Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma Ke Dalam Seni  Patung Modern

Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma Ke Dalam Seni Patung Modern

Oleh: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si

Laporan Penciptaan Dana Dipa ISI Denpasar Tahun 2009

Ringkasan/Summary

Sutasoma salah satu pengajaran weda dalam bentuk ceritera. Dalam ajaran Sutasoma dijelaskan Rwa Bineda adalah sebuah konsep keseimbangan yang berangakat dari dua hal berbeda yang didasari oleh pengendalian untuk mencapai kedamaian dan keharmonisan. Ceritera Sutasoma mengajarkan pada semua insan manusia untuk hidup dalam suasana kedamaian dan keharmonisan di alam semsta ini walaupun penuh dengan  tantangan. Dua kekuatan ini selalu ada pada makhluk hidup termasuk manusia yang tidak dapat dipisahkan yang dapat menjerumuskan dan juga bisa menimbulkan keseimbangan dan keharmonisan. Konsep keseimbangan dan keharmonisan yang terkandung dalam ceritera Sutasoma memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan bersifat universal. Hal sangat menggugah hati pencipta untuk memvisualisasikan ke dalam sebuah karya seni patung modern dengan berbagai pengolahan melalui konsep ruang dan bidang  untuk menghasilkan sebuah karya seni yang original sebagai cerminan identitas pribadi

Desain Interior Ruang Tunggu Terminal Bus Antar Propinsi Ubung Denpasar

Desain Interior Ruang Tunggu Terminal Bus Antar Propinsi Ubung Denpasar

Oleh: Drs. Cok Gd Rai Padmanaba, M. Erg., I Kadek Dwi Noorwatha, SSn., dan I Nyoman Adi Tiaga, SSn

Laporan Penciptaan Dana DIPA ISI Denpasar Tahun 2009

Ringkasan

Sebagai salah satu daerah pariwisata yang sangat terkenal  di Indonesia, Pulau Bali banyak mengundang para pendatang untuk mencoba mengadu nasib di Bali, begitu juga wisatawan untuk berkunjung guna menikmati keindahan alamnya, keunikan adat istiadat dan berbagai atraksi serta hasil karya seni budayanya. Kedatangan mereka ke Pulau Bali bisa melalui berbagai cara baik melalui udara, laut maupun darat. Demikian juga untuk berpergian ke luar Bali tentu juga bisa melalui ke tiga cara tersebut. Bagi mereka yang masuk maupun keluar Bali melalui darat dengan bus, keberadaan terminal Ubung sudah tentu sangat tidak asing lagi. Terminal Ubung merupakan terminal bus terbesar di Bali, yang menghubungkan propinsi-propinsi di Jawa dengan Bali, demikian juga merupakan tempat transit bagi bus-bus yang melakukan perjalanan dari Jawa ke propinsi Nusa Tenggara Barat.

Sebagai terminal terbesar di Bali tentunya menyebabkan terminal Ubung paling banyak melayani calon penumpang yang masuk dan keluar Bali dengan kendaraan bus. Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann Ruang Tunggu Terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah  dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang  meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh.

Penciptaan ini bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu Interior ruang tunggu terminal yang memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah.  Mengingat bali merupakan daerah pariwisata dan terminal Ubung adalh salah satu gerbangnya. Konsep ”simply fresh’ yang diangkat penulis merpakan formulasi interior yang diharapkan mengikis image terminal dan mengubahnya menjadi suatu ruang publik yang fungsional dengan penerapan pelayanan publik yang modern.

Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis Modern

Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis Modern

Oleh : Drs. Anak Agung Gde Ngurah T.Y., M.Si

Dibiayai Dari Dana Dipa Isi Denpasar 2009

Ringkasan Penelitian

Latar belakang dan daya tarik penciptaan tentang “KALIGRAFI DALAM RERAJAHAN KLASIK BALI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA LUKIS MODERN” adalah karena pencipta melihat banyaknya muncul lukisan-lukisan Bali Modern yang hampir melupakan tema-tema tradisi sebagai nilai kearipan lokal. Ketika memasuki tengah abad-21, telah terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam seni lukis Bali Modern, dalam irama penuh kreasi, ide dan kreatifitas.

