by admin | May 12, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs I Wayan Mudana, M.Par. Dosen, Dosen PS Seni Rupa Murni FSRD. ISI Denpasar.
Promosi Seni ( “Art With an Acent” Penanda Impian Kemakmuran ASIA, Melani Setiawan, Visual Art pebruari-Maret 2009 h. 93), mengatakan:
Ekpresi seni kiranya telah menjadi media pergaulan yang menggairahkan, tidak saja pada level apresiasi, melainkan juga ekonomi. Sebagaimana diramalkan John Naisbit dalam Megatrends prihal gelombang seni yang kelak menggantikan olah raga sebagai promosi industry dunia di abad melenium. Kini setidaknya terbukti bahwasanya seni, memasuki arena bergengsi sebagai alat promosi yang menggiurkan, baik kelahirannya sebagai wahana symbol peradaban kehidupan manusia maupun perkembangan nilai-nilai sosial lainnya, termasuk sebagai alat penggerak kebudayaan umat manusia. Belahan Eropa dan Negara maju lainnya telah lama menganut seni sebagai alat provokasi budaya. Baik yang dilakukan secara personal maupun lewat kebijakan politik. Salah satunya adalah St. Petersbuurg, Rusia yang mencoba membentangkan kotanya dengan ikon seni sebagai wacana daam memperkuat identitas dan roh bangsanya. Dengan cara mengokohkan keanggunan negeri yang senantiasa menancapkan tonggak peradaban dengan seni.
Promosi merupakan salah satu variable di dalam marketing mix yang sangat penting di laksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk dan jasa. Kadang kadang istilah promosi ini di gunakan secara sinonim dengan istilah penjualan walaupun yang di maksud adalah promosi. Sebenarnya istilah penjual itu di gunakan hanya meliputi kegiatn pemindahan barang atau pengguna penjual jasa, dan tidak terdapat kegiatan lain yang di tujukan untuk mendorong permintaan. Jadi penjualan hanya merupakan bagian dari kegiatan promosi. Istilah promosi dapat di artikan sebagi berikut: 1) promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang di buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi pada suatu tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran(William G Niclels,1979:309). 2) promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang di tujukan untuk mendorong permintaan(Basu Swasta,1986:349). Kedua definisi tersebut pada pokoknya sama meskipun titik beratnya berbeda. Definisi yang pertama menitikberatkan pada penciptaan pertukaran, sedangkan definisi yang kedua menitikberatkan pada pendorongan permintaan
2.3.1. Bauran Promosi (promotion mix)
Bauran promosi adalah seperangkat alat pemasaran yang di gunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Beberapa alat promosi, atau yang lebih di kenal dengan bauran promosi terdiri dari empat variabel yaitu:
2.3.2. Periklanan(Advertaising)
Komunikasi non individu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang di lakukan oleh perusahaan, lembaga nirlaba serta individu. Periklanan di artikan sebagai bentuk prestasi non personal yang di bayar oleh sponsor untuk mempresentasikan gagasan atau ide promosi dari barang atau jasa tertentu. Pada iklan biasanya di tampakkan organisasi yang mensponsorinya. Dalam praktiknya iklan telah di anggap sebagai manajemen citra yng bertujuan menciptakan dan memelihara cipta dan makna dalam benak konsumen dan tujuan akhir dalam iklan adalah bagaimana memengaruhi prilaku pembelian konsumen. Periklanan dapat di sajikan dalam berbagai bentuk dan media seperti : a) media cetak berupa surat kabar, majalah, brosur yang merupakan media periklanan yang paling efektif. Dengan demikian periklanan dalam media ini harus di usahakan mendapat kesan yang positif di mata masyarakat karena media ini lebih banyak di baca oleh masyarakat luas.Meskipun demikian media ini juga mempunyai kelemahan karena pada umumnya surat kabar hanya di baca sekali kemudian di buang sehingga kurang mendapat perhatian dari pembaca. Majalah, media ini hampir sama dengan surat kabar,tetapi media ini hanya di terbitkan untuk orang-orang yang khususnya mempunyai rasa dan perhatian