by admin | Nov 26, 2013 | Berita
Kiriman: I Nyoman Windha (Dosen PS. Karawitan ISI Denpasar).
Amerika-Popularitas Gamelan Bali dan Jawa di Amerika Serikat meningkat drastis sejak 30 tahun yang lampau. Hal ini disebabkan juga oleh karena gamelan telah menjadi mata pelajaran utama di Universitas, Institut dan lembaga kesenian lainnya di 27 negara di Dunia. Di USA sendiri kini diperkirakan ada sebamyak 200 gamelan yang aktif mengadakan pelajaran dan pementasan . Selain gamelan Bali dan jawa, musik daerah lainnya dari Indonesia juga dipelajari secara intensif.
Terkait dengan pertumbuhan gamelan yang begitu pesat di luar Indonesia, salah satu masalah yang muncul adalah kurangnya forum-forum ilmiah yang bisa mendiskusikan mengenai gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Forum semacam ini sangat dibutuhkan untuk membangun dialog dengan dunia luar dan mempertebal kecintaan orang asing terhadap gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Hal ini akan memiliki konsekuensi pada peningkatan preservasi dan kreativitas dalam gamelan baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai langkah antisipasi terhadap masalah ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C. menyelenggarakan sebuah “International Seminar and Festival of Indonesian Music” yang berlangsung di Musium Smithsonian mulai tanggal 27 Oktober – 3 Nopember 2013. Seminar dan Festival itu langsung dipimpin oleh Bapak Haryo Winarso, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Washington D.C., dibantu oleh Prof. Andrew Clay McGraw dan Prof. Sumarsam, dua orang ahli Ethnomusikologi yang berasal dari Richmond University dan Wesleyan University, bertindak sebagai kurator seminar dan festival tersebut.
Untuk mensukseskan seminar dan festival tersebut, pihak panitia mendatangkan 3 grup kesenian dari Indonesia yaitu grup ISI Denpasar, Grup Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dan grup ISI Padang Panjang. Misi Kesenian ISI Denpasar yang langsung dipimpin oleh Rektor Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum , hanya beranggotakan 10 orang seniman yang terdiri dari 5 orang penabuh, 4 orang penari dan seorang dalang. Untuk dapat mencapai penampilan yang prima dalam peristiwa Internasional itu, misi kesenian ISI Denpasar mendapat bantuan penabuh dari seniman-seniman Bali yang tinggal di Amerika Serikat seperti I Ketut GdeAsnawa, Nyoman Wenten, Nyoman Suadin, I Made Lasmawan, I Nyoman Saptanyana, I Putu Tangkas Hiranmayena, I Putu Krisna Saptanyana, dan Dewa Supanida seorang alumnus ISI Denpasar sekarang dosen ISI Padang Panjang yang ikut rombongan ISI Padang Panjang

“International Seminar and Festival of Indonesian Music” menampilkan 12 grup gamelan dari Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu gamelan Anklung dari Bacnell University, Gamelan Semarandana dari Richmond University, gamelan Jawa dari Weslayen University, gamelan Bali Lightbulb, gamelantron Bali Project, dan gamelan Semar Pagulingan dari Cal Arts. Semua pementasan mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat Washington D.C.
Misi Kesenian ISI Denpasar yang tampil di Smithsonian Institute’s Freer, Sackler and International Galleries Washington D.C. tanggal 2 Nopember 2013 menampilkan tabuh Jaya Semara, Tari Kebyar Duduk, Tari Legong Kuntul, Tari Taruna jaya, dan garapan kreasi baru pewayangan berjudul “Sutasoma.” Pertunjukan Wayang Kulit yang dipadukan dengan dramatari Bali itu disutradarai oleh I Gusti Putu Sudarta dengan penata iringan I Nyoman Windha. Pementasan yang dihadiri kurang lebih 300 orang penonton berjalan sangat sukses dan mendapat standing ovation dari penonton.

