Gamelan Batel

Gamelan Batel

Kiriman: I Wayan Andina Suldastyasa, PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Gamelan Batel adalah sebuah barung alit yang tergolong gamelan madya dipakai mengiringi tari Barong Landung, Barong Bangkal dan wayang kulit. Dalam banyak hal barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena bisa dimainkan sambil berjalan. Dalam mengiringi tari barong landung dan barong bangkal agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, Batel Barong tidak mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan cenderung ritmis dan dinamis. Sedangkan untuk mengiringi wayang kulit di tambahkan intrumen berupa 2 pasang gender wayang. Gender Wayang adalah barungan yang sangat tua dan sacral, karena Gamelan Gender Wayang ini dipentaskan atau dimainkan pada waktu mengiringi upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya , Rsi Yadnya, dan Dewa Yadnya. Seperti namanya, Gamelan Gender Wayang sangat erat hubungannya dengan iringan pakeliran di Bali yaitu digunakan untuk mengiringi Wayang Parwa.  Gender Wayang merupakan dua buah kata yang melahirkan suatu pengertian tertentu. Kata “Gender” jika didalam pengucapan tidak disertai dengan kata wayang, kadang-kadang mempunyai pengertian berbeda, seperti misalnya kata Genderambat dan Gender Barangan. Genderambat adalah salah satu jenis instrumen dalam gamelan Pelegongan atau Semarpagulingan, sedangkan Gender Barangan adalah jenis instumen dalam Gamelan Pelegongan atau pada Gender Wayang.

       Gender adalah gamelan yang mempunyai bilah yang dibuat dari perunggu (karawang), yang digantung diatas resonator bambu yang di topang dengan tumpuan kayu atau besi, agar tidak bersentuhan antara bilah dengan bilah yang lainnya.

       Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional rakyat Bali yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Wayang juga merupakan teater daerah Bali, yang mempunyai fungsi yang sangat komplek di masyarakat, serta di gemari oleh hamper seluruh lapisan masyarakat Indonesia terutama suku Jawa dan Bali.

       Gender Wayang, adalah seperangkat gemelan (barungan) yang di pakai untuk mengiringi pertunjukan Wayang Kulit di Bali. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Jaap Kunst dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanese Musical Instrumens, mengatakan bahwa satu-satunya instumen yang menyertai pertunjukan Wayang Kulit di Bali pada kenyataannya adalah Gender Wayang.

        seperangkat gender wayang terdiri dari dua tungguh gender yang gede dan dua tungguh gender  yang lebih kecil atau gender barangan yang juga biasa di sebut gender cenik. Sedangkan di Bali Utara biasanya dipakai dua tungguh gender gede saja. Gender wayang yang terdapat di Bali masing-masing mempunyai karakter tersendiri sesuai selera individu yang memiliki. Dengan demikian gender wayang dari desa satu dengan yang lainya tidak bias dimainkan bersama. Gender wayamg dilaras lima nada yang di sebut saih gender wayang dan mempunyai 10 bilah yang terdiri dari 2 octave.

       Ombak (gelombang) dalam gender wayang lebih pelan di bandingkan dengan ombak gamelan Gong Kebyar. Satu tungguh gender lebih tinggi sedikit suaranya (gender pengisep)  dari pada gender yang lainnya (pengumbang), apabila di pukul bersamaan akan menimbulkan getaran atau gelombang suara. Selain gender wayang dalam barungan  batel untuk mengiringi wayang kuli digunaka juga intrumen seperti :2 buah kendang kecil,1buah kajar,1buah kempur,1buah klenang,1buah kemong,dan 1pangkon ricik.

Batel Barong dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:

2          buah    kendang kecil

1          buah    kajar

1          buah    kempur

1          buah    klenang

1          buah    kemong

1          Pangkon ricik

Gamelan Batel Barong saat ini masih ada di Desa Tegal Darmasaba yaitu untuk mengiringi prosesi ngelawang dan sekaa dari gamelan Batel Barong khususnya di Desa Tegal Darmasaba tidak tetap dikarenakan pada setiap ngelawang yang memainkan gamelan ini bisa dimainkan oleh siapa saja asalkan mereka memainkan gamelan dan berasal dari dari Desa Tegal Darmasaba. Di Desa Tegal Darmasaba terdapat empat barung gamelan batel tepatnya di Pura Anteggana, Pura Pesanggaran, Pura Puseh, dan Pura Dalem Gegelang, dan keempat barungan gamelan batel tersebut sangat disakralkan oleh warga setempat disebabkan Gamelan tersebut hanya boleh dimainkan pada saat Ida Betara baik yang berupa Barong Bangkung dan Barong Landung Ngunya mengelilingi desa tradisi ini wajib di laksanakan karena dipercaya bisa menetralisir kekuatan negative dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari raya Galungan dan Kuningan, dan menyebabkan gamelan batel yang ada di Desa Tegal Darmasaba masih tetap eksis sampai sekarang.