yang sama pada segmen tertentu saja. Brosur dan leaflet, brosur merupakan selembaran yang di kirim atau diberikan ke berbagai perusahaan maupun perorangan yang di anggap sebagai pembeli potensial, sedangkan leaflef berisi informasi mengenai produk dan harga. Direct mail, adalah surat penawaran yang dikirimkan kepada pembeli potensial dan mencantumkan fasilitas yang tersedia dengan penawaran dan harga khusus. b) Media elektronik, adalah media yang paling efektif dan banyak yang di gunakan oleh perusahaan karena media ini dapat menjangkau semua lapisan masyarakat yang terdiri dari media audio dan audio visual. Media audio merupakan media yang hanya dapat di dengar, dalam hal ini adalah radio dan telepon. Media audio yang lebih banyak di gunakan adalah radio karena pengiklnan pada media ini biayanya relatif murah. Disamping itu karena sifatnya audio maka tidak di perlukan keterampilan khusus untuk menyampaikan pesan yang di sampaikan seperti halnya yang di sampaikan dalam media cetak yang memerlukan kecakapan untuk memahami pesan yang di sampaikan. Media Audio Visual merupakan media yang dapat di lihat dan di dengar. Dalam hal ini yang termasuk media audio visual adalah televisi, internt dan bioskop. Media ini harganya relatif mhal sehingga benar-benar di perlukan ketrampilan khusus dan kecakapan dalam proses penyampaiannya. Media ini cukup efektif karena dapat menimbulkan imajinasi tentang produk pada konsumen dan juga tidak harus memiliki ketrampilan khusus dalam memahami pesan yang di sampaikan. c) Media out door merupakan iklan yang di pasang pada papan besar bergambar yang di anggap strategis, dan mudah di lihat di jalaraya. misalnya: signboar, umbul-umbul,dan sticker.
2.3.3. Penjualan Perseorangan (Personal selling),
Penjualan perseorangan adalah interaksi antar individu saling bertemu muka yang di tujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Penjualan perseorangan ini merupakan alat promosi yang berbeda dari periklanan karena penjualan perseorangan menggunakan orang atau individu dalam pelaksanaannya. Dengan demikian komunikasi yang di lakukan orang secara individu dapat lebih pleksibel di bandingkan alat-alat promosi lainnya. Hal ini karena terjadi interaksi personal langsung antara seorang pembeli potensial dan seorang salesman, dimana salesman dapat mengetahui keinginan, motif dan prilaku konsumen sekaligus dapat melihat reaksi konsumen mengenai produk yang di tawarkan oleh perusahaan. Alat komunikasi umum yang di gunakan pada personal selling adalah presentasi penjualan, pertemuan penjualan(gathering), program intensif dan wiraniaga.Jenis wiraniaga penjualan dapat di bagi ke dalam tiga bagian yaitu:
a) Retail selling, dimana tenaga penjual melakukan penjualan dengan jalan melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan.
b) Field Selling, di mana tenaga penjual melakukan penjualan di luar perusahaan, yaitu dengan mendatangi konsumen ke rumah-rumah perusahaan, kantor-kantor, dan lain-lain.
c) Executif Selling, dimana pimpinan perusahaan bertindak sebagai tenaga penjualan yang melakukan penjualan.
Promosi Seni selengkapnya
by admin | May 12, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
Bentuk dalam bahasa Indonesia memiliki sebuah arti bangun, gambaran, rupa (wujud), sistem (susunan) serta wujud yang ditampilkan. Apabila diarahkan pada seni menurut Susanne Langer dalam buku “Filsafat Seni Sebuah Pengantar”, dikatakan bahwa seni dan karya seni haruslah merupakan suatu kebulatan yang bersifat organis, yang tertuang dalam bentuk tertentu seperti bangunan arsitektur, tarian ataupun suatu bentuk yang perceptible (dapat di mengerti). Dalam suatu bentuk yang merupakan kesatuan organis, setiap bagian atau unsur memainkan peranan tidak hanya dalam rangka dirinya sendiri, melainkan juga dalam rangka semua bagian atau unsur lainya. Dalam artian tidak ada bagian yang dapat berdiri sendiri, tetapi bersama-sama dengan bagian lainnya yang membentuk kesatuan organis.
