Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata II

Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata II

Kiriman Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Sistem Live Total

Selanjutnya mereka berempat tampil bersama. Tiga  orang pemain instrumen akustik dan satu orang DJ.  Mereka hapal betul dimana, kapan, dan instrumen apa yang harus mereka mainkan. DJ sudah memformat lagu-lagu yang akan dimainkan. DJ hanya mengeluarkan ritme-ritme tertentu dari DJ turntable dan DJ Players. Si DJ sendiri mulai memainkan mixer DJnya kemudian membuat scrit-scrit sebagai ornamen dari beat yang dibuatnya. Menurut Jaja, salah seorang pemain soulplif, mengatakan bahwa mereka memang telah membuat dasar-dasar melodi dan ritme pada instrumen akustik. Kemudian setelah hafal benar, melodi dan ritme tersebut dikembangkan lagi selama mereka pentas, tergantung mood yang didapat pada saat mereka pentas.

Berdasarkan penampilan yang terlihat, sistem live total ini sebenarnya tidaklah semuanya live karena ternyata beat atau ritme dasar dari musik yang dihasilkan keluar dari peralatan DJ dan sebagai dari laptop yang memang sudah dibuat sedemikian rupa. Perlu diketahui bahwa untuk loops yang seperti ini sangat mudah didapat dan dibuat. Ritme dasar ini jelas merupakan sebuah hasil dari pengembangan teknologi pada musik. Tetapi keberadaan loops-loops seperti ini tidaklah begitu mengkhawatirkan dunia musik karena untuk membuat sebuah komposisi berdasarkan loops-loops itu ternya perlu talenta dan kemampuan seni musik yang baik. jika tidak mempunyai kemampuan bermain yang baik maka musik yang dihasilkannya hanyalah sebuah musik robot yang hambar tanpa rasa seperti bagaimana kita memainkan sebuah instrumen musik secara langsung.

3. Sistem Lipsing

Pada kesempatan yang lain, ternyata ada beberapa perubahan dua orang pemain instrumen akustik yang sama sekali masih baru. mereka asli kelahiran pulau Bali. Dua orang pemain baru ini membawakan suling Bali pada saat mereka tampil solo dengan latar belakang musik yang keluar dari perangkat laptop.

Pada saat tampil bersama, mereka semuanya memainkan lagu-lagu yang telah biasa group soulplif bawakan. Pada saat membawakan lagu-lagu tersebut, tampak terlihat ada beberapa keraguan dari kedua pemain baru tersebut. Setelah ditanyakan tentang hal tersebut dikatakan bahwa lagu yang dimainkan memang sudah keluar dari CD yang diputar oleh DJ, dan mereka berdua memainkan seperti sungguh-sungguh bermain tetapi sebenarnya tidak begitu berbunyi karena mikrofon yang dipasang dalam keadaan mati.

Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata II, Selengkapnya

Wedhus Gembel Halahala Mandaragiri, Bagian II

Wedhus Gembel Halahala Mandaragiri, Bagian II

Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Bukan hanya gunung Merapi, Bromo, dan Anak Krakatau saja yang belakangan meletus. Sabtu (27/11) malam lalu, gunung Mandara juga meletus dahsyat. Yang mengerikan, wedhus gembel yang dimuntahkan gunung Mandara mengandung halahala yaitu racun yang mematikan. Racun yang dimuntahkan dari puncak gunung itu mengancam segala mahluk hidup.

Tetapi masyarakat Jawa Tengah yang menyaksikan letusan gunung Mandara itu tampak tenang-tenang saja bahkan menikmatinya dengan rona suka cita.

Meletusnya Mandaragiri itu adalah sebuah pementasan sendratari yang digelar di Pendhapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah. Sendratari berjudul “Siwa Wisaya“ itu merupakan persembahan para mahasiswa ISI Denpasar yang disuguhkan sebagai penampilan pamungkas dalam pentas Mebarung Gong Kebyar Se-Jawa dan Bali yang diselenggarakan oleh ISI Surakarta. Duel Gong Kebyar yang berlangsung dua malam, 26-27 Nopember lalu itu, menghadirkan empat grup Gong Kebyar yakni ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, Puspa Giri Semarang, dan ISI Denpasar.

