Desain dan Teknik Produksi Keramik

Desain dan Teknik Produksi Keramik

Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, MSn., Dosen PS. Kriya Seni ISI Denpasar.

A. Pendahuluan

Kriya keramik saat ini perkembangannya cukup pesat, baik dilihat dari produk/karya, material, jumlah perajin/seniman keramik, atau dari wacana tentang kriya. Produk yang berkembang  sangat beragam yang dapat ditinjau dari dua sisi. Pertama, keramik yang perwujudannya untuk sesuatu yang difungsikan, dimasyarakat sering disebut dengan istilah dengan keramik pakai/keramik fungsi (craft as business). Kedua,  keramik yang perwujudannya sebagai media ekpresi pribadi, dimasyarakat sering disebut dengan istilah dengan keramik seni, keramik personal, (fine art ceramic atau craft as art).

Kalau dilihat dari perkembangan bahan yang dipakai juga mengalami perkembangan yang beragam dan variatif. Bahan yang dipakai oleh pembuat keramik bukan saja dari bahan dasar keramik (tanah liat dan glasir), tetapi sudah mengkombinasikan dengan bahan-bahan pendukung lainnya seperti : cat, pasir, kayu, besi, rotan, dsb. Pemakaian bahan-bahan ini terutama dilakukan pada proses finishing.  Pemakaian bahan tambahan yang berlebihan sering berakibat visualisasi karakter keramik menjadi tidak jelas bahkan hilang. Tentu saja kebanyakan orang tidak sependapat jika hal ini disebut sebagai penyimpangan. Kalau ditelusuri banyak faktor yang melatarbelakangi seperti tuntutan konsumen, kreatifitas seniman, dan sebagainya.

Jumlah perajin keramik yang ada dewasa ini di Indonesia dan di Bali khususnya, secara kuantitas dan kualitas karya yang dihasilkan juga mengalami peningkatan. Di Bali,  telah berkembang perajin keramik yang menghasilkan produk-produk yang mampu menembus pasar internasional. Seperti Cicak Keramik, Cal’ux Ceramik, Bali Pot Keramik, Beji Keramik, dll, memperkaya perusahaan-perusahaan keramik yang telah ada sebelumnya sperti Jenggala Keramik, Jati Agung, Dalung Keramik, dll. Kriyawan keramik yang juga disebut seniman keramik juga mengalami peningkatan, walaupun jumlahnya tidak sepadan dengan perkembangan seniman seni lukis. Di Indonesia kriyawan keramik tersebut dapat disebutkan seperti  almarhum Hildawati Soemantri  (Mother  of Indonesian’s ceramic art), Jane Chen, Suyatna, Widayanto, dan lain-lain. Widayanto terkenal dengan karya-karyanya seperti : serial Loro Blonyo, Ganesha-Ganeshi, dan Ukelan.

Selain perkembangan diatas perdebatan wacana kriya juga menarik untuk disimak. Belakangan ini di Indonesia berkembang wacana kriya kontemporer (contemporary craft), merupakan imbas dari conteporary craft yang berkembang di dunia Barat. Munculnya wacana ini bukan dari kriya tradisi yang ada, tetapi berasal dari tradisi akademik yang secara tegas memisahkan art dan craft. Tentu saja istilah ini masih menyisakan kontroversi karena didalamnya mengandung paradoks. Disatu sisi kriya menempatkan diri bersebrangan dengan seni murni (art), namun disisi lain sebutan kontemporer mengacu pada seni masa kini (modern art). Namun dapat diduga bahwa penggunaan istilah “kontemporer” dimaksudkan untuk membedakan diri dengan praktek kriya tradisi. Kriya tradisi lebih merupakan ekspresi komunal, sebaliknya kriya kontemporer adalah ungkapan ekspresi individu.

Kaitannya dengan contemporary craft, Peter Dormer berpendapat craft tidak perlu penjelasan atau justifikasi wacana dan teori, mengenai eksestensinya sebagai karya craft. Kekuatan dan nilai karya craft terletak pada apa yang tampil dan terlihat (obsorbed simply by looking). Dari penampilan tersebut akan akan terlihat kualitas teknik, pengolahan material, dan keindahan. Pendapat ini akan menimbulkan anggapan bahwa craft tidak perlu diwacanakan atau diteorikan. Namun dikalangan penganut contemporary craft saat ini cukup produktif.

Dari wacana diatas dapat disebutkan jika art adalah pemikiran refleksi idea, dan konsep, craft adalah membuat sesuatu.  Atau art merefleksikan daya imajinatif dan kreatif sedangkan craft adalah ketrampilan membuat sesuatu. Sering dikatakan seni rupa modern adalah art without craft.