Rerajahan pada hakekatnya merupakan budaya Hindu Bali, sebagai suatu produk local genius. Hal ini dapat dilihat pada upakara panca yadnya, sarana pengobatan, ilmu penengen dan ilmu pengiwa. Antara rerajahan, tantra dan mantram memiliki suatu keterpaduan yang sangat erat dan saling mendukung di dalam membangkitkan kekuatan magis sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat bali.

Transformasi rerajahan Seni Lukis Modern pada dasarnya telah dimulai sejak masuknya pengaruh budaya luar. Rudolf Bonnet dan Walter Spies memberikan pengaruh kepada kehidupan seniman bali untuk mengungkapkan ide-idenya secara bebas.

Transformasi rerajahan telah diawali pada zaman Pitha Maha, perubahan dan pembaharuan terjadi karena transformasi melalui akulturasi dan asimilasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru. Rerajahan sebagai subjek matter diolah dan dilebur menjadi bentuk, fungsi dan makna baru, pada seni lukis Bali Modern. Meskipun demikian rerajahan yang erat hubungannya dengan agama hindu tetap disakralkan.

Mode transformasi dapat memberikan pengkayaan ide-ide terhadap pencipta, melalui; Adopsi, Depormasi, Abstraksi dan Setilirisasi rerajahan, sehingga terwujudlah suatu karya penciptaan Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai seni lukis Bali Modern yang berkepribadian, original dan segar.

Tujuan dan Manfaat penciptaan ini adalah; untuk mendapatkan gambaran secara lebih mendalam dan jelas mengenai tranformasi Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai kontek perubahan bentuk, fungsi dan makna, pada seni lukis modern.

Penciptaan ini menggunakan kerangka teori; estetika yang menitik beratkan pada bentuk yang berhubungan dengan keindahan, teori structural fungsional, untuk mengetahui fungsi suatu rangkaian kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan,teori semiotik, untuk membedah makna.

Metode yang digunakan adalah; dengan pendekatan kualitatif dengan mengidentifikasi objek transformasi rerajahan pada seni lukis bali modern secara langsung. Sedangkan proses penciptaan dapat dibagi menjadi tiga tahapan; yaitu tahap penjajagan/eksplorasi (exploration), tahap percobaan (exsperimentation) dan tahap pembentukan (forming). Selanjutnya dilakukan pengkajian yang cermat, akurat terutama terhadap penyajian bentuk,fungsi dan makna transformasi rerajahan lukisan Bali Modern.

Hasil penciptaan, keberadaan Kaligrafi bali dalam rerajahan pada hakekatnya telah menujukkan perannya sebagai sumber inspirasi, sehingga adanya pergerakan perubahan budaya dari transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan menjadi suatu tema-tema atau bentuk baru, dari bentuk baru ke fungsi, dari fungsi ke estetika dan dari esteika ke makna.

Dari perubahan dan pengaruh yang terjadi, transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan seni lukis Bali modern telah terhegemoni oleh pariwisata, art shop dan kolektor seni.

Transformasi merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan ide-idenya atau imigrasinya melalui bentuk-bentuk kaligrafi bali dalam rerajahan, dalam transformasi tersebut unsur-unsur internal kaligrafi bali dalam rerajahan, seperti nilai-nilai yang terkandung dilebur menjadi satu dengan disertai oleh pengaruh modern berupa olahan ide, teknik serta pengungkapan karya seni, memunculkan seni lukis modern yang baru bersifat individualistik dan mengandung nilai tinggi

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya

Oleh: I Nyoman Suardina

Program Studi Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

Laporan Penciptaan Dana Dipa Isi DenpasarTahun 2009

‘Serikat Serangga’, yang dijadikan topik dalam penciptaan kriya seni ini, merupakan gabungan dua suku kata yang tidak memiliki hubungan secara leksikal. Serikat, secara harfiah diartikan sebagai perkumpulan atau perhimpunan atas suatu persamaan, sedangkan serangga adalah makhluk hidup dari kelompok hewan Invertebrata, kelas Insecta, yang mempunyai bilangan spesies terbanyak.

