Alur Perkembangan Kebudayaan Bali IV

Alur Perkembangan Kebudayaan Bali IV

Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

4. Zaman Raja-raja Bali Kuno

Ditemukannya prasasti yang tertua di Bali yang berangka tahun 804 Saka, mulailah ada keterangan tentang Bali dari dalam (Bali). Prasasti tersebut disebut dengan Prasasti Sukawana yang berisi tentang perkenan raja bagi para biksu yaitu bhiksu Siwakangsita, Siwanirmala dan Siwaprajna, untuk mendirikan asrama dan penginapan di daerah perburuan di bukit Kintamani. Prasasti tersebut memberikan keterangan tentang alat-alat musik yang termuat dalam lembar 2.a baris kedua yaitu parsangkha (orang-orang yang meniup Sangka), parpadaha (orang-orang yang menabuh kendang), balian (penonton), pamukul (penabuh gamelan). Prasasti ini tidak menyebutkan nama raja tetapi menyebutkan sebuah kota (keraton) yaitu Singamandawa dan beberapa senapati pejabat tinggi pemerintahan seperti Senapati Sarbwa, Senapati Digangga, Senapati Danda, dan beberapa pejabat rendahan. Prasasti lainnya yaitu prasasti Bebetin A I sama dengan prasasti Sukawana yang tidak menyebutkan nama raja melainkan keraton yang disebut dengan panglapuan di Singamandawa, menyebutkan tentang instrumen musik pada lembar 2 b, no 5 tertulis pamukul (penabuh gamelan), pagending (pesinden), pabunying (penabuh angklung),  papadaha (penabuh Kendang), parbhangsi (peniup Suling besar), partapukan (perkumpulan openg), parbwayang (dalang).

Menurut kronologi sejarah Bali, yang paling awal dan paling tua menyebut nama raja adalah Sri Kesari Warmadewa (835-837) dengan mengeluarkan 3 buah prasasti. Prasasti yang paling penting dan akan dibahas dalam sub bab kemudian adalah prasasti Blanjong yang didalamnya terdapat kata bheri yang diartikan sebagai alat bunyi-bunyian perang (gendang perang). Kemudian berselang dengan munculnya nama Sang Ratu Ugrasena (837-864 S). Dalam Purana Balidwipa, Sri Ugrasena bergelar Sri Ugrasena Warmadewa (864 S). Ugrasena mengeluarkan 8 prasasti dan empat buahnya mengungkap tentang pajak (tikasan) pemain gamelan, pajak peniup sangka sebesar dua piling.

Pada masa pemerintahan Sri Gunapriya Dharmmapatni yang merupakan putri dari Mpu Sendok dan Maharaja Sri Dharmmodhayana Warmadewa (911-923 S), mengeluarkan 10 buah prasasti. Empat buah prasastinya memuat tentang pengaturan kesenian dan membedakan pertunjukan puri dan pertunjukan ambaran, juga disebutkan tentang tikasan parsangkha atau pajak bagi peniup sangkha, yang termuat dalam prasati Buwahan A yang bertahun 916 S.  Pada masa pemerintahannya telah terjalin suatu hubungan politik dan keluarga antara Bali dan Jawa Timur.

Alur Perkembangan Kebudayaan Bali IV Selengkapnya

Wayang Kamasan II

Wayang Kamasan II

Oleh Drs. I Nyoman Nirma, Dosen PS Seni Rupa Murni

Karakter Lukisan Wayang Kamasan

Seni Lukis Wayang Kamasan memiliki bentuk, sikap, figur, ekspresi, dan warna tertentu sesuai dengan peranannya dalam cerita yang dilakoninya, yakni:

1.      Lukisan wayang figur Dewa mencerminkan sifat adil, pengasih, dan penyayang.

2.      Lukisan wayang figur pendeta dengan ekspresi ketuaan menunjukan sifat yang suci, adil dan welas asih.

3.      Lukisan wayang figur kesatria dengan ekspresi perkasa, berwibawa, gagah, dan kuat.

4.      Lukisan wayang punakawan, binatang, tumbuhan hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan suasana, dengan karakter sesuai perananya dalam lakon.

