by admin | Nov 8, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Handalas Nur Prabadewanti, PS. DKV. ISI Denpasar
Sebelum kita membuat sebuah desain, sebaiknya kita mengetahui dan memahami tentang Nirmana. Karena nirmana merupakan titik awal atau pelajaran yang harus dikuasai oleh seseorang yang ingin belajar tentang desain sebelum mulai berkarya. Nirmana itu sendiri berasal dari kata nir yang berarti tidak dan mana yang berarti ada, jadi nirmana kurang lebih berarti tidak ada apa apa, dan bisa juga berarti absrak atau tidak bermakna, hanya bisa dirasakan saja. Ini bermakna sebagai unsur awal perwujudan desain yang bermanfaat sebagai sarana komunikasi karakter karakter dasar, abstrak dan wujud nyata.
Sebuah desain atau organisasi elemen terbentuk atas dasar prinsip-prinsip. Nirmana juga merupakan suatu pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual , seperti titik, garis, warna, ruang, dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana dapat diartikan pula sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra atau trimatra yang mempunyai nilai keindahan. Nirmana disebut juga sebagai ilmu tata rupa (seimbang, harmonis, irama).
Dalam nirmana mengajarkan unsur atau elemen yang ada pada suatu lukisan atau gambar serta estetika seni dalam pengorganisasian unsur atau elemen agar menjadi sebuah karya seni yang bukan saja bagus, tetapi juga bermakna sehingga menimbulkan suatu nilai keindahan. Keindahan merupakan sebuah konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas tetapi dapat berkomunikasi dan menyenangkan jika dilihat. Seni dan keindahan merupakan sebuah satu kesatuan antara elemen-elemennya yang selaras, serasi dan seimbang.
Unsur – Unsur Dasar Seni Rupa dan Desain
Titik
Titik merupakan awal dari berbagai wujud. Titik adalah suatu unsur visual yang wujudnya relative kecil. Pada umumnya titik bentuknya bundar sederhana tanpa arah tetapi bisa saja bentuknya lain asalkan itu hasil dari sentuhan suatu alat.
Garis
Garis merupakan perpanjangan dari kumpulan titik titik yang membuat suatu batasan bidang. Penekanan atau ukuran garis tersebut memberikan suatu nilai kualitas. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan, serta bidang dasar tempat garis digoreskan.
Jenis-jenis garis dengan berbagai kualitas
- Garis putus-putus
- Garis dengan ketebalan berbeda
- Garis tidak jelas dan berbulu
- Garis sederhana bersih dan tegas (garis lurus)
Karakter garis
- Garis Lengkung : lembut, mengalir, fleksibel, harmonis, kalem, feminim, tetapi terasa malas, kabur, tak bertujuan.
- Garis Lurus : kaku, tegas, kuat, kokoh, tegar, tidak kenal kompromi
Jadi, garis yang berasal dari suatu hasil goresan disebut garis nyata/ kaligrafi, sedangkan garis yang berasal dari suatu batas limit suatu benda (garis semu atau maya), batas ruang, batas warna, bentuk massa, rangkaian massa, dan lain lain itu disebut garis semu atau maya.
Bidang
Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi pajang dan lebar. Berdasarkan bentuknya bidang dikelompokkan menjadi 2, yaitu bidang geometri/beraturan (relatif mudah diukur keluasannya) dan bidang non-goemetri (relatif sukar diukur keluasannya). Bidang tersebut mempunyai kedudukan, arah dan dibatasi oleh garis.
Ruang
Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang.Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan ruang semu.
Warna
Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiawaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga dapat merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood/ semangat,dll.
Tekstur
Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Tektur dapat berpengaruh terhadap kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas warna.
Nirmana, Sebagai Dasar Seni Rupa selengkapnya
by admin | Nov 7, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Made Astina, Mahasiswa PS Seni Tari ISI Denpasar
Manusia dikatakan sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya, karena kemampuan daya fikirnya. Dengan pikiran, manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Kemudian dengan menggunakan pikiran pula, manusia dapat merencanakan dan membayangkan kehidupan masa depan yang lebih baik. Namun disadari pula, melihat banyak perbuatan manusia yang lepas dari norma-norma agama membuat manusia menjadi rendah dihadapan Tuhan.
Manusia mempunyai kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara kreatif. Kelebihan yang dimiliki ini merupakan suatu kemampuan yang memungkinkan untuk mencapai suatu hal tidak diketahui dan yang dicita-citakan. Salah satu kapasitas yang dimiliki adalah kesempatan untuk mencipta merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki. Seseorang yang kreatif dalam bidang seni, biasanya memiliki imajinasi yang dikembangkan dengan media ungkap serta keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru. Berbagai seni timbul karena kemampuan manusia untuk menggali pandangan-pandangan tajam dari lingkungan sekitarnya. Keinginan untuk memberikan bentuk luar dari tanggapan serta imajinasinya yang unik, dapat dikembangkan kedalam seni pertunjukan kontemporer. Bentuk seni ini merupakan salah satu bagian pertunjukan dan menurut I Wayan Dibia di Bali mulai berkembang pada tahun 1970-an, serta mendapat dukungan yang kuat dari kalangan masyarakat dalam meramaikan Pesta Kesenian Bali yang diadakan setiap tahun di Taman Budaya Denpasar. Seni kontemporer mempunyai kecendrungan untuk berubah-ubah sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Seni kontemporer memberikan kebebasan untuk menuangkan ide-ide seni tari kreatif yang bebas dari ikatan-ikatan ruang, alam dan waktu serta norma-norma lainya. Bentuk dan pendekatan tari kontemporer Indonesia sangat beragam. Yang berhasil biasanya adalah yang memiliki warna individual yang kuat, memiliki jati diri, orisinil, dan bukan jiplakan atau tiruan.
