Di Atas Gelombang Laut

Di Atas Gelombang Laut

Oleh: I Made Jodog, MFa

Penciptaan Dana Dipa Isi Denpasar Tahun 2009

Konsep Garapan

Konsepsi garapan adalah Artikulasi sebuah komplik, dalam pemunculan sebuah kesadaran! Suatu perbedaan perlu dipertajam, bahkan dipertentangkan dalam menciptakan sebuah kesadaran. Mempertajam pertentangan dalam karya seni dapat menumbuhkan kesadaran, tetapi mempertajam pertentangan social menciptakan kehancuran. Pencipta mengetengahkan persoalan yang dipertajam  permasalahannya sehingga pada titik tertentu menunbuhkan pembertanyaan, perenungan  serta menumbuhkan kesadaran diri.

Dalam garapan yang berjudul Di Atas Gelombang Laut, konsep terimplementasikan dengan menciptakan bentuk-bentuk gelombang laut, serta berbagai obyek yang ada di lautan.

Gelombang-gelombang lautan yang constan dan suara yang ritmis serta meditative diciptakan dengan sesekali di pecah oleh suara gelombang yang besar, atau gelombang lautan yang kuat dan dasyat dikomplikan dengan sandal jepit yang terumpamakan sebagai sesuatu yang lemah. Obyek-obyek yang kecil ditonjolkan dalam bidang yang besar dan luas seperti lautan. Komplik terhadap berbagai obyek menimbulkan suasana tidak menentu dan ambigiu. Suasana ini diharapkan dapat mendorong perenungan untuk menumbuhkan kesadaran. Kesemuanya ini diciptakan dalam karya seni installasi dengan basis karya tiga dimensional.

Penciptaan Seni Karawitan Tawur Agung

Penciptaan Seni Karawitan Tawur Agung

Oleh: I Ketut Partha, SSKar., M.Si. dan I Gede Mawan, S.Sn.

Dibiayai oleh DIPA ISI Denpasar Tahun 2009

Sinopsis Karawitan Tawur Agung

Upacara agung seperti Panca Bali Krama dan Eka Dasa Rudra, pada hakikatnya untuk menegakkan nilai-nilai kesucian, lalu membangun keharmonisan jagat yang disebut jagat hita, bhuta hita, sarwa prani hita. Semua hal itu diharapkan memberikan kerahayuan kepada manusia yang menempati bumi ini, memberikan energi kerahayuan kepada manusia dan seisi alam. Upacara Tawur Agung Panca Bali Krama adalah karya yang sedemikian “langka” karena pelaksanaannya secara periodik dalam kurun waktu tertentu. Terispirasi dari hal tersebut, tergugah keinginan penata untuk merealisasikan “aktivitas dan suasana” Upacara Panca Bali Krama ke-dalam sebuah karya seni karawitan.

Sebagai sebuah hasil kreativitas seorang seniman, dalam arti enak disajikan dan enak untuk dinikmati, karya seni ini diwujudkan dalam komposisi yang diberi judul “Tawur Agung”. Tawur Agung merupakan komposisi karawitan sebagai sebuah ekspresi seni dan media instrospeksi untuk mewujudkan keseimbangan dalam menata kehidupan yang lebih harmonis. Penciptaan karya karawitan ini muncul dengan memanfaatkan suasana dalam upacara yang besar sebagai objek penciptaan, adalah sebuah gugahan untuk menghargai kebesaran Yang Maha Esa.

Pengertian Tabuh Lelambatan Klasik Pegongan

Pengertian Tabuh Lelambatan Klasik Pegongan

Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan

I Nyoman Rembang memberikan beberapa ulasan tentang pengertian tabuh. Pertama, tabuh bila dilihat sebagai suatu estetika teknik penampilan adalah hasil kemampuan seniman mencapai keseimbangan permainan dalam mewujudkan suatu repertoir hingga sesuai dengan jiwa, rasa dan tujuan komposisi. Kedua, pengertian tabuh sebagai suatu bentuk komposisi didifinisikan sebagai kerangka dasar gending-gending lelambatan tradisional. Misalnya tabuh pisan, tabuh telu, tabuh pat dan sebagainya (Rembang, 1984/1985:8-9). Dari kedua pengertian di atas dapat disimak bahwa tabuh dalam konteks karawitan Bali memiliki pengertian yang sangat luas adakalannya tabuh juga dipergunakan untuk menunjukkan bentuk-bentuk komposisi lainnya diluar dari gending-gending lelambatan tradisional misalnya tabuh kreasi baru disini makna yang terkandung di dalamnya adalah  suatu bentuk garapan komposisi karawitan yang di luar dari kaidah-kaidah tetabuhan klasik. Di samping itu kata tabuh juga dipergunakan untuk menyebutkan bentuk-bentuk komposisi dari berbagai jenis barungan gamelan seperti tabuh Smar Pagulingan, tabuh Gong Gede, tabuh Kekebyaran dan sebagainya.

