Baliho

Baliho

Oleh: Ni Ketut Rini Astuti

Dalam suatu manajemen pemasaran, iklan merupakan salah satu bagian penting untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media atau dengan kata lain cara menjual melalui penyebaran informasi. Menurut Kustadi Suhandang (2005 : 13) periklanan (advertising)adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan sponsor tertentu,yakni si pemasang iklan (pengiklan), yang membayar jasa sebuah media masa atas penyiaran iklannya, misalnya, melalui program televise. Adapun iklannya itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan si pemasang iklan, oleh sebuah agen atau biro iklan; atau bisa saja oleh bagian Humas (Public Relation) lembaga pemasang iklan itu sendiri.

Periklanan dapat juga dianggap sebagai sebuah institusi sosial, sebab banyak lembaga kemasyarakatan yang terlibat di dalam proses pembuatan dan penyajian iklannya. Penelitian pada abad-abad peralihan membuktikan bahwa sepintas lalu iklan memperlihatkan nilai-nilai kehidupan pada setiap zamannya. Iklan barang dan jasa menunjukkan seuatu gambaran, bagaimana orang hidup dan menginginkan kehidupannya. Demikian pula gaya iklan pada zamannya, seperti gaya mereka pada zaman itu, menampilkan banyak tentang perbendaharaan kata waktu itu, apakah mengenai kepentingan umum ataupun pendapat umumnya. Dengan demikian periklanan bisa dianggap sebuah cermin masyarakat, atau bisa juga dianggap sebagai pengaruh dari zamannya.

Tugas pokok periklanan adalah mengkomunikasikan informasi seefisien mungkin kepada orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khayalak. Dia menolong khalayaknya untuk mengambil tindakan ekonomis yang lebih baik dengan memberi tahu mereka tentang barang dan jasa. Ia melengkapi si pemasang iklannya dengan suatu mekanisme komunikasi ekonomis bagi khayalaknya. Dalam pengertian khusus secara ekonomis, periklanan merupakan padanan bagi barang-barang baru. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orang-orang tentang produk tersebut.

Dengan demikian periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang ekonomi periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yaitu upaya memperkenalkan barang baru atau jasa untuk dapat meraih keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini periklanan merupakan suatu kekuatan menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilakukan oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan (Baarle, 1946 : 1). Jadi periklanan merupakan salah satu teknik untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan sehingga mnguntungkan produsen atau penjual. Sedangkan dalam bidang komunikasi, periklanan merupakan proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak sponsor (pemasang iklan), media massa, dan agen periklanan (biro iklan). Ciri utama dari kegiatan dimaksud adalah pembayaran yang dilakukan para pemasang iklan, melalui biro iklan atau langsung, kepada medioa massa terkait atas dimuat atau disiarkannya penawaran barang atau jasa yang dihasilkan si pemasang iklan (pengiklan) tersebut (Aaker, 1975 : 3).

Baliho Selengkapnya

Cara Bernafas Dalam Bernyanyi

Cara Bernafas Dalam Bernyanyi

Oleh Ni Wayan Ardini, Dosen PS Seni Karawitan

Salah satu unsur penting dalam bernyanyi adalah pernafasan. Pernafasan perlu mendapat perhatian khusus, karena untuk memperoleh kemampuan pernafasan yang baik dalam bernyanyi memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Pada waktu bernyanyi pernafasan harus di atur sedemikian rupa dengan cara mengambil udara sebanyak banyaknya dengan cepat, menahannya sejenak, kemudian mengeluarkannya dengan sangat hemat dan penuh kesadaran. Sebagaimana diketahui bahwa suara sebetulnya adalah nafas yang disuarakan. Oleh karena itu, penguasaan nafas merupakan syarat mutlak bagi seorang penyanyi.

Sesungguhnya tidak ada satupun yang misterius tentang cara-cara pernafasan dalam bernyanyi, karena tidak satupun cara yang libih baik daripada cara yang telah dikodratkan oleh Tuhan kepada manusia. Perhatikan proses pernafasan pada seorang bayi yang sedang tidur, tampak gerak naik turun pada bagian perut sebagai akibat dari kontraksi yang terjadi pada paru-paru.