Seni kontemporer merupakan salah satu bentuk kesenian yang mampu hidup, serta mendapat dukungan kuat terutama dari kalangan seniman muda ataupun seniman tua. Untuk mewujudkan karyanya, seorang koreografer kadang-kadang memadukan unsur gerak modern dengan warna seni yang sangat lekat dengan tradisi budaya masing-masing yang dikembangkan.
Beranjak dari semua itu penata berkeinginan untuk membuat sebuah garapan tari kontemporer, alasan yang mendasar penata memilih untuk menata tari kontemporer, karena bentuk garapan seperti ini menghasilkan gerak yang berbeda dengan gerak yang ada pada tari tradisi. Di samping itu, seni kontemporer mengandung unsur kebebasan berekspresi untuk berkarya dengan gaya tersendiri. Kebebasan ini bukan berarti kebebasan yang sebebas-bebasnya, akan tetapi kebebasan yang ditata melaui proses penyempurnaan.
Berbagai sumber tema dapat digunakan dalam tari, dapat bersumber dari apa yang kita lihat dan kita rasakan. Tema juga dapat kita ambil dari fenomena alam atau peninggalan sejarah yang ada dan pengalaman hidup. Sekalipun jangkauanya sangat luas, tema yang digarap oleh manusia sepanjang masa sesungguhnya tidak pernah beranjak dari tiga masalah besar yaitu Tuhan, manusia, dan lingkungan. Garapan tari kontemporer ini berbentuk tunggal atau solo yang menggambarkan kehidupan seorang lelaki tanpa pendamping hidup.
Kata tunggal atau solo dalam garapan tari kontemporer ini mengandung pengertian satu. Jadi dalam tari kontemporer ini penarinya hanya satu orang saja. Komposisi tari solo berbeda penggarapannya dengan komposisi tari kelompok, karena dalam tari solo elemen-elemen koreografi, seperti : desain lantai, desain atas, desain dramatik, dinamika merupakan elemen-elemen yang harus ada. Pengolahan atau penataan seperti desain ruang, waktu, dramatik dan dinamika cukup rumit, karena akan menjadi titik fokus pandangan penonton.
Garapan tari kontemporer ini mengangkat judul “Sang Lingga” yang menggambarkan kegagahan dan kekuatan seorang lelaki namun tidak bisa menjalani hidup sendiri, karena perlu pendamping hidup untuk mendapatkan kehidupan yang baru. Dalam kamus jawa kuno “Sang” yang berarti mulia. Sedangkan “Lingga” yang berarti phallus atau alat kelamin pria. Jadi Sang Lingga dapat diartikan, kemuliaan phallus atau alat kelamin pria yang sebagai simbol kesuburan.
Ide Garapan
Dalam menciptakan sebuah garapan tari sangat diperlukan kematangan dan kejelasan ide, yang nantinya akan memudahkan dalam proses untuk diwujudkan kedalam sebuah garapan tari. Ide merupakan suatu gambaran pemikiran, konsepsi, atau pendapat, pandangan yang bisa dihayati dari sebuah cerita lukisan, lakon, patung, dan sebagainya. Menciptakan sebuah garapan tari ini tidak terlepas dari ide garapan yang merupakan salah satu unsur penting dalam proses pelaksanaan mewujudkan garapan tari.
Ide ini terinspirasi dari sebuah patung Lingga Yoni yang kemudian divisualisasikan kedalam bentuk tari kontemporer, yaitu dengan menampilkan wujud Lingga. Lingga adalah alat kelamin laki-laki dan didalam bentuk patung Lingga berbentuk vertikal dan ujungnya oval. Maka penata mengangkat Lingga ini dalam bentuk garapan tari kontemporer yang bertemakan kehidupan sosok lelaki. Dan ide kekuatan Lingga terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul Tantra dan Purana Siva Kekuatan dan Keajaiban pada bagian Sivalinga yaitu kutukan Bhargava dan Angirasa. Siva mengembara keseluruh penjuru dunia, meratap sedih atas kematian Satidevi pada saat berlangsungnya Yajna yang diselenggarakan oleh Daksa dan Kamadeva mengikuti dengan panah asmara untuk melepaskan penderitaan dan kesulitan Siva. Selama pengembaraannya, Siva datang kepegunungan Vindhya. Kamadeva juga mengikutinya dan mulai menyerang Siva dengan panah asmaranya dan untuk menghindari diri dari serangan Siva yang dahsyat, ia bersembunyi di dalam hutan Daru yang lebat, yang merupakan tempat tinggal para maharsi bersama istrinya masing-masing. Siva memberi penghormatan kepadanya dan memohon danapunya kepadanya, namun para maharsi itu hanya diam dan asik melakukan Japa. Mereka tidak senang para istri mereka memberi penghormatan kepada Siva. Siva pergi meninggalkan tempat itu, namun semua wanita itu, kecuali Arundhati dan Anasuya, didorong oleh nafsu mereka mengikuti Siva. Dibuat marah atas hal tersebut, para petapa seperti Bhargava dan Angirasa mengutuk Siva bahwa phallusnya akan jatuh ke bumi. Tiba-tiba saja phallus dewa Siva lepas jatuh ke tanah dan Siva lenyap dari pandangan mata. Phallus tersebut mengoyak dan meremuk redamkan bumi, sampai ke Patala dan mengoyak alam semesta.