Dilain pihak, pada buku terjemahan Prakempa pada bagian ke 35 berkaitan dengan tabuh ada disebutkan bahwa :

“…ini asal mula tabuh (lagu )dan nyanyian-nyanyian, karena nyanyian dan lagu sesungguhnya sama beda, karena ada tersebut  nyanyian yaitu tabuh pisan, tabuh telu, tabuh pat, tabuh nem dan tabuh kutus ini bukan tabuh namanya, sebenarnya  angsel dan pepade, karena segala alat-alat nyanyian harus memakai kempli dan kempul. Bila nyanyian memakai kempli delapan kali dan juga kempul delapan kali itu yang bernama Asta pada….” (Bandem, 1985:63)

Kutipan di atas bila dikaitkan dengan keberadaan bentuk komposisi tabuh-tabuh Lelambatan, maka akan dapat dilihat bahwa dalam setiap komposisi tabuh seperti halnya tabuh kutus akan terdapat delapan kali angsel atau pepade pada bagian pengawak dan pengisepnya (main body) yang ditandai dengan jatuhnya pukulan kempur dan kempli.

Pengertian Tabuh Lelambatan Klasik Pegongan selengkapnya

Bahasa Inggris Sebagai Media Komunikasi Dalam Pewayangan

Bahasa Inggris Sebagai Media Komunikasi Dalam Pewayangan

Bahasa Inggris Sebagai Media Komunikasi Dalam Pewayangan: Studi Kasus Dalang I Made Sidia Dalam Festival Wayang Internasional Pada PKB XXX

Oleh : Nyoman Lia Susanthi (Ketua), Ni Wy. Suratni (Anggota), dan I Dewa Ketut Wicaksana (Anggota)

Dibiayai DIPA ISI Denpasar 2009

Abstrak Penelitian

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Di era global ini, bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris, telah menjadi media yang sangat ampuh untuk penyebaran budaya ke seluruh dunia. Termasuk seni budaya pewayangan yang kini dikemas dengan beragam inovasi, termasuk menyelipkan bahasa Inggris dalam pementasannya. Hal ini tampak saat pelaksanaan Festival Wayang Internasional dalam PKB ke XXX. Selain untuk lebih menarik wisatawan berkunjung ke Bali, juga untuk dapat memberikan informasi dan berkomunikasi dengan wisatawan asing. Dengan demikian tampak sangat jelas bahwa bahasa Inggris sebagai media komunikasi memiliki peran yang sangat penting untuk desiminasi budaya.

Kata Kunci: bahasa Inggris, komunikasi, wayang, festival

Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Buleleng Bali

Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Buleleng Bali

Oleh: I Nyoman Suardina

Makalah Seminar IMHERE 2009

Usaha kerajinan adalah suatu pilar perekonomian yang masih eksis menyangga kehidupan sebagian masyarakat Kabupaten Buleleng. Dengan demikian sektor kerajinan sampai sekarang masih tetap diusahakan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara perorangan, maupun kelompok. Dalam bentuk usaha, ada yang dilakukan secara tradisional perorangan, kelompok masyarakat atau dengan manajemen yang lebih baik dalam bentuk perusahaan perorangan maupun asosiasi. Makin majunya dunia usaha serta taraf kehidupan masyarakat produsen maupun konsumen, tak pelak menuntut pencitraan bentuk-bentuk kerajinan, sehingga kerajinan dapat berkembang begitu dinamis. Tuntutan gaya hidup konsumen serta kemampuan desainer dalam merespon, dapat menyuburkan perkembangan mode kerajinan, dari waktu ke waktu.

