Gong Kebyar Di Banjar Dauh Pangkung, Desa Tista

Gong Kebyar Di Banjar Dauh Pangkung, Desa Tista

Kiriman: I Kadek Budi Artawan, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Karawitan adalah salah satu seni budaya yang ada di Pulau Bali ini. Karawitan atau sering disebut dengan gambelan sangat di sakralkan dan memiliki arti seni yang sangat tinggi. Dengan perpaduan suara dari gambelan dengan nada-nada yang estetis dan membuat para pendengar menjadi terkagum – kagum dan terkesima menyaksikan mendengar seni budaya ini. Gambelan ini juga memiliki sejarah tersendiri dalam pembentukan gambelan, antara lain

Seperti di Banjar Dauh Pangkung yang berada di Desa Tista, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Sejarah pembentukan gambelan di Banjar Dauh Pangkung di mulai dari tahun 1989 tepatnya 3 agustus 1989. Dimana sebelum pada saat itu di Banjar Dauh Pangkung belum mempunyai gambelan sehingga waktu piodalan di Pura pada saat itu tidak memakai gambelan sendiri akan tetapi ngupah sekaa di desa tetangga. Karena malu, jengah hanya Banjar Dauh Pangkung yang belum memiliki gambelan dan diadakanlah peparuman oleh tokoh – tokoh di Banjar Dauh Pangkung untuk membeli gambelan, tokoh – tokoh itu seperti :

  1. gusti sutarma.
  2. gede suarnata.
  3. wayan latra.

Berserta semua warga di Banjar Dauh Pangkung pada saat itu. Dari hasil peparuman tersebut dapat di ambil keputusan mengumpulkan dana untuk membeli gambelan dengan sistem peturunan. Dimana pengumpulan dana ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama hanya bisa membeli setengah barungan, antara lain :

  1. riong
  2. 2 gangsa
  3. gong
  4. kempur
  5. bende
  6. tawa – tawa
  7. kempli
  8. 2 kantil
  9. ceng – ceng
  10. jumblag
  11. jegog
  12. kempyung

Tahap kedua baru bisa membeli kekurangannya, antara lain :

  1. trompong
  2. ugal
  3. gangsa

Sejak saat itu Banjar Dauh Pangkung sudah memiliki gambelan tepatnya tanggal 3 agustus 1989 dan di bentuklah sekaa gambelan (sekaa gong). Sejak itu tidak ada lagi kata ngupah sekaa di setiap ada piodalan di Pura – Pura di Banjar Dauh Pangkung. Gamelan ini juga mengalami renovasi total yaitu ukiran kayu gambelan, pada awalnya belum diukir hanya kelihatan klasik dan juga di prada agar gambelan terlihat indah dengan warna – warni prada. Lokasi pengukiran pada saat itu diukir dibalai Banjar Dauh Pangkung tepatnya di Pura Pempatan Dauh Pangkung. Pengukiran tersebut diukir oleh warga Dauh Pangkung sendiri yang mempunyai usaha ukiran yaitu I Wayan Badir dan karyawannya. Gambelan inipun berkembang dan generasi muda mulai belajar memainkan gambelan ini. Saya beserta pemuda di Desa Dauh Pangkung melaksanakan latihan gambelan pada saat sabtu malam, untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan ini kami laksanakan secara rutin agar tidak pakumnya kesenian menabuh di Banjar Dauh Pangkung dan saya beserta pemuda juga dapat mementaskan gambelan pada saat odalan atau upacara di pura – pura.

Gambelan ini  selain digunakan untuk upacara di pura – pura juga dapat digunakan dalam acara – acara tertentu seperti : mengiringi pementasan tari – tarian, calonarang, dan segala jenis pertunjukan seni lainnya yang menyangkut karawitan. Karena warisan budaya ini nantinya akan diwariskan kepada kami. Itulah sejarah karawitan di  Banjar Dauh Pangkung. Seni budaya di Bali sangat beraneka ragam dan sangat di sakralkan. Para generasi muda harus bisa menjaga dan melestarikan budaya ini agar tidak hilang ditelan jaman dan supaya tidak diakui oleh Negara lain.Cintai seni budaya warisan nenek moyang kita. Narasumber Pak Wawan.

Gong Kebyar Di Banjar Dauh Pangkung, Desa Tista Selengkapnya

Garapan Jagat  Santhi

Garapan Jagat Santhi

Kiriman I Made Gawi Antara, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

            Komposisi Karawitan Jagat Santhi ini merupakan sebuah garapan musik karawitan inovasi baru yang masih berpegang pada pola-pola tradisi karawitan Bali. Pola-pola tradisi tersebut dikembangkan baik dari segi struktur lagu, teknik permainan maupun motif-motif gendingnya dengan penataan atau pengolahan unsur-unsur musikal seperti nada, melodi, irama (ritme), tempo, harmoni dan dinamika. Di samping itu juga dilakukan penataan penyajian agar musik yang disajikan tidak hanya enak didengar tetapi juga enak dilihat. Selain hal-hal tersebut di atas, sifat-sifat estetik umum seperti unity (keutuhan, kekompakan, kerapian), intensity (kekuatan, keyakinan, kesungguhan) dan complexity (kerumitan) dijadikan acuan dalam mewujudkan karya untuk memberikan bobot seni terhadap garapan yang berkualitas.

Deskripsi Garapan

Istilah komposisi secara umum berarti susunan. Dalam konteksnya dengan karawitan Bali berarti susunan elemen-elemen musikal menjadi sebuah gending atau lagu. Begitu juga dengan musikalitas garapan komposisi Jagat  Santhi ini, disusun berdasarkan komposisi / struktur garapan yang terdiri dari empat bagian yang akan disebutkan sebagai bagian pertama, kedua, ketiga dan  keempat dimana masing-masing bagian memiliki karakter musikal yang berbeda.