Pengantar Karya Tari Sang Lingga Selengkapnya
by admin | Nov 3, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Oka Ari Wibawa, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
I Ketut Sumantra lahir Di Desa Tihingan, tanggal 2 februri 1950. Beliau anak dari pasangan I Wayan Pica (almarhum) dengan Ni Ketut Polih (almarhum), seniman tari yang brasal dari Desa Tihingan ini dari kecil sudah memiliki bakat seni atau jiwa seni Karena dilihat dari garis keturunan tidak ada darah seni dalam artian orang tua bliau tidak memiliki jiwa seni.
Apresiasi seni bliau muncul ketika mulai belajar di sekolah SD th 1958, ketika itu beliau ikut kesenian sandiwara untuk perayaan hari kenaikan kelas , dari sanalah beliau menunjukkan bakat seninya.Bliau juga pernah menonton sendratari yang dibawakan oleh siswa siswi KOKAR BALI yang pada saat itu pentas Di Desa Galiran Klungkung sekitar tahun 1962, menurut beliau pementasan sendra tari itu sanggat bagus sehingga setlah menonton pertunjukan tersebut apresiasi seni beliau semakin bergelora.
Setelah tamat di SD bliau melanjutkan ke SMP, ketika duduk di bangku SMP Di Desa Tihinggan ada pembangunan kesenian Janger moderen dan beliau ikut sebagai penari kecak, menurut penuturan beliau yang di sampaikan kepada penulis tanggal 22 oktober 2011. Saat menarikan kecak bliau merasakan adanya wibawa, dan sangat menjiwai peran tersebut dimana hal ini di sebut dengan ketakson, masyarakat juga memiliki pendapat yang sama dengan apa yang bliau rasakan oleh masyarakat bliau dianggap berbakat dalam hal menari. Disampaing penari janger di Tihingan juga ada kesenian Drama, dalam pementasan drama beliau berperan sebagai celuluk, bliau sangat pintar membawakan peran celuluk yang kadang lucu dan kadang menyeramkan. Setelah tamat SMP tahun 1967 atas dorongan orang tua dan masyarakat Tihingan dan kebetulan juga kakak kandung bliau yang bernama I Ketut Urip Adyana bekerja di KOKAR BALI (pns) menyarankan beliau melanjutkan sekolah di sana, akan tetapi bliau masih binggung untuk menentukan pilihan atau belum mantap untuk sekolah di KOKAR BALI karena merasa sangat kurang keterampilan di bidang seni untuk melanjutkan sekolah di kokar, akan tetapi dorongan masyarakat yang begitu besar menghilangkan rasa kekawatiran beliau sehingga tidak ada keraguan lagi bliau melanjutkan sekolah di KOKAR BALI
Setelah memulai sekolah di Kokar apa yang beliau kawatirkan menjadi kenyataan, melihat keterapilan teman-teman yang begitu bagus di bidang seni membuat beliau menjadi kurang percaya diri atau yang ngetren dibilang sekarang bliau merasa minder untuk bergaul disana. Rasa kurang percaya diri ini beliau ungkapkan dalam bahasa Bali lumrah sehingga menarik perhatian penulis untuk di tulis dalam riwayat hidup bliau yaitu “ Merase elek idewek melajah dini ninggalin timpal-timpale dueg-dueg pesan ngigel ajak megambel, idewek tune mekejang bakat masuk dini”, karena keputusasaan ini beliau pernah memiliki rancana pindah dari Kokar dan beralih kesekolah perawat akan tetapi niaat beliau diurungkan karena malu dan takut mengecewakan masyarakat, kemudian setelah belajar cukup lama dan dengan konsisten mengikuti pelajaran beliau mulai menemukan jati diri untuk terus meneruskan pendidikan di bidang seni samapae selesai pendidikan di KOKAR BALI tahun 1970.
Setelah menyelesaikn pendidikan di kokar bali bliau melajutkan ke ASTI Denpasar tahun 1971, ketika itu sudah mulai ada kegiatan kepariwisataandan mulai berkembang di Bali sehingga banyak di perlukan penari ASTI dan KOKAR atau group-group kesenian yang lain yang ada di Bali untuk pentas di tempat-tmpat pariwisata di Denpasar dengan bayaran yang masih murah. Hampir tiap malam beliau mengikuti acara pentas di hotel yang ada di Denpasar,di samping kegiatan kampus yang begitu banyak dalam pengabdian masyarakat. Ketika itu sendratari RAMAYANA sangat di gemari oleh masyarakat di seluruh Bali dan sampai di luar bali, dalam pementasan tari Ramayana beliau bisa menarikan seluruh tokoh yang di butuhkan di setiap pementasan sendratari Ramayana, bahkan beliau menciptakan adegan raksasa krerek pada saat adegan raksasa berperang melawan hanoman. Beliau pernah menjadi pelatih di Banjar Boni Kuta dari tahun 1971 sampai 1975 untuk kepentingan pariwisata di Kuta, propesi sebagai pelatih ini beliau lakukan sambil kuliah di ASTI Denpasar (kerja sambil kuliah). Pada proses terkhir di ASTI Denpasar bliau membuat karya tuli dengan judul Tari Kecak Di Bona Gianyar, karaya seni Tari KUCING, dan penampilan tari klasik tari ARYA gaya Batuan, dengan hasil karya ini beliau berhak menyandang gelar BA atau Sarjana muda tahun 1975.