Kisah gunung Mandara yang disuguhkan oleh 60 orang mahasiswa ISI Denpasar itu terasa kontekstual dengan bencana alam letusan gunung yang kini sedang merisaukan masyarakat Indonesia. Cerita tentang Mandaragiri sangat akrab pada masyarakat Jawa pencinta wayang kulit. Karena itu, Pemutaran Mandaragiri yang merupakan bagian awal dari epos Mahabharata yang digarap dalam sendratari berdurasi 25 menit, menjadi komunikatif. Penonton yang memenuhi Pendhapa menyimak dengan antusias dan tekun tampilan artistik dan lontaran pesan yang digarisbawahi secara verbal oleh dalang atau narator dalam bahasa Jawa Kuno dan Indonesia.

Alkisah pada zaman satyayuga, para dewa dan raksasa bersepakat bekerja sama mencari tirta amerta atau air kehidupan abadi. Untuk mendapatkan air suci itu adalah dengan cara mengaduk lautan susu, ksiarnawa, dengan sebuah gunung. Pada hari yang telah ditentukan,  gunung Mandara di Pulau Sangka digotong oleh Hyang Antaboga dan diceburkan ke tengah samudra. Agar gunung mengapung, kura-kura Kurma menyangga di dasar laut dan dewa Indra menduduki puncak gunung. Naga Basuki yang membelit gunung, kepalanya dipegang para raksasa dan ekornya ditarik oleh para dewa. Mandaragiri diputar. Samudra mendidih dan topan menyamuk. Para penghuni gunung terpelanting binasa dan habitat lautan bergelimpangan.

Dari puncak gunung mandara menyembur gumpalan hitam pekat. Para dewa dan para raksasa bersorak girang, berebut hendak mereguk gumpalan yang mencair  itu. Dewa Siwa yang mengawasi sepak terjang para dewa dan raksasa itu dengan sigap merebutnya dan dengan seketika meminumnya. Leher Dewa Siwa menjadi biru legam terbakar karena yang diminum oleh Dewa Siwa adalah halahala alias racun pembunuh. Para dewa dan raksasa penasaran dan kembali memutar gunung Mandara yang kemudian mengeluarkan cairan bening wangi, tirta amerta. Para raksasa dengan garang menguasai dan melarikan. Beruntung Dewa Wisnu dapat merebut dengan tipu rayu menjadi bidadari. Tirta amerta itu kemudian ditebar Dewa Wisnu untuk kebahagian segenap manusia dan kedamaian jagat.

Wedhus Gembel Halahala Mandaragiri, Bagian II, Selengkapnya

Sekelumit Perkembangan Musik Kontemporer di Bali

Sekelumit Perkembangan Musik Kontemporer di Bali

Kiriman Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan

Di Bali masih ada nama Igor Tamerlan. Seniman musik idealis ini bahkan sedang berkreasi lebih maju, membuat apa yang disebutnya techno gong. Wujudnya berupa alat musik berbentuk vibes atau kolintang besi tapi electric dan setengah synthesizer. Alat ini masih harus disempurnakan lagi, seperti penuturan Igor Tamerlan sendiri. Sementara proyek rekaman kontemporernya tengah dijajaki lagi, dan tetap berdekatan dengan aroma etnik Bali. Sekedar mengingatkan, pada awal 90-an, Igor pernah melejit dengan Bali Vanilli, yang berbau rap dan bercerita tentang turis asing dan Bali. Dan dari Pulau Dewata masih ada juga, I Wayan Balawan. Solois dengan dua gitar yang barusan tour di Eropa. Ia juga mempunyai kelompok musik etnik, Batuan Etnik Fusion. Di sana fusion dipadukan dengan musik tradisi Bali. Dari generasi muda musisi kita, boleh dicatat olah kreasi Tipe-X yang pernah mengajak Bandung Percussion Society untuk tampil di salah satu acara di stasiun teve swasta. Atau Naif, yang sampai mengajak orkes tanjidor terlibat dalam rekaman bahkan konser mereka nanti 25 Oktober 2000.