Komposisi Karawitan Jagat Santhi  ini merupakan sebuah garapan musik karawitan inovasi baru yang masih berpegang pada pola-pola tradisi karawitan Bali. Pola-pola tradisi tersebut dikembangkan baik dari segi struktur lagu, teknik permainan maupun motif-motif gendingnya dengan penataan atau pengolahan unsur-unsur musikal seperti nada, melodi, irama (ritme), tempo, harmoni dan dinamika. Di samping itu juga dilakukan penataan penyajian agar musik yang disajikan tidak hanya enak didengar tetapi juga enak dilihat. Selain hal-hal tersebut di atas, sifat-sifat estetik umum seperti unity (keutuhan, kekompakan, kerapian), intensity (kekuatan, keyakinan, kesungguhan) dan complexity (kerumitan) dijadikan acuan dalam mewujudkan karya untuk memberikan bobot seni terhadap garapan yang berkualitas.

Pengertian wujud mengacu pada kenyataan yang nampak secara kongkrit (berarti dapat dipersepsi dengan mata atau telinga) maupun kenyataan yang tidak tampak secara kongkrit, yang abstrak, yang hanya bisa dibayangkan, seperti suatu yang diceritakan atau dibaca dalam buku. Wujud dari suatu garapan yang dinikmati oleh masyarakat/penonton merupakan hasil terakhir dari proses kreativitas yang berawal dari perencanaan, penciptaan dan penampilan dengan menggunakan media tertentu.

Terkait dengan garapan ini, sebagaimana telah diulas dalam bab sebelumnya bahwa wujud dari garapan ini adalah sebuah karawitan inovatif yaitu merupakan sesuatu yang bersifat baru atau pembaharuan dalam karya seni, namun masih berpijak pada unsur-unsur tradisi yang telah ada sebelumnya. Unsur-unsur tersebut dikembangkan dan diberikan sentuhan kreatif disesuaikan dengan perkembangan estetika masa kini.

Analisa Pola Struktur Garapan

Istilah komposisi secara umum berarti susunan. Dalam konteksnya dengan karawitan Bali berarti susunan elemen-elemen musikal menjadi sebuah gending atau lagu. Begitu juga dengan musikalitas garapan komposisi Jagat Santhi  ini, disusun berdasarkan komposisi / struktur garapan yang terdiri dari empat  bagian yang akan disebutkan sebagai bagian pertama, kedua, ketiga dan  ketiga dimana masing-masing bagian memiliki karakter musikal yang berbeda.

Bagian ini adalah bagian awal dari garapan Jagat Santhi. Dalam bagian ini dimulai dengan kebyar dan dilanjutkan motif pukulan riyong. yang menggambarkan suasana dimana bumi ini sedang kacau. Pada bagian ini dimulai oleh instrumen Ganggsa, kantil,jublag, jegog, kendang dan  riyong  yang dipukul bersamaan dengan melodi yang sama,  dilanjutkan dengan jejagulan kendang, dengan pukulan gong sebagai finalisnya, dilanjutkan dengan permainan riyong ,jublag, dan jegog  Setelah permainan riyong dilanjutkan dengan permainan ganggsa, kantil,jublag, jegog suling, dengan melodi yang sama, setelah permainan ganggsa, kantil, julag, jegog, suling dilanjutkan permainan gegenderan  dilanjutkan dengan permainan suling dan jublag, dan jegog setelah permainan suling dan jublag dan jegog masuk permainan kendang,ganggsa, kantil, jublag, jegog dan riyong dimana permainan dari semua instrumen berbeda- beda kemudian dilanjutkan dengan suling dan vokal.dilanjukan dengan kebyar dimana  instrumen yang dimainkan secara bersamaan adalah kendang, riyong, ganggsa, jublag, jegog, suling yang semuanya diawali dengan nada (ndang) kajar sebagai tempo dari permainan itu, permainan ceng-ceng ricik,kendang, riyong, ganggsa jublag, jegog dan pukulan gong sebagai finalisnya, dilanjutkan permainan suling, jublag, jegog dan jejagulan kendang dilanjutkan dengan permainan bersamaan. Setelah permainan itu masuk permainan kekotekan  dimana permainan ini diulang dua kali secara bersamaan, dilanjutkan permainan riyong, jublag, jegog, suling dan gong sebagai finalis gending bagian pertama untuk peralihan bagian pertama ke bagian kedua.

Garapan Jagat  Santhi Selengkapnya

Angklung Purnama Budaya, Banjar  Batubidak, Kerobokan, Bagian I

Angklung Purnama Budaya, Banjar Batubidak, Kerobokan, Bagian I

Kiriman:  I  Made Sujendra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Profil  Desa Kerobokan

Kerobokan dulunya pemerintahanya  menggunakan istilah “ Perbekel” dan kebanyakan  mata pencaharian masyarakatnya sebagai petani. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka pemerintahanyapun tidak lagi menggunakan istilah Perbekel, dengan sebutan “Kepala desa” dan dengan diberlakukanya Undang- undang Otonomi Daerah, desa kerobokan dibagi menjadi tiga pemerintahan yaitu: “Kerobokan Kaja, Kerobokan dan Kerobokan Kelod”, dengan status Pemerintahanya memakai status “ Kelurahan”, namun tetap menjadi satu Desa Adat yakni “ Desa adat Kerobokan”.

Desa adat Kerobokan, terdiri dari : dua puluh lima Banjar Dinas dan empat puluh delapan Banjar Adat.  Mengempon “ satu Pura Desa Puseh, satu Dang Kahyangan ( Pura Petitenget ) dan lima pura Kahyangan”, termasuk salah satu di dalamnya Pura Dalem Kerobokan, yang letaknya paling Utara dan termasuk ke dalam wilayah “ Banjar Adat Batubidak”.