Selain melakukan pementasan, ISI denpasar juga ikut dalam acara-acara workshop gamelan dan tari, termasuk ikut mendukung suksesnya loka karya tari janger Bali yang dipimpin oleh Dr. Swasthi Wijaya, mantan dosen ISI denpasar yang kini mengajar di gamelan dan tari di USA. Janger yang ditampilkan dalam loka karya tersebut merupakan janger gaya Singapadu yang juga pernah diajarkan di ISI Denpasar era 1980-an
Dalam “International Seminar and Festival of Indonesian Music” itu juga tampil 27 pemakalah yang membahas perkembangan dan kemajuan gamelan di Amerika Serikat. Dari Bali tampil 4 orang pembawa makalah yaitu Dr. I Gde arya Sugiartha, SSKar, M.Hum, dengan makalah berjudul “Creativity of New Balinese Music Composition”, Prof. Dr. I Made Bandem dengan makalah yang berjudul “Cross Cultural Teaching of Balinese Music and Dance.” Prof. Dr. I Nyoman Wenten dengan makalah “ Pak Cokro, Planting Seeds, Teaching gamelan in the United States.” Dan I Putu Tangkas Hiranmayena dengan makalah “Math Core and Gamelan Gong Kebyar.” Seminar dan festival Gamelan Internasional itu mampu memetakan pertumbuhan gamelan dan kesenian Indonesia di USA dan melihat kecenderungan bahwa dimasa mendatang selain para musikus dunia tertarik untuk mempelajari gamelan tradisi dari perspektif filosofi, etika, dan estitika, juga mulai berkembangnya gamelan eksperimental berupa karya hybrid dan fusion yang berlandaskan estitika global.
Usai mengikuti seminar dan festival di Washington D.C., Misi Kesenian ISI Denpasar melanjutkan perjalanan ke Worcester Massachusetts untuk merintis kerjasama antara ISI Denpasar dengan College of the Holy Cross. Pertemuan antara Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum dengan College Dean of the Holy Cross, Prof Freije yang didampingi oleh senior Professor Lynn Kremer dari Theater Departement membahas MOU kedua kampus itu dan telah merencanakan kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. College of the Holy Cross adalah salah satu kampus liberal Arts Education di Negara Bagian Massachusetts yang didirikan tahun 1848 memiliki program gamelan dan tari Bali sejak tahun 1994. Kini 2 orang mantan dosen ISI Denpasar, Dr. Swasthi Wijaya dan Prof. Dr. I Made Bandem menjadi dosen di kampus tersebut.
Selain membahas MOU kerjasama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, misi kesenian ISI Denpasar juga melakukan workshop dan pementasan di College of the Holy Cross. Workshop dilaksanakan bersama mahasiswa gamelan sebanyak 25 orang dan mahasiswa tari 20 orang. Dalam workshop yang dipimpin bersama oleh Swasthi Wijaya, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, dan I Nyoman Windha mempelajari tari kecak, Janger, dan gending-gending Gong Kebyar. Workshop dilanjutkan dengan pementasan singkat dari tim kesenian ISI Denpasar dengan menampilkan tabuh Blaganjur, tari kebyar Trompong, Legong Kuntul dan Taruna Jaya. Atas permintaan penonton, 5 orang seniman ISI Denpasar, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, I Nyoman Windha, Swasthi Wijaya, dan I Made Bandem mendemonstrasikan sinkopasi, staccato dan kerumitan vokal Kecak Bali. Penampilan mereka diapresiasi puluhan mahasiswa dan guru besar musik, tari dan teater dari College of the Holy Cross.
Usai penampilan di College of the Holy Cross, misi kesenian ISI Denpasar juga mengadakan perlawatan dan pergelaran ke Fichburg Worcester yaitu di Applewild School, dan pementasan itu dihadiri oleh kurang lebih 200 orang siswa SD dan SMP. untuk menanamkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kesenian Bali, Lynn Kremer, Swasthi Wijaya dan I Made bandem telah seminggu sebelumnya mendahului memberikan workshop tentang kesenian Bali, termasuk mengajarkan teater pewayangan Bali terhadap anak-anak Applewild School itu. Teater wayang kulit Bali yang digarap untuk para siswa itu bertemakan “Gecko’s Complain atau Toke mengeluh , sebuah cerita yang cukup populer dikalangan masyarakat Bali.”