Selain paru-paru, unsur lain yang sangat penting dalam penguasaan, baik dalam gerak-gerik waktu normal, maupun dalam keadaan menyanyi adalah: sekat rongga badan (diaphragma), yang letaknya di atas perut seperti piring terbalik. Sekat rongga badan merupakan alat penolak yang geraknya maju mundur dalam kontraksi pernafasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

  1. Hindarilah cara bernafas yang dengan sengaja mengangkat kedua bahu ke atas waktu mengambil nafas seperti seringkali dilakukan oleh orang yang sedang berolah raga.

b.   Letakkan kedua tangan di atas perut. Hembuskan nafas dalam gaya mematikan menyalakan lilin. Akan terasa adanya tekanan kedalam pada tempat kita meletakkan tangan.

c.   Ambillah beberapa nafas pendek dengan menirukan cara berbafas seekor anjing yang sedang lari, pasti akan terasa adanya gerakan-gerakan menonjol pada sekat rongga badan.

d.   Ambilah beberapa nafas pendek dengan menggosokkan sekat rongga badan ke arah muka (depan), lalu hembuskan udara yang ditiup (dihisap) tadi dengan tekanan pendek dan cepat kearah belakang sambil membunyikan huruf S

e.   Lakukan latihan dengan menggunakan huruf S ini berulang kali ssecara ritmis, sambil memperpanjang serta memperluas tarikan maupun pengeluaran nafas.

Cara Bernafas Dalam Bernyanyi, selengkapnya

Struktur Tabuh Lelambatan, Bagian III

Struktur Tabuh Lelambatan, Bagian III

Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan

–          Pakaad

Pakaad merupakan bagian terakhir dari struktur lagu lelambatan pagongan. Pakaad dalam bahasa Bali berasal dari kata dasar kaad yang hilang atau dalam konteks seni karawitan berarti bagian akhir.

Pada bagian terakhir dari struktur komposisi lelambatan pegongan biasanya ada dua bentuk yang biasa dipergunakan yaitu tabuh telu dan gilak. Kedua bentuk ini memiliki ciri-ciri dan karakter yang berbeda. Penggunaan salah satu diantaranya merupakan pilihan bagi para komposer sesuai dengan ide serta kreativitas yang diinginkan. Kebiasaan yang terjadi, apabila menginginkan bagian akhir yang lebih energik dan dinamis maka bentuk pekaad yang dipergunakan adalah gilak. Sedangkan apabila menginginkan suasana yang tenang bentuk pekaad-nya adalah tabuh telu. Perbedaan karakter tersebut karena adanya aksentuasi gong yang berbeda. Walaupun memiliki struktur yang sama, gilak memiliki ukuran yang lebih pendek yaitu 8 ketukan, sedangkan tabuh telu memiliki 16 ketukan dalam peniti penyacah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Struktur Tabuh Lelambatan, Bagian III selengkapnya

Konsep Ruang yang Mendasari Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya/Bali Arya II

Konsep Ruang yang Mendasari Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya/Bali Arya II

Oleh Drs. I Gede Mugi Raharja, MSn

3 Konsep Ruang Swastika

Swastika berarti selamat atau sejahtera. Swastika merupakan simbol “gerak nan abadi”, yang berasal dari arah pergerakan “semu” matahari dari timur ke barat atau berputar dari kiri ke kanan (pradaksina). Sebagai simbol agama Hindu, Swastika memiliki makna perputaran dunia yang dijaga oleh manifestasi Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa di delapan penjuru mata angin dan berpusat pada Siwa.

Jadi, Swastika merupakan simbol energi yang menggerakkan segala bentuk kehidupan di muka bumi. Konsep inilah yang menjadi dasar pertimbangan utama dalam meletakkan posisi bangunan pada rumah tinggal tradisional Bali Madya. Di utara (kaja) bangunan tempat tidur (Bale Daja/ Meten), di timur laut (kaja kangin) tempat suci (sanggah/ merajan), di timur (kangin) tempat balai upacara (Bale Dangin/ Bale Gede), di selatan (kelod) untuk dapur (paon) dan jineng (lumbung), dan di barat (kauh) tempat tidur anak muda atau tamu (Bale Dauh/ Loji).

Aplikasi konsep swastika pada rumah tinggal tradisional Bali Madya menggambarkan pusat swastika adalah di tengah-tengah halaman (natah) rumah. Penggambaran ini mengandung makna, bahwa pusat keselamatan berada di tengah-tengah rumah tinggal. Sedangkan unit-unit bangunan ditempatkan di sekeliling pusat perputaran, dari utara, timur, selatan dan barat. Dengan komposisi bangunan seperti ini, sirkulasi udara di semua area rumah tinggal menjadi baik.