Hubungan   Pura Dalem  Kerobokan Dan  Sekehe  Angklung  “Purnama   Budaya”   Banjar   Batubidak  Kerobokan

            Pada awal- awal kemerdekaan , Pura Kahyangan Tiga dan Sad Kahyangan yang berada dilingkungan wilayah Desa Adat Kerobokan, diempon oleh warga banjar yang terdekat dengan Pura tersebut, dibantu oleh warga yang  dapat mengerjakan tanah “ Pelaba Pura”atau dengan kata lain mendapat Catu /Pecatu, sehingga mereka memiliki kewajiban untuk menghaturkan Piodalan di Pura tersebut. Karena lokasi Pura Dalem Kerobokan berdampingan dengan “ Pura Bujangga Waisnawa” dan “Pura Hyang Ratu Gede Pengubengan” maka penyungsungnya menjadi pengempon utama dari pada Pura Dalem Kerobokan, yang mayoritas merupakan cikal bakal pendiri Sekehe Angklung Purnama Budaya Banjar Batubidak Kerobokan.

Terbentuknya  Sekehe  Angklung “ Purnama Budaya”  Br Batubidak Periode, Tahun 1940 -1962

            Mayoritas kehidupan masyarakat pada saat itu sebagai petani, sehingga mereka bebas menentukan waktu mereka bekerja tanpa adanya ikatan jam kerja. Pada umumnya mereka pagi-pagi buta sudah berangkat ke lahan mereka masing-masing dan ketika hari sudah mulai agak panas biasanya mereka akan segera beranjak pulang. Sisa waktu biasanya dimanfaatkan berkumpul diluar rumah sambil membawa ayam aduan mereka masing-masing. Hiburan pada saat itu agak jarang ,tidak seperti sekarang.

            Berawal dari kecintaan mereka terhadap seni, akhirnya mereka sepakat membuat seperangkat gamelan angklung, melalui kelompok pemetik padi, yang dalam istilah balinya disebut “ sekehe manyi ,mereka membeli seperangkat gamelan sedikit demi sedikit sehingga menjadi seperangkat angklung “ keklentangan”. Setelah seperangkat gamelan terbentuk , karena di Bali tidak bisa terlepas dari yang namanya upakara untuk kesucian barungan gamelan tersebut.

            Keinginan untuk mendapatkan  taksu, atas kesepakatan akhirnya mereka mohon taksu atau  mendak Pregina di Pura Dalem Kerobokan. Sebagai rasa sujud bakti  sekehe angklung akan selalu siap ngayah setiap ada keperluan gamelan, mulai dari Pujawali, Melasti, Caru atau Tawur Agung termasuk juga acara pengabenan masal yang diselenggarakan oleh Pura Dalem Kerobokan dan ini masih tetap berlaku sampai pada saat ini.

            Mengingat luasnya wilayah Desa Adat Kerobokan, banyaknya Pura-pura Paibon, dan minimnya jumlah Gamelan pada saat itu  maka keberadaan Sekehe Angklung sangat membantu kegiatan adat di Desa kerobokan , mulai dari ; upacara Pitra Yajna, Dewa Yajna, Manusa Yajna dan lain-lainya. Adapun gending –gending yang disajikan pada saat itu , hanyalah tabuh-tabuh keklentangan. Dengan kondisi seperti ini  sangat mendukung perkembangan angklung Purnama Budaya, karena dengan seringnya mereka diupah,  tentunya sekehe yang bersangkutan bisa memiliki khas, yang akan digunakan untuk melengkapi dari pada barungan gamelan tersebut, diantaranya, satu buah Gong yang terbuat dari Drum, sepasang kendang besar dan mengganti Pelawah Gamelan yang pertama, yang konon bentuknya sangat sederhana sekali.

Periode , Tahun  1962 – 1965

             Pada periode ini, terjadi regenerasi yang merupakan generasi ke -2 di sekehe Angklung Purnama Budaya. Setelah memiliki instrument Gong dan Kendang besar mulailah mereka mencari Tabuh-tabuh petegak, Pelegongan dan tari  Lepas. Inilah yang merupakan awal mula berdirinya Legong Angklung “ PURNAMA  BUDAYA” Br. Batubidak Kerobokan, dengan pelatih tabuh waktu itu adalah Bapak I Nyoman Dendi ( almarhum ), dari Banjar Pemedilan Denpasar. Para penarinya pada saat itu diambil dari beberapa banjar yang merupakan PENGEMPON DALEM   antara lain : Banjar Batubidak, Banjar Babakan dan Banjar Batuculung. Tarian yang dicari antara lain seperti :

  • Tari Pendet , dengan 4 orang Penari.
  • Tari Marga Pati.
  • Tari Tenun.
  • Tari Wiranata.
  • Tari Panji Semirang.
  • Tari Oleg Tamulilingan.
  • Palawakia.
  • Legong Keraton.

            Semenjak resmi berdiri legong angklung Purnama banyak mendapat undangan pentas di desa-desa lain. Menurut penuturan Bapak IKetut Sunia (85 tahun) selaku nara sumber, ketika mereka pentas di tempat lain, rombongan sering dihadang di tengah perjalanan  biasanya, jalan-jalan dipenuhi dengan bambu, batu, kayu dan material-material lainya. Hal ini merupakan konsekwensi dari situasi politik yang bergejolak ketika itu.  Menurut Bapak Ketut Sunia misalnya ketika rombongan pentas di Desa Sembung dan di Bukit, bahkan kuda penarik kereta juga dilempari orang tak dikenal. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rawanya situasi ketika itu, transportasi satu-satunya saat itu adalah dokar, juga tidak ada penerangan listrik. Setelah terjadinya peristiwa G-30 S PKI, menyebabkan legong Angklung Purnama dibubarkan   (mesimpen ), dengan suatu upacara yang disebut dengan Metebasan dengan sarana utama yaitu memakai seekor burung Cinglar.

