Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali (http://www.baliprov.go.id) secara Persepsi Visual

Kiriman Arya Pageh Wibawa, Dosen PS Desain Komunikasi Visual

Bila dilihat lebih jauh tingkat accuracy nya dengan cara memilih salah satu artikel yang ada di “Berita Terkini” yaitu “AYU PASTIKA SERAHKAN BANTUAN RUMAH KEPADA KELUARGA MISKIN” maka akan terlihat sebuah halaman situs seperti dibawah ini :

Pada gambar 5 terlihat bahwa masih belum adanya tanggal publikasi yang dicantumkan tetapi sudah mencantumkan nama penulis informasi pada bagian akhir naskah. Bila dikaji dengan kriteria accuracy, maka dapat dikatakan bahwa situs resmi pemerintah propinsi Bali masih kurang memenuhi kriteria accuracy yang baik, dimana belum mencantumkan tanggal publikasi dari informasi yang ditayangkan. Gambar yang dimunculkan hanya sebatas memperkuat informasi yang ditampilkan. Tetapi seperti diketahui bahwa situs ini merupakan situs resmi pemerintah daerah dimana secara verifikasi data dapat dipertanggunjawabkan. Sehingga secara umum, menurut kriteria accuracy informasi yang ditayangkan dianggap memenuhi criteria karena sudah diverifikasi oleh badan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah propinsi Bali.

1.      Objectivity (Obyektivitas)

Obyektivity adalah sejauh mana informasi yang diberikan mengungkapkan fakta dan kenyataan dibanding dengan pendapat pribadi dan biasnya (Tate, 2010:p.11). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa situs dapat dibuat dan dikembangkan oleh tiap individu, maka tentunya tingkat subyektivitas informasi yang dibuat akan ikut mempengaruhi pengembang dalam menuliskan informasi dalam sebuah situs. Jika hal itu terjadi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat validitas informasi yang ditayangkan situs tersebut dianggap tidak memiliki validitas dan akan menimbulkan ketidakpercayaan pengguna atas situs tersebut. Tingkat validitas itu dapat dilihat dari dimunculkannya tanggal publikasi dan jika merupakan sebuah argumentasi dari sebuah permasalahan ataupun ide-ide yang berkenaan dengan permasalahan yang ada tentunya perlu mencantumkan referensi yang digunakan. Seperti pada situs resmi pemerintah propinsi Bali dapat dilihat sebagai berikut :

Pada gambar 6 diatas terlihat tingkat obyektivitas yang tinggi dengan mencantumkan gambar  disamping informasi yang ditayangkan. Gambar dapat memperkuat argumentasi terhadap informasi yang ditayangkan.

Selain informasi berita yang ditayangkan, pada situs resmi pemerintah propinsi Bali juga menayangkan statistik perkembangan yang ada di Bali. Bila dipilih dari salah satu dari statistik misalnya “Perkembangan Pariwisata Bali 2010”, maka akan terlihat sebagai berikut :

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II selengkapnya

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan: Sebuah Potret Keceriaan di Hari Tua

Kiriman : Ida Bgs. Gede Surya Peradantha, S.Sn*.

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia (orang yang telah lanjut usia) ini merupakan sebuah kegiatan yang dirancang dan diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Kesiman Petilan serta ditunjang oleh adanya perhatian Pemerintah Kota Denpasar dalam bentuk bantuan dana yang disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Kucuran bantuan dana inilah yang dimanfaatkan oleh Kepala Desa Kesiman Petilan, I Wayan Gede Darma Putra, S.T., untuk membuat sebuah pementasan tersebut di atas dalam format parade yang baru tahun ini dilaksanakan. Diselenggarakannya pentas tari ini dilatari oleh perhatian yang begitu besar terhadap kesehatan para lansia yang terdiri dari dua aspek yaitu fisik dan non-fisik. Secara fisik, para lansia telah dibekali dengan latihan olah raga senam yang bertempat di Balai Banjar masing-masing. Sedangkan secara non-fisik, diadakanlah pementasan Tari Joged Bumbung. Sebuah lontaran yang unik sekaligus mengundang rasa “geli” dari penonton maupun dari penarinya sendiri, mengingat biasanya Tari Joged biasanya dibawakan oleh para gadis belia nan cantik. Tentunya dengan gerakan-gerakan tari yang jauh lebih luwes, menarik dan tentu saja cantik. Terlepas dari itu semua, dipilihnya jenis tarian ini dikarenakan Tari Joged Bumbung adalah seni tari pergaulan, sehingga diharapkan bisa memupuk rasa keakraban antar perserta maupun antara peserta dengan penonton.

