lukis.

 Untuk mengungkapkan peristiwa tersebut, pencipta mempelajari berbagai fenomena kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia melalui berbagai media seperti televisi, surat kabar, buku dan melalui pengamatan pohon-pohon kering tanpa daun, hutan yang gundul dan gersang yang berada di sekitar tempat tinggal pencipta. Kemudian diwujudkan ke dalam sketsa-sketsa kecil diatas kertas dan barulah diwujudkan ke dalam media kanvas dengan dengan menampilkan objek pohon tumbang dan pangkal-pangkal pohon serta berbagai objek-objek tentang kerusakan hutan dengan teknik pewarnaan yang halus dan lebih banyak menampilkan warna-warna monokromatis serta warna gelap dan suram pada latar belakang dengan memadukan imajinasi pencipta serta unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa sehingga tercermin originalitas dari sudut pandang dan ide pencipta. Dari pelaksanaan ini telah diselesaikan 12 buah lukisan bergaya surealisme.

Dari karya pencipta dengan bertemakan “Kerusakan Hutan sebagai Sumber Inspirasi dalam Berkarya Seni Lukis”. Bertujuan  untuk memberikan pencerahan terhadap masyarakat tentang pentingnya kelestarian hutan yang banyak memberi manfaat bagi kehidupan.

Kata kunci: Kerusakan hutan, inspirasi, dan seni lukis.

Loading...