Penggambaran wayang sifat baik dan sifat buruk seperti rwa bhineda selalu ada sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.  Setiap figur wayang memiliki sifat dan karakter tersendiri hal ini dapat dilihat dari bentuk mata, mulut dan badannya.

Pada penggambaran figur wayang yang berkarakter halus digambarkan dengan bentuk badan yang ramping tangan panjang dan warna tubuh  coklat kekuningan yang mengekspresikan kehalusan.  Wajah yang berkarakter lembut selalu dibuat tersenyum walaupun dalam perang.  Contoh figur wayang yang memiliki karakter ini  adalah  Yudistira, Laksmana, Wibisana, Rama dan lain lain.

Untuk tokoh figur yang berkarakter kasar dan keras dibuat dengan bentuk badan yang besar, warna kulit badan yang coklat kehitaman, berbulu, mata bulat melotot, mulut yang tersenyum bengis bahkan gigi yang tajam.  Figur wayang yang memiliki karakter ini adalah Bima, Duryodana, Rahwana, Raksasa dan lain lain.

Proses Pembuatan Lukisan Wayang Kamasan

Teknik pembuatan lukisan wayang Kamasan sampai saat ini  masih menggunakan cara-cara tradisional.  Dalam sub judul ini proses pembatan lukisan wayang akan diuraikan  dari awal pembuatan media samapai akhir antara lain  pembuatan kanvas (nganjinin/mubuhin), membuat seket (ngreka), mewarna dan memberi ornament (nyawi).

a. Pembuatan Kanvas (nganjinin/mubuhin)

Kanvas adalah salah satu media yang digunakan dalam pembuatan lukisan wayang kamasan.  Kanvas dibuat dari selembar kain putih, biasanya kain blacu dengan dimensi yang dikehendaki oleh pelukis.  Terlebih dahulu kain ini dicuci dan direndam dengan air selanjutnya dijemur sampai setengah kering.   Tahap selanjutnya, kain tersebut dicelupkan dalam bubur tepung beras  yang dikenal dengan istilah mubuhin.  Selanjutnya dibentangkan di sinar matahari sampai mengering.  Tujuan mubuhin ini adalah untuk menutup dan merekatkan benang-benang kain  agar tidak bergerak.

Wayang Kamasan II Selengkapnya

Bahan Baku, Peralatan, dan Proses Pembuatan Gerabah II

Bahan Baku, Peralatan, dan Proses Pembuatan Gerabah II

Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni

(8)  Pisau raut

Pisau raut yaitu suatu alat  berbentuk pisau kecil  terbuat dari lempengan besi yang berfungsi untuk menoreh dan membersihkan sisa-sisa tanah yang dipergunakan dalam proses pembentukan. Alat ini juga berfungsi untuk menorah dalam pembuatan  motif dekorasi pada bagian gerabah.

(9)  Tali Pemotong.

Tali Pemotong yaitu suatu alat yang biasanya terbuat dari tali ijuk atau tali plastik (tali senar) yang berfungsi untuk memotong bagian bawah dari gerabah yang telah selesai dibentuk sehingga benda yang telah terbentuk terpisah dari alat putar dan dapat dipindahkan pada tempat lain. Alat ini juga berfungsi untuk memotong gumpalan tanah yang tersisa dari bentuk benda yang diwujudkan.

(10)  Bambu pelubang.

Bambu pelubang yaitu suatu alat yang terbuat dari  bambu kecil dengan ujung diruncingkan yang berfungsi untuk membuat lubang pada bagian badan gerabah.

(11)  Penggerus

Penggerus adalah alat yang terbuat dari bambu berbentuk segi tiga. Alat ini berfungsi untuk meratakan dan menghaluskan dinding bagian luar gerabah setelah selesai dibentuk.

Proses Pengolahan Bahan.

Seperti hasil pengamatan pada dua sentra kerajinan gerabah yaitu di desa Bedulu dan desa Perangsada kabupaten Gianyar bahwa secara umum proses pengolahan bahan baku untuk pembuatan gerabah upacara  memiliki kesamaan yaitu masih dengan cara tradisional yang sangat sedarhana. Menurut Ni Ketut Lemon (wawancara, 17 Nopember 2009) mengatakan bahwa proses pengolahan baku gerabah mengalami beberapa tahapan, diantaranya :

(1)  Tahap penggalian.

