by admin | Oct 17, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Nyoman Suyadnya, Mahasiswa PS Seni Rupa Murni ISI Denpasar
Unsur fisik seperti garis, bentuk, ruang, warna dan tekstur yang disusun atau diatur secara tepat sesuai dengan ide dalam berkarya seni. Disamping tinjauan elemen juga diuraikan tentang prinsip-prinsip estetik seni lukis yaitu :
a) Komposisi
Komposisi merupakan suatu cara untuk menyusun suatu bagian sampai keseluruhan didalam mendapatkan suatu wujud. (Poerwadarminta, 1976:17)
Di dalam karya seni lukis, komposisi nonsimetris biasanya terlihat lebih menarik, karena tidak terkesan kaku, dan bersifat dinamis.
Komposisi pada karya pencipta bersifat nonsimetris, yaitu pengaturan objek yang sedemikian rupa, untuk menghasilkan keseimbangan dan keharmonisan pada karya.
b) Proporsi
Proporsi merupakan hubungan antara bagian dari satu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Wanra, tekstur, dan garis memainkan peranan penting dalam menentukan proporsi (Kartika, 2004:64). Proporsi hubungan ukuran antara bagian dan bagian, serta bagian dan kesatuan/keseluruhannya. Proporsi hubungan erat dengan balance (keseimbangan) , rhythm (irama), harmoni dan unity (kesatuan) (Susanto, 2002:92).
Proporsi menurut pencipta adalah ukuran yang digunakan dalam penciptaan karya seni, baik dari bentuk, garis, warna, dan lain sebagainya, dengan menentukan suatu ukuran sebagai keluasan, ketinggian, atau kedalaman sehingga dapat memberi pertimbangan hubungan pada tiap-tiap dari wujud yang ditampilkan secara keseluruhan, yang tujuannya untuk menciptakan keseimbangan serta keharmonisan suatu karya.
c) Pusat Perhatian
Pusat perhatian adalah titik perhatian dimana penonto atau penikmat mengutamakan perhatiannya pada suatu karya seni. Dalam hal ini seniman bisa memanfaatkan warna, bentuk, objek, gelap terang, maupun ide cerita/tema sebagai pusat perhatian (Susanto, 2002:89).
Dalam seni lukis, pusat perhatian merupakan titik dimana penonton atau penikmat mengutamakan perhatiannya pada suatu karya seni, dalam hal ini pusat perhatian dapat lebih mudah dilakukan dengan : Menggunakan kekuatan warna : Pengggunaan warna diperhatikan pada kekuatan antara objek dan latar belakang lukisan. Dengan ukuran ataupun bentuk : Penerapan ukuran bentuk juga diperhatikan dalam penerapan objek dan latar belakang lukisan. Melalui tempat : Melalui ketepatan penempatan segala unsur seni rupa pusat perhatian akan terbentuk lebih menonjol. Dengan menggunakan gelap dan terang : Gelap dan terang sangat berpengaruh dalam penciptaan pusat perhatian pada karya lukis, yaitu gelap terang pada objek dan latar belakang sebuah karya seni lukis. Membuat perbedaan atau pengecualian : Pengecualian dilakukan misalnya pada latar belakang sebuah karya seni, bila seandainya latar belakang memiliki kekuatan yang seimbang dengan objek utama, maka perbedaan perlu diciptakan dengan meniadakan atau pengecualian terhadap bentuk ataupun warna yang mengganggu objek atau pusat perhatian.
Pusat perhatian dalam karya pencipta adalah suatu bagian dari karya seni yang menjadi focus, yaitu penonjolan pada objek yang selalu dibuat berbeda dengan baground.
d) Keseimbangan
Keseimbangan adalah suatu perasaan akan adanya kesejajaran, kesetabilan dari kekuatan suatu susunan dan terbaginya atas tiga jenis keseimbangan yaitu : keseimbangan mendatar, keseimbangan tegak lurus, dan keseimbangan informal atau asimetris. (Suryahadi, 1994:11)
Keseimbangan disimpulkan sebagai suatu unsur dalam seni lukis yang memberikan kesan stabil dalam suatu susunan, baik yang bersifat formal maupun informal. Keseimbangan formal berfungsi memberikan kesan statis dalam suatu susunan, sedangkan keseimbangan informal berfungsi memberi kesan dinamis dalam suatu susunan.
e) Irama
irama merupakan suatu pengulangan unsure-unsur pendukung karya seni. Pengulangan ini merupakan selisih antara dua wujud yang terletak antara ruang dan waktu, maka sifat paduannya bersifat satu matra yang dapat di ukur dengan interval ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun yang sama (Kartika,2004:57).
Irama sangat penting penerapannya dalam seni rupa, karena pengamatan proses berkarya seni sangat membutuhkan waktu sehingga perlu pengetahuan irama dalam persoalan warna, komposisi, maupun garis.