Ketika sudah mendapat gelar BA, bliau di minta mengajar ke ASTI Jogjakarta bersama rekan beliau I Wayan Senen,dan A A Putra Negara oleh ketua ASTI Jogjakarta Drs. RM Soedarsono.,M.A. bliau mengngajar disana mulai tahun 1976 sebagai pengajar honorer tentang tari Bali dan karawitan Bali pada tahun 1977 diangkat menjadi PNS di ASTI Jogjakarta.
Diluar kegiatan mengajar di kampus beliau juga mengajar menari untuk masyarakat jogjakarta, dan mengisi acara Ayo Blajar menari di TV Jogjakarta, di samping itu juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemuda pelajar bali yaitu (KBP) Keluarga Purantara Bali d bidang pengembangan seni budaya,beliau juga menjadi ketua kursus tari Bali di Jogjakarta, dan kegiatan pentas baik dalam kepentingan pacara Hindu daan upacara lainya.
Pada tahun 1978 beliau mulai kuliah tingkat Doktoral (S1) di ASTI Jogjakarta, proses untuk meraih gelar S1 ditempuh dengan dua tahap yaitu di sebut dengan Konser pertama dan Konser kedua. Konser pertama berbentuk tari kreasi dengan judul PENCULIKAN dengan durasi waktu 30 menit dan konser kedua Dramatari dengan judul GATOTKACA KRODHA dengan durasi waktu satu jam, dengan menyelesaikan dua tahap ini pada tahun 1982 bliau berhak menyandang gelar SST. Tahun 1986 atas permintaan ketua ASTI Denpasar beliau pindah kebali di ASTI Denpasar sebagai dosen tari jawa sampai saat sekarang ini.
Di Desa Tihingan dan kabupaten Klungkung beliau memiliki peran yang sangat besar dalam usaha memajukan daerah. Usaha ini beliau lakukan melalui pembinaan generasi muda di bidang kesenian daerah Bali, saat ini beliau memiliki sanggar tari dan tabuh dengan nama sanggar Panji Ulangun Shanti, sanggar ini didirikan untuk mewadahi kegiatan anak-anak di desa Tihingan dalam hal yang fositip yaitu belajar menari dan menabuh gamelan Bali untuk melestarikan seni budaya yang adi luhung.
KARYA-KARYA TARI I KETUT SUMANTRA.,Sst
- Tari kontenforer dengan judul Tari Kucing tahun 1975
- Tari Tengkorak Hidup tahun 1984
- Pragmen tari AJISAKA dalam rangka hari raya nyepi pertama di Jogjakarta tahun 1948
- Tari penyambutan PANGAN JALI untuk siaran TV Jogjakarta pargelaran budaya nasional 1983
- Menggarap pragmentari dengan judul DUAGUNG ISTRI KANIA dalam rangka pestival gong kebyar sebali yang diwakili oleh Desa Pangi duta kabupaten Klungkung 1986
- Baris Sakral dengan judul BARIS GEDE PUCANG PATI 1990
- Tari PUSPAKENCANA ( tari penyambutan) 1998
- Pragmen tari BAHULA DUTHA dalam rangka pestival gong kebyar se Bali yang di wakili oleh desa tihingan 1998
- Menggarap cak kontenforer untuk kepentingan film pendekar liyar tahun 1982
I Ketut Sumantra Seniman Tari Dari Bumi Gamelan selengkapnya
by admin | Nov 1, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ngakan Made Wikrama Jaya, Mahasiswa PS Seni Tari, ISI Denpasar.
Materi garapan Tari Dwapara ini terdiri dari :
- Ide yaitu hal mendasar dalam menggarap karya tari ini, baik dari dalam diri penata maupun dari luar diri penata (lingkungan, fenomena sosial, dll). Proses penataannya adalah tahapan-tahapan / studi awal sebagai langkah di dalam mewujudkan ide, sehingga menjadi sebuah bentuk garapan tari, seperti merancang konsep garapan, eksplorasi (penjajagan), improvisasi (percobaan) dan forming (pembentukan).
- Bentuk garapan adalah garapan tari ini dituangkan dalam konsep tari yang digarap dalam bentuk tari kontemporer.
- Penyajian, garapan tari kontemporer ini akan disajikan dalam bentuk tari kelompok kecil, dengan pendukung 4 wanita dan seorang lelaki.
- Gerak, rangkaian gerak yang dipergunakan dalam tari Dwapara yakni : gerak melengkung, melompat, meloncat, setengah kayang, canser, berputar, mengalir, mengayun, selang-seling, menjambak, kontras, simetris, merangkul, level, desain datar, desain dalam, desain vertikal, desain horisontal, desain kontras, desain spiral, desain lengkung, bersudut, desain spiral, tinggi, medium, rendah, terlukis, garis lanjutan, garis tertunda, asimetris
- Tata rias busana tari Dwapara mempergunakan busana kerakyatan masyarakat Bali pada umumnya yang dikreasikan.