Batel wayang kulit dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:

2          buah    kendang kecil

1          buah    kajar

1          buah    kempur

1          buah    kleneng

1          buah    kemong

1          Pangkon ricik

2          pasang gender wayang

Gamelan diatas masih ada di Kabupaten Badung tepatnya di banjar Gulingan, desa Tegal Darmasaba yang bernama Sekaa Batel Kusuma Sari

Gamelan ini sering digunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang kulit pada tahun 80’an sampai 90’an, namun saat ini gamelan ini sangat jarang dipentaskan disebabkan karena sekaa dari batel wayang Kusuma Sari sudah tua dan belum memiliki regenerasi dan disamping itu setiap sekaa wayang sudah memiliki gamelan masing-masing bahkan gamelan wayang saat ini jarang menggunakan batel melainkan mengunakan gong kebyar, semarandhana dan angklung. Gamelan batel wayang yang ada di banjar Gulingan, Tegal Darmasaba saat ini hanya dipentaskan sebagai pengiring upacara adat dewa yadnya.

Gamelan Batel selengkapnya

Fakultas Seni Pertunjukan Pentaskan Komedi Stamboel Aladin Melawan Raja Sihir dari Afrika

Fakultas Seni Pertunjukan Pentaskan Komedi Stamboel Aladin Melawan Raja Sihir dari Afrika

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Jumat (23/12) lalu mempersembahkan Komedi Stamboel. Pentas yang digelar di Gedung Natya Mandala, ISI Denpasar ini tergolong istimewa, karena untuk pertama kalinya sejak tahun 1960-an, komedi yang diperkirakan berasal dari Istanbul, Turki ini, kembali hadir di Bali.

Dekan FSP ISI Denpasar, I Ketut Garwa SSn MSn mengatakan, pentas komedi (teater) Stamboel ini melibatkan sekitar 70 pemain, terdiri dari pemain teater, pemusik dan selingan. “Mereka semuanya berasal dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Seni Pertunjukan,” ujarnya ditemui di seusai pementasan.

 Dijelaskannya, pementasan Komedi Stamboel yang mengambil judul: ‘Aladin Melawan Raja Sihir dari Afrika’ ini melibatkan tiga instruktur. Yakni, IB Anom Ranuara, I Wayan Puja, dan  Wayan Sinti. “Mereka yang mempersiapkan garapan ini dan menggembleng para pemain selama hampir 2 bulan,” ujarnya.

Menurut Ketut Garwa, diliriknya Teatar Stamboel ini sebagai bahan garapannya, adalah untuk menunjang kreativitas dan memperdalam proses pengkajian seni di FSP. Terlebih, pihaknya tahun depan bakal melahirkan program studi (prodi) baru yakni Sendratasik (Seni Drama Tari dan Musik) yang akan mencetak tenaga pendidik. “Jadi teater ini sangat mendukung jelang lahirnya prodi tersebut,” imbuhnya.

Sementara itu, IB Anom Ranuara, penulis naskah sekaligus sebagai pelatih (instruktur), menjelaskan, Komedi Stamboel ini masuk ke Indonesia sejak zaman Belanda. “Mulanya kesenian ini berbahasa Melayu, namun dalam perjalanannya menyesuaikan dengan zaman dan situasi,” ujarnya. Seperti yang ditampilkan ini, kata Anom, mengalami sejumlah modifikasi. Selain menggunakan bahasa Indonesia, musiknya juga dikolaborasikan dengan instrumen Bali yang mengangkat lagu-lagu Timur Tengah. “Sebenarnya teater ini pernah masuk ke Bali sekitar tahun 1960-an, namun setelah itu menghilang. Nah, kini kembali direkonstruksi oleh ISI Denpasar. Mudah-mudahan pentas ini menjadi awal untuk berkembangnya lagi Komedi Stamboel sehingga makin mewarnai kesenian yang sudah ada di Bali,” kata Anom Ranuara, yang dikenal sebagai dedengkot seniman teater di Bali.