            Walaupun legong telah dibubarkan, kegiatan sekehe angklung masih tetap berjalan sebagaimana mestinya, karena Gamelan saat itu masih langka. Tapi untuk upacara Dewa yajnya merka sudah memakai Gong dan kendang besar ( cedugan / gupekan ), dan untuk Pitra Yajnya mereka memakai tabuh-tabuh kekelentangan, jadi sudah mulai ada perbedaan dalam pemakaian instrument. Ini berlangsung sampai tahun 1980-an.

Angklung Purnama Budaya, Banjar  Batubidak, Kerobokan, Badung I selengkapnya

Konsep Desain Puri Gading Spa And Beauty Salon

Konsep Desain Puri Gading Spa And Beauty Salon

Kiriman Pande Nyoman Wira Gunartha, Mahasiswa PS. Desain Interior ISI Denpasar.

Latar Belakang Konsep

 Sebelum memulai untuk merancang sebuah interior, desainer harus melakukan pemikiran mengenai konsep. Konsep desain interior adalah dasar pemikiran desainer didalam memecahkan permasalahan atau problem desain. Pengertian konsep menurut Poerwadarminta berasal dari bahasa latin yaitu Conseptus yang berarti tangkapan. Secara subyektif pencaharian konsep adalah kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu, dan secara obyektif pencaharian konsep adalah sesuatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek. Jadi konsep adalah hasil dari tangkapan manusia. Di dalam konsep terdapat tanda-tanda umum dari suatu benda atau hal. Fungsi dari konsep yakni untuk menghasilkan ekspresi dalam wujud  perencanaan. Sebelum menciptakan sebuah desain, konsep dituangkan melalui gagasan ide awal yang ada pada proses pra-desain. Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan. Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks, dan keyakinan dapat digabungkan bersama. Suatu konsep harus mengandung kelayakan, ia menunjang maksud-maksud dan cita-cita pokok suatu proyek dan memperhatikan karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari setiap proyek. Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi soal arsitektonis formal seperti siang hari, ruang, urutan ruang, integrasi struktur dan bentuk, dan penapakan (siting) dalam bentuk alam.

Suatu tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh rancangan suatu proyek. Gagasan superorganisasi mengacu kepada konfigurasi geometris umum atau hirarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian suatu proyek. Suatu gagasan superorganisasi memungkinkan variasi pola di antara bagian-bagian, hanya selama mereka memperkuat pola keseluruhan. Tujuan gagasan superorganisasi adalah untuk memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan-keistimewaannya sendiri dan masih menunjang keseluruhannya. Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dari suatu metode pengajaran khusus, metode ini menghendaki agar dapat mengembangkan kecakapan konseptual sampai suatu tingkat yang tinggi.

Jenis-jenis Konsep dalam Desain

  1. Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
  2. Metafora (memperhatikan abtraksi-abtraksi)
  3. Hakikat (memperhatikan di luar kebutuhan-kebutuhan program)
  4. Konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
  5. Cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)

Dalam perancangan desain Puri Gading Spa dan Beauty Salon ini, mahasiswa menggunakan konsep yang mengarah ke Analogi, karena desain Spa dan Salon ini harus memiliki ciri khas yang tersendiri dari Spa dan salon yang lain. Bila arsitek atau desainer tidak memiliki cita-cita untuk acuan dan menggunakannya dalam konseptualisasi dan mengembangkan rancangan-rancangan mereka, tugas mereka akan lebih sulit.

Wawasan, gagasan, konsep, dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Pencaharian akan konsep yang tepat dan penerapannya dapat membantu menciptakan arsitektur yang baik. Konsep yang dipilih dalam Desain Interior Puri Gading Spa and Beauty Salon ini adalah Natural Terapi. Konsep ini merupakan perpaduan kebutuhan suasana pada sebuah Salon dan Spa yaitu ketenangan dengan karakter sentuhan alam yg lembut. Pengambilan konsep ini bertujuan untuk menciptakan suasana tenang bagi penghuni Salon dan Spa karena Spa adalah tempat Relaksasi yang harus memiliki kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya. Selama ini fasilitas pada Salon dan Spa dirancang hanya berdasarkan aspek fungsi tanpa sentuhan nilai estetis, kenyamanan bagi penggunanya. Gaya yang dipilih pada desain interior Puri Gading Spa and Beauty Salon adalah modern.

Penjabaran Konsep

a. Pengertian Natural Terapi

Sejak 25 abad yang lalu, Hipokrates sudah meyakini bahwa tubuh mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Istilah natural sendiri dalam bahasa Inggris merupakan suatu adjective (kata sifat ) yang berarti not artificial or manmade. Dalam pengobatan alternatif istilah natural merupakan suatu simbol kebaikan. Oliver Wendell Holmes (1809-1894) menyebutkan pandangan ini sebagai “the nature –trusting heresy”. Kepercayaan ini memisahkan secara jelas antara dua kutub moral seperti antara natural dengan artificial, pure dengan toxic, organic dengan synthetic, teknologi sederhana dengan teknologi canggih. Kedokteran konvensional secara otomatis mengalami ‘kerugian’ dari prinsip dua kutub ini karena kedokteran konvensional seringkali dihubungkan dengan teknologi yang canggih yang berlawanan dengan kesederhanaan dan sifat alami.