- Iringan, musik tari kontemporer Dwapara menggunakan alat musik seperti 2 buah jimbe, 1 buah gong beri, sebilah ceng ceng, 1 buah suling, 4 buah kantil semarandana, 2 buah jegog semarandana, 2 buah jublag semarandana, dan 2 buah gong.
Durasi garapan ini 12 menit, garapan tari ini menekankan konsep kesederhanaan, simpel dan minimalis dalam menjawab pemenuhan desain ruang, waktu serta dinamika melalui eksplorasi ungkap lewat olahan tubuh dan dilengkapi dengan properti. Pengumpulan ekspresi dari kedua karakter wanita mempertegas apa konflik dan hal yang ingin disampaikan dalam tari kontemporer Dwapara ini.
Penyajian Tari Dwapara
Bagian I (opening) : penari 1 dan 3 berada di UCS di atas trap hitam, kemudian penari 4 dan 5 berada disamping kanan kiri depan panggung. Dimulai dari bergerak melambaikan tangan mengelus penari 1 kemudian tejradi roman. Penari 3 merespon dengan menunjuk ke penari 1 dan 2 hingga penari 2 turun dari bahu penari 1 (suasana romantis dan dilematik).
– Diawali penari 1 bergerak melangkah ke depan dengan kaki point ke depan, tangan kiri menunju ke depan desain asimetri. Dilanjutkan dengan gerak rampak penari 2 dan 3 dari posisi tidur menyamping menjadi duduk berhadapan dengan posisi tangan tekuk ke atas simetris (suasana : gelisah).
– Diawali dengan gerakan bergantian dari penari 2 dan 3, kemudian penari 1 berangkat melangkah dengan adanya ayunan tangan, kemudian penari 1 berdiri di tengah panggung sambil melakukan gerakan mengalir dengan tangan, kemudian merenung. Dilanjutkan dengan gerakan bergantian dari penari 2 dan 3 berupa gerakan tangan mencekik dan menjambak rambut sebagai tanda ketidakterimaan dengan kasih sayang yang tidak adil, kemudian saling dorong dan tersungkur jatuh kanan kiri, tangan menyentuh lantai kaki di tekung (jongkok, menghadap kanan kiri). Kemudian penari 4 dan 5 ikut bergerak mengalir bersamaan saat terjadi konflik penari 2 dan 3 dengan rerakan ayunan leher, pinggang dan tangan secara berulang. Kemudian berdiri indiukan badan berhadapan kanan dan kiri saling bergantian (suasana : keragu-raguan dan konflik).
– Mulai akan masuk bagian II : gerakan berjalan dari semua penari berpindah tempat dengan transisi melangkah dengan tangan kanan lurus dan kiri ditekuk sambil berputar terlebih dahulu ditempat. (suasana : kebersamaan).
Penari 1 pose di UCS dengan tangan terlentang telapak di tekuk, posisi kaki terbuka dan merantah. Kemudian penari 2 dan 3 bergerak dengan setengah kayang kaki kanan ditekuk kiri lurus ke belakang dan tangan menyembah ke atas. Sedangkan penari 4 dan 5 bergerak melambai dengan posisi badan bersila kaki kanan tekuk dan kiri terlentang ke samping serta tangan melambai ke depan bergantian. (suasana : hening dan mengharap).
– Melakukan gerakan berjalan berpindah tempat dan memutar di tempat (suasana : pengharapan)
– Penari 4 dan 5 bergerak berjalan dan cros posisi sambil menunjuk ke penari 1, 2 dan 3 dengan gerakan badan mengayun dan bergantian (suasana : keragu-raguan dan pengharapan).
– Seluruh penari berputar di tempat, kemudian melakukan gerakan berjalan dengan tangan direntangkan kemudian tangan kiri tidak di belakang pinggang dan tangan kanan lurus ke depan. Dilanjutkan dnegan gerakan menekuk kaki dan censer ke depan dengan posisi mengharapke kiri samping panggung (suasana : kebersamaan).
– Gerakan cencer kaki ke kanan ke kiri, kemudian memutar ke depan dengan posisi tangan sama dengan waktu pose sebelumnya hingga menghadap ke depan (suasana : kegembiraan).
– Diawali dengan gerakan memutyar tangan kiri, hingga membentuk desain diagonal ke atas kanan, membungkuk ke depan hingga kembali ke pose awal. Dilanjutkan dengan gerakan rampak dengan kaki kanan menendang ke depan, bersamaan dengan tangan kanan dan kiri menyilang ke depan lalu ke atas mundur kaki kanan, dorong ke samping kanan, lompat terus berlutut. Dari berlutut kepala bergerak dari merunduk ke depan, lompat kaki kanan dan kiri, dorong ke kanan tangan lurus ke kanan kaki kiri lurus point hingga berpindah tempat dengan silangan kaki kiri ke kanan dan diakhiri dengan kaki kanan ditekuk, kaki kiri lurus ke samping tangan kiri belakang pinggang, tangan kanan lurus ke samping dan leher patah ke kanan dilakukan pengulangan 2x kanan dan kiri.