Cuplikan wawancara seorang wartawan Bali Post dengan Belawan mengutarakan pandangannya terhadap world music karena dia telah banyak menggeluti bidang spiritual, mau tidak mau, akhirnya musik saya juga sangat berdampingan dengan hal-hal atau nuansa spiritual. Musik dan spiritual itu sama. Menyuguhkan suatu musik, sama dengan mantra. Untuk pembuatan musik dimotivasi dari konsep Tri Hita Karana. Hal ini dilakukan dengan cara tidak sengaja, baik dalam membuat musiknya, liriknya, atau yang lainnya. Intinya, musik Belawan lebih banyak mengarah ke kemanusiaan. World music adalah musik yang mengarah ke universalitas, global, cinta, dan kemanusiaan.

Gede Yudana tahun 1990-an sudah mulai menggarap musik komputer. dia lebih populer negeri orang dari pada di Bali sendiri. Berbagai karya yang lahir dari hasil kontemplasinya, tidak terlepas dari pengalaman pribadinya sebagai orang Bali, walaupun kadangkala terlepas dari semuanya itu, toh rasa ke-Baliannya masih melekat dalam dirinya. Kadek Suardana seorang pelaku teater di Bali bergelut dengan Roland sintasizer E 86 bergelut memasukan berbagai unsur musik Bali dalam berbagai garapannya. Hasil yang didapat dengan pengolahan komputer menggunakan sofware cakewalk 8, Suardana telah menempatkan diri sebagai seorang musisi yang cukup handal. Berbagai alasan yang keluar dari pengakuan Yudana dan Suardana adalah efisiensi dalam berbagai karya cukup dipikirkan oleh sendirian saja, tanpa mengeluarkan biaya banyak untuk latihan.

Dalam berbagai kesempatan Suardana tampil dengan sistem live dimana rolandnya tidak pernah tertinggal. Pementasan musik live yang dibawakannya dengan membawa berbagai atribut seni tradisional yang dikemas cukup baik. Di sisi lain I Ketut Lanus berpendapat bahwa bermain dengan menggunakan format tekno akustik baik secara dubing maupun lipsing, sangatlah mudah untuk dilaksanakan dari pada bermain musik tekno akustik secara live karena berdasatkan hitungan. Lanus berpendapat jikalau bermain dengan DJ maka yang seharusnya menyesuaikan adalah sang DJ bukannya instrumen musik akustik. Namun dari berbagai pernyataan yang keluar, satu hal yang seragam adalah pendapatan secara finansial jauh lebih besar dibandingkan dengan bermain musik tradisional.

Sekelumit Perkembangan Musik Kontemporer di Bali, Selengkapnya

Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata (Bagian I)

Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata (Bagian I)

Kiriman Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Pertunjukan untuk sajian Pariwisata menurut R.M. Soedarsono mempunyai ciri sebagai berikut. Merupakan tiruan dari tradisi yang asli, dikemas secara singkat dan padat penyajiannya, pertunjukannya penuh variasi, pertunjukannya bukan/tidak sakral, disajikan dengan cara pementasan yang menarik, dan yang paling penting adalah murah menurut ukuran wisatawan. Pendapat tersebut memang benar adanya tetapi jika diterapkan pada sumber seni dan budaya tradisional.

Sebagai sebuah pertunjukan untuk kepentingan upacara, biasanya pertunjukan tersebut merupakan bagian dari upacara, bersifat sakral dan mengandung unsur magis. dalam penyajian seni tradisional untuk sajian pariwisata ciri-ciri yang dikemukakan oleh Soedarsono sangatlah tepat. Sebagai sebuah alternatif baru bagi pertunjukan pariwisata, pertunjukan tekno akustik merupakan penggabungan dari unsur teknologi musik yang disatukan dengan unsur musik tradisional maka ciri-ciri yang dikemukakan oleh Soedarsono tidaklah tepat adanya.

Pertunjukan untuk pariwisata dengan format musik tekno akustik seperti yang terjadi selama pengamatan di Conrad Hotel dan wawancara secara langsung pada para pelakunya didapatkan hal-hal sebagai berikut. Pertunjukan dilakukan dengan durasi waktu 3,5 jam. Struktur pertunjukan dibagi 3 bagian yaitu 1) pertunjukan yang menyajikan musik dari permainan instrumen solo dengan latar belakang musik dari laptop, 2) pertunjukan yang menyajikan musik dengan permainan live secara bersama, dan 3) Pertunjukan musik yang diselingi oleh tarian sebanyak 4 tarian.