Secara Administratif, Desa Kesiman Petilan terdiri atas 10 Banjar Adat, yaitu : 1. Br. Kedaton, 2. Br. Batan Buah, 3. Br. Kehen, 4. Br. Meranggi, 5. Br. Bukit Buwung, 6. Br. Abian Nangka Kelod, 7. Br Abian Nangka Kaja, 8. Br. Dukuh, 9. Br. Saraswati dan 10. Br. Kuningan. Kesepuluh Banjar ini didaulat untuk mengirimkan satu pasang peserta (penari Joged perempuan dan Pengibing laki-laki). Oleh karena program pembentukan kelompok lansia yang diadakan di tiap-tiap banjar ini baru tahun ini dilangsungkan,  maka belum semua banjar sempat dibentuk kelompok lansia. Adapun Br. Kuningan, Br. Dukuh, dan Br. Saraswati belum memiliki kelompok lansia tersebut sehingga untuk tahun ini belum bisa mengirimkan wakilnya untuk ikut pentas. Namun demikian, mereka tetap diundang hadir untuk bisa mengakrabkan diri dengan para lansia lainnya, sesuai tema dari pementasan ini yaitu “Mengakrabkan Para Lansia di Lingkungan Desa Kesiman Petilan”.

Minggu, 6 Februari 2011 pukul 14.30 WITA, bertempat Wantilan Pura Pengerebongan Kesiman, dipentaskanlah Tari Joged Bumbung Lansia atas inisiatif Pemerintah Desa Kesiman Petilan. Diawali oleh duta Br. Kehen Kesiman, penari Joged perempuan yang tampak sudah uzur itu seperti mendadak berubah menjadi lebih muda dengan rias wajah panggung yang rapi, kostum tari Joged seperti pada umumnya, lengkap dengan kipas dan selendangnya. Pun demikian halnya dengan para penari Joged lainnya, dimana mereka tampak seolah lupa telah berusia lanjut. Didukung musik tari oleh Sekaa Joged Dewa Ruci, binaan dari I Made Warta yang berdiri tahun 2004 ini, keriangan dan kegembiraan terpancar jelas dari air muka mereka seperti tanpa ada rasa canggung dan malu tampil di atas panggung. Terbukti, senyum ekspresif, gerak tangan yang luwes, dan tak ketinggalan goyang pinggul penari perempuan yang lazim ditemukan dalam tiap tari Joged pun secara energik masih mampu mereka tunjukkan. Setelah sekian lama menari, tampillah penari laki-laki sebagai pengibing-nya dengan mengenakan pakaian adat biasa layaknya ke pura. Tidak ada pakem baku dalam tarian yang mereka bawakan. Semua pasangan penari Joged ini menampilkan gerak tari yang berbeda, termasuk menyelipkan beberapa pola tingkah laku keseharian yang mengundang gelak tawa penonton seperti Mejaranjaranan (bertingkah laku seolah menaiki kuda), meambulambulan (saling malu-malu kucing, bersikap manja) dan beberapa tingkah laku keseharian lainnya yang juga menarik untuk disimak.

Pentas Tari Joged Bumbung Lansia di Desa Kesiman Petilan: Sebuah Potret Keceriaan di Hari Tua

Tusuk Konde Dua dari Trilogi Opera Jawa Sebuah Teater Musikal Karya  Garin Nugroho

Tusuk Konde Dua dari Trilogi Opera Jawa Sebuah Teater Musikal Karya Garin Nugroho

IlustrasiOleh Nyoman Kariasa, SSn., Dosen PS Seni Karawitan

1. Pendahuluan

Seni Teater sebagai salah satu seni pertunjukan, memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan dan kehidupan seni di Indonesia. Dunia Teater banyak melahirkan seniman-seniman berbakat dan sutradara terkenal. Diantaranya adalah Garin Nugroho. Seorang sutradara terkenal yang banyak menghasilkan karya-karya besar  seperti; film feature, dokumenter, film pendek, iklan, video musik dan pertunjukan teater.  Salah satu karya terbaik dalam pertunjukan teater adalah Tusuk Konde, dua dari tri logi Opera Jawa yang berbentuk Teater musical. Teater ini telah menunjukan keberhasilannya dengan mengadakan pentas keliling di beberapa negara Eropa dan Indonesia. Mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton maupun dari para pengamat seni. Kami berhasil menonton pertunjukan Opera Jawa di Teater Besar ISI Surakarta pada tanggal 25 Oktober 2010. Jiwa jaman dan semangat jaman kekinian seperti, cinta, perselingkuhan, amarah, kekuasaan dan perlawanan, sekiranya sangat relevan dan dijadikan isu utama yang diembuskan oleh seorang sutradara Garin Nugroho dalam  Opera Jawa dengan Tusuk Kondenya.