Berbicara mengenai nilai estetika tentunya terkait dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, The Liang Gie dalam bukunya ( Garis-garis Besar Estetika) menyebutkan tiga dasar nilai yang terkandung di dalam unsur estetika itu, di antaranya :
a. Kesatuan (unity)
Ini berarti nilai estetis itu tersusun secara baik ataupun sempurna bentuk memiliki suatu kesatuan bentuk, antara bagian-bagian sampai keseluruhan (Liang Gie, 1976:48).
Jadi kesatuan merupakan pennyusunan dari elemen-elemen seni rupa sehingga tiap-tiap bagian tidak terlepas dengan bagian lainnya.
Dalam ciptaan ini kesatuan diciptakan dengan mengekspresikan warna dengan memadukan tehnik kerok, atau pallet dan tehnik dusel yang di susun sedemikian rupa sehingga mencapai keharmonisan.
b. kerumitan ( complexity )
benda estetis atau karya seni yang bersangkutan tidak sederhana sekali, melainkan kaya akan isi maupun unsur-unsur yang saling berlawanan ataupun mendukung perbedaan-perbedaan yang halus.
c. Kesungguhan (intensity)
Suatu karya estetis yang mampu menunjukkan kualitas tertentu, dan bukan sesuatu yang terlihat sekedarnya. Suatu benda estetis yang baik mempunyai suatu kualitas tertentu yang menonjol, dan bukan sekedar suatu yang kosong. Tak menjadi kualitas apa yang dikandungnya (misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar) asalkan merupakan suatu yang intensif atau sungguh-sungguh (Liang Gie, 1976:48).
Pembentuk nilai estetika tersebut diatas, menjadi dasar perwujudan karya, sehingga diharapkan mampu memenuhi suatu keindahan yang tersusun secara baik atau sempurna bentuknya tidak sederhana sekali melainkan kaya akan isi serta mempunyai suatu kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar yang kosong. Semua itu dilakukan secara intensif atau sungguh-sungguh.
Prinsip-prinsip Penyusunan Seni Rupa Imajinasi Kematian selanjutnya
by admin | Oct 16, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, Dosen PS Seni Pedalangan ISI Denpasar.
Film memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai barang tontonan dan barang dagangan. Kesuksesan film sangat ditentukan oleh penontonnya, sehingga idealnya setiap produser bisa membaca keadaan penonton yang hendak disuguhi tontonan mereka. Selain itu kesuksesan film juga dintentukan oleh mutu film, yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu film dengan mengutamakan mutu dagang (commercial Quality) serta mutu seni (Artistic Quality). Kedua unsur tersebut bisa berjalan sejajar atau berlawanan. Contohnya film ‘Biola Tak Berdawai’ memiliki mutu yang bagus namun tidak terlalu laku, sementara film ‘Menculik Miyabi’ mutu filmnya tidak sebaik garapan ‘Biola Tak Berdawai’ namun sangat laku dipasaran. Adapula film yang menjalankan keduamutunya yaitu film ‘Ada Apa Dengan Cinta’ memiliki mutu seni yang baik, terbukti sound track film digarap sangat baik sehingga tidak hanya filmnya yang laris dipasaran tapi juga mutu seni dalam filmya digemari penonton. Euphoria film di Indoensia pasang surut. Pernah menghasilkan kuantitas yang beragam, serta mampu merefleksikan bagian wajah sosial hingga politik Indonesia. namun dari segi kualitas masih sedikit yang bisa diseleksi untuk kompetisi global. Pada aspek film komersial, sinema Indonesia masih belum memiliki keterampilan yang tinggi dan tidak konsisten dalam standarisasi.
Film merupakan dunia yang materialistis, karena uang memegang peranan utama dalam memproduksi film. Sebaik apapun penulis skenario, sutradara, dan tim pembuat film, tidak mungkin dapat melahirkan film tanpa dukungan uang. Majikan dari pembuatan film adalah produser. Dia bertanggung jawab atas modal yang dibutuhkan untuk membuat film. Sehingga bagi produser, film merupakan barang dagangan yang digunakan untuk mencari keuntungan. Banyak upaya yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan, diantaranya menyelipkan produk iklan dalam beberapa adegan film. Film adalah salah satu media massa yang menjual dan mampu merayu massa. Dengan dalih ini maka banyak produsen film menjadikan media ini sebagai salah barang dagangan yang ampuh menjual produk.
Iklan yang berfungsi untuk mempublikasikan produk barang ataupun jasanya memerlukan media yang tergolong massa, diantaranya media cetak, elektronik (tv dan radio) serta film. Iklan sering muncul dalam media cetak, tv dan radio, namun placement iklan dalam film memang jarang ditemui. Dari sekian banyak film yang direlease Hollywood, kemunculan iklan bisa dihitung dengan jari. Diantaranya film ‘God Must Be Crazy” yang secara tidak langsung memperomosikan Coca-Cola sebagai produk minuman penghilang dahaga. Dalam film tergambar bahwa seorang pilot yang menerbangkan pesawat di negeri yang sangat kering yaitu di Kalahari, Afrika. Ditengah suasana panas dan gerah, sang pilot menghabiskan minuman Coca-Cola dengan nikmatnya. Dari pesawat dia kemudian melempar botol minuman yang jelas berlabel ‘Coca-Cola’. Botol tersebut menjadi bagian dari cerita yang berdurasi 2 jam, dan selalu menampilkan label ‘Coca-Cola’ dengan jelas. Placement iklan dalam film memang tidak semudah menampatkan iklan dalam program acara di televisi, yang tinggal memotong programnya untuk memasukkan iklan dalam sajian program. Memasukkan iklan dalam film memerlukan kecerdasan sang sutradara, agar penempatan produk iklan tidak melepas benang merah dalam cerita film tersebut.