Lomba Menyanyi Solo Antar Perguruan Tinggi Se-Bali

Lomba Menyanyi Solo Antar Perguruan Tinggi Se-Bali

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sebagai satu-satunya institusi seni di Bali memang tak pernah surut aktivitas. Pada tanggal 22-23 Desember yang lalu, kampus ini, tepatnya  Gedung Natya Mandala, dipadati mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di Bali, untuk mengikuti lomba menyanyi solo antar perguruan tinggi se-Bali. Lomba yang dibagi menjadi tiga kategori ini yaitu lagu pop Indonesia, lagu dangdut, dan lagu pop Bali, membuat kampus ini semakin semarak. Lomba menyanyi solo yang dikomandani oleh UKM kesenian dibawah bimbingan Pembantu Rektor III, Bidang Kemahasiswaan ISI Denpasar ini terlaksana dengan sukses.

Rektor ISI Denpasar,Prof. Dr.I Wayan Rai S.,M.A. memberi pujian bagi seluruh mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan lomba yang baru pertama kali diselenggarakan di ISI Denpasar. “Lomba menyanyi solo perdana ini telah terlaksana dengan sukses. Terima kasih kepada Tuhan atas terlaksananya lomba ini, dan kepada para dosen yang sudah membina mahasiswa,pegawai yang telah terlibat,para dewan juri,serta seluruh mahasiswa PT se-Bali. Selamat kepada seluruh pemenang.  Semoga lomba ini dapat terlaksana setiap tahun dengan performa yang lebih baik lagi, demi pencitraan kampus ISI Denpasar yang kita cintai,”ujar Prof.Rai didampingi PR III, Drs.I Made Subratha,M.S.i.

Adapun juara 1 dan 2 lomba menyanyi lagu pop Indonesia putri diraih STP Nusa Dua, juara 3 diraih ISI Denpasar, juara 1 putra ISI Denpasar, juara 2 dan 3 masing-masing STP Nusa Dua dan IKIP PGRI. Untuk pop Bali diraih oleh IKIP PGRI, STPBI, dan Undiksha masing-masing sebagai juara 1, 2, dan 3.Sedangkan kategori lagu dangdut, diraih oleh Undiksha di posisi 1 dan 3, dan  IKIP PGRI diposisi ke 2. Pemenang lomba mendapatkan hadiah uang, piagam dan thropy. Adapun dewan juri dalam lomba ini adalah IB Saka, Komang Sudana, Manik Aryati, Arya KDI, Mirah KDI, Alit Adyari, Agung Wirasuta, Yuni, dan Ocha.

Saat acara penutupan dan pengumuman juara, ditampilkan Komedi Stamboel oleh Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar yang sangat istimewa, karena sejak tahun 1960-an, komedi yang diperkirakan berasal dari Istanbul, Turki ini, untuk pertama kalinya kembali hadir di Bali.

Promosi Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and Travels Melalui Desain Komunikasi Visual

Promosi Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and Travels Melalui Desain Komunikasi Visual

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di dunia. Banyaknya wisatawan baik domestik maupun mancanegara memberikan peluang bisnis yang besar bagi perusahaan-perusahaan penyedia produk dan jasa pariwisata seperti agen perjalanan, hotel. restoran dan sebagainya.

Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and Travels adalah salah satu agen perjalanan  yang berada di Bali. Dalam usianya yang masih terbilang baru, agen perjalanan ini memiliki potensi yang sangat besar kedepannya dikarenakan kerjasamanya yang luas dan manajemennya yang berpengalaman.

Usianya yang masih baru menjadi kendala tersendiri dalam promosi yang dilakukan oleh agen perjalanan ini. Media promosi yang digunakan masih terbilang sedikit dan sangat sederhana, untuk itu diperlukan rancangan media komunikasi visual dengan konsep yang lebih menarik dan komunikatif yang disesuaikan dengan konsep perusahaan ini yaitu ceria (cheerful)

Penentuan konsep dan media komunikasi visual yang tepat didapatkan berdasarkan analisis data aktual dan faktual serta analisis wawancara yang kemudian dapat ditarik kesimpulan konsep desain yang digunakan sebagai dasar rancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and Travels. Media promosi yang digunakan dalam promosi Yanto Bali Lombok (YBL) Tours and Travels adalah iklan majalah, brosur, kartu nama, guide card, banner ad, website, agenda, voucher, sales kit, dan katalog.

Kata Kunci  : Promosi, Desain komunikasi visual, Tours and travel.