Sulitnya meghilangkan garis batas craft adan art karena di Barat masih didikotomikan, dan ada dua pemahaman yang saling bersebrangan. Disatu pihak konsisten dengan wilayah craft dan tidak mau masuk dalam wilayah seni kotemporer  dan dipihak lain justru ingin masuk pada wilayah seni kontemporer sehingga karya-karya kriya yang dihasilkan dapat dinilai dan diapresiasi sebagai karya seni.

Desain dan Teknik Produksi Keramik selengkapnya

Laman Website ISI Masih Bertahan di 50 Besar Indonesia  Pada Ranking Web of World Universities

Laman Website ISI Masih Bertahan di 50 Besar Indonesia Pada Ranking Web of World Universities

Kiriman: Hendra Santosa, SSKar., MHum., Dosen PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

Webometrics merupakan sistem perankingan universitas dunia berbasis website. Pemeringkatan dilakukan oleh cybermetric lab Spanyol dengan menilai lebih dari 20.000 website perguruan tinggi di dunia.
”Sistem pemeringkatan Webometrics bertujuan untuk mempromosikan publikasi web, mendukung inisiatif open access, mendukung akses elektronik untuk publikasi ilmiah dan materi akademik lainnya

Berdasarkan pemeringkatan webometrics Juli 2011, laman ISI Denpasar  menduduki peringkat 43 di Indonesia.
Hasil ini menunjukkan laman ISI Denpasar mengalami penurunan yang signifikan dari peringkat yang diperoleh pada Januari lalu, yakni peringkat 36 se-Indonesia. Menurunnya peringkat laman ISI Denpasar adalah karena keberhasilan universitas lain untuk meningkatkan kualitas websitenya. Diharapkan Kedepan civitas turut mendukung, mempertahankan dan meningkatkan konten yang ada dalam website ISI Denpasar. Walaupun demikian bertahannya laman ISI Denpasar dalam jajaran 50 besar di Indonesia, diharapkan  dapat mendukung perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia yang berbasis Teknologi Informasi serta dapat diakses oleh masyarakat Indonesia dan dunia.

Webometric dengan bentuk webnya yang sederhana namun saat ini mampu membangkitkan banyak perguruan tinggi dunia untuk menyadari atas kelemahan di sector publikasi webnya dengan azas kemanfaatan yang luas dan tanpa batas. Ada sebuah perguruan tinggi besar dan ternama di Indonesia yang sampai membentuk Tim lengkap dengan struktural yang formal dan ber ST (Surat Tugas) yang terdiri dari para Profesor dan Doktor. Apakah yang terjadi? Mereka mencoba memacu kenaikan ranking Perguruan Tinginya agar ranking di webometric naik drastis.

Setelah 6 bulan kemudian memang ranking nya naik, sangat signifikan. Setalah saya amati ternyata Tim itu telah menaikkan 15.000 file-file Dokumen nya selama 3 bulan, untuk memenuhi  asas R dalam Webometric :

Terdapat empat komponen yang dijadikan indikator penilaian dalam pemeringkatan webometrics.

Pertama, size. Dengan komposisi 20 persen, kriteria ini berupa jumlah laman yang tertangkap oleh search engines, seperti Google, Yahoo, Live Search/Bing.
Kedua, visibility yang merupakan kriteria dengan komposisi terbesar yakni, 50 persen. Kriteria ini merupakan jumlah eksternal link yang unik (backlink) yang diterima oleh domain laman universitas yang tertangkap oleh search engines. Visibility menjadi ukuran besarnya impact factor terhadap sebuah website atau respositori.
Ketiga, rich files yaitu jumlah berbagai dokumen (Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps), Microsoft Word (.doc), Microsoft Powerpoint (.ppt), dan tidak termasuk xls, latex atau tex) yang online di bawah domain website universitas. Kriteria ini memiliki komposisi 15 persen dari penilaian.
Terakhir, scholar yang merupakan penilaian berdasarkan jumlah karya ilmiah dan rujukan yang tertangkap di Google Scholar untuk setiap domain laman universitas. Kriteria ini memiliki komposisi 15 persen dalam penilaian.

Dalam penjelasan resmi, bahwa webometrics akan mengumumukan 2 kali dalam 1 tahun, januari dan jul. Namun kita ketahui pada pengumuman webometrics januai 2011 baru muncul di awal frebruari. Semua ini karena webometrics mempunyai ketergantungan data kuantitafi dari search engine yang digunakan.

Pada awal juli 2011 pihak webometrics mengumumkan bahwa tanggal 29 juli 2011 adalah hari yang ditunggu banyak pihak untuk melihat pengumuman webometrics, namun dalam kenyataannya satu hari sebelum diumumkan, sudah diganti tanggal pengumuman webometrics menjadi 30 juli 2011.