Tahap penggalian yaitu merupakan tahap awal dimana dilakukan penggalian tanah liat pada tempat tertentu (seperti pada halaman pekarangan atau ladang tertentu) dengan menggunakan cangkul.

(2)  Tahap penjemuran.

Tahap penjemuran yaitu pada tahap ini tanah yang baru diambil dari tempat penggalian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari.

(3)  Tahap penumbukan

Tahap penumbukan yaitu pada tahap ini tanah yang telah kering dijemur tadi ditumbuk dengan alat penumbuk agar gumpalan-gumpalan tanah hancur dan terbentuk butiran-butiran tanah lebih kecil.

Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah II

Bahan Baku, Peralatan, dan Proses Pembuatan Gerabah I

Bahan Baku, Peralatan, dan Proses Pembuatan Gerabah I

Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni

Sesuai dengan pengamatan dalam penelitian ini bahwa pembuatan gerabah di Bali pada umumnya masih memanfaatkan tanah lokal yang diperoleh dari tanah pekarangan atau tanah tegalan. Tanah jenis ini adalah termasuk jenis tanah liat skunder. Tanah liat jenis skunder ini banyak mengandung oksida besi. Adapun suhu bakar untuk pembakaran gerabah dengan bahan baku dari tanah skunder ini adalah berklisar 600 oC sampai 700 oC. Warna mentah dari tanah jenis skunder ini bermacam-macam ada yang kemerah-merahan, coklat, dan abu-abu. Demikian pula sifatnya ada yang plastis dan ada agak rapuh.

Alat Pengolahan Bahan

Untuk pengolahan bahan baku gerabah sesuai pengamatan yang dilakukan pada, 25 Agustus 2009 disentra kerajinan gerabah desa Bedulu, Perangsada, dan Benoh dipergunakan beberapa peralatan tradisional, diantaranya;

(1). Kayu penumbuk.

Kayu penumbuk yaitu sepotong kayu yang berfungsi untuk menumbuk atau menghancurkan tanah yang baru diambil dari tempat galian setelah dijemur.

(2) Ayakan.

Ayakan yaitu suatu alat terbuat dari bambu atau kawat strimin yang berfungsi mengayak tanah untuk menyaring butiran-butiran tanah yang telah ditumbuk, sehingga diperoleh butiran-butiran tanah halus secara merata.

(3) Kayu Pipih.

Kayu Pipih yaitu alat yang berfungsi sebagai alas  mengulek tanah untuk membuat adonan tanah plastis.

Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah I Selengkapnya

Bentuk Seni Lukis Prasi II

Bentuk Seni Lukis Prasi II

Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni

Seni Lukis Prasi Map of Bali (karya : Komang Joni Arta)

Seni lukis prasi karya Komang Joni Arta, mempunyai obyek yang lebih bebas lagi. Peta Pulau Bali yang di beri judul Map of Bali, benar-benar merupakan bentuk di luar seni pewayangan. Tetapi bila di lihat sepintas, peta gambar pulau Bali yang dibuatnya sepertinya bukan obyek yang baru, karena secara keseluruhan masih kelihatan Bali. Memang si seniman  pada  dasarnya membuat seni lukis yang mengesankan tradisi dengan memadukan obyek utama yakni Pulau Bali bersama ornamen khas Bali. Secara kesaluruhan terlihat kesenian Bali atau lukisan Bali.

Bentuk yang berbeda, tidak seperti seni lukis prasi  pada umumnya, membuat kesenian ini menjadi kelihatan berkembang mengikuti perubahan  zaman. Namun di sisi lain masih kelihatan tetap eksis, terbukti sangat digemari oleh tamu Mancanegara. Demikian, bila tanpa kita ketahui sebelumnya sudah tentu kita menganggap bukan bentuk baru. Lihat foto di bawah ini.

Bentuk peta pulau Bali yang ditampilkan kelihatan serasi dengan ornamen dan tulisan sebagai pendukungnya. Dan yang istemewa lagi ukuran dibuat 20 x 20 cm,  dapat dilipat karena pakai tali, sehingg sangat mudah dibawa. Peta pulau Bali disenangi oleh turis Mancanegara karena mempunyai fungsi ganda, yaitu disatu sisi berfungsi sebagai peta, dan disisi lain bisa digunakan sebagai hiasan. Para tamu biasa membeli lebih dari satu untuk dibawa pulang kenegaranya sebagai soupenir.