Istilah natural ini semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran konvensional yang lebih menitikberatkan pada basis molekuler, patofisiologi penyakit dan penyembuhan penyakit dengan penggunaan obat-obatan kimia. Seringkali kedokteran konvensional melupakan faktor internal dari kesembuhan penyakit seperti bagaimana meningkatkan respon internal kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dan meningkatkan peran aktif pasien bagi kesembuhan dirinya.

Hal tersebut diatas menjadikan istilah natural menjadi identik dengan pengobatan alternatif meskipun sebenarnya praktisi kedokteran konvensional menerapkan pula penyembuhan suatu penyakit kepada faktor internal tubuh seperti kesembuhan pada luka, prinsip self-limitting disease pada infeksi virus, maupun tirah baring untuk pemulihan. Di satu sisi istilah natural / alami yang selalu bernuansa positif dan tidak berbahaya juga tidak berlaku mutlak pada semua bahan yang dikatakan alami seperti: sealaminya racun ular yang digunakan untuk pengobatan tetaplah sangat berbahaya, ataupun reaksi idiosinkrasi seperti sindrom steven johnson dapat terjadi dengan hanya mengkonsumsi ginseng dengan dosis yang reguler. Dalam Desain Interior Puri Gading Spa and Beauty Salon ini penggunaan konsep Natural di aplikasikan pada seluruh elemen ruang dan fasilitas. Seperti halnya dengan penerapan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding, plafon. Pada plafon unsure natural yanag digunakan adalah penggunaan bahan alami dan menimbulkan kesan berada di lingkungan alam.

             Terapi berasal dari bahasa Inggris yang asal katanya ialah “therapy yang berarti terapi, pengobatan”.  Sedangkan menurut bahasa Arab terapi sepadan dengan kata Syafa- Yasyfi- Syifaan, yang berarti pengobatan, mengobati,  menyembuhkan. Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi berarti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit,  pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Didalam Kamus Ilmu-ilmu Sosial juga ditemui kata therapy yang berarti perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang individu. Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi kata therapy berarti suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu kondisi patologis.

Adapun pengertian terapi secara terminologi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: menurut pendapat Andi Mappiere AT, mengatakan Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi pribadi.
Adapun menurut Abdul Aziz Ahyadi terapi ialah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada, meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.

Kemudian menurut James P Chaplin yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir: Mengartikan terapi dari dua sudut pandang. Pertama: Secara khusus adalah penerapan tenik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penenangan diri setiap hari. Kedua: Secara luas adalah mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Maka sudah jelaslah bahwa pengertian terapi adalah pengobatan alam pikiran dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.  Dari uraian diatas dapat disimpulkan Pengertian natural terapi adalah pengobatan yang menggunakan unsur alamiah dari alam yang dapat memberikan kesehatan bagi tubuh. Dalam perancangan Spa dan Salon ini penerapan Natural diterapkan pada bentuk ruang dan bahan yang digunakan dalam desain interior ini. Dan unsur terapi diterapkan dengan pemilihan warna hangat dan teduh yang secara psikologis dapat menciptakan suasana ruang yang nyaman bagi kejiwaan personal pengguna ruang tersebut.

b. Warna

Keindahan warna bisa diterapkan pada dinding ruang, dll. Selain untuk estetika, warna pada rumah juga memiliki fungsi lain. Saat ini banyak ruangan dicat dengan warna yang tidak selalu putih atau krem, melainkan dengan warna yang lebih mencolok, seperti merah dan hijau. Selain itu, ada ruangan yang catnya merupakan kombinasi dua warna atau lebih. Sedikit bermain dengan warna cerah dapat membuat hunian terasa menyenangkan dan segar untuk dipandang. Selain itu, penggunaan warna lebih dari satu juga banyak manfaatnya. Manfaat warna hunian warna-warni antara lain untuk memberi aksentuasi atau kesan yang berbeda agar bisa menimbulkan tampilan yang lebih variatif dan mempertegas konsep ruangan.

Penggunaan warna yang beragam pada interior lebih tepat jika rumah tersebut luas dan lebar agar kesan terlalu luas bisa dikurangi. Jika ruangan itu kecil, menggunakan banyak warna malah akan membuat ruangan di dalamnya terasa semakin sempit. Untuk bermain warna, sebaiknya disesuaikan dengan Konsep yang dipakai dalam suatu desain. Beberapa pakem tetap harus menjadi perhatian. Salah satunya, penggunaan warna berbeda, tetapi masih turunan warna dasar. Misalkan warna yang sama, tapi lebih soft atau bahkan lebih tua. Aryo menuturkan, rumah bergaya minimalis modern cenderung dapat lebih leluasa memainkan warna-warnanya bisa kontras dan berani. Tiap warna mempunyai karakter dan sifat yang berbeda-beda. Berikut merupakan karakter–karakter warna:

Biru tua Melambangkan perasaan yang dalam. Warna ini mempunyai karakter tentang konsentrasi, ketenangan, bekerjasama, dapat menerima segala masukan, perasa, cerdas dan bersatu. Selain itu warna biru juga memberikan pengaruh lemah lembut, bijaksana, cepat puas, pangasih dan penyayang, tidak mudah tersinggung dan banyak kawan.

Merah dan Orange Melambangkan kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, agresif, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat.

Hijau dan Biru Melambangkan elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini antara lain teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian tetap.

Kuning Terang Warna ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses.

Ungu Ungu adalah capuran warna merah dan biru. Menggambarkan sikap “gempuran” keras yang dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus ke pengertian yang dalam dan peka. Bersifat kurang teliti namun penuh harapan.