Update terbaru peringkatan atau perankingan universitas atau perguruan tinggi di seluruh dunia versi Webometrics untuk update bulan Januari 2011, Webometrics melakukan peringkatan 12010 universitas atau perguruan tinggi di dunia.Sebanyak 143 universitas atau perguruan di Indonesia masuk dalam daftar 12.010 peringkatan yang dilakukan oleh Webometrics. Berikut daftar ranking atau peringkat dari 143 universitas atau perguruan di Indonesia yang masuk dalam list 12010 peringkatan yang dilakukan oleh Webometrics.

Diracik dari berbagai sumber.

Daftar Rangking Web of World Universities Untuk Indonesia:

INDONESIA

RANK

WORLD

RANK

UNIVERSITY

POSITION

SIZE

VISIBILITY

RICH

FILES

SCHOLAR

1

562

University of Indonesia

247

827

538

460

2

632

Institute of Technology Bandung

293

715

929

845

3

817

Universitas Gajah Mada

258

805

1,255

1,643

4

845

Gunadarma university

411

971

326

1,908

5

1180

Bogor Agricultural University

995

1,105

985

1,653

6

1218

Universitas Negeri Malang

1,088

1,397

760

1,673

7

1260

Petra Christian University

448

3,323

606

1,681

8

1264

Universitas Muhammadiyah Malang

1,282

2,135

638

1,588

9

1274

Institute Teknologi  Sepuluh November

467

1,474

1,760

1,609

10

1294

Diponogoro University

230

2,267

1,619

1,624

11

1348

Andalas University

2,458

1,603

598

1,729

12

1361

Universitas Sebelas Maret

434

1,526

1,277

1,978

13

1388

Airlangga University

875

2,837

577

1,881

14

1473

Universitas Sriwijaya

879

2,385

1,298

1,812

15

1477

Brawijaya University

986

1,248

1,224

2,480

16

1540

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2,069

1,140

2,158

1,835

17

1580

Universitas Islam Indonesia

1,074

1,373

2,956

1,809

18

1604

Universitas Muhammadiyah Surakarta

984

3,184

1,246

1,912

19

1671

Universitas Sumatera Utara

1,290

2,969

2,584

1,614

20

1760

Universitas Mercu Buana

1,498

2,388

1,266

2,238

21

1850

Indonesia University of Education

1,009

1,976

1,957

2,707

22

1912

Electronic Engineering Polytechnic Intitute of surabaya

2,253

2,280

1,782

2,062

23

1950

Universitas Padjadjaran

978

2,339

2,374

2,490

24

2043

Yogyakarta State University

2,174

2,408

3,114

1,836

25

2083

Universitas Lampung

1,897

4,056

1,296

2,308

26

2162

Informatics and Computer College Stmik Am’ikon

2,758

2,914

2,938

1,805

27

2226

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

2,372

2,469

2,752

2,139

28

2373

Universitas Negeri  Semarang

1,596

3,721

4,490

1,811

29

2553

Universitas Tarumanegara

3,988

7,322

1,697

1,761

30

2600

Bina Nusantara University

2,236

2,956

1,710

5,165

31

2632

Universitas Hasanuddin University

2,129

3,569

2,105

3,885

32

2723

Universitas Udayana

3,633

4,439

2,392

2,225

33

3051

Unikom

2,171

5,880

3,419

2,410

34

3068

Ahmad Dahlan University

2,259

2,453

4,883

3,810

35

3403

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

1,158

3,298

4,599

7,229

36

3468

Atma Jaya Yogyakarta University

6,033

5,715

1,219

4,932

37

3471

Universitas Riau Beranda

3,077

6,989

4,432

2,065

38

3556

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel

2,654

9,472

3,984

1,966

39

3770

Duta Wecana Christian University

3,183

4,701

3,475

5,165

40

3912

Universitas Terbuka

2,653

3,092

6,274

4,932

41

4127

Universitas Katolik Parahyangan

2,423

7,697

4,499

3,548

42

4182

Institut Sains & Teknologi Akprind

3,058

6,332

6,932

2,333

43

4201

ISI Denpasar

4,424

9,814

4,344

1,977

44

4342

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Jakarta

9,227

6,503

4,570

1,867

45

4651

Universitas Trisakti

3,117

6,989

5,336

4,118

46

4871

Institut Teknologi Telkom (Sekolah Tinggi Teknologi Telkom)

2,346

5,982

5,454

7,229

47

4939

Universitas Jendral Soedirman

2,965

6,226

4,731

7,229

48

4965

Universitas Negeri Surabaya

5,756

6,932

3,017

6,048

49

5075

Universitas Sanata Dharma

4,878

5,715

5,671

4,723

50

5081

Universitas Negeri Gorontalo

8,136

6,558

4,473

3,005

sumber: Webometrics

Laman Website ISI Masih bertahan di 50 Besar Indonesia  Pada Ranking Web of World Universities, selengkapnya

Tari Gembala: Tari Bali Kreasi Baru di Hari Natal

Tari Gembala: Tari Bali Kreasi Baru di Hari Natal

Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar.