Jika dikaitkan di Indonesia, maka strategi ini adalah upaya untuk mempertahankan film Indonesia yang dijajah Hollywood. Salah satu film yang menjadi kajian penulis untuk placement iklan adalah film berjudul ‘Alahkah Lucunya Negeri Ini’. Penulis memilih film ini karena film ini tergolong film yang baik diantara film Indonesia yang menjadikan tema horror dan wanitanya sebagai komodifikasi. Film “Alangkah Lucunya (negeri ini)” yang disutradarai oleh Deddy Mizwar menggambarkan potret kehidupan masyarakat sehari-hari dan berisikan kritikan sosial pada negeri yang bernama Indonesia. Refleksi realita sosial ditampilkan dalam kehidupan para pencopet yang tidak memiliki pilihan selain mencopet untuk bertahan hidup. Datanglah seorang sarjana ekonomi bernama Muluk yang pengangguran untuk mengelola hasil dari mencopet. Muluk mengelola uang hasil copetan dengan menyicilkan sebuah sepeda motor, membayar guru untuk mengajar dan sisanya ditabungkan. Selain banyak konflik dan sindiran yang terungkap, film ini juga menggambarkan rasa kecintaan terhadap tanah air, tanpa memandang siapa pemimpinnya.
Dari pengamatan penulis, dalam film ‘Alangkah Lucunya Negeri Ini’ terdapat banyak sisipan produk iklan yang tampil. Diantaranya Yamaha, Sosis So Nice, Hydro, Promag dan Bank Muamalat. Berikut analisis penulis mengenai pelecement iklan pada film ‘Alangkah Lucunya Negeri Ini’:
- Sosis So Nice
Sosis So Nice merupakan jenis produk makanan yang kemunculan iklannya paling pertama dalam film ini. Muncul pada menit ke 10.52, menggambarkan tentang anak dari Abah bernama Pipit yang sarjana tapi belum bekerja, hobinya mengikuti kuis di televisi. Dan kuis yang diikuti adalah program kuis So Nice, dengan mengumpulkan bungkus So Nice agar mendapatkan hadiah. Pada menit ke 33.09, 34.39 dan menit 46.51 Muluk, sang pemeran utama membeli oleh-oleh So Nice, sebagai hasil karja pertamanya yang diberikan kepada ayahnya dan calon mertuanya serta Pak Haji. Dalam adegannya, semua menunjukkan ekspresi menyukai oleh-oleh Muluk, sebagai penanda bahwa makanan So Nice itu enak.
- Yamaha
Iklan motor Yamaha menjadi bagian dari cerita dan kemunculannya paling banyak diantara produk iklan yang lain. “Motor Yamaha” disebutkan pertama kali pada menit ke 11.08, saat Pipit menyampaikan kepada Abahnya bahwa dia ikut kuis dan hadiahnya adalah “Motor Yamaha”. Selanjutnya di menit ke 16.17 kembali Pipit menonton kuis di tv dengan program kuis interaktif Yamaha. Pada menit ke 35.24 baru tampak produk motor Yamaha ditampilkan dalam film, karena Muluk membelikan motor Yamaha sebagai hasil tabungan dari para pencopet. Di menit ke 41.09 Muluk menunjukkan ke teman-temannya bahwa dia memiliki motor baru Yamaha, dan ekspresi temannya menyatakan bahwa motor yang dibelinya sangat bagus. Gambar motor Yamaha juga jelas ditampilkan pada menit ke 47.30 saat Muluk berkunjung ke rumah calon mertuanya. Terdapat kalimat yang sarat dengan promosi disampaikan oleh calon bapak mertuanya yang menyatakan bahwa “Harga laptopnya 15 juta, lebih mahal dari motor lu donk”. Dari kalimat itu menunjukkan bahwa motor Yamaha itu murah, yaitu kurang dari 15 juta.