Opera jawa telah mengalami transpormasi medium ekspresi sejak tahun 2005 hingga 2010. Dari film, teater rakyat, instalasi, dan yang terakhir dengan opera (teater musikal). Perubahan medium ini, bagi seorang Garin merupakan kelahiran kembali, yang menjadi perjalanan baru sekaligus perjalanan pulang ke masa remaja atau anak-anak. Tusuk Konde  adalah bagian dua dari trilogy yang merupakan tafsir bebas dari Ramayana. Trilogi pertama bertajuk “ Ranjang Wesi”, sebuah teater rakyat. Sedangkan Tusuk Konde adalah sebuah teater musikal yang berupaya menghidupkan kembali tradisi penari-penari yang sekaligus menembang, karena tembang adalah filosofi dalam sebuah gerak tubuh. Tusuk Konde adalah sebuah kerja seni menggabungkan bentuk-bentuk ekspresi seni pertunjukan : wayang, ketoprak, teater modern, hingga upacara-upacara. Sehingga seni ini merupakan seni Jawa multikultural (Solo, Banyumas, Klaten).  Jawa yang bertemu Sunda, Minang, Nias, Seni rupa modern hingga teater modern.

2. Sinopsis

Rama, Sinta dan Rahwana dilahirkan kembali di sebuah desa kecil di Jawa. Cinta segitiga pun berkembang diantara mereka bertiga. Kisah berawal ketika Sinta memilih Rama sebagai pendamping hidupnya. Sinta memberi Rama sebuah jepitan rambut dan Rama memberikan Sinta sehelai rambutnya sebagai sumpah setia pernikahan. Rahwana memiliki sebuah bakul-bakul padi yang terbuat dari bambu sebagai simbul pegunungan dan dominasi kehidupan. Rama harus pergi jauh untuk bekerja. Sinta tidak boleh pergi keluar rumah selama Rama pergi  bekerja. Rama menggambarkan lingkaran ajaib di sekeliling Sinta untuk menjaga Sinta dari mara bahaya. Rahwana menghujani Sinta dengan cinta dan kasih sayang selama Rama pergi. Sinta yang kesepianpun mulai tergoda. Sinta bingung dan mulai mengalami dilema; Ia ingin setia terhadap Rama Ia juga tak kuasa menahan rayuan Rahwana. Sinta sempat mengindahkan Rahwana namun kemudian Sinta menuruti kehendak hatinya untuk bermain api dengan Rahwana. Rama yang mengetahui kejadian itu sangat marah dan menginginkan sinta kembali menjadi miliknya. Rama yang biasanya bijak dan tenang tidak dapat menahan amarahnya. Dikuasai oleh angkara murka, Rama membunuh Rahwana. Rama pun membunuh Sinta dengan menggunakan jepit rambut pemberian Sinta.

Tusuk Konde Dua dari Trilogi Opera Jawa Sebuah Teater Musikal Karya  Garin Nugroho selengkapnya