Masyarakat Bali adalah masyarakat heterogen yang hidup penuh kedamaian dengan sesama manusia, harmonis dengan alam dan bakti kepada sang pencipta. Kesibukan masyarakat Bali yang sehari-hari dipenuhi dengan kegiatan keagamaan tidak sedikitpun mengurangi niat untuk berbaur dan hidup saling toleransi dengan umat lain.

         Hari Natal dan tahun baru merupakan dua event penting di penghujung tahun 2008 lalu, sekaligus juga momen-momen yang sangat sibuk bagi para pelaku seni khsususnya seni tari. Hal ini dibuktikan dengan maraknya pagelaran seni tari di berbagai tempat seperti hotel, gedung kesenian, rumah pribadi serta tempat-tempat tertentu uang dipilih oleh suatu komunitas untuk menggelar atraksi hiburan.

         Seperti yang terjadi di Balai Budaya Kota Gianyar pada tanggal 27 Desember 2008 yang lalu. Pementasan yang masih ada kaitannya dengan Hari Natal ini diselenggarakan oleh komunitas kristiani kab. Gianyar bekerja sama dengan Pemkab Gianyar. Komunitas kristiani tersebut menggelar berbagai acara dan salahsatunya adalah Tari Gembala yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar. Penabuhnya pun sebagian besar berasal dari ISI dan tergabung ke dalam grup Misi Internasional pimpinan Mr. Jonathan dari Amerika.

         Pementasan ini menurut penulis cukup menarik karena disamping merupakan event lintas agama, juga memiliki misi penting yaitu bagaimana hidup dengan damai melalui seni.

         Untuk memberi fokus yang jelas terhadap pembahasan yang akan dilakukan nanti, perlu kiranya sebuah rumusan permasalahan yang dituangkan sebagai berikut :

  • Bagaimana Jalannya Pertunjukan tari Gembala tersebut,
  • Apa yang ingin disampaikan oleh penata tari Gembala tersebut,

Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah :

  • Menjawab segala permasalahan tersebut di atas,
  • Membuka wawasan tentang event lintas agama

Sebuah tulisan ilmiah haruslah mempunya manfaat agar berguna bagi mereka yang membacanya. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai referensi dan membuka wawasan tentang seni dalam keberagaman suku, agama, ras dan golongan.

         Sabtu, 27 Desember 2008 masih merupakan hari yang penting bagi umat Kristiani yang memperingati Hari Natal yaitu hari kelahiran Jesus Kristus ke dunia. Dalam Hari Natal, disematkan doa-doa perdamaian bagi seluruh umat manusia agar selalu hidup penuh cinta kasih dan toleransi antar umat beragama. Untuk itulah komunitas Kristiani di Gianyar tersebut melalui seorang perwakilannya meminta seorang dosen ISI Denpasar yang bernama I Gde Oka Surya Negara, SST., M.Sn., untuk menciptakan tarian berjudul Tari Gembala.

         Tarian ini menceritakan tentang para penggembala kambing yang hidup dengan penuh kegelisahan, kemalasan dan kebodohan. Keseharian mereka hanya diisi dengan duduk-duduk, menggembala dan termenung memikirkan nasib mereka. Mereka pun menantikan kedatangan sang penyelamat yang bisa menolong mereka dari nasib yang melarat. Begitu gembiranya mereka menyaksikan harapan baru ketika sang penyelamat datang memberi kasih bagi mereka.

         Opening tarian ini diawali oleh seorang penari yang tampil sendiri di atas panggung. Ia seolah-olah melihat-lihat dimana temannya. Kemudian ia pun menjemput teman-temannya dan memasuki panggung dengan cara berbaris dari pojok kiri belakang panggung. Di tengah-tengah pementasan tarian, ditampilkan juga ekspresi seorang gembala yang kecewa karena sang penyelamat yang ia harapkan hadir, justru tidak pernah muncul. Namun pada akhirnya dengan penantian yang panjang, akhirnya sang penyelamat pun muncul. Tarian berdurasi 7 menit ini menampilkan ending garapan on stage dengan pose tangan diluruskan ke depan dengan posisi tengadah seperti orang mengharap sesuatu. Secara lebih rinci, penulis akan mendeskripsikannya ke dalam sub pokok pembahasan antara lain :

  • Penari

   Tari Gembala ini ditarikan oleh 4 orang penari putra. Postur tubuh keempat penari secara umum memiliki kemiripan satu sama lain, sehingga kesannya sedikit monoton.

  • Musik

   Tari Gembala ini diiringi oleh seperangkat gamelan gong kebyar, namun instrumennya tidak lengkap. Menggunakan kempluk, ugal, reyong, dua buah gangsa, dua buah kantil, sepasang jegog, sepasang jublag, sepasang kendang gupekan, gong lanang dan wadon serta kempul dan kemong. Nuansa yang diimbulkan dari iringan ini adalah kerakyatan sehingga aksentuasi iringannya cukup tajam dan sedikit lucu.