Placement Iklan Pada Film Alangkah Lucunya Negeri Ini selengkapnya
by admin | Oct 15, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Ketut Sudarbawa, Mahasiswa PS. Seni Rupa Murni ISI Denpasar
Pada proses perwujudan karya ini pencipta, menampilkan hasil dari pengungkapan ide atau gagasan yang menvisualkan “Deformasi Bentuk Anjing dalam berkarya seni lukis” dalam memvisualkan karya ini pencipta menekankan pada objek anjing yang dihubungkan dengan kehidupan. Diwujudkan melalui elemen-elemen seni lukis dan prinsip-prinsip estetika. Dimana dalam penggambaran objek karya ditampilkan dengan tekstur nyata dan efek dari hasil penumpukan warna. Namun dalam membuat bentuk anjing pencipta tidak membuat seperti aslinya tetapi sudah dirubah, atau dideformasi, dengan kebebasan emosi dalam membuat karya. Pada latar belakang dibuat permainan bidang dengan maksud membuat suatu kesan ruang. Secara umum dari karya pencipta dapat diuraikan menjadi dua aspek, yaitu aspek idioplastis yang menyangkut tentang gagasan atau ide konsep dan isi dari ide pengungkapan karya tersebut, maupun bobot dari karya seni lukis.
Aspek fisikoplastis menyangkut teknik dari penggarapan karya, maupun dari penerapan elemen-elemen visual seni rupa yang digunakan untuk mendukung ide atau gagasan dalam karya seni lukis. Jadi aspek fisiklopastis yang dimaksud lebih bersifat penampilan fisik dari karya seni lukis.
Aspek Ideoplastis
Pengertian ideoplastis adalah ide atau gagasan pengalaman, emosi, fantasi. Faktor inilah yang bersifat, yang mendasari karya-karya seni lukis. Aspek ideoplastis yang terkandung pada karya seni lukis yang pencipta sajikan pada karya inilah yang nantinya dalam pengungkapannya bertitik tolak dari kerinduan pencipta akan keunikan tingkah laku maupun dari bentuk anjing, dari itulah menjadi motivator bagi pencipta untuk menvisualkan kedalam karya seni lukis.
Divisualkan melalui beberapa perwujudan seperti :
- Perwujudan karakter
Yang bertujuan memberikan ciri tertentu pada objek yang dilukiskan, yakni bagaimana cara menghadirkan tingkah laku anjing dalam karya seni lukis. Diharapkan nantinya bisa berguna bagi kelangsungan kehidupan anjing-anjing liar.
- Perwujudan Kesan
Perwujudan kesan bertujuan untuk mewujudkan suasana tertentu pada setiap karya yang dibuat. Melalui warna-warna yang digunakan, obyek yang dilukis dan teknik yang diterapkan pada proses berkarya mampu diterapkan secara maksimal juga warna-warna yang ditampilkan pada objek anjing, khususnya keunikan tingkah laku anjing, teknik yang digunakan ialah teknik campuran karena ingin mewujudkan kebebasan dari emosi pencipta.
Aspek Fisikopatis
Aspek fisikopatis dalam seni lukis adalah meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknik, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti : garis, warna, bentuk, ruang dan tekstur dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian faktor ini lebih bersifat fisik. Adapun aspek fisikoplastis yang dapat dilihat dalam karya pencipta yang tercipta dalam bentuk-bentuk dua dimensional, dengan menerapkan elemen atau unsur-unsur seni lukis seperti : bentuk, warna, garis, bidang, ruang, penerapan komposisi, keseimbangan, dengan pusat perhatian yang keseluruhan ini merupakan wujud dari fisik dari karya seni lukis.
Bentuk yang ditampilkan dalam karya ini, pencipta terlepas dari bentuk aslinya. Warna yang ditampilkan merupakan menggambarkan suasana yang ingin disampaikan. Dari uniknya tingkah laku anjing juga kehidupannya.
Penerapan garis adalah sebagai pembatas objek, baik objek utama maupun dengan latar belakang. Ruang pada karya pencipta ditampilkan menggunakan bidang dua dimensional. Merupakan hasil pengaturan antara bidang besar dan kecil, jauh dan dekat dengan mempergunakan sapuan kuas, juga teknik campuran. Pada karya pencipta teknik di dukung dengan tekstur nyata. Dalam mengkomposisikan objek maupun membuat proporsi, mengatur keseimbangan, maupun membuat pusat perhatian dan juga irama. Pencipta tidak terikat salah satu aturan atau fakem tertentu, sehingga dapat menghasilkan karya lukis yang sangat dinamis sesuai keinginan pencipta. Penerapan prinsip-prinsip estetik seperti kesatuan warna, melalui kesan antara bentuk, warna, komposisi bidang, ruang, garis pusat perhatian dan keseimbangan. Sehingga dapat mendukung keharmonisan karya yang berkualitas dan bermutu, yang dikerjakan semaksimal mungkin.
Wujud Karya Deformasi Bentuk Anjing Dalam Berkarya Seni Lukis selengkapnya
by admin | Oct 14, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Putu Gede Mertanaya, Mahasiswa PS. DKV ISI Denpasar.
Konsep merupakan kerangka atau menterjemahkan ide kedalam bentuk karya. Tanpa konsep, sebuah karya tidak akan mempunyai arti. Konsep merupakan dasar atau landasan dalam membuat desain, yang mudah dikomunikasikan atau disebarluaskan sehingga dapat dinikmati oleh orang banyak dengan memperhatikan konsep desain sehingga nantinya tidak bertolak belakang dari tujuan desain itu sendiri.