Sosial – Arsitektur Thailand

Sosial – Arsitektur Thailand

Kiriman: I Wayan Eka Laksana Satiaguna, Prodi. Desain Interior

Sebagai negara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain tidak menyebabkan Thailand terhindar dari pengaruh yang dapat merubah sosial-kultural negara ini, pengalaman masa lalu dan kebijakan pemerintahan yang terdahulu menyebabkan Thailand secara sadar ikut membuka diri terhadap perubahan terutama dalam memodernisasikan aspek arsitekturnya. Pada artikel sebelumnya tentang Arsitektur Tradisional Thailand penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi fokus perhatian orang-orang Thailand pada jaman sebelum moderenisasi adalah rasa keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahiran serta rumah sebagai tempat tinggal, sosialisasi, bahkan sebagai tempat pengungsian jika diperlukan pada musim banjir karena iklim tropis yang memberikan hujan yang berlimpah pada musimnya. Namun sekarang kita tidak bisa banyak melihat rumah tradisional Thailand seperti dulu terutama di Bangkok. Masyarakat Bangkok banyak mendapat pengaruh modernisme serta cara mereka menggunakan rumah telah berubah, rumah hanya sebagai tempat untuk beristirahat setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Thailand IV dan setelahnya, karena kebijakan tersebut mendatangkan pengaruh modernisme pada bidang arsitekturnya, selain itu kehadiran orang-orang asing ke Thailand dan akhirnya menetap sebagai warga negara juga ikut memberi sumbangsih perubahan, sebut saja Silva Bhirasri dan Jim Thompson yang datang setelah Perang Dunia II. Pada pemerintahan Raja Rama IV ditandatangani perjanjian Bowring pada 18 April 1855 antara Inggris dan Siam (sebelum berubah menjadi Thailand) yang isinya tentang pembebasan pedagang asing di Siam dan ditandatangani oleh Sir John Bowring (Gubernur Hong Kong pada masa itu dan utusan dari Inggris) dan Raja Mongkut (Rama IV). Perjanjian ini memberikan keuntungan berupa kebebasan dan pembebasan pajak bagi pedagang asing serta mengijinkan penempatan Konsulat Inggris di Bangkok dan menjamin perluasan wilayah territorial secara penuh. Berdirinya Mandarin Oriental Hotel atau The Oriental yang merupakan hotel pertama di Thailand karena ditandatanganinya perjanjian Bowring sehingga para pedagang dan utusan yang datang ke Bangkok memerlukan akomodasi yang terletak di tepi laut. Oleh Karena itu kapten Dyers seorang Amerika dan temannya J.E. Barnes mendirikan The Oriental tahun 1879, pendirian hotel ini juga mendapat dukungan dari Pangeran Prisdang Jumsai (Duta Besar I Thailand untuk Amerika masa jabatan 1881-1884). Pendirian hotel ini berdampak secara langsung pada masyarakat yang direkrut sebagai karyawan sehingga mereka mengenal pola hidup yang baru yang modern. Pada masa pemerintahan Raja Rama V banyak ruko (rumah toko) yaitu bangunan berlantai dua yang dapat difungsikan sebagai toko pada bagian bawah dan tempat tinggal pada lantai atasnya yang didirikan seperti :

Sosial – Arsitektur Thailand selengkapnya

Tari Pendet Menabur Doa Perdamaian Jagat

Tari Pendet Menabur Doa Perdamaian Jagat

Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan

Sebuah cipta tari yang disebut Pendet, pada pertengahan Agustus 2010 lalu,  mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Ini gara-gara ditampilkannya salah satu tari kreasi dari Pulau Dewata tersebut dalam iklan pariwisata negeri jiran Malaysia. Promosi Visit Malaysia Year yang sekelebat menghadirkan lenggang gemulai dan senyum manis empat penari Bali itu membuat masyarakat Indonesia gerah. Iklan pariwisata yang disebar gencar secara internasional itu ditengarai sebagai upaya Malaysia mengklaim tari Pendet sebagai seni budayanya sendiri.

Banyak yang beropini pendakuan tari Pendet oleh Malaysia dipicu oleh kepentingan pragmatis-ekonomis, dalam konteks ini industri keparawisataan yang memang dikelola sungguh-sungguh negeri tetangga itu dengan mempromosikan  bangsanya sebagai  Truly Asia. Pendet sebagai salah satu tari Bali yang sudah sangat familiar menyongsong wisatawan mancanegara,  mereka pinjam tanpa permisi untuk pencitraan eksistensi nilai keindahan budaya. Tetapi karena tari Pendet–seperti juga Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, batik yang sebelumnya pernah didaku Malaysia—adalah ekspresi sub kebudayaan Indonesia, tentu saja  ulah dan sepak terjang bangsa serumpun itu tak etis bahkan diteriaki sebagai maling siang bolong.   Hasrat dan agresifitas kapitalisme dunia pariwisata rupanya membuat Malaysia kehilangan urat malu.

Namun isu tari Pendet dalam iklan pariwisata Malaysia itu mampu menggugah bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Bali, akan keberadaan seni budayanya. Masyarakat Indonesia kebanyakan sudah mulai benar melafalkan nama tari Bali ini. Masyarakat Bali yang kurang begitu akrab dengan seni tari jadi ingin tahu sosok tari Pendet itu. Nama I Wayan Rindi (almarhum) yang menciptakan tari Pendet pada tahun 1950-an, kini menjadi agak dikenal. Wacana yang mengarah pada kesadaran akan seni budaya bangsa yang muncul dalam representasi media massa terasa begitu hangat dengan semangat sarat kepedulian.