Konsep Desain Puri Gading Spa And Beauty Salon selengkapnya

Konsep Garapan Karawitan Gehgean

Konsep Garapan Karawitan Gehgean

Kiriman I Gusti Putu Adi Putra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Kehidupan merupakan satu anugrah terindah yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Dikarenakan dalam kehidupan  banyak sekali sesuatu yang ada didalamnya. Seperti halnya Tuhan menciptakan segala macam yang menghiasi kehidupan, baik itu berupa pepohonan, binatang maupun mahluk hidup serta manusia yang diciptakan yang paling sempurna di antara kesemuanya itu. Namun dalam kesempurnaan itu manusia masih sangat banyak kekurangan dan keburukan yang melekat di tubuh manusia itu sendiri. Seperti diketahui, kepuasan atau rasa bahagia akan tergugah bila kita mengalami peristiwa yang menyenangkan terutama peristiwa baik yang terjadi antara manusia dengan manusia.

 Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna ingin meningkatkan terus peradabannya, karena telah diberi akal dan budi oleh Sang Penciptanya. Setiap insan manusia yang dilahirkan ke dunia ini mempunyai kekurangan serta kelebihan pada setiap individunya, bahkan kekurangan itu sendiri akan menjadi beban yang akan selalu membayang-bayangi di setiap jalan hidupnya. Namun di balik kekurangan tersebut Sang Pencipta mempunyai tujuan tertentu yang tidak bisa diketahui oleh setiap insan manusia itu sendiri. Seberapa besar kekurangan yang ada pada diri manusia, tentunya ada kelebihan yang dimiliki, asalkan bisa mensyukuri serta memanfaatkan kekurangan tersebut niscaya akan menjadi hal yang paling berguna serta bermanfaat bagi orang lain.

 Kehidupan ini tak jauh beda layaknya dua sisi mata uang yang berbeda serta mempunyai unsur yang tidak sama satu sama lain, sama juga halnya dengan sebuah konsep rwa bhineda yaitu ada laki-laki, perempuan, sifat baik serta sifat buruk yang seakan-akan selalu saling berdampingan yang tak akan bisa terpisahkan. Maka dengan itu, bagaimana sempurnanya manusia yang diciptakan oleh Hyang Maha Kuasa tetap saja masih banyak kekurangan yang ada pada dirinya. Selain dari pada itu di dalam kehidupan ini manusia banyak sekali menganggap dirinya paling sempurna, akan tetapi di balik itu semua manusia terlahir memiliki segala macam kekurangan maupun kelebihan, terlebih lagi keburukan yang selalu menyertai, baik dari sikap maupun kebiasaan yang dilakukan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa manusia diciptakan belum sepenuhnya sempurna.

Di balik semua itu kehidupan manusia satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki kebiasaan serta tabiat yang berbeda. Seperti apa yang dialami penata yang mempunyai kekurangan dan kebiasaan gehgean. Yang mana kebiasaan ini tidak dapat dihilangkan, walaupun sudah berusaha diobati dengan segala hal. Kebiasaan penata ini sudah ada sejak bangku sekolah dasar dan masih terjadi sekarang.

Dalam kamus Bali Indonesia dijelaskan bagaimana arti kata gehgean itu sendiri, yaitu sifat suka terkejut dan menirukan secara otomatis omongan atau gerakan orang yang menimbulkannya dengan mengagetkan. Gehgean adalah suatu keadaan kejiwaan di mana sesorang menjadi seperti kesurupan dan meniru secara otomatis omongan atau gerakan orang yang menimbulkannya dengan mengagetkan penderita. Gehgean merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan dikarenakan faktor lingkungan. Gehgean  adalah respons reflektif berupa perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika seseorang merasa kaget. Gehgean bukanlah penyakit mental, tapi lebih merupakan kebiasaan yang tertanam di pikiran bawah sadar. Setiap orang gehgean punya respons yang berbeda-beda di antarnya: mengulangi perkataan orang lain, meniru gerakan orang lain, mengucapkan kata-kata tertentu berulang-ulang (biasanya kata-kata jorok), melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, seperti ; ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti jongkok atau loncat, dia akan melakukan perintah itu seketika.

Melihat fenomena yang terjadi, maka munculah sebuah inspirasi dan ingin mengangkat gehgean untuk dijadikan sebuah judul komposisi karawitan dalam bentuk tabuh kreasi. Secara umum dalam kamus bahasa Bali Indonesia gehgean dapat diartikan keadaan jiwa yang mengalami kebiasaan kaget serta berbuat refleks seperti perkataan, maupun perbuatan. Selanjutnya inspirasi ini kemudian akan dituangkan ke dalam media ungkap Gong Kebyar dan menjadi sebuah wujud karya tabuh kreasi.

Dalam penuangan ide penata mencoba mentransformasikan dengan sebuah media atau alat musik Gong Kebyar sebagai media ungkap yang akan mendukung dari karya komposisi ini. Itu dikarenakan Gong Kebyar sangat kaya akan sumber inspirasi serta mendukung suasana dan karakter dari karya komposisi tabuh kreasi yang berjudul “Gehgean”. Dalam karya komposisi ini, masih berpijak pada pola- pola tradisi yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan saat ini.  Pola tradisi seperti pengawit, pengawak, pengecet serta  pola-pola musikal yang di dalamnya terdapat pola kotekan, kakilitan, kebyar, gagenderan, dan yang lainnya serta didukung dengan unsur-unsur musik seperti tempo, irama, melodi, ritme, harmoni, dinamika yang akan membentuk tabuh kreasi yang berjudul ”Gehgean”.

Ide Garapan

Dalam penggarapan komposisi karawitan sudah barang tentu didasari oleh segala macam ide yang muncul yang nantinya bisa membentuk karya komposisi karawitan itu sendiri. Segala macam bentuk ide yang muncul tentunya didukung oleh segala aspek kemampuan si penatanya. Ide yang baik tanpa teknik yang mantap tidak akan menghasilkan komposisi yang baik, sebaliknya dengan teknik yang mantap setidaknya akan menghasilkan komposisi yang enak di dengar. Berbekal dan berangkat dari sana, serta melihat fenomena yang terjadi pada diri sendiri serta dengan segala kekurangan dan pengalaman pribadi yang memiliki kebiasaan gehgean, maka penata ingin mengangkat pengalaman pribadi ini dan mencoba untuk membuat sebuah karya komposisi karawitan yang berbentuk tabuh kreasi yang berjudul  “Gehgean.”.