  • Kostum & Tata Rias

   Kostum para penari menggunakan udeng kreasi yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kesan rakyat jelata. Baju berwarna oranye, celana berwarna krem dan kain berwarna hijau gelap. Sementara itu, rias wajah yang digunakan adalah rias lucu dimana bagian yang paling banyak dieksploitasi adalah bagian bibir. Ada yang dibuat turun, dibuat tebal dan sebagainya.

  • Tempat pementasan

         Pementasan dilakukan di Gedung Balai Budaya Kota Gianyar. Bentuk panggung berupa panggung proscenium menghadap ke utara, dengan para penabuh berada di sisi barat panggung menghadap ke timur.

Tari Gembala : Tari Bali Kreasi Baru di Hari Natal, selengkapnya

Rektor Buka KKN ISI Denpasar Tahun 2011/2012

Rektor Buka KKN ISI Denpasar Tahun 2011/2012

Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, Msn., LP2M ISI Denpasar.

Selasa, 2 Juli 2011, Rektor ISI Denpasar membuka sekaligus memberikan pengarahan  pada pembekalan KKN ISI Denpasar 2011 di kampus setempat. KKN ISI Denpasar tahun ini diikuti oleh 147 mahasiswa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain dan Fakultas Seni Pertunjukan dari semua program studi yang ada. Pelaksanaan KKN kali ini seperti juga pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya merupakan upaya mengisi permintaan masyarakat yang telah melayangkan surat ke LP2M ISI Denpasar untuk mengadakan pembinaan seni di desanya. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa peran ISI Denpasar dalam membangun kesenian di pedesaan sangat dibutuhkan. Laporan Panitia Pelaksana menyebutkan mahasiswa disebar di 3 kecamatan pada 2 kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Klungkung. Di Kabupaten Tabanan mahasiswa di tempatkan di Banjar Adat Tinungan Desa Apuan Kecamatan Baturiti dan di Desa Surabrata Kecamatan Selemadeg, sedangkan di Kabupaten Klungkung ditempatkan di 4 desa yaitu di Desa Timuhun, Desa Nyanglan, Desa Bakas dan Desa Nyalian. Pelaksanaan KKN berlangsung selama sebulan penuh mulai 5 Agustus – 3 September 2011. Dalam penyusunan dan pelaksanaan program mahasiswa dibimbing oleh para dosen sesuai dengan prodinya masing-masing.

Pada pembukaan KKN tersebut Rektor ISI Denpasar mengingatkan dua hal penting yaitu do and don’t  yaitu apa yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Dengan menyampaikan pengalaman beliau sewaktu menjadi mahasiswa KKN, mahasiswa diajak untuk bisa berinteraksi dengan baik di masyarakat, mahasiswa harus siap dengan permintaan-permintaan nyata masyarakat dilapangan. Mahasiswa dihimbau jangan merasa rendah diri demikian juga sebaliknya. Mahasiswa juga dihimbau gunakan cara-cara komunikasi yang baik, hati-hati membuat program kegiatan dan selalu konsultasi dengan pembimbing. Karena bisa terjadi ide yang baik dapat menimbulkan konplik maka dari itu selalu pikirkan dampaknya dengan pembimbing, jaga nama baik kampus, jaga diri, tanyakan pada diri apa yang bisa saya lakukan. Dalam arahan lanjutannya yang tidak boleh dilakukan mahasiswa adalah jangan tinggi hati, mahasiswa harus bisa mengambil sikap, jaga prilaku, etika dan norma-norma masyarakat setempat, buat program yang berkelanjutan yang betul-betul dibutuhkan masyarakat. Jika program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan urgensi masyarakat maka komunikasi dengan masyarakat akan terus berjalan sampai KKN tersebut usai.

Sedangkan Ketua LP2M dalam pembekalan tersebut menyampaikan berbagai hal  berkaitan dengan pelaksanaan KKN, diantaranya adalah mengarahkan mahasiswa jangan membuat program diluar bidang ilmunya masing-masing, mahasiswa butuh ketahanan mental dan spiritual, mahasiswa butuh kerjasama dengan aparat desa. Mahasiswa merupakan agen pembaharuan (agent of change), mahasiswa KKN bukan sebagai Agent of Development tetapi sebagai Agent of Empowerment.  Pada akhir arahannya Ketua Lp2M ISI Denpasar menyampaikan evaluasi mahasiswa dilihat dari kehadirannya dilapangan, ketepatan program dengan aplikasinya dan penilaian sudah dimulai sejak pembekalan dilaksanakan.