Sistem Dubing

Pertunjukan tekno akustik dapat digolongkan kepada jenis musik dengan tema New Age atau dapat dikatakan sebagai world musik. Tema sentral dari musik jenis ini adalah penggabungan antara musik Barat dan musik Timur. Tekno akustik lahir karena perubahan jaman dan pengaruh globalisasi yang sangat deras yang ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi. Sebagai bahan perbandingan struktur pertunjukan group soulflip pada sebuah kontrak pertunjukan adalah sebagai berikut.

Berdasarkan pengamatan pada group soulflip yang dilakukan di Hotel Conrad daerah Tanjung Benoa Nusa Dua, pertunjukan tekno akustik berlangsung selama 3,5 jam yang terdiri dari 3 permainan instrumen tunggal yang saling bergantian dengan durasi masing-masing 45 menit. Pada permainan instrumen tunggal ini latar/basic lagu. Memainkan lagu-lagu yang bersifat pholymetra scematica maupun yang monometra scematica. Misalnya pemain suling Sunda dan jimbe memainkan sulingnya tidak saja dengan cara duduk atau berdiri tetapi dia bisa berjalan-jalan kesana kemari dengan peralatan wirless baik untuk headphone maupun untuk microphonnya. walaupun lebih banyak bermain improvisasi tetapi kesan atraktif lebih dominan, dalam artian sambil berjalan dia kadang mengajak ngobrol para pengunjung hotel, kadang meminta tamu untuk meniup seruling yang dia bawa. Memang merupakan sebuah pengalaman tersendiri bagi para tamu hotel untuk merasakan ikut bermain bersama group soulflip.

Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata I, Selengkapnya

Melestarikan Budaya Bali, Mengurangi Global Warming

Melestarikan Budaya Bali, Mengurangi Global Warming

Kiriman  Made Nandini, Kelas 8 D SMPN 3 Denpasar

Isu global warming (pemanasan global) yang kini marak diperbincangkan berbagai kalangan, dampak negatifnya sudah mulai dirasakan. Matahari seolah pecah di siang hari, menyebabkan panas yang luar biasa. Sebaliknya, angin bertiup sangat kencang. Itu semua karena terjadi perubahan iklim akibat pemanasan global. Gerakan penanaman pohon pun mulai diadakan, namun dapatkah kita menanamkan budaya merawat dan melestarikan pohon-pohon itu?

Banyaknya polusi, baik polusi tanah, air, maupun udara merupakan faktor utama penyebab  terjadinya pemanasan global. Faktor lainnya meliputi penebangan dan pembakaran hutan. Lapisan ozon pada atmosfer terus menerus menipis, maka terjadilah peristiwa ‘efek rumah kaca’ yang berujung pada global warming.

Agama dan budaya di Bali adalah dua hal yang tidak dapat dilepaskan. Ritual-ritual yang diselenggarakan di Bali, sebenarnya adalah pengaruh budaya. Namun, karena ‘bahasa’ masyarakat Bali adalah upacara, jadi semua hal dikaitkan dengan ritual-ritual, termasuk budaya. Tumpek Bubuh, merupakan salah satu ritual Bali yang diadakan untuk menghormati tanaman, bagian dari lingkungan kita.

Masyarakat Bali mengenal falsafah yang disebut Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan. Ketiganya ialah hubungan selaras antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Hari raya terbesar Hindu di Bali, yaitu Nyepi, sangat terkait dengan Tri Hita Karana, dan alam lingkungan kita. Tahun baru Saka ini sangat membantu mengurangi faktor-faktor penyebab terjadinya pemanasan global. Setiap setahun sekali, kira-kira 60% polusi berkurang di Bali. Listrik pun menjadi hemat pemakaiannya. Betapa tidak, polusi udara, air, tanah, hingga pemakaian listrik berkurang dalam satu hari, karena adanya catur brata penyepian, yaitu empat syarat dalam Nyepi. Nyepi juga dimaksudkan memberikan ruang kepada alam untuk bernafas dan memperbarui diri. Bayangkan, bila seluruh dunia melaksanakan catur brata penyepian, maka ribuan hinggan jutaan ton polusi akan berkurang.