– Seluruh penari, setelah melakukan gerakan rampak, berputar di tempat, kemudian melakukan gerakan berjalan berpindah tempat dengan gerakan kaki ditekuk dan tangan kanan kiri lurus ke depan barulah direntangkan saat berjalan.
– Diawali dengan penari 3 dan 4, bergerak memulai dengan kaki kiri maju, tutup kemudian kaki kanan tekuk angkat ke depan terus kesamping, diikuti gerakan kedua tangan ke atas. Dilanjutkan dengan jinjit dan berlutut, berdiri diikuti gerakan tangan mendorong tertunduk ke samping kiri. Kemudian menekuk kaki, memutar sambil tangan kanan di depan dan kiri di belakang pinggang. Gerakan ini dilakukan bergantian antara penari 3, 4 dan 5. Sedangkan penari 1 bergerak patah-patah kemudian berjalan menuju penari 2, 5 dan 3, 4 secara bergantian, sambil berusaha meyakinkan masing-masing penari wanita dengan gerakan lambaian, kaki ditekuk dan kaki yagn lain lurus rendah sesekali merentangkan tangan dan berputar sambil melakukan gerakan ayunan tangan selang seling atas bawah. (suasana : perselisihan).
Materi Garapan Tari Dwapara selengkapnya
by admin | Oct 31, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman, Abdi Patria Syafei Narim, mahasiswa PS. Desain Interior, ISI Denpasar.
1. Pengertian Restoran
Restoran berasal dari bahasa latin yaitu restaurare, dalam bahasa Inggris berarti a public eating place, yaitu rumah makan atau tempat makan umum.
Menurut Zain (2001 : 1164) restoran berarti rumah makan dan menurut Marsum WA, dalam bukunya Restoran dan Masalahnya mengatakan bahwa, ”Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamu baik berupa makan maupun minum”.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arti dari restoran yaitu tempat usaha atau bangunan yang menyediakan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dengan memberikan pelayanan yang baik kepada semua pengunjung.
2. Sejarah Restoran
Sejarah restoran berasal dari ratusan tahun yang lalu. Di Mesir pada 512 SM ada sebuah tempat makan dengan menawarkan satu jenis makanan. Yaitu kombinasi dari daging burung liar dengan bawang dan sereal. Makan siang untuk para pengusaha dinyatakan pertama kali dibuat oleh seorang penjaga kedai Roman pada tahun 40 SM untuk mereka yang terlalu sibuk dan tidak sempat pulang.
Dalam Encyclopedia Britannica, istilah restoran pertama kali dijelaskan sebagai berikut:
”Rumah makan pertama kali yang kemudian dikenal dengan nama restoran didirikan pada tahun 1765, oleh A. Boulanger, yaitu makanan berupa sup sayur di Paris. Keberadaan rumah makan ditunjukkan dengan memberikan tanda pada pintu rumahnya dalam bahasa latin. Datanglah pada saya dengan perut buruk kamu (dalam keadaan lapar dan saya akan menyembuhkan kamu)”.
Selanjutnya banyak ditiru oleh para juru masak dan pelayan yang meninggalkan majikan mereka masing–masing dengan mendirikan usaha yang sama. Hal ini merupakan salah satu peristiwa penting mengikuti perkembangan revolusi Perancis. Keruntuhan kaum bangsawan mengakibatkan mereka tidak dapat membiayai pengikutnya lebih lanjut, termasuk tukang masak dan pelayan-pelayannya. Di antara restoran yang pertama kali berdiri, salah satu diantaranya didirikan oleh seorang yang bernama Antonis Beauvilliers.
Di Inggris restoran mulai dikenal sejak abad ke-16, dalam bentuk penyediaan makanan pada kedai minuman dan penginapan dengan harga dan waktu yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Tetapi istilah restoran itu sendiri baru digunakan setelah revolusi Perancis, pada awal abad ke-19.
Rumah makan di Amerika pada umumnya meniru rumah makan di Inggris, disamping rumah makan yang khusus untuk Imigran. Rumah makan Delmonico di New York dibuka pada awal tahun 1837, dan dianggap sebagai restoran pertama di Amerika, karena restoran itu sendiri didirikan dengan mengikuti sistem restoran di Perancis.
Di Indonesia restoran berkembang setelah G30S/PKI, yaitu pada Tahun 1965. Sedangkan sebelum Tahun 1945, hanya terdapat warung yang hanya melayani orang pribumi. Kemudian setelah Tahun 1945, berkembang menjadi rumah makan. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada Tahun 1966, telah menjadi restoran karena penghasilan per kapital masyarakat Indonesia semakin baik.
Pada perkembangan saat ini, dengan adanya tuntutan pelayanan cepat saji, maka telah berkembang restoran dengan system pelayanan fast food.
- Macam-macam tipe restoran.
Dilihat dari pengelolaan dan system penyajian, Marsum (1993:8-11) menjelaskan restoran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu:
- A’la Carte restaurant.
Adalah restoran yang telah mendapat izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi, tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap makanan dalam restoran ini memiliki tarif sendiri-sendiri.
- Table D’hote restaurant.
Adalah restoran yang khusus menjual satu susunan menu yang lengkap (hidangan pembuka sampai hidangan penutup) dan tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.
- Coffee shop atau Brasseire.