Sesi pembekalan selanjutnya diisi oleh Pembantu Rektor I ISI Denpasar. Beliau menyampaikan KKN masuk dalam kurikulum dengan 3 sks, 1 sks menghabiskan waktu 50 menit, jadi setiap minggu mahasiswa menghabiskan waktu 150 menit dalam 1 semester. Karena KKN ini pelaksanaannya dipadatkan tentu perhitungan dalam seminggunya menjadi berbeda. Selanjutnya PR I menyampaikan dalam KKN ini mahasiswa belajar memberdayakan masyarakat, KKN adalah ajang komunikasi perguruan tinggi (PT) dengan masyarakat tentang profile PT dan sumber daya yang dimiliki. KKN ini menjadi penting karena isu central yang muncul belakangan ini adalah “erosi budaya” yaitu merosotnya karakter bangsa terlihat dari bebagai konplik yang muncul di masyarakat. Maka dari itu pendidikan yang dapat membangun karakter bangsa perlu diberikan kepada siswa maupun mahasiswa misalnya melalui pendidikan budi pekerti. KKN adalah salah satu mata kuliah yang dapat membentuk karakter mahasiswa berkepribadian baik melalui pembelajaran berinteraksi dengan masyarakat. PR I menjelaskan 4 pilar ciri manusia berdasarkan UUD 1945 yaitu jujur, cerdas (intelek, emosional), tangguh dan toleransi. Banyak orang pintar namun sulit mencari yang jujur.

Sesi pembekalan terakhir sebelum penutupan diisi oleh Pembantu Rektor III ISI Denpasar yang membidangi kemahasiswaan. PR III menekankan jangan membuat janji, mahasiswa harus dapat mengukur kemampuan sendiri dalam menyusun program, sehingga pelaksanaannya sesuai dan tidak menimbulkan masalah. Masyarakat harus diberdayakan untuk membangun dirinya sendiri, mahasiswa diharapkan dapat bertindak sebagai koordinator kegiatan dan masyarakatlah yang diajak membangun desa dalam berbagai bidang seni. Bukan sebaliknya mahasiswa sibuk sendiri mengeluarkan dana, melaksanakan sendiri tanpa melibatkan masyarakat. Selama KKN mahasiswa dilarang untuk terjun dalam politik praktis.

Insan Belia Bali Berlomba Menyayangi Legong

Insan Belia Bali Berlomba Menyayangi Legong

Kiriman: Kadek Suartaya, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

           Masyarakat mancanegara mengenal Legong sebagai seni tari dari Pulau Dewata. Terminologi kesenian bangsa-bangsa menempatkan Legong sebagai seni tari yang luwes gemulai dalam pangkuan gemerincing gamelan yang renyah dinamis. Seni pertunjukan yang seutuhnya merupakan rajutan estetika tari ini menggapai puncak kejayaannya para era kerajaan Bali. Saat itu beberapa kerajaan besar di Bali menjadikan Legong sebagai seni kesayangan sekaligus gengsi para penguasa. Namun sejak pupusnya patronisasi puri-puri oleh terjangan kolonalisme, Legong yang juga lazim disebut Legong Keraton, secara perlahan kian redup binarnya. Masyarakat Bali masa kini umumnya tak memiliki ikatan estetik-emosional dengan Si Elok Legong.

          Akan tetapi aura seni tari yang biasanya dibawakan para gadis belia ini belum pudar betul. Ada kemungkinan tari ini akan berjaya kembali. Sebab, kini tidak sedikit generasi belia Bali yang mempelajari dengan tekun tari yang gambar-gambarnya banyak menghiasi buku-buku tentang Bali ini. Simaklah lomba-lomba tari yang sejak lima tahun terakhir ini digelar secara sporadis hampir di seluruh Bali. Selain mengkompetisikan jenis tari kebyar atau tari kreasi seperti Panji Semirang, Wiranata, Margapati, Tarunajaya, dan Oleg Tamulilingan, tari klasik Legong Keraton juga merupakan materi  yang tak pernah ketinggalan dilombakan. Mungkin karena Legong dianggap sebagai dasar tari Bali jenis tari putri.

          Dalam lomba-lomba tari yang diselenggarakan sanggar tari, sekolah, universitas hingga lembaga adat banjar tersebut, lomba tari Legong diikuti oleh gadis-gadis usia 9-13 tahun atau masih duduk dibangku SD dan SMP. Bagaimana semangatnya penampilan insan-insan belia itu menyajikan tari Legong dapat disaksikan misalnya dalam lomba tari di Banjar Kayumas Denpasar yang rutin digelar pada bulan Desember. Ratusan penari Legong cilik yang datang dari seantero Bali unjuk kebolehan di depan tim juri dan penonton, penuh gairah menggapai juara. Tari Legong yang umumnya dilombakan adalah sepenggal tari Condong yaitu tokoh emban dalam Legong Lasem yang  sumber temanya diangkat dari cerita Panji. Kendati hanya sepotong, esensinya telah mewakili estetika dari beragam tema tari klasik Legong.