Sementara 9 orang dari grup ISI mengadakan kunjungan ke Werchester untuk memenuhi undangan dari College of the Holy Cross, salah satu dari anggota rombongan I Gustu Putu Sudartha diutus oleh Bapak Rektor ISI Denpasar untuk memberikan workshop di Universty Of Richmond atas undangan dari Andrew McGraw associate Professor di Music Departement University of Richmond. Inj eurupakan langkah awal untuk merintis hubungan kerja sama antara ISI Denpasar dengan University of Richmond.
by admin | Nov 21, 2013 | Berita

Rektor ISI Denpasar membuka pameran ditandai dengan pengguntingan untaian bunga didampingi Ketua LP2M ISI Denpasar, PR I, II,II dan IV ISI Denpasar
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS TV dan Film ISI Denpasar).
Denpasar- Sebagai pertanggujawaban penerimaan hibah penelitian tahun 2013, sebanyak 35 dosen melakukan seminar, pameran dan pagelaran seni. Pembukaan acara dibarengkan dengan pembukaan pameran penciptaan yang berlangsung di Gedung Pameran Hasta Mandala ISI Denpasar, pada 19 November 2013. Pameran dibuka oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum. dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan penelitian, penciptaan dan pengabdian pada masyarakat sangat penting dan ini sebagai high light 4 tahun program kedepan. Tahun 2013 ini dana DIPA memang diperuntukkan untuk penguatan pemberdayaan penelitian, penciptaan dan pengabdian pada masyarakat. Dr. Arya juga menegaskan bahwa kualitas pendidikan tinggi perlu dikembangkan dengan menekankan pentingnya penelitian sebagai titik vital kehidupan suatu universitas. Sehingga keberpihakan lembaga untuk mendukung penelitian sangat besar, dibuktikan 20% dana PNBP dan 30% dana BOPTN diperuntukkan untuk penelitian. Dan pada tahun 2014 postur DIPA juga sama, lebih berpihak pada penelitian. “Hal ini penting untuk mewujudkan visi ISI Denpasar sebagai center of excellent tahun 2017” ujar Dr. Arya. Pihaknya juga menegaskan bahwa penelitian merupakan tugas pokok dosen yang harus dilaksanakan, karena dosen harus melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Besar harapan hasil-hasil penelitian ini merupakan karya-karya yang monumental yang bermanfaat bagi masyarakat.
Semantara Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) ISI Denpasar Dr. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg dalam laporannya mengungkapkan bahwa ini merupakan kebanggan bagi LP2M ISI Denpasar dapat mensosialisaikan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai oleh para dosen tahun 2013 yang dikemas dalam bentuk pameran, seminar, dan pagelaran seni. Kegiatan ini juga sebagai bagian dari evaluasi internal untuk melihat kualitas peneliti dalam melaksanakan salah satu kewajibannya sebagai dosen. “Kami berharap kegiatan ini dapat menginpirasi minat dan tidakan untuk melaksanakna kegiatan penelitian dan menjadikan hasil-hasil penelitian tersebut sebagai sumber pembelajaran dan sumber pengabdian pada masyarakat. Dalam laporannya juga disampaikan bahwa pameran kali ini diikuti oleh 9 pemenang hibah penciptaan dan juga menghadirkan pameran rekonstruksi prasi sebanyak 22 karya. Pameran akan berakhir tanggal 22 November 2013. Sementara dalam seminar hasil penelitian diikuti oleh 26 dosen yang terdiri dari 4 skim desertasi doktor, 7 fundamental, 10 penelitian dosen pemula, dan 5 penelitian hibah bersaing serta pagelaran seni akan dilaksanakan pada tanggal 26 November 2013. Dr. Ardana menambahkan keragaman hasil karya seni yang ditampilkan para pencipta memberi warna dan karakter tersendiri pada setiap bentuk ciptaan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki. Sesuai dengan visi dan misi ISI Denpasar hasil ciptaan ini diharapkan dapat menjadi parameter kualitas seni akademik. Semoga dengan terselenggaranya kegiatan ini, dapat meningkatkan daya kompetisi dalam bidang penciptaan, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karya seni. 
by admin | Nov 18, 2013 | Berita
Kiriman: Galih Seta Dananjati (mahasiswa TV dan Film).