Agar desain yang nantinya akan ditampilkan memiliki kesan kreataif dan inofatif yang tentu saja tidak bertolak belakang dari criteria desain yang baik, dan tentunya mampu untuk menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran sesuai tujuan maka dibutuhkan suatu konsep dasar desain. Jadi, konsep yang digunakan dalam mendesain media komunikasi visual ini adalah “simplicity” (kesederhanaan). Dalam arti kata simplicity diartikan yaitu penyampaian pesan yang tidak terlalu rumit, singkat, padat dan jelas. (Poerwadarminta, 2000:888). Konsep ini menampilkan gaya sederhana tetapi mampu menarik perhatian. Dalam tampilan visualnya hal yang lebih diutamakan adalah ilustrasi dari media-media yang didesain. Disini menggunakan ilustrasi sederhana yang mampu menyampaikan pesan tertentu yang tentu saja berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. Ilustrasi menggunakan teknik gambar tangan manual yang diolah kembali menggunakan bantuan komputer.
Dalam penyajiannya, ilustrasi digunakan sebagai pusat perhatian dengan latar belakang sederhana yang mengunakan warna merah, kuning dan hitam. Beberapa ilustrasi menggunakan berbagai warna yang memberikan kesan solidaritas. Membentuk suatu komposisi yang baik dan tetap sederhana sesuai konsep, ruang-ruang kosong pada latar belakang akan diberikan effect warna yang tidak terlalu mencolok dan disertakan teks sebagai penjelas pesan.
Skema Pola Pikir
Konsep pola pikir yang dimaksud adalah langkah-langkah pemikiran dalam mendesain suatu media komunikasi visual antara komunikator dan komunikan guna memastikan pesan yang disampaikan tepat sesuai sasaran, adapun pola pikir dalam mendesain sebagai berikut;
Berdasarkan bagan diatas, dalam hal ini manusia sebagai mahluk yang mempunyai akal dan pikiran serta budi pekerti, secara ilmiah memiliki berbagai kebutuhan dan permasalahan dalam hidupnya, dan itu semua juga termasuk kebutuhan atau permasalahan untuk menjelaskan atau menginformasikan sesuatu kepada khalayak sebagai usaha untuk mempromosikan jasa / produk (yang dalam khasus yang diangkat penulis bertema sosial / layanan masyarakat). Berkaitan dengan penyampaian pesan ada tiga unsur yang berperan yaitu komunikator, desainer, dan komunikan, namun untuk menyampaikan pesan melalui media komunikasi visual tidak lain harus memiliki dasar aturan dan perundang-undangan dan batasan-batasan yang tepat, karena dasar dari aturan ini adalah norma-norma yang ada di dalam masyarakat, sedangkan batasan yang dimaksud adalah kriteria – kriteria suatu desain yang baik, agar desain tersebut bisa cepat bersosialisasi kepada masyarakat.
Disini komunikator harus benar – benar mengerti akan permasalahan manusia mengenai kurangnya informasi pencegahan HIV/AIDS, maka komunikator setidaknya harus memberikan informasi atau penjelasan secara rinci dan jelas terhadap seorang desainer tentang keperluan informasi dan data-data yang lengkap, dimana nanti dari data dan informasi tersebut akan dijadikan acuan dalam mendesain suatu desain yang nantinya diwujudkan kemudian akan dilihat atau disimak oleh komunikan yang singkatnya media yang akan diwujudkan akan ditujukan langsung terhadap si penerima pesan (komunikan), dan media yang akan dibuat oleh desainer untuk di tujukan kepada komunikan antara lain; poster, iklan surat kabar, stiker, brosur, flyer, stand banner, billboard, pin, T-shirt, dan katalog.
Skema Proses Desain
Proses terhadap suatu desain yang akan dibuat, diperlukan pula konsep pola desain. Dimana nanti dari skema pola Desain Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Informasi Pencegahan HIV/AIDS di Denpasar ini akan digunakan untuk mendukung pemecahan masalah secara lebih terperinci.
Untuk itu diperlukan pula data teori dan lapangan yang kemudian akan dilakukan suatu analisis berdasarkan metode pendekatan yang telah ditetapkan dan dipastikan untuk menghasilkan suatu sintesa. Setelah penulisan media dalam sintesa kemudian akan dilanjutkan dengan proses desain awal berupa gambar kasar atau sketsa yang untuk selanjutnya akan dipilih dan diwujudkan melalui proses cetak. Adapun skema proses desain adalah sebagai berikut :
Konsep Dasar DKV sebagai Sarana Informasi Pencegahan Hiv/Aids selengkapnya
by admin | Oct 13, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Nyoman Suyadnya, Mahasiswa PS Seni Rupa Murni ISI Denpasar
Kematian merupakan sebuah siklus yang terjadi pada setiap mahkluk di dunia ini, termasuk manusia. Kematian sesungguhnya adalah jembatan bagi manusia untuk lepas dari keterbatasan badan kasar (Stulasarira), kematian adalah juga pintu gerbang untuk memasuki alam halus (Sukmasarira), dan sesungguhnya ia adalah jalan yang akan dilalui oleh setiap mahluk hidup dalam proses evolusinya. Seperti seekor ulat yang kerap dipandang “menjijikkan” bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu, demikian juga manusia berevolusi dari bentuk kasar ke bentuk-bentuk yang lebih halus.