Dalam jagat kepariwisataan Bali, tari Pendet hadir sebagai tari selamat datang. Namun di tengah masyarakat Bali sendiri, tari yang dibawakan secara berkelompok ini belakangan agak jarang disajikan sejak munculnya tari Panyembrama pada tahun 1971. Hingga tahun 1980-an, tari  ciptaan I Wayan Baratha ini lebih sering ditampilkan sebagai tari pembukaan  dalam pagelaran seni pertunjukan komunal bahkan juga dalam seni pentas turistik. Munculnya tari bertema sejenis seperti tari Puspawresti (1981) oleh I Wayan Dibia, Puspanjali dan Sekar Jagat (keduanya karya N.L.N Swasthi Widjaja Bandem), dan tari Selat Segara ciptaan Gusti Ayu Srinatih pada tahun 1990-an semakin menenggelamkan tari Pendet. Lomba-lomba tari Bali pun sangat jarang mengangkat materi tari berdurasi 5-6 menit ini.

Kendati di tanah kelahiraannya tari Pendet agak jarang dipentaskan, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tari berkarakter wanita ini masih populer di kalangan peminat tari Bali. Di Jakarta misalnya, tari Pendet dijadikan materi wajib dasar oleh sanggar-sanggar tari Bali. Salah satu sanggar tari Bali dibawah Lembaga Kebudayaan Bali Saraswati yang bermarkas di di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, sejak tahun 1970-an hingga kini memberikan materi tari Pendet. Bahkan lembaga yang kini dipimpin I Gusti Kompyang Raka itu juga memberikan kesempatan pada peminat tari Bali menabuh gamelan memainkan iringan tari Bali, termasuk iringan tari Pendet.

Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan seusai pementasan  topeng sidakarya—teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung itu biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.

Tari Pendet Menabur Doa Perdamaian Jagat selengkapnya

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali I

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali I

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali (http://www.baliprov.go.id) secara Persepsi Visual I

Kiriman Arya Pageh Wibawa, Dosen PS Desain Komunikasi Visual

A. Pengantar

1. Latar Belakang

Persepsi menurut kamus bahasa Indonesia berarti “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu” atau “proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”. Dan visual berarti “dapat dilihat dengan indra penglihat (mata)” atau “berdasarkan penglihatan”.  Sehingga dapat disimpulkan disini persepsi visual berarti tanggapan langsung dari sesuatu berdasarkan penglihatan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui indra penglihat dalam hal ini mata. Persepsi meliputi sistem multi komponen yang meliputi memperoleh informasi yang berhubungan dengan peristiwa, fenomena dan konsep-konsep di sekitar, merasakan rangsangan dan menyadari pesan yang diberikan.

Menurut Jamieson (2007), persepsi visual terjadi dalam dua bentuk yaitu direct perception (persepsi langsung dan indirect perception (persepsi secara tidak langsung). Persepsi langsung terjadi ketika cahaya mencapai mata dan persepsi secara tidak langsung terjadi ketika manusia di mediasi oleh simbol-simbol budaya dalam menafsirkan rangsangan yang diterima.  Menurut Demirel (Demirel & Un, 1987), persepsi dapat digambarkan sebagai proses sensasi dan realisasi melalui indera. Pendapat lain mengatakan bahwa persepsi visual adalah konsep kesadaran indrawi yang dirasakan dan dipilih, mengatur dan menjelaskan setiap rangsangan tertentu secara holistik sebagai bagian dari konsep yang melalui pemahaman fitur visual nya (Behrens, 1984; Booth, 2003; Findlay & Gilchrist, 2003).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, semakin mempersulit persepsi manusia secara visual akibat semakin kompleknya struktur yang menyusun sebuah karya desain. Salah satunya adalah situs atau lebih dikenal dengan website. Dengan perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada pada komputer membuat situs semakin komplek dimana sebuah situs dapat dilengkapi dengan audio (suara) dan video.  Secara visual, semua situs terlihat sama. Padahal situs dapat dibagi menjadi situs bisnis (E-Commerce), situs informasi (E-Information), situs berita (E-News), dan situs hiburan (E-Entertainment). Disamping itu, tiap situs memiliki ciri-ciri tertentu secara visual yang dapat dipakai untuk menentukan kualitas informasi yang diberikan.

2. Tujuan

Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas informasi pada situs pemerintah propinsi Bali secara persepsi visual.

3. Permasalahan

Situs pemerintah propinsi Bali berdasarkan persepsi visual dengan menggunakan analisa kriteria evaluasi, apakah sudah memenuhi kualitas informasi yang diharapkan ?

Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali secara Persepsi Visual I Selengkapnya

Loading...