  

Pohon Sebagai Inspirasi Dalam Melukis

Pohon Sebagai Inspirasi Dalam Melukis

Seni lukis adalah bagian dari seni rupa dengan elemen visual berupa garis, warna, bidang, bentuk, dan tekstur. Elemen-elemen itu saling menyatu sebebas mungkin untuk menemukan wujud nyata. Dalam seni lukis modern, tidak ada hukum baku, maupun keharusan mengikuti pola yang ada, penciptaan sepenuhnya hak seorang seniman dalam menuangkan pengalaman estetisnya. Pengalaman estetis bersifat pribadi yang sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Dengan adanya faktor tersebut maka ekspresi tiap-tiap orang akan berbeda dalam memvisualkan kenyataan-kenyataan lingkungan. Adapun tujuan yang ingin dicapai pecipta yaitu Untuk mengungkapkan dorongan kreativitas yang ada dalam diri dan meningkatkan kemampuan tekhnik untuk mendapatkan identitas diri dengan menciptakan karya seni yang berkwalitas.

Pencipta mendapatkan ide dari suatu pengalaman, khususnya tentang pohon, dimana pencipta mengambil sumber penciptaan pohon-pohon yang berbentuk unik dan menarik. Pohon adalah tumbuhan yang berbatang keras dan besar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005 hal:883). Berbagai jenis bentuk pohon beringin, jati, cemara, dan pohon bambu seperti bentuk yang seutuhnya. Hal tersebut yang melatarbelakangi ide penciptaan membuat suatu karya lukis dengan pohoh sebagai objek. Setelah mengenali, maka cintai dan peliharalah pohon, karena pohon mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang penting bagi kehidupan manusia.

Kata Kunci : lukis, estetika, pohon


Topeng Modern I Wayan Sukarya, Antara Pesanan Dan Idealisme

Topeng Modern I Wayan Sukarya, Antara Pesanan Dan Idealisme

Oleh: I Made Sumantra, SSn., MSn., Dosen PS. Kriya Seni ISI Denpasar.

            Latar belakang pendidikan diakuinya sebagai dasar pemikiran Wayan Sukarya berkarya dalam jalur topeng-topeng modern ini yang orang lain menyebut dengan topeng kontemporer. Dalam berkarya Wayan Sukarya lebih banyak mengolah gambar topeng yang datang dari pemesan. Ide awal disain/ gambar topeng datang dari pemesan. Dari disain tersebut kemudian diolah bagaimana bentuk tiga dimensinya, bahkan pemesan tidak tahu bagaimana wujud jadinya kemudian. Wayan Sukarya harus memikirkan dari bahan yang dipakai, menterjemahkan gambar, mengembangkan gambar, sampai pada teknik pembuatan dan finishingnya. Dapat dikatakan 50% proses perwujudan karya tersebut merupakan hasil ide kreatifnya sendiri. Jadi bukan total merupakan ide si pemesan. Gambar-gambar topeng yang diterima sering sulit dimengerti dan dipahami sehingga perwujudannya juga sulit. Pesanan yang diterima sering berupa pernyataan makna namun tidak ada disainnya. Di sinilah diperlukan kepintaran seorang seniman dalam menterjemahkan makna tersebut.

            Secara umum karya-karya Wayan Sukarya, menggambarkan fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat. Dalam perwujudanya tidak mudah untuk dicerna maksud dan tujuannya. Karena unsur-unsur rupa yang dipakai memvisualisasikan makna yang dimaksud mudah dibaca namun secara utuh sulit keluar maknanya. Untuk mengetahui makna yang terkandung dari masing-masing topeng tersebut diperlukan penjelasan dari pembuatanya.

            Wayan Sukarya telah menyelesaikan karya-karya topeng, namun jumlahnya tidak tercatat.   Permintaan   untuk   membuat    topeng   selalu    datang    tiap    tahun dengan jumlah sekitar 10-15 biji dengan ukuran bervariasi, tinggi 50-70 cm dan lebar  40-60 cm. harga   yang  dipasang   juga  bervariasi  mulai   dari  Rp 3.000.000,0 sampai Rp 6.000.000,00. Pemesan topengnya lebih banyak datang dari luar negeri terutama dari Italia.

            Bentuk atau corak karya topeng Wayan Sukarya ada tiga dimensi, berwajah satu, berwajah ganda yaitu satu muka dengan dua wajah yang dapat dilihat bolak-balik. Bentuk visual yang disampaikan keluar dari pakem-pakem tradisi, tidak mengusung tradisi namun proses perwujudannya melalui proses tradisi Bali. Corak kemodernannya dapat dilihat dari unsur-unsur rupa yang dipakai menyampaikan pesan seperti garis dan bidang serta komposisinya.