Melihat fenomena yang ada pada diri penata, maka timbulah ketertarikan penata untuk menuangkan ide ini, dan mengangkat Gong Kebyar sebagai media ungkap untuk mendukung dari komposisi karawitan yang berjudul “Gehgean” ini. Gong Kebyar merupakan salah satu dari sekian banyak barungan gamelan yang ada di Pulau Dewata ini. Barungan gamelan Gong Kebyar ini merupakan barungan gamelan yang dalam klasifikasinya termasuk barungan yang tergolong muda atau madya. Selain itu pula di dalam tatanan penyajian komposisinya sangat bebas, kendatipun ada dari beberapa bagian-bagian tertentu masih menggunakan jajar pageh atau hukum-hukum tabuh klasik. Seperti tabuh-tabuh klasik pagongan misalnya tabuh pisan, tabuh dua, tabuh telu, tabuh pat, tabuh kutus dan sebagainya.

Selain dari pada itu di dalam penyajian gamelan Gong Kebyar sangat identik sekali dengan penyajian dalam bentuk karawitan instrumental yang gending atau lagunya masih bersumber dari beberapa jenis-jenis gending dari beberapa gamelan yang lainnya. Maka dari itu gamelan Gong Kebyar adalah barungan gamelan yang sangat fleksibel sifatnya.

 Dipilihnya gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkap dalam mendukung dari garapan ini, dikarenakan gamelan ini sangat mampu mendukung suasana serta karakter  dari garapan komposisi “Gehgean” ini Seperti: gembira, keras, lembut, tegang, yang disesuaikan dengan alur dari pada garapan kreasi “Gehgean” ini.

Dalam karya yang berbentuk tabuh kreasi ini, penata memakai istilah bagian, yaitu bagian I, bagian II, bagian III dan seterusnya. Maka dengan hal tersebut, penata mengembangkan serta menggarap dan mewarnai dengan pola-pola garap kekinian seperti aksen-aksen, tempo, harmoni, ritme sesuai dengan perkembangan saat ini.

Konsep Garapan

Pembentukan sebuah karya sudah barang tentu didasari dengan sebuah konsep sebagai rancang bangun dari sebuah karya. Konsep dalam hal ini akan sangat membantu atau mempermudah seorang komposer atau penata dalam suatu pembentukan sebuah karya yang ingin diangkat untuk dijadikan sebuah karya musik ataupun karya dalam bidang karawitan dan mempermudah dalam mewujudkan garapan. Selain itu dalam konteks karya seni akademik, sebuah  konsep garapan akan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memberikan pertanggung jawaban secara konprehensif terhadap hasil karya yang telah dibuat.

Komposisi karawitan ”Gehgean” ini merupakan sebuah karya tabuh kreasi yang secara umum konsep musikalnya masih mengacu kepada konsep garap musik tradisi, seperti halnya dalam konsep tri angga seperti ada kawitan, pengawak, serta pengecet. Berpijak dari konsep tradisi ini, tentunya akan selalu menjadi pijakan maupun pedoman yang mendasari dari sebuah karya komposisi karawitan. Pada intinya bagian-bagian yang sesuai dengan konsep tri angga seperti kepala (Pengawit), badan (pengawak), kaki (pengecet)  tersebut dikembangkan melalui pengembangan unsur-unsur musikalnya. Dalam garapan tabuh kreasi Gehgean ini memakai media ungkap gamelan Gong Kebyar, itu dikarenakan gamelan ini sangat mendukung karakter maupun suasana yang diinginkan. Sesuai dengan kebutuhan dari garapan ini, penata  didalam garapan ini akan menggunakan 30 atau lebih penabuh sebagai pendukung.

Konsep Garapan Karawitan Gehgean selengkapnya

Pengantar Garapan Jagat  Santhi

Pengantar Garapan Jagat Santhi

Kiriman I Made Gawi Antara, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Hidup ini adalah suatu dinamika. Dinamika tanpa kendali ibarat perahu tanpa kemudi ia akan berlayar menurut arah angin dan ombak yang berhembus. Demikian juga kebudayaan Bali yang didukung oleh manusia dan masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu. Dinamika kehidupan ini wajib dikendalikan agar jangan kehilangan jati dirinya atau nafasnya yaitu Agama Hindu. Dalam dinamika akan selalu ada inovasi, inovasi jangan sampai kehilangan inti tradisi yang mengandung nilai universal .

            Bagi para seniman kreatif, dalam hal berkesenian kreativitas menjadi hal yang penting guna memberikan spirit dan vitalitas terhadap seni tradisi agar lebih bergairah dan mampu mengaktualisasikan diri dengan situasi dan perkembangan estetika pada jamannya. Sejalan dengan pemikiran ini, I Komang Sudirga juga mengatakan bahwa dengan modal kreativitas, setiap generasi seniman akan berupaya untuk memberikan sentuhan baru pada kesenian tradisi yang mereka miliki sehingga nantinya akan mampu memberikan angin segar guna mendorong bangkitnya kesenian masa lampau.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu perkembangan dan perubahan  di dalam jagad seni akan sangat ditentukan oleh kerja kreatif senimannya. Begitu pula sebaliknya, kesenian akan mandeg jikalau tidak ada kreativitas dari seniman kreatif. Periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini. Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan ke seluruh Bali, bahkan keluar daerah serta ke luar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa memiliki 2 – 3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Sebagaimana halnya dengan lahirnya ide karya komposisi karawitan yang akan penata beri judul Jagat Santhi, ini merupakan sebuah bentuk karya komposisi karawitan inovatif yang lahir dan terinspirasi dari fenomena lika- liku kehidupan manusia di dunia ini. Jadi secara substansi dapat dikatakan bahwa latar belakang lahirnya garapan ini dari ide musikal.