Seni Lukis Prasi Arjuna Wiwaha (karya : I Nyoman Kanta)

Karya seni luklisa prasi yang dibuat oleh I Nyoman Kanta, menampilkan cerita Arjuna Wiwaha. Arjuna Wiwaha merupakan cerita yang populer di dalam kehidupan berkesenian di Bali. Bentuk seni pewayangan yang ditampilkan merupakan bentuk yang sudah umum dalam tema lukisan tradisional Bali. Menjadi berbeda karena diterapkan di atas daun lontar.

Bentuk Seni Lukis Prasi II Selengkapnya

Bentuk Seni Lukis Prasi I

Bentuk Seni Lukis Prasi I

Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni

Bentuk merupakan syarat mutlak dalam karya seni. Khususnya seni rupa, yang merupakan kesenian yang hanya dapat dinikmati dengan indra pengelihatan, sangat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa bentuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 119), bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran, rupa atau wujud, sistem atau susunan, serta wujud yang ditampilkan. Selanjutnya dalam buku Filsafat Keindahan dinyatakan seni adalah bentuk (Significant form) dan bentuk itu adalah suatu ciri obyektif dari imajinasi alam maupun pikiran manusia yang dibangun oleh struktur titik, garis, warna, bidang dan komposisi membentuk suatu wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran manusia yang berwujud secara konkret dapat dinikmatai oleh panca indra. Khusus mengenai seni rupa adalah seni yang bisa dinikmati oleh indra penglihatan. (Gie, 2004: 60-63).

Demikian halnya dengan seni lukis prasi, bentuk merupakan bagian yang utama, merupakan wujud yang nyata, dapat dinikmati secara konkrit (kasat mata). Bentuk  berupa gambar yang terkesan klasik karena keterikatannya kepada teknik, bahan dan peralatan serba tradisional. Hal ini pula membuat seni lukis prasi kelihatan sangat spesifik. Dari penyajian, seni lukis prasi juga sangat khas layaknya penyajian komik harus dinikmati lembar demi lembar. Sebagai seni yang ilustratif, seni lukis prasi merupakan karya rupa yang sarat dengan makna simbolis dari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Tampilannya  sepintas terkesan sangat sederhana, hanya berupa lembaran daun lontar yang dipenuhi dengan goresan-goresan berwarna hitam, namun setelah diamati dan diteliti betul baru akan tampak ekspresi bentuk yang sesungguhnya. Ternyata menyimpan suatu keindahan bercampus kesan magis, yang dimunculkan dari totalitas seninya sendiri.

Seni prasi adalah karya seni rupa yang mempunyai keunikan tersendiri, karena penterapannya pada daun lontar yang dihiasi dengan bentuk- bentuk yang klasik, terkadang disertai teks singkat menggunakan huruf (sastra) Bali. Seni lukis prasi diperkirakan sudah ada dan berkembang pada jaman kerajaan Bali. Hal ini didukung oleh sejarah sastra di Bali, oleh Agastia (1994) yang dikutip oleh Suardana, seni sastra Bali berkembang pada akhir abad ke-15, kemudian tumbuh subur pada abad ke-16, pada pemerintahan dalem Gelgel di Klungkung (Suardana, 2001: 27). Karena seni prasi adalah salah satu hasil karya seni rupa yang merupakan bentuk visual seni sastra, dimanfaatkan sebagai media informasi tentang ajaran keagamaan, maka sangat mungkin pula berkembang saat itu.

Terkait dengan fungsi, maka bentuk umumnya menyesuaikan. Sehingga seni lukis prasi yang merupakan tranformasi yang merupakan transformasi dari lontar teks kakawin yang diresepsi, maka seni lukis prasi pada dasarnya mengambil bentuk-bentuk dari apa yang dapat dipersepsi sesuai cerita yang dikomunikasikan. Sebagai contoh untuk kakawin Ramayana, dibuat gambar prasi sesuai dengan  kisah Ramayana beserta tokoh yang lainnya.

Bentuk Seni Lukis Prasi I Selengkapnya

Loading...