‘Serikat Serangga’, dalam topik ini adalah sesuatu gagasan untuk menangkap suatu pencitraan lingkungan alam, yang memberikan inspirasi estetik dalam menciptakan karya seni.  Bagi pencipta, gabungan  kata ‘Serikat Serangga’ menghasilkan imajinasi penuh makna, yang dapat dimanfaatkan untuk menangkap berbagai fenomena melalui perspektif kriya seni, terhadap bermacam sistem kehidupan di alam. Dengan konsep ini, diharapkan akan diperoleh materi penciptaan yang memadai. Kemudian, fenomena siklus kehidupan di alam itu dibagi dalam faset-faset yang lebih kecil, tertuang dalam setiap judul karya yang akan diciptakan.

‘Serikat Serangga’ divisualisasikan menjadi karya seni kriya yang bermatra tiga dan dua dimensional, dengan bahan utama kayu, menggunakan teknik konstruksi dan laminating (mosaik). Pemanfaatan karakter serat kayu merupakan usaha pengorganisasian potensi alamiah material, sebagai penunjang motif. Pola, motif, dan narasi mengacu pada inspirasi pencitraan ‘Serikat Serangga’, sehingga keseluruhan bentuk karya merupakan ciri karya yang bersifat personal.  Dengan demikian penciptaan karya kriya ini mengacu pada karya yang mencerminkan ekspresi pribadi, sebagai realisasi gagasan dalam usaha mengembangkan kasanah penciptaan kriya seni.

Karena luasnya tema yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam penciptaan, maka ‘Serikat Serangga’ dipandang perlu diciptakan sebagai sebuah frame yang diinterpretasikan untuk mewadahi segala pencitraan sendi-sendi kehidupan manusia. Kendati demikian, karena keterbatasan tertentu antara lain dalam menafsirkan objek yang sangat rumit serta teknik penciptaan yang bervariasi yang tergolong sulit, utamanya dalam rentang waktu yang sangat pendek, tentu tidak semua pencitraan dimaksud bisa diwujudkan. Tetapi tetap diperlukan daya seleksi untuk menentukan objek yang akan diwujudkan menjadi karya seni. Tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan karya seni ini adalah: pertama mewujudkan suatu karya seni yang memiliki ciri khas dan karakter pribadi, artistik, simbolik, dan sesuai dengan yang diinginkan, kedua menambah khasanah kekriyaan, baik dari segi ide, bentuk, maupun teknik penggarapan, yang mencerminkan kebaruan.

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya selengkapnya

Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi).

Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi).

Oleh: Dra Ni Kadek Karuni, M Sn

Dibiayai DIPA ISI Denpasar 2009

Ringkasan Penelitian

Penelitian berjudul Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu Di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi) ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan seni kerajinan ukir kayu di desa Guwang, meliputi: perubahan dan perkembangan bentuk serta fungsi produk,juga mengenai faktor yang mempengaruhi perubahan dan perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan multidisiplin, yakni pendekatan sosiologis, dan estetik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kwalitatif, dengan analisis deskriptif analitik. Sample ditetapkan berdasarkan teknik purposive sampling, data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi dan wawancara. Data tersebut kemudian diidentifikasi, klasifikasi, seleksi,  selanjutnya dianalisis dan diinterpretasi sesuai teks dan konteksnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan dan perkembangan seni kerajinan ukir kayu desa Guwang, dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung sebagai penyangga kebudayaan, seperti adanya lembaga adat, institusi pemerintah maupun lembaga kesenian lainnya, yang masing-masing mengambil peran sesuai bidangnya. Demikian juga  terjalinnya hubungan yang baik antara perajin dengan perajin dan lingkungan masyarakat, adanya waktu untuk bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh komunitas perajin, juga turut mendukung terhadap perkembangan dan perubahan seni kerajinan ukir kayu. Dengan demikian eksistensi seni kerajinan ukir kayu Guwang di tengah masyarakat pendukungnya sejalan dengan perkembangan dan perubahan zaman.