Jagat Santhi  merupakan dua buah kata yang bersumber dari bahasa Jawa Kuna yaitu dari kata Jagat artinya bumi (dunia), sedangkan Santhi artinya damai (perdamaian). Jadi Jagat Santhi di sini diartikan sebagai sebuah ungkapan rasa untuk menyatakan sesuatu kedamaian di dunia, kedamaian dalam hal ini dimaksudkan sebagai sebuah kondisi kehidupan masyarakatnya tenteram, sejahtera, damai dan bebas dari penderitaan. Kondisi inilah yang menjadikan penata untuk mentransformasikan menjadi sebuah garapan  komposisi karawitan inovatif.

Jagat Santhi  dalam konteks garapan ini, akan tercermin dari suasana yang dimunculkan dari tabuh ini lebih banyak akan mengolah unsur melodi sehingga mampu menghasilkan sebuah wujud garapan yang melodis. Setiap orang di dalam berkreativitas secara umum selalu ingin mengungkapkan ekspresi estetis yang mereka miliki, selanjutnya dituangkan ke dalam media ungkap dan menjadi sebuah wujud karya.

Berdasarkan judul diatas penggarap menemukan beberapa kesan, yang pertama adalah hasrat untuk menampilkan suasana hati yang damai kedalam garapan Jagat  Santhi  dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan suatu komposisi karawitan inovatif yang terdiri dari unsur-unsur keindahan (Estetika) yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh masyarakat dengan instrumentasi dan unsur musikalnya.

Dari hal tersebut, memunculkan suatu ide yang ditransformasikan menjadi sebuah komposisi karawitan inovatif yang diungkapkan melalui media ungkap yaitu beberapa instrument dari barungan gamelan gong kebyar sebagai wujud garapan, merupakan media pokok dalam mencurahkan unsur- unsur rasa musikal. Dimana gamelan ini merupakan gamelan golongan baru dan perkembangannya begitu pesat hampir setiap banjar memiliki barungan gamelan ini karena fungsinya memang mendominer alat-alat barungan lainya. Sebagai karawitan yang berdiri sendiri maupun sebagai iringan tari juga alat ini berfungsi untuk menghidangkan gending-gending lelambatan dan memiliki ciri motif yaitu  sistem pukulan memakai sistem ubit-ubitan, sifatnya gembira, gelisah,dan tekhnik permainan ditonjolkan, pukulan cecandeatan atau jalinan sangat menonjol, alat sangat memegang peranan, pukulan gong, kempli, jegogan, jublag disesuaikan dengan tema lagu.

Maka gamelan gong kebyar ini penata gunakan sebagi media ungkap, karena gambelan ini memiliki rasa musikal tinggi untuk menggambarkan suasana kehidupan untuk mencapai kedamaian.

Ide Garapan

Ide garapan merupakan gagasan pikiran yang ingin disampaikan oleh seorang penggarap dalam karya seni. Ide dalam sebuah garapan karya seni dianggap sangat penting, sebab tanpa adanya ide garapan mustahil akan terwujud. Dalam mendapatkan sebuah ide adalah suatu hal yang gampang-gampang susah, karena ide terkadang muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba, namun terkadang juga harus mencarinya dengan beberapa aktivitas seperti membaca, menonton, mendengar, ataupun merenungi kembali pengalaman  yang pernah dialami, dan lain sebagainya.

Sebagaimana lahirnya ide garapan ini, sangat besar dirangsang dikaitkan dengan perubahan seni gamelan di Bali, khususnya dengan keberadaan gamelan gong kebyar, maka akan terlihat bahwa perubahan fungsi suatu bentuk musik di masyarakat sesuatu yang patut dikhawatirkan. Seperti halnya dalam kaitanya dengan gong kebyar yang tergolong baru, yang belakangan ini sudah mengalami penurunan fungsi utamanya. Keberadaan gamelan ini patut diwaspadai agar perubahan nilai-nilai sosial dan budaya yang terjadi di kalangan masyarakat setempat tidak sampai merusak keberadaan suatu bentuk musik yang sudah ada.  Ide garapan ini adalah ingin membuat sebuah bentuk komposisi karawitan inovatif mencari kemungkinan-kemungkinan baru dalam hal struktur, melodi, serta ritme sesuai dengan tafsir penata. Dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan sebuah komposisi musik karawitan yang inovatif, yang terdiri dari estetika yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh panca indra dan instrumentasinya dari unsur musikalisasinya. Dalam garapan ini lebih menekankan kepada pencarian harmonisasi dan suasana sehingga akan dapat mencerminkan judul garapan ini.

Komposisi karawitan Jagat Santhi ini masih mengacu kepada konsep garap musik tradisi inovasi, yakni tradisi tetap menjadi pijakan namun elemen-elemen tersebut dikembangkan melalui pengembangan unsur-unsur musikalnya. Media ungkap yang digunakan untuk mewujudkan karya ini beberapa dari  barungan gamelan Gong Kebyar, instrument yang akan dipakai penata untuk menggarap komposisi karawitan ini meliputi : kendang cedugan (lanang-wadon), suling, satu tungguh reong, jublag, jegog, gangsa pemade (ngumbang-isep), kantil (ngumbang –isep), gong (lanang-wadon), kempur, kajar, kempli, ceng-ceng ricik.

Pengantar Garapan Jagat  Santhi selengkapnya

Loading...