          Konsep estetik legong dengan kompleksitas tari dalam ikatan iringan gamelannya  dapat membawakan beragam lakon. Demikian pula kreasi tari yang mengacu pada pola garap Legong, pelegongan, yang belakangan telah ratusan digarap, berangkat dengan aneka tema dari berbagai sumber cerita. Masyarakat Bali dapat menyimak geliat kreasi pelegongan tersebut di arena Pesta Kesenian Bali (PKB). Dalam mata acara pagelaran festival atau parade Gong Kebyar, greget  kreasi pelegongan merupakan bentuk seni pentas yang pernah beberapa kali diwajibkan untuk diketengahkan. Selain dalam ajang PKB, ujian-ujian akhir di ISI Denpasar juga telah banyak menelorkan kreasi pelegongan.

          Kendati para koreografer masa kini telah banyak mencipta seni tari dengan konsep estetik legong yang disebut pelegongan, tapi gaungnya di tengah masyarakat Bali kurang terasa. Setidaknya, dari ratusan kreasi pelegongan itu tak satu pun dikenal baik oleh masyarakat penonton. Jangankan menjadi karya seni yang monumental, bahkan sebagian besar dari kreasi pelegongan, baik yang menggebrak di PKB maupun yang membuncah di ISI atau di sanggar-sanggar tari, hanya mengalami pementasan perdana saja. Kreasi-kreasi pelegongan itu sirna bak dibungkam hingar bingar kehidupan dan hiburan global kekinian. Kreasi pelegongan yang berpijak dari genius estetik lokal, tercekal.

          Sesungguhnya, legong sebagai ekspresi artistik dan konsep estetik telah mengundang kekaguman dunia namun kini kurang diindahkan oleh pemiliknya, masyarakat umum Bali. Tari legong yang di masa lalu konon memiliki puluhan tema, kini sebagian besar tak jelas jejak-jejaknya. Keberadaan  Kokar (kini SMK 3 Sukawati) dan ASTI (kini ISI Denpasar) pada awal-awal berdirinya pernah secara getol merekonstruksi beberapa tema legong, diantaranya Legong Kuntul, Legong Candrakanta, dan Legong Semarandana. Demikian pula kantong-kantong  legong seperti Desa Saba dan Peliatan (Gianyar), Binoh (Badung), Tista (Tabanan), sempat bersemangat mengawal style legong-nya masing-masing. Kini, hanya di Peliatan, legong masih mengerling dan tersenyum, mungkin karena dolar wisatawan.

          Demikianlah, kini, masyarakat umum hanya mengenal Legong Lasem yang dibawakan oleh tiga orang penari putri. Penonton akan menyaksikan seorang penari mengawali sebagai Condong yang kemudian dilanjutkan dengan dua penari sebagai legong-nya. Sepasang penari ini membawakan bagian inti yang disebut pengawak dengan gerak-gerak yang abstrak ekspresif. Pada bagian akhir, unsur pendramaan tersaji dalam adegan roman dan perang. Condong kembali tampil memakai sayap, beradegan perang dengan salah satu penari yang memerankan Prabu Lasem. Legong Lasem berkisah tentang cinta bertepuk sebelah tangan Prabu Lasem dengan Putri Rangkesari.

             Kisah cinta bertepuk sebelah tangan itu kini seakan merundung tari Legong. Kreasi-kreasi para kreator tari masa kini dalam format yang disebut pelegongan tersebut, belum mendapatkan balasan “cinta asmara“ setimpal dari masyarakat. Masyarakat Bali kurang mengapresiasinya. Padahal, secara kultural, Legong adalah nilai keindahan yang tak ternilai. Oleh karena itu, kita tentu berharap Legong tak hanya mengerling dan tersenyum semu sebagai sajian seni turistik belaka melainkan menjadi wahana harmoni rohaniah atas esensi keindahahan gemulai tarinya yang mempesona dan kandungan moralitas lakon-lakonnya yang memperkaya fajar budi dan cakrawala kebudayaan.   

Insan Belia Bali Berlomba Menyayangi Legong, selengkapnya

Reinterpretasi “Local Genius” dalam Perkembangan  Seni Rupa dan Desain “Mutakhir”

Reinterpretasi “Local Genius” dalam Perkembangan Seni Rupa dan Desain “Mutakhir”

Kiriman: I Nyoman Larry Julianto, S.Sn., M.Ds., Dosen PS DKV. ISI Denpasar

Pengaruh budaya dari luar terasa semakin derasnya baik itu yang berdampak positif maupun negatif. Apabila unsur negatifnya lebih banyak diserap oleh kalangan generasi muda, maka dikhawatirkan akan tumbuh generasi – generasi yang konsumtif bukan produktif serta tidak memiliki ‘nilai’ pola pikir yang kreatif. Apabila pengaruh dari sisi negatif yang ditimbulkan lebih banyak, maka pengaruh yang tidak sesuai dengan yang kita butuhkan ini akan merasuk terus pada para generasi muda, sampai ke masalah pola pikirnya (way of thinking) maupun cita rasanya (sense of taste).