            Ide penciptaan topeng ini lebih banyak terinspirasi dari kehidupan manusia sehari-hari dan sifat-sifat manusia dalam menjalani hidup. Sifat umum yang dimiliki oleh manusia, yang paling dasar adalah sifat baik dan buruk. Sifat ini muncul dalam karya-karyanya baik secara terpisah maupun bersama-sama. Sifat baik dan buruk dapat dilihat dalam berbagai bentuk tindakan manusia dalam hidupnya. Idenya tidak memfokus pada suatu kehidupan manusia di daerah tertentu, namun manusia global. Dalam beberapa karya mengambil ide dari manusia ras tertentu untuk untuk menyampaikan ide yang ingin disampaikan. Dilihat dari fungsi karya ini hanya untuk penyampaian ide dari seorang pembuat topeng, sedangkan fungsi kedua dapat dilihat sebagai benda hias.

            Dalam berkarya Wayan Sukarya menggunakan alat-alat yang biasa digunakan seperti mengerjakan topeng-topeng tradisional, seperti kapak, pisau penghalus (mutik), gergaji, dan pahat khusus untuk mengerjakan topeng. Bahan kayu gelontongan dipotong dengan gergaji kemudian dibuat wujud kasarnya dengan menggunakan kapak. Setelah wujud kasar mendekati wujud yang diinginkan, kemudian digunakan pahat dan mutik sebagai penghalus. Penghalusan terakhir dalam proses awal ini dilakukan dengan amplas.

            Pewarnaan menggunakan warna-warna pabrik dan sebagian kecil masih menggunakan warna-warna tradisional Bali. Hal ini dilakukan karena warna pabrik lebih mudah mencari warna sesuai keinginan dibandingkan warna tradisional Bali. Keunggulan warna Bali, proses pembuatannya unik serta citra Bali yang masih laku dijual dalam berbagai bidang. Secara umum warna-warna yang dipakai sebagai warna dasar adalah warna-warna yang berkesan lembut seperti krem dan oranye, hanya beberapa memakai warna gelap dan kusam. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara; pertama topeng yang siap diwarnai dipoles cat penutup terbuat dari tulang binatang dicampur perekat. Proses pemolesan ini dilakukan sampai 14 kali tumpukan, makin banyak makin baik. Kedua setelah cat penutup selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses pewarnaan sesuai dengan keinginan.

            Karya-karya yang dibuat Wayan Sukarya tidak pernah dipasarkan dengan cara-cara tertentu seperti pameran, tetapi pemesan datang sendiri ketempat kerjanya dengan membawa atau tidak disain/ gambar yang akan dipesan. Dilihat dari pemesan kebanyakan pesanan topeng-topeng jenis modern, ini lebih banyak datang dari luar negeri seperti Italia. Menurut tamu-tamu tersebut memamerkannya diberbagai negara.

            Topeng  modern Sukarya  kalau dilihat dari segi bentuknya secara evolusi mengalami pembaharuan-pembaharuan prosfektif. Bentuk tidak terlihat dengan proporsi dan nilai-nilai estetik yang dianggap ideal dalam objek. Bentuk, ruang, komposisi bebas dapat diwujudkan secara visual yang menekankan karakter ataupun ekspresi pribadi seniman. Seperti contoh dalam karya pembaharuan Sukarya dalam bentuk topeng bermuka dua yang disesuaikan dengan keadaan disain dan kreativitas modern dengan bentuk kebaliannya.

            Apa yang dicerminkan sebagai ekspresi Topeng modern Sukarya memang berbeda dengan kepentingan fungsi ritual daripada bentuk Topeng pada zaman sebelumnya, tetapi fungsi yang sama untuk memuaskan batin manusia. Kehalusan perasaan, kekayaan intuisi dan ide dapat disalurkan melalui bentuk-bentuk kreativitas artistik dalam Topeng modern sebagai nilai kemanusiaan yang berharga untuk dihayati.

            Makna-makna yang disampaikan dari karya-karya ini banyak yang sulit dimengerti, karena judul-judul yang disampaikan pemesan banyak yang tidak tercatat oleh pembuatnya. Namun demikian ikon-ikon/ tanda-tanda yang dimunculkan dalam karya tersebut maknanya dapat dibaca atau diinterpretasikan. Makna-makna yang dapat diinterpretasikan dari karya-karya tersebut seperti disinggung dalam pembahasan ide penciptaan di atas adalah konsep sifat dasar manusia baik dan buruk, yang terwujud dalam berbagai tindakan dan tingkah laku manusia di atas bumi ini, tidak terkecuali dari mana mereka berasal. Kejadian-kejadian yang diangkat sangat universal yang mungkin saja dapat dialami oleh setiap orang. Lewat karya ini manusia disajikan sifat-sifat yang dimiliki serta bagaimana untuk menyingkapinya.

Topeng Modern I Wayan Sukarya, Antara Pesanan Dan Idealisme selengkapnya

Loading...