Denpasar- Pada Senin (4/11), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Televisi dan Film Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar sukses mengadakan workshop mengenai pembuatan film dokumenter yang bertempat di Gedung Citta Kelangen ISI Denpasar. Terbilang sukses karena antusias dari peserta dapat dikatakan cukup tinggi sehingga sempat membuat panitia sedikit kewalahan. Peserta yang datang pun tidak hanya dari mahasiswa melainkan juga dari dosen hingga sineas film yang menetap di Bali. Pembicara pada kesempatan kali ini adalah IGP Wiranegara, dosen Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang sangat lama berkecimpung didunia film dokumenter Indonesia.
Walaupun sudah lama berkarir di luar Bali, hal tersebut tidak membuat IGP Wiranegara terlihat sombong sedikit pun. Pemaparannya yang tidak kaku dan santai mengenai pembuatan film dokumenter yang baik membuat para peserta betah berlama-lama untuk duduk mendengarkan. Workshop ini pun banyak diisi dengan pemutaran berbagai film dokumenter baik yang dibuat oleh IGP Wiranegara mau pun yang dibuat oleh sineas lainnya. Beliau juga pada kesempatan kali ini juga mengajak para peserta workshop untuk lebih aktif dalam membuat film dokumenter.
Workshop ini pun menjadi ajang promosi dari Program Studi Televisi dan Film ISI Denpasar dengan harapan dapat dikenal baik di masyarkat.
by admin | Nov 14, 2013 | Berita, pengumuman
Diharapkan kehadiran semua mahasiswa Angkatan 2013 Penerima Beasiswa Bidik Misi pada :
Hari /Tanggal : Senin, 18 Nopember 2013
Waktu : 12.30 wita
Acara : Pengarahan & Pengelolaan Beasiswa Bidik Misi
Tempat : Gedung Natya Mandala
Demikian kami sampaikan,atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
A.n Dekan
Pembantu Dekan III
AA Gde Bagus Udayana,S.Sn, M.Si
NIP.197910041999031002
by admin | Nov 13, 2013 | Berita
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS TV dan Film).
Denpasar- Guna mengembangkan bidang keilmuan, Program Pascasarjana ISI Denpasar pada 8 November 2013, menggelar seminar akademik, bertempat di Gedung Citta Kelangen lantai II ISI Denpasar. Seminar dibuka oleh Pembantu Rektor I ISI Denpasar, Prof Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes mewakili Rektor ISI Denpasar. Dalam sambutannya Prof. Artayasa menyambut baik digelarnya seminar sebagai program unggulan bagi Pascasarjana ISI Denpasar untuk membuka cakrawala mahasiswa.
Sementara Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni (S2) ISI Denpasar, I Ketut Sariada, S.ST.,M.Si., menyampaikan dalam sabutannya bahwa seminar dirancang sebagai pertemuan akademik dan pertukaran ilmu pengetahuan secara berkelanjutan dan diselenggarakan setiap tahun dalam rangka membahas berbagai isu-isu seni yang sedang berkembang pada saat ini. Tujuan seminar adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan adapat dipercaya dalam rangka penciptaan dan pengkajian seni, untuk menginventarisasi berbagai informasi yang terkait dengan penciptaan dan pengkajian seni serta menghimpun isu-isu strategis tentang penciptaan dan pengkajian seni untuk menambah wawasan yang lebih luas dalam bidang seni. Seminar diikuti puluhan mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar.
Seminar sehari bertemakan “Isu-isu strategis penciptaan dan pengkajian seni berbasis budaya lokal” menghadirkan dua pembicara yaitu A.A. Bagus Mandera Erawan serta Arief Budiman yang dimoderatori oleh Dr. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg. Arief Budiman merupakan pendiri Matamera Communications, sebuah creative agency yang dikelola di Bali. Menurut Arif Budiman kunci keberhasilan penciptaan adalah kreativitas. Kreativitas adalah muatan kekuatan yang dinamis, maka serangkaian aktivitas dan proses kreatif sangat penting dimaknai sebagai metoda yang memperkaya fungsi dan makna kreativitas menjadi sesuatu yang nyata. Proses dimaksud adalah konsepsi design thinking (rencana/desain pemikiran) menjadi design doing (rencana/desain yang direalisasikan).