Perubahan secara visual terlihat pada bentuk dan fungsi produk seni kerajinan ukir kayu Guwang dari sakral ke arah produk berfungsi profan, yang dipahami sebagai bagian integral dari gerak perubahan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Perubahan terjadi karena ditengarai merebaknya dunia pariwisata, yang ternyata telah memberikan keyakinan kuat di kalangan perajin  Guwang untuk menekuni profesinya.

Kata-kata Kunci: Seni Kerajinan, Ukir Kayu, Perubahan, dan Perkembangan.

Perkembangan Seni Kerajinan Kayu di  Desa Petulu, Gianyar, Bali: Kajian Estetik dan Sosial Kultural

Perkembangan Seni Kerajinan Kayu di Desa Petulu, Gianyar, Bali: Kajian Estetik dan Sosial Kultural

Oleh: I  Made Berata

Di Biayai DIPA ISI Denpasar

Abstrak penelitian

Penelitian ini, mengangkat topik “Perkembangan Seni Kerajinan Di Desa Petulu. Gianyar, Bali; Kajian Estetik dan Sosial Kultural”, bertujuan untuk mengetahui fenomena perkembangan sentra kearjinan pada suatu masyarakat dari persefektif estetik. Perkembangan yang dimaksud adalah; gerak aktivitas suatu masyarakat mengalir dari waktu-kewaktu, yang dapat memberikan suatu peningkatkan atau kemajuan ditinjau dari berbagai aspek.

Permasalahan pokok yang diajukan dalam penelitian ini, terdiri dari tiga poin, yatiu: 1) Mengapa seni kerajinan kayu di DesaPtulu tetap bertahan dan berkembang sampai saat ini, dan faktor  sajakah yang memengaruhi,2) Bagaimana perkembangan bentuk dan fungsi Seni kerajinan  di Desa Petulu, dan 3) Adakah dampaknya perkembangan seni kerajinan tersebut terhadap kehidupan masyarakat Desa Petulu. Untuk menjawab peramsalahan tersebut di atas, menggunakan bingkai penelitian kualitatif. Penelitian kualtiatif dapat diartikan rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dan hubungannya dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

Proses penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sifat eksploratif, karena bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan seni kerajinan kayu di daerah penelitian. Analisis data menggunakan metode deskritiptif analisis, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk karya tulisan ilmiah. Dalam mengkaji permasalahan  tersebut menggunakan pendekat multidisiplin.

Sesuai amatan di lapangan ditemukan adanya seuatu perkembangan  terhadap keberadaan seni kerajinan di Petulu, menunjukan adanya perkembangan baik bantuk, dan fungsinya. Ternyata pekembangan bantuk dapat dibuktikan dengan munculnya deversifikasi produk  seni karajinan, perkembangan fungsi terbukti dari produk-produk yang dihasilakan lebih pada fungsi fisik yaitu sebagai wadah dan tempat. Dari fungsi personal  ternyata seni kerajinan itu tercipta dari emosi yang direncanakan sesuai tuntutan kebutuhan hidup, secara sosial ternyata berpengaruh terhadap prilaku masyarakat dan meningkatkan perekonomian perajin pada khususnya dan masyarakat Petulu pada umumnya. Dapat dibuktikan 80% marasyarakat Petulu dari anak-anak, remaja dan dewasa bergantung pada seni kerajinan kayu.

Sesuai amatan dilapangan faktor yang memengaruhi terjadinya perkembangan seni kerajinan di desa Petulu di pengaruhi oleh dua faktor yakni faktor ekstenal dan faktor internal. Dari eksternal adalah kostituen lingkungan dan dukungan masyarakat, sedang dari isternal adalah motivasi masyarakat perajin dan penguasaan keterampilan. Sedampak terhadap masyarakat ternyata berdapak negatif terhadap aktivitas sosial dan berdampak postif  terhadap meningkatnya perekonomian masyarakat.

Kata kunci: Perkembangan dan Kerajinan

Loading...