Adalah restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang, dan makan malam secara cepat dengan harga yang pantas. Pada umumnya system pelayanannya adalah American service dimana yang diutamakan adalah kecepatannya, ready on plate service, artinya makanan sudah diatur dan disiapkan diatas piring. Kadang-kadang penyajiannya juga dilakukan dengan buffet prasmanan.
- Café.
Adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan makanan terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.
- Canteen.
Adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau sekolah, tempat para pekerja dan pelajar bisa mendapatkan makan siang dan coffee break, yaitu minum kopi disertai makanan kecil untuk selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat dan seminar.
- Continental Restaurant.
Adalah suatu restoran yang menitik beratkan hidangan continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Bersuasana santai, susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai dan rileks.
- Carvery.
Adalah restoran yang sering berhubungan dengan hotel dimana para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga yang telah ditetapkan.
- Dining room.
Dining room yang terdapat di hotel kecil seperti motel atau inn, merupakan tempat yang lebih ekonomis daripada tempat makan biasa. Dining room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel yang bersangkutan, namun juga menerima tamu dari luar.
- Discotheque.
Adalah restoran yang pada prinsipnya berarti juga tempat dansa sambil mendengarkan alunan musik, juga menampilkan live band. Bar adalah salah satu fasilitas utama dalam seduah diskotik, hidangan yang tersedia umumnya berupa snack.
- Fish and Chip Shop.
Adalah restoran yang banyak terdapat di Inggris, pengunjung dapat membeli bermacam-macam keripik dan ikan goring, biasanya berupa ikan cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi, jadi makanannya tidak dinikmati ditempat itu.
- Grill Room.
Adalah restoran yang menyediakan bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri proses memasaknya. Grill room kadang-kadang disebut juga dengan steak house.
Restoran selengkapnya
by admin | Oct 30, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Made Sujendra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
Periode, Tahun 1980 -2008
Pada periode ini merupakan, generasi ke-3 dan ini merupakan awal mula penambahan kata Budaya , yang dulunya hanya “Legong Angklung Purnama” dan sekarang menjadi “Angklung Purnama Budaya”. Perkembangan yang terjadi pada periode ini adalah mentransfer tabuh-tabuh seperti: tari Panyembrahma, Baris tunggal, Jauk, Baris Tekok Jago , Petopengan, Prembon, Manuk rawa, Kidang Kencana, Jaran Teji, Yuda Pati, Rejang Dewa dan beberapa tabuh-tabuh lelambatan.
Pada tahun 1989, untuk pertama kalinya menggarap tabuh untuk mengiringi pementasan Wayang Kulit bekerja sama dengan Dalang Bapak I Made Kembar dari Padang Sumbu Kelod. Pementasan tersebut terbilang sukses karena, mendapat sambutan yang bagus dari masyarakat, sehingga undangan untuk pentas sangat padat sekali hingga hampir menjangkau semua kabupaten di Bali, disebabkan untuk pertama kalinya pertunjukan wayang kulit dikemas dalam bentuk lain yang biasanya hanya diiringi oleh gender dan batel saja.
Di periode ini juga untuk pertama kalinya pak Made Kembar menggunakan iringan Gong Kebyar, yaitu gong Padang Sumbu, selanjutnya memakai pelegongan ( gender rambat ),oleh sanggar Candra metu Br. Gadon kerobokan dan terakhir berkembang memakai gamelan Semar Pegulingan yang dipopulerkan oleh wayang kulit Cenk Blong Belayu. Namun ketika itu hanya yang memakai instrumen angklung yang paling berkembang sampai saat ini.
Selanjutnya iringan wayang kulit dengan angklung juga dipakai oleh: Ida Bagus Sudiksa ,S.E., M.M, (Griya Telaga, Kerobokan ), Ida Bagus Baskara ( Griya Buduk, alm ), Ida Bagus Bawa ( Griya Sibang ), Ida Bagus Alit Arga Patra , S.Sn., ( Griya Buduk ), Dalang Putra (Kepaon Denpasar ), I ketut Nuada ( Wayang Joblar ABG, dari Tumbak Bayuh , mengwi Badung ) dan I ketut Gina, S.Sn dari Kerobokan. Kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang. Pada tahun 1990, gamelanya diperbaharui instrumentnya dilebur dan ditambah bobotnya dengan memakai unsur Tri Datu ( emas, perak,tembaga ) dan Pelawahnya juga diganti, sekarang diukir serta memakai Prada.namun pada waktu itu sempat terjadi ketidak sesuaian pada pelawah gamelan-nya, yang dipesan pelawah angklung empat bilah namun yang dibikin dan dikirim pelawah berbilah lima. Kesalahan tersebut murni kesalahan dari pihak bapak Gableran terbukti dari tulisan yang ditulis di kalender bapak Gableran, akhirnya dibuat ulang. Sedangkan instrumen-nya dikerjakan oleh Bapak Made Sukarta.disamping itu juga, membeli seperangkat gamelan Baleganjur, membeli sepasang curing dan membangun tempat Gamelanya, termasuk upacara Pemelaspas dan Pasupati oleh Ida Peranda Oka Telaga dari Griya Sanur, Denpasar .
Sumber pendanaanya pada waktu itu bersumber dari mengiringi pentas wayang, ketika itu sangat diminati sehingga Dalang Pak Made Kembar membentuk sekehe angklung bayangan untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit lagi dua barung yaitu di Banjar Abasan dan Banjar Silayukti Kerobokan, karena hampir setiap malam ada pementasan. Sumber pendanaan yang lainya berasal dari warung amal ( bazar ) dan borong cor lantai rumah milik Dr.Komp. GD Agung di Jl. Pemuda Renon Denpasar, yang kebetulan bangunanya saya yang mengerjakan.