Dalam presentasinya A.A. Bagus Mandera Erawan mengungkapkan sebuah karya seni tentu bukan lahir begitu saja, akan tetapi mengalami proses yang tersistematis. Karya seni tari yang mengangkat dari budaya lokal mampu melestarikan warisan budaya yang sudah punah yaitu seorang laki-laki yang memiliki dasar tari Baris bisa menarikan tari Legong secara luwes(lemuh). Untuk itu lahirnya karya penciptaan Legong Peliatan laki-laki yaitu Legong Jaya Pangus tanpa menghilangkan pakem Legong Peliatan dengan struktur pepeson, pengawak, pengecet, dan pekahad. Legong Jaya Pangus Peliatan merupakan Tari Legong berceritakan kisah cinta segitiga dengan dua dunia antara Raja Jaya Pangus, Kang Tjin We, dan Dewi Danu hingga lahirnya Mayadenawa. Tujuan Legong Jaya Pangus adalah mengangkat kembali karya legong Nandir I Gusti Ngurah Djelantik walaupun Legong Jaya Pangus menggunakan pakem Peliatan bertema cerita Jaya Pangus, dan menunjang gerak Legong Nandir dengan durasi panjang yang hanya bisa ditarikan oleh seorang laki-laki memiliki tenaga lebih dari pada wanita.
by admin | Nov 12, 2013 | Berita
Kiriman: Ni Putu Astrini, Ni Kadek Oka Aryanti, I KadekAnggaDwi Putra, dan I Gusti Ayu Agung Aryawaningrat P. (Mahasiswa Tv dan Film ISI Denpasar).
Denpasar- Pembukaan Art Summit yang ke 7 berlangsung secara spektakuler di Bali, tepatnya di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar pukul 19.00 wita malam kemarin(8/10). Pembukaan festival dan seminar internasional pada pertunjukan seni kontemporer yang bertajuk Art Summit Indonesia (ASI) 2013 berlangsung di empat tempat yang berbeda yaitu Bali, Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu juga hadir dalam pembukaan Art Summit ini. Selain itu suasana semakin klasik karena para undangan termasuk menteri mengenakan pakaian batik cirikhas bangsa Indonesia.Tidak hanya itu para undangan juga di suguhkan papertunjukan dari beberapa seniman kontemporer, salahsatunya Agus Teja Sentosa atau yang lebih akrab disapa Gus Teja.
Pada pembukaan ASI, alumni ISI Denpasar tahun 2005 ini menampilkan musik kontemporer berjudul Ku Tak Sabar, yang bertemakan cinta dibalut nuansa humor yang menggelitik khusus diciptakan untuk acara Art Summit 2013. Beliau menegaskan musik Ku Tak Sabar terinspirasi dari kerinduan yang tak tertahankan, lama tak berjumpa dengan pujaan hati dan beliau mengungkapkan perasaan itu dalam sebuah karya musik dengan nuansa humor yang menggelitik. Beliau dengan ketiga personilnya mengaku sangat bersemangat untuk turut ikut serta dalam mengisi acara ini. Dengan alat musik yang dibilang tidak biasa, Gus Teja bereksperimen dengan peralatan ibu rumah tangga seperti baskom, gelas, gayung dan sebagainya yang tak lasim digunakan untuk bermain musik pada umumnya yang mampu memukau penonton yang hadir malam itu.
Namun dibalik penampilannya, beliau mengungkapkan ada beberapa kendala yang di hadapi saat melakukan gladi yaitu masalah sulitnya mengatur waktu karena para personil Gus Teja mempunyai kesibukan masing-masing dan kurangnya profesionalitas dari pihak panitia saat pementasan yang berlangsung terlambat.“Dengan adanya Art Summit ini menjadi wadah para seniman untuk berkarya dan menampilkan karyanya pada orang banyak agar seni menjadi lebih bergairah”, tutur Gus Teja.