Fenomena diatas terjadi, tidak lepas dari peran seorang desainer komunikasi visual karena penyampaian informasi atau pesan melalui wujud visual desainnya akan mampu mengkonstruksi suatu ‘pola pikir’ yang baru. Kehadiran ‘local genius’ ini tidak bisa lepas dari naluri alamiah (basic instinct) yang masih murni, dimana hal ini dimiliki oleh para desainer ‘lokal’ dalam proses ‘penciptaan’ karya desainnya. Lokal yang dimaksud disini adalah lingkungan dimana seorang desainer ‘melahirkan’ ide kreatifnya. Salah satu contoh peran seorang desainer adalah melalui sebuah iklan yang kreatif. Iklan kreatif adalah iklan yang mampu menyampaikan pesan secara efektif dengan cara yang tidak terduga. Biasanya tampil sederhana dan elegan, namun sering membuat orang tertawa pada saat melihatnya. Semakin kreatif sebuah wujud visual iklan, maka akan berdampak cukup ampuh dalam menstimulus audience, karena iklan tersebut akan semakin mudah untuk diingat.

Oleh karena itu, bagi setiap kalagan desainer – desainer muda sangat diharapkan untuk dapat bersama – sama menggalakkan kembali ‘local genius’ dalam implementasinya terhadap strategi visual dan strategi media, supaya seorang desainer tidak kehilangan jatidiri, baik bersifat pribadi, kesukuan, maupun yang bersifat nasional, sehingga peran sebagai seorang desainer komunikasi visual juga memiliki kebanggaan nasional (national pride) ditengah – tengah multi majemuknya kebanggaan bangsa – bangsa di dunia.

Reinterpretasi ‘Local Genius’ Menuju Desain ‘Mutakhir’

Reinterpretasi dapat diartikan memaknai kembali ‘pola pikir kreatif’ seorang desainer muda dalam memahami perkembangan ilmu desain komunikasi visual serta wujud visual desain yang mutakhir. Pemahaman ‘mutakhir’ disini adalah segala sesuatu yang dapat bersifat ‘tepat guna’ serta ‘tepat sasaran’ atau dengan kata lain dapat dikatakan ‘sangat efektif’ dalam kaitannya terhadap target audience. Efektif dapat diartikan sebagai kamampuan sebuah wujud visual desain media komunikasi visual untuk dapat menjangkau ruang lingkup yang lebih luas serta mampu ‘mengubah jalan pikiran’ target audience, sehingga mereka dapat memaknai kembali peran sebuah media. Pemahaman audience terhadap sebuah wujud visual media komunikasi visual, diharapkan memiliki ‘efek ganda’ dari kedua sisi. Efek ganda yang dimaksudkan yakni; dari sisi penyampai pesan, tercapainya pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah kegiatan promosi serta tercapainya ‘pesan lapis kedua’ yang ingin dicapai dalam upaya meningkatkan stimulus. Dari sisi komunikan, diterimanya pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator serta diterimanya pesan ‘lapis kedua’ dari komunikator, sehingga secara sadar mampu untuk ‘mengubah jalan pikiran’ target audience.

Teknik – teknik komunikasi pemasaran ’tradisional’ kini semakin merosot efektivitasnya disaat pasar makin terfragmentasi, biaya – biaya meningkat, jumlah audience menurun dan fenomena clutter makin menggejala. Maka dari itu, proses ’reinterpretasi’ terhadap jalur baru untuk berkomunikasi dengan konsumen harus terus dikembangkan, sehingga apabila dipahami serta dimaknai lebih dalam lagi, salah satu alternatif yang tepat dan akan terus berkembang pesat di masa yang akan datang adalah ambient advertising. Ambient advertising menawarkan kelebihan – kelebihan berikut ini:

  • Bila dekat dengan lokasi pembelian, biaya kampanye ambient bisa lebih murah dibandingkan dengan promosi penjualan apabila dibandingkan dengan pemberian diskon, serta mampu memberi insentif di lokasi pembelian (point-of-purchase incentive) tanpa efek negatif yaitu merosotnya keuntungan
  • Kampanye ambient yang diterapkan dengan baik ikut ’meningkatkan’ citra merek
  • Kampanye kreatif sering mendapat liputan pers, bahkan kampanye tertentu memang sengaja di desain agar mendapatkan liputan luas karena memberikan ’efek ganda’
  • Permintaan yang besar terhadap point-of-sale communications serta media out-of-standard.

Reinterpretasi “Local Genius” dalam Perkembangan  Seni Rupa dan Desain “Mutakhir”, selengkapnya

Loading...