Melestarikan Budaya Bali, Mengurangi Global Warming, selengkapnya

Analisis Tekstual Gending Kethuk, Bagian I

Analisis Tekstual Gending Kethuk, Bagian I

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian I

Kiriman I Nyoman Kariasa, Dosen PS Seni MKarawitan

1. Pendahuluan/Pengantar

Sebagai orang yang berlatar belakang berbeda dalam menganalisis gending-gending  karawitan Jawa, sudah tentu mengalami berbagai kendala dalam mengungkap dan membedah objek yang dimaksud. Hambatan dan kendala tersebut tentunya lebih banyak  mengenai penafsiran istilah-istilah karawitan Jawa itu sendiri. Walaupun istilah-istilah tersebut sudah ada dalam bentuk tulisan, namun karena kurangnya pengalaman memainkan dan “bergaul” dengan gending Jawa, tentu tulisan ini jauh dari baik. Kami berusaha mencari tahu istilah tersebut, setidaknya dapat kami mengerti dengan cara pandang kami sendiri, yang berkaitan dengan judul di atas.

Kami sengaja mencari objek yang lebih “menantang” untuk bisa menyelami karawitan Jawa lebih dari sekedar tahu(pernah mendengar). Memasuki dunia karawitan Jawa yang begitu luas, kami berusaha mencari tahu istilah mendasar yang berkaitan dengan judul di atas. Walaupun sebagian kata-katanya sudah akrab di telinga kami, namun sebelum berbicara lebih jauh, sekiranya istilah-istilah tersebut masih perlu  dicantumkan dalam tulisan ini. Bagi teman-teman yang berlatar belakang Jawa mungkin saja istilah-istilah ini sudah mubasir dan tidak perlu diulas kembali. Akan tetapi bagi yang berlatar belakang non Jawa kemungkinan besar istilah-istilah ini menjadi sekerlip cahaya dalam kegelapan. Pengertian istilah berikut ini hanya merupakan ringkasan dari buku Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa karya Bapak Sri Hastanto, dan mengadakan silang pendapat dengan mewawancarai beberapa teman baik dosen maupun mahasiswa karawitan.

2. Pengertian Istilah

a) Gending

Dalam Karawitan gending merupakan salah satu istilah yang sangat penting. Istilah ini untuk memberi nama lagu-lagu yang disajikan baik instrumental maupun vokal. Berdasarkan bentuknya gending dapat digolongkan dalam keluarga gending ageng, gending alit dan gending pamijen. Istilah gending ini merujuk pada pengertian sebuah lagu, sedangkan alit (yang berarti kecil), ageng (besar), dan pamijen ( tidak seperti biasanya),  merujuk pada bentuknya. Jadi gending dalam golongan diatas dalam penyajiannya  dapat diidentipikasi melalui bentuknya.

Pengelompokan lain mengenai gending adalah merujuk pada ricikan pokok, seperti gending rebab, gending gambang, gending gender, gending bonang. Rujukan pada ricikan tersebut karena ricikan ini adalah yang melakukan buka sebagai awal dari penyajian gending. Juga ada pengelompokan gending berdasarkan fungsi seperti gending Pakurmatan yaitu fungsi gending yang digunakan dalam sebuah upacara, untuk menghormati salah satu mata acara dalam upacara itu.

Gending klenengan, merupakan jenis gending yang merujuk pada sebuah peristiwa karawitan yang mana gending-gending yang disajikan khusus untuk didengarkan. Dalam acara  klenengan biasanya ditampilkan gending baik yang berbentuk gending alit maupun yang berbentuk gending ageng. Keluarga besar gending lainnya adalah gending wayangan dan gending beksan. Gending wayangan merupakan peristiwa karawitan yaitu pertunjukan wayang kulit purwa, madya, maupun wayang gedog. Gending beksan merupakan gending yang disajikan untuk gending-gending tari.

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian I, Selengkapnya

Loading...