Konsep Ruang yang Mendasari Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya/Bali Arya II selengkapnya

Teknik Penyajian Pembawaan Lagu

Teknik Penyajian Pembawaan Lagu

Oleh Ni Wayan Ardini, Dosen PS Seni Karawitan

Di samping penguasaan teknik suara sebagai aspek utama dalam bernyanyi, ada satu hal yang tidak kalah penting, yaitu penguasaan unsur-unsur yang berkenaan dengan penyajian serta pembawaan sebuah lagu. Diantara teknik penyajian dan pembawaan yang harus dikuasai antara lain:

a. Teknik Frasering

Frasering adalah aturan pemenggalan kalimat bahasa atau kalimat musik menjadi bagian-bagian yang lebih pendek, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti. Tujuan frasering aialah pemenggalan kalimat, baik kalimat bahasa maupun kalimat musik dapat lebih tepat sesuai dengan kelompok-kelompok kesatuan yang berarti. Untuk melakukan frasering dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut:

– Pelajari arti kalimat dan isi lagu secara utuh

– Temukan kalimat-kalimat musiknya secara lengkap

– Temukan frase-frase berdasarkan kalimat musik dengan tidak menghilangkan keutuhan arti kalimat lagu.

b. Teknik Penguasaan Isi Lagu

Penguasaan isi lagu berarti pembawaan dengan baik suatu lagu sesuai dengan jiwa dan makna lagu tersebut, misalnya lagu yang bersifat sedih, gembira, sehingga mampu menciptakan emosional dan daya imajinasi yang tepat.

c. Penguasaan  tempat penyajian lagu

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguasaan tempat penyajian lagu adalah,  Posisi tubuh waktu berdiri:

Teknik PenyajianPembawaan Lagu selengkapnya

Pola Kekerabatan Masyarakat Banyumas

Pola Kekerabatan Masyarakat Banyumas

Oleh: Saptono, Dosen PS Seni Karawitan

Kehidupan masyarakat di wilayah daerah Banyumas pada prinsipnya mengikuti sistem kekerabatan masyarakat Jawa. Dalam kehidupan keluarga, istilah kekerabatan ditunjukan dengan sistem klasifikasi berdasarkan angkatan-angkatan (Koentjaraningrat, 1984:330). Misalnya, kepada semua sodara kakak laki-laki dan perempuan dari ayah dan ibu, dipanggilnya sama yaitu dengan istilah uwa. Uwa lanang untuk panggilan kepada sodara tua atau kakak laki-laki dari ayah dan ibu, sedangkan istilah uwa wadon untuk sodara perempuan  yang lebih tua dari ayah dan ibu. Bedanya untuk sodara yang lebih muda atau adik dari ayah dan ibu diklasifikasikan menjadi dua yang tergatung menurut jenis kelamin, jika laki-laki dipaggil dengan istilah paman atau pak lik dan jika sodara perempuan dipanggil dengan istilah bibi. Bagi sebagian besar masyarakat Banyumas secara akrab cukup dengan memanggil “uwane” atau “bibine”.

Untuk memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan, hubungan antar warga untuk menunjang semangat gotong-royong juga merupakan prinsip dalam pola kekerabatan yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas. Wujud dari semangat gotong royong merupakan konsep kerja sama yang dijunjung tinggi, hal ini sangat agrab dengan kehidupan masyarakat petani-agraris. Wujud dari semangat gotong-royong merupakan pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga untuk mengisi atau menambah kekurangan tenaga pada saat sibuk (Koentjaraningrat, 2002:56-7). Contoh kongkrit dalam masyarakat pedesaan di Banyumas adalah kesambat pada saat membuat batur rumah (dari tanah), atau mendirikan rumah tradisional yang terbuat dari bambu dan kayu. Kesambat merupakan bantuan tenaga dari sanak saodara atau dari tetangga-tetangga dekat untuk meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu keperluan tertentu.

Tempat tinggal warga yang ada didusun-dusun kebanyakan masih sangat sederhana, ada yang rumahnya masih menggunakan atap alang-alang atau daon (tetapi sekarang ini kebanyakan seng dan genteng), lantainya masih dari tanah, dan dindingnya gedek bambu atau dari papan kayu “belabak”. Bagi warga yang dianggap kaya biasanya rumahnya besar dan masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah  “rumah bandung” (mirip dengan rumah joglo) sepeti rumah-rumah milik kepala desa atau lurah. Selain itu, kebanyakan rumah-rumah di dusun-dusun tidak diberi pembatas pagar, hanya saja batas pekarangan milik antar warga biasanya menggunakan “telajak” pagar dari tanaman.

Pola kekerabatan juga terjadi karena perkawinan, maka perkawinan merupakan seuatu yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Bagi masyarakat Banyumas, perkawinan tidak hanya dimaknai dengan menyatukan dua individu laki-laki dan perempuan menjadi satu yang disebut keluarga, akan tetepi lebih dari itu bahwa perkawinan bisa dimaknai sebagai penyatuan atau ikatan silaturahmi antar keluarga.

Pola Kekerabatan Masyarakat Banyumas Selengkapnya

Loading...