Gambaran itu sangat jelas terbaca dalam peta perkembangan usaha kerajinan di daerah Buleleng saat ini. Bila di masa lalu kerajinan diusahakan sebagai pengisi waktu luang, dimana jiwa dan karakter pada setiap produk yang dihasilkan adalah penggambaran jiwa-jiwa sederhana, aplikatif sebagai kagunan dan milik masyarakat pendukungnya. Begitu pula usaha kerajinan itu sebagai anugerah potensi alamiah yang dimiliki masyarakat setempat, dan mencerminkan karakter masyarakat sebagai budaya lokal. Namun, ‘kerajinan’ yang tadinya berkonotasi pada proses pekerjaan, kini kata itu cukup menempel pada produknya saja. Sedangkan proses ‘kerajinan’ itu sudah menjelma menjadi; pekerjaan, usaha, komoditas melalui proses tersetruktur dalam aturan waktu maupun manajemen.

Seiring berkembangnya budaya global, perwajahan kerajinanpun mengalami perubahan. Beberapa idiom terkesan ‘memaksa’ hadir dalam keseharian masyarakat tradisional Buleleng. Dahulu masyarakat hanya akrab pada kata; sok, kukusan, sokasi/ keben, wanci/ dulang, saab, bokor, dan sebagainya. Kini dengan sangat fasih para perajin menyebut apa yang mereka kerjakan sebagai; box set, bath rack, box handle, coffee set tray, oval lamp set, table square, bambu bowl, lamp holder, CD cabinet, food accessories, dan sebagainya.

Makalah Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Buleleng Bali selengkapnya

Gamelan Gambang Dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar

Gamelan Gambang Dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar

Oleh: I Gede Yudarta, SSKar., M.Si. (Ketua) I Nyoman Pasek, SSKar ., M.Si (Anggota)

Makalah Seminar Imhere 2009

Derasnya pengaruh modernisasi dan globalisasi dewasa ini mengancam keberadaan dan sendi-sendi kearifan lokal yang telah mengakar dalam tradisi dan budaya masyarakat Bali. Selama ini kearifan lokal masyarakat Bali diyakini memiliki nilai-nilai yang penting dalam menjaga kelangsungan tradisi dan budaya masyarakat Bali. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat di era modern, terjadi transformasi kehidupan masyarakat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mana hal ini menyebabkan terjadinya penyusutan dalam memahami serta penerapan nilai-nilai kearifan tersebut dalam kehidupan masyarakat. Orientasi menuju kehidupan masyarakat modern mendominasi prilaku setiap individu sehingga nilai-nilai kearifan yang sebelumnya kental dalam sikap dan prilakunya mulai ditinggalkan karena dianggap tidak sesuai dengan gaya hidup modern.

Perubahan masyarakat seperti ini sangat sulit untuk dihindari karena sebagaimana dikatakan Huntington, dalam tahapan menuju masyarakat modern, modernisasi sebagai sebuah proses transformasi, dalam mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total harus diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Apa yang dikatakan sebagai tradisional tidak memiliki peran yang berarti dan bahkan dalam banyak hal tidak berguna sama sekali dan karena itu harus diganti (dalam Suwarsono, 1994:23).

Demikian pula halnya dengan arus globalisasi yang semakin mendesak merambah sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dampak negatif dari adanya perubahan ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap nilai-nilai kearifan yang sebelumnya sangat mengakar di masyarakat. Proses modernisasi di era global, dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini upaya mempertahankan nilai-nilai kearifan tradisional menjadi sebuah tantangan bagi kelestarian kebudayaan Bali karena dampak era globalisasi tidak akan dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana dikatakan Titib (dalam Triguna, 2007:171), globalisasi ditandai dengan hilangnya batas-batas negara atau budaya suatu bangsa. Dalam situasi seperti ini budaya barat yang sekuler dan modern akan mudah diserap oleh bangsa-bangsa di Timur yang sedang berkembang menuju tahapan modernisasi. Bila tidak memiliki sistem proteksi dan kendali budaya yang baik, ditenggarai akan menghancurkan budaya dan peradaban bangsa-bangsa di Timur dimana sentuhan budaya global menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan atau kehilangan orientasi (disorientasi) dan dislokasi hampir di setiap aspek kehidupan. Masyarakat cenderung bersifat sekuler dan komersil karena uang dijadikan sebagai tolok ukur kehidupan.

Makalah Gamelan Gambang Dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar selengkapnya

Loading...