Memasuki akhir tahun 1990, mengikuti lomba Angklung kekelentangan tingkat Desa Kerobokan dengan pembina Bapak I Wayan Rundu dari B.r Geladag Denpasar dan berhasil mendapatkan Juara I, selanjutnya pada tahun 1991, gamelanya sempat dilaras kembali oleh Bapak I Wayan Berata sebelum mengikuti lomba Angklung kekelentangan se kabupaten Badung ( dulunya masih jadi satu dengan kota Denpasar ), dan keluar sebagai Juara I juga tingkat kabupaten Badung, rekamanya di produksi oleh Bali Record, kembali pada tahun 1992 mengikuti lomba Angkung kekelentangan tingkat provinsi Bali, dengan tema parade Bukur dan mendapatkan Juara I dan langsung diproduksi oleh Aneka Record. Pada periode ini disamping mengiringi pentas wayang juga punya acara pentas di beberapa hotel di kawasan Kuta dan Sanur.
Pada pertengahan tahun 2008, dalam rangka program ngayah di Pura Dalem Kerobokan menggarap sebuah pementasan Sendratari Ramayana bekerja sama dengan Bapak Made Kembar. Pemetasanya secara umum berlangsung sukses namun sempat terjadi insiden kecil, pertunjukan tidak sampai selesai karena memasuki babak akhir semua penari dan sebagian penabuh kesurupan sehingga pertunjukan terpaksa terhenti. Sendratari ini juga sempat pentas di Pura Dalem Petitenget Kerobokan dan di Griya Cau Belayu Tabanan. Selain pementasan Sendratari Ramayana, juga dipentaskan tari Legong Keraton dan beberapa tarian lainya. Kegiatan ini menghabiskandana sekitarRp,12,000,000;yang semuanya bersumber dari mengiringi pertunjukan wayang kulit.
Periode, Tahun 2009 – Sekarang
Pada tahun ,2009 merupakan periode lahirnya generasi ke-4 sekehe Angklung anak-anak yang pertama di kecamatan Kuta Utara , dan sudah bisa menguasai beberapa tabuh petegak dan beberapa tabuh iringan tari antara lain: Puspa Wresti, Puspan Jali, Baris, Jauk keras, Panji Semirang, Kebyar Duduk, Petopengan dan Baleganjur.
Adapun program tahun ini, disamping acara latihan rutin satu minggu sekali, ada juga beberapa anggotanya memperkuat Gong Kebyar Anak-anak Kecamatan Kuta Utara, yang di wakili oleh Kelurahan Kerobokan Kaja, dari Banjar Batuculung, terutama untuk instrument kendang dan gangsa. Pada 26 Agustus 2011 lalu,juga mendapat undangan mebarung Angklung Kebyar dalam rangka parade budaya desa Blantih Kabupaten Bangli. Pada bulan November 2011 mendatang menurut rencana akan dipersiapkan untuk acara pembukaan Parade Budaya di PUSPEM Badung.
Adapun inventaris masa lalu yang masih ada sampai saat ini antara lain:
ª Sebuah Bendera ( Kober ) bergambar Maruti ( Hanoman )
ª Sebuah sepanduk warna merah bertuliskan “Legong Angklung Purnama”
ª Aksesoris Legong tahun 1963, ( Gelungan Legong Keraton )
ª 1 tungguh grantang Angklung yang berbilah bambu.
ª Gantungan Gong , berupa besi sepanjang 1,5 mtr yang bawahnya lancip.
ª 1 buah Gong yang terbuat dari Drum.
ª Pelawah gamelan yang ke dua yang belum di ukir.
ª Tempat Reong , diikat di pinggang waktu nabuh sambil berjalan.
ª Tiga buah Piagam penghargaan.
ª Tiga buah Piala.
ª Koleksi pribadi berupa costum –costum dari tahun 1970-an sampai 2011.
Ada hal unik sehubungan dengan sekehe agklung purnama budaya yang dilestarikan sampai saat ini yaitu ada sekehe wanitanya yang bertugas membuat banten atau sesajen pada piodalan setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada hari Saniscara kliwon,wuku krulut. sekehe wanitanya juga memiliki costum yang dananya diambil dari khas sekehe. Keunikan lainya bahwa piodalan itu dilangsungkan di Pura Dalem Kerobokan , karena terdapat satu pelinggih khusus untuk Pregina angklung. Hal lain bahwa setiap melasti kempur yang kecil selalu dibawa ke Pura Dalem bersama beberapa Pretima yang ada ikut di arak ke pantai untuk disucikan. Walaupun sekarang Pura Dalem sudah dikelola oleh Desa Adat tetpi khusus bagi sekehe angklung tetap mendapat prioritas dari pengempon sekarang,misalnya pemberian costum secara berkala dan tirta yatra di beberapa Pura di luar Bali.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, andaikata ada ucapan , tindakan yang kurang berkenan saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesar – besarnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih melalui ucapan Parama Cantih.
Angklung “ Purnama Budaya” Banjar Batubidak, Kerobokan, Badung II selengkapnya