Kematian menjadi menakutkan karena kerap kali kematian itu diawali oleh “kesengsaraan” seperti misalnya sakit yang berkepanjangan dan hari tua yang secara perlahan mengurangi kinerja tubuh dan organ-organnya. Dilain pihak kematian juga terjadi lantaran kecelakaan, penganiayaan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Sakit dan hari tua adalah sebuah proses yang secara kasat mata dianggap sebagai suatu bentuk kesengsaraan, sedangkan kecelakaan, penganiayaan, pembunuhan dan kematian yang tidak wajar lainnya dianggap sebagai kemalangan. Kali ini diperlukan pemikiran terbalik, bahwa kesengsaraan tadi adalah kesengsaraan fisik belaka. Melalui kesengsaraan dan kemalangan tersebut, roh sesungguhnya tercerahi, melalui sakit manusia mampu berfikir bahwa kematian adalah solusi terbaik, sedangkan melalui kemalangan, roh menyadari bahwa itu adalah pembayaran dari karma masa lalunya. Roh yang tercerahi memasuki alam kematian dengan mantap, sedangkan roh yang tidak tercerahi berusaha untuk menghindar dari gerbang akherat (Aryana, 2008:2-4).
Sejak manusia meninggal dunia sejak itu pula Atma atau Roh, dan kekuatan Panca Maha Bhutanya meninggalkan tubuh maka tubuh tersebut mulai disebut Jazad, serta Panca Maha Bhutanya di dalam Puja Pitra disebut dengan Pitra. Menurut keyakinan dan kepercayaan dari ajaran Agama Hindu yang berlandaskan ajaran “Panca Yadnya”, umat Hindu khususnya di Bali melaksanakan Upacara Pitra Yadnya, mempereteka orang yang telah meninggal, sebagai proses pengembalian Panca Maha Bhuta kepada sumbernya (Sudarsana,2003:10,20).
Umumnya dalam masyarakat Bali, badan kasar (Stulasarira) si meninggal terlebih dulu akan di tanam di kuburan, selanjutnya setelah cukup waktu barulah dilakukan pengangkatan jenazah untuk dikremasi (aben). Proses penguburan bisa saja ditiadakan, yakni jenazah boleh langsung dikremasi dengan prosesi yang lumrahnya di sebut dengan upacara ngaben.
Dalam dunia para yogi dan para waskita, diyakini bahwa sesungguhnya proses yang paling cepat untuk mengembalikan lima elemen dasar pembentuk badan fisik manusia (Panca Maha Bhuta) ke asal pembentuknya hanyalah dengan cara kremasi/membakar jenazah yang di Bali dikenal dengan istilah Ngaben (Aryana, 2008:31).
Memperhatikan kata ngaben sebagaimana disebutkan di atas, ngaben adalah melepaskan atma dari ikatan Stulasarira (Panca Maha Bhuta). Ngaben adalah mengupacarai orang yang telah mati. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa ada tiga pengertian mati, yaitu: mati menurut P.P. 18 tahun 1981, adalah orang yang disebut mati apabila otak dan batang otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Dalam hubungan dengan hal ini ada juga istilah mati sel, artinya setiap orang yang mati itu/tubuh orang mati itu sudah mati mencapai mati sel tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Mati menurut Tattva yaitu orang disebut mati apabila atmanya terlepas dari Panca Maha Bhuta, dalam Vrhaspati Tattva disebut sebagai berikut: kala ikang pati ngarania wih, turun mapasah lawan Panca Maha Bhuta juga tekang atma ri sarira, ikang aganal juga hilang, ikang atma langgenag tan molah, apan ibek ikang rat kabeh dening atma. Artinya: pada waktu mati namanya, hanya berarti berpisahnya Panca Maha Bhuta dengan atma yang ada pada tubuhnya, hanya badan kasarnya saja yang lenyap sedangkan atmanya tetap tak berubah, sebab dunia in penuh dengan atma. Mati menurut upacara Agama yaitu: seperti halnya bangunan rumah, meskipun secara fisik telah selesai, kalau belum di upacarai seperti memakuh, melaspas, maka seluruh rumah itu belum selesai namanya.
Demikianpun orang mati menurut pandangan Agama Hindu sebelum selesai diupacarai, belumlah dia disebut mati. Disebutkan dalam lontar Pratekaning Wong Mati. Pertama-tama orang mati itu di upacarai, sebagaimana layaknya orang hidup, dimandikan dengan air biasa dan air bunga, makerik kuku, maitik-itik, masisig, makramas, dikeningnya ditaruh daun intaran, didada di letakkan daun gadung, dihidung pusuh menur, kedua mata diisi cermin. Kemaluan ditutupi dengan daun terung bagi laki-laki, dan daun tunjung bagi perempuan. Penyelenggaran memandikan mayat ini di Bali sangatlah bervariasi menurut desa, kala, patra. Tetapi yang terpenting disini, di dada, di kepala, hulu hati dan disetiap persendian diletakkan kewangen lambang pengurip-urip. Setelah upacara pemandian selesai barulah jazad kemudian digulung dengan kain kavan, kemudian ditaruh dalam peti mati. Kalau jazad telah digulung barulah dilanjutkan dengan upacara ngaben. Kemudian abu dari jazad tersebut di hanyut ke laut atau kesungai.Yang amat penting ditekankan disini adalah fungsi upacara ngaben sebagai upacara untuk melepaskan atma atau roh dari ikatan Panca Maha Bhuta (Wiana, 1998:33-34).
Dalam siklus kematian, pencipta merenungkan tentang perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik, ketika kematian itu dialami oleh seseorang adalah yang terjadi, tubuh akan berada dalam posisi kematiannya yaitu terlentang mengikuti garis horizontal, dan mengikuti garis vertical dalam bentuk roh. Pencipta tertarik tentang bagaimana suasana hati pencipta menyaksikan segala situasi, mulai dari suasana di tempat orang mati, suasana penguburan, suasana pembakaran mayat, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi berulang-ulang dalam hidup pencipta. Semua itu menimbulkan perasaan sedih dan kengerian, yang pencipta sering rasakan. Hal-hal seperti itu yang muncul pada perasaan pencipta dari melihat berbagai proses peristiwa upacara kematian. Semua hal tersebut sangat berpengaruh pada penciptaan karya ini.
Pencipta sebagai orang Bali yang berada di lingkungan Hindu melihat siklus kematian itu pada proses pengembalian tubuh pada alam, yang terlihat pada penguburan, pembakaran mayat, dan adanya upacara nganyud abu ke laut atau sungai.
Dari berbagai proses peristiwa kematian yang pencipta saksikan, pencipta melihat bahwa seperti sebuah rangkaian perjalanan tentang tubuh, atau jasad, jasad perlahan menghilang entah itu dikubur ataupun dikremasi, kemudian yang pencipta hayalkan setelah itu adalah roh. Tubuh mati menjadi jasad, dan akhirnya menyatu dengan alam (Panca Maha Bhuta). Namun roh dari tubuh itu pencipta yakini tetap hidup, dan tetap melakukan eksistensinya dalam alam niskala.
Semua itu menggugah bathin pencipta untuk merenungkan lebih dalam tentang kematian tersebut. Berdasarkan siklus kematian tersebut, muncul imajinasi dalam bathin pencipta untuk melukiskan tentang kematian dengan tubuh yang terlentang, tubuh yang tidak utuh yang merupakan sebuah wujud dari pemudaran fisik dalam proses penyatuan dengan alam (Panca Maha Butha). Dan tentang tubuh dengan wajah yang matanya selalu terpejam, merupakan gambaran tentang adanya sebuah kematian.
Imaji tentang roh yang terbentuk dalam visual dengan bentuk-bentuk figur seolah sedang pergi meninggalkan tubuh yang mati, yang akan diperlihatkan pada karya-karya pencipta yaitu adanya bentuk-bentuk kaki yang seolah terbang meninggalkan tubuh yang mati menuju pada alamnya. Alam dalam hal ini adalah ruang baru bagi roh dan tubuh yang mati, yaitu alam nyata (skala) dan alam tidak nyata (niskala). Dan semua unsur yang ada dalam tubuh akan hilang dan menyatu dengan Panca Maha Butha.
Awal ketertarikan pencipta mengangkat tema kematian didalam ciptaan ini adalah disebabkan oleh rasa yang terus menghantui pencipta tentang tubuh orang mati, tentang suasana-suasana kematian yang sering pencipta saksikan dalam lingkungan hidup pencipta. Seiring perjalanan waktu dengan terbiasa menyaksikan segala proses kematian tersebut, dan secara alami penciptapun akhirnya menyadari dari keseringannya melihat hal-hal tersebut telah terjadi endapan-endapan didalam bathin pencipta.
Imajinasi Kematian Sebagai Sumber penciptaan Seni Lukis selengkapnya
by admin | Oct 11, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Made Merta Kesuma, Mahasiswa PS. Desain Interior ISI Denpasar.
1. Latar Belakang Pemilihan Konsep
Saat ini kebutuhan manusia tidak lagi hanya berkisar pada makan dan minum. Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan hidup juga terus meningkat. Hampir 70% penyakit disebabkan oleh stres, atau dipicu bila seseorang dalam keadaan stres, sehiingga dibutuhkan suatu tempat yang bisa memberi ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan bagi badan, pikiran, dan jiwa. ( Suambara, 2005, hal. iii ). Untuk itu dibutuhkan sebuah tempat yang asalh satunya adalah Asram. Asram adalah Tempat belajar sepiritual dan kehidupan atau juga tempat melakukan tapa berata, yoga, dan semadi.
Penjabaran Konsep
Konsep umum yang di gunakan adalah Tri Sarira yang mempunya pengertian:
– Tiga lapisan/ selubung mahluk hidup secara jasmani maupun rohani. ( Centanananda,1999 )
– Tiga unsur pokok lapisan badan ( Oka, 2009)
– Tiga badan ( Risikesa 1999 )
Bagian – bagian Tri Sarira adalah:
a.Sthula Sarira
yaitu badan kasar yang didapat di tingkatan alam terendah atau bhur loka ini.Sthula sarira terjadi dari Panca Tan mantra dan Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Tan Mantra :
1. Ganda Tan Mantra : sari suara
2. Rupa Tan Mantra : sari warna
3. Sparsa Tan Mantra : sari rabaan
4. Rasa Tan Mantra : sari rasa
5. Sabda tan mantra : sari suara
Kemudian Panca Tanmantra berubah menjadi Panca Maha Bhuta.
Bagian bagian Panca Maha Bhuta 9 lima unsure alam ):
1. Pertiwi/ tanah membentuk zat padat
2. Teja/ api membentuk zat panas
3. Bayu/ angin membentuk zat udara
4. Apah membentuk zat cair
5. Akasa membentuk zat ether
kelima unsur ini akan membentuk: kulit, daging, urat – urat, kuku, tulang, darah, rambut, sumsum, dan sebagainya.
– Pada makhluk hidup, tubuh atau badan adalah bagian fisik materi manusia atau hewan, yang dapat dikontraskan dengan roh, sifat, dan tingkah laku.
Tubuh sering digunakan dalam konteks dengan penampilan, kesehatan, dan kematian.
Tubuh seseorang yang telah meninggal disebut mayat atau jenazah. Tubuh hewan yang mati disebut bangkai. Ilmu yang mempelajari fungsi tubuh adalah anatomi. ( Wikipedia2010 ).
b. Suksma Sarira
Suksema Sarira ialah Pikiran (Artana, 2010, hal. 10 ). Pikiran ialah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. ( Wikipedia 2011 ). Suksma sarira memiliki hubungan dengan Panca Maya Kosa yaitu lima pembungkus dari badan halus yang terdiri dari :
1. Anamaya kosa: badan dari sari makanan
2. Pranamaya kosa: badan dari sari nafas
3. Manomaya kosa: badan dari sari pikiran
4. Wijnanamaya kosa: badan dari sari pengetahuan
5. Anandamaya kosa: badan kebahagian
– Tri Antahkarana yaitu tiga unsur yang mempengaruhi diri
- Manas : adalah alam pikiran yang dipengaruhi oleh tri guna yaitu tiga tali pengikat yang terdidi dari :
– Satwam adalah sifat baik yang akan melahir jiwa manusia dialam kesenangan
– Rajas yaitu sifat hawa nafsu, pamerih,
– Tamas ialah sifat bodoh, berpikir tidak waras, malas dan banyak tidur
2. Budhi : yaitu kecerdasan
3. Ahamara yaitu kekuatan yang akan menghasilkan rasa ego
1.Panca Budhindriya yaitu lima indriya untuk mengetahui yang terdiri dari:
1. Srotendriya: indriya pada telinga
2. Tuakindriya: indriya pada kulit
3. Caksuindriya: inrdriya pada mata
4. Jihwendriya: indriya pada lidah
5. Granendriya: indriya pada hidung
2. Panca Karmendriya yaitu lima indriya pelaku yang terdiri dari:
1. Panindriya: indriya pada tangan
2. Padendriya: indriya pada kaki
3. Garbhendriya: indriya pada perut
4. Upasthendriya: indriya pada kelamin laki-laki
Bhagendriya: indriya pada kelamin wanita
5. Payuwindriya: indriya pada anus
Pikiran ialah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. ( Wikipedia 2011 ). Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan
c. Antahkarana Sarira
Antakarana Sarira adalah Jiwa (Artana, 2010, hal. 10 ). Antahkarana Sarira Merupakan badan penyebab atau atman / jiwa yaitu percikan – percikan kecil Sang Hyang Widhi yang ada dalam Mahluk Hidup. Dalam hal ini Sang Hyang Widhi/Tuhan Ynag Maha Esa disebut Parama Atma yaitu atma yang tertinggi. Atma inilah yang menyebabkan manusia atau mahluk lainya bisa hidup. Dalam diri manusia Atma itu disebut Jiwatman sedangkan Atma yang ada pada hewan disebut Janggama dan Atma yang menjiawai tumbuh – tumbuhan disebut Sthawara. Tetapi diantara manusia, binatang, dan tumbuh – tumbuhan, hanya manusia yang paling lengkap memilki tiga cir- ciri hidup yang disebut dengan istilah Tri Premana yaitu tiga zat hidup.
Konsep Desain Interior Asram Lembah Bayam selengkapnya