Secara umum kesenian klasik memliki bentuk pertunjukan yang hampir sama. Namun ada hal-hal estetis secara khusus yang membedakan pertunjukan tersebut, baik iringan maupun tariannya yang merupakan ciri khas atau style masing-masing pertunjukan. Gambuh Kaga Wana Giri Desa Kedisan merupakan seni pertunjukan klasik yang memiliki bentuk penyajian iringan maupun tarian yang memiliki ciri khas sendiri, di mana ciri khas tersebut terletak pada pola gerak tari Gambuh yang dibawakan oleh penari pria yang sudah berumur tua. Gambuh Kedisan merupakan kesenian yang kental dengan karakter Gamelan dan tarian yang klasik, di mana pola-pola gerak tari Gambuh Kedisan sulit untuk dirubah. Hal tersebut telah terbukti ketika I Nyoman Kakul dari Batuan mengajar tari Gambuh di Kedisan, penari-penari Gambuh tersebut sulit untuk menerima bentuk tarian yang diajarkanya, dan merubah tarian yang sering dibawakanya. Gambuh style Batuan yang diajarkanya tidak bertahan lama di Desa Kedisan dan kembali dengan Gambuh style Kedisan. Begitu juga dengan instrumentasi Gamelan Gambuh dan gending-gending Pegambuhan yang ada di Kedisan. Bila dilihat dari segi estetis tentunya ada hal khusus atau ciri khas tersendiri pada sekaa Gambuh Kedisan, yang merupakan identitas dari gamelan tersebut, baik instrumentasi maupun gending-gending yang disajikan. Dari segi instrumentasi yang menjadi ciri khas adalah instrumen suling yang panjang, gumanak dan kenyir dengan berbilah dua.
Pada pembahasan ini peneliti akan mempergunakan teori estetika, di mana menurut Thomas Aquinas, ada tiga persyaratan yang terdapat dalam sebuah karya seni, yaitu: integrity or perfection (keutuhan atau kesempurnaan), proportion or harmony (keseimbangan atau keharmonisan), Brightniss or clearity (kecemerlangan atau klaritas). Dengan teori tersebut peneliti menganalisis instrumentasi dan bentuk musikalitas pada sekaa Gambuh di Desa Kedisan.
Instrumentasi Gamelan Gambuh di Desa Kedisan
Instrumentasi Gambuh Kedisan merupakan instrument yang secara dominan difungsikan untuk mengiringi pertunjukan Gambuh. Di samping secara tidak langsung dalam sebuah pertunjukan difungsikan sebagai instrumental (tabuh petegak) sebelum pertunjukan dimulai. Secara umum instrumentasi Gamelan Gambuh Kedisan hampir sama dengan instrument Gambuh pada umumnya, yaitu: Suling Gambuh, Kendang Krumpungan, Rebab, Kajar Krentengan, Ceng-ceng Ricik, Klenang, Gumanak, Gentorag, Kenyir dan Kempul. Hanya saja tidak terdapat instrument kangsi dalam Gamelan Gambuh di Desa Kedisan.
Suling Gambuh
Suling merupakan sebuah instrument dalam karawitan Bali, suling berasal dari dua suku kata yaitu su yang dalam bahasa Bali berarti baik (luwih) dan ling yang berarti tangis atau suara (dalam bahasa Kawi), jadi suling dapat diartikan suara tangisan yang baik. Suling Gambuh merupakan ciri dari pada Gamelan Pegambuhan karena suling yang dipergunakan merupakan ukuran paling besar dan panjang dalam karawitan Bali. Suling ini memiliki panjang 100 cm dan diameter 3cm, ukuran pembuatan Suling Gambuh disebut dengan sikut kutus, yang artinya panjang suling terdiri dari delapan kali lingkaran badan bambu.
Suling Gambuh dimainkan dengan cara yang sama seperti suling pada umumnya, yaitu menggunakan sistem tiupan tanpa terputus-putus (ngunyal angkihan). Tetapi yang membedakan di sini adalah teknik tutupan, pada waktu memainkan Suling Gambuh teknik tutupan pada enam buah lubang suling menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah (tangan kanan atau kiri). Hal tersebut dikarenakan jarak lubang suling satu dan berikutnya cukup jauh, yang tidak memungkinkan menutup lubang suling tersebut menggunakan telunjuk, jari tengah dan jari manis, seperti teknik penutupan suling pada umumnya.
Gamelan Gambuh di Desa Kedisan mempergunakan empat buah instrumen suling yang memiliki fungsi sebagai pembawa melodi (menggarap Gending) dalam suatu pertunjukan, baik bersifat instrumental maupun iringan tari. Suling ini dimainkan secara bersama-sama di dalam memainkan sebuah lagu (gending), hanya pada bagian lagu tertentu suling dimainkan secara tunggal seperti mengawali sebuah lagu (kawitan gending). Jika ditinjau dari segi estetika suling dapat mendukung berbagai adegan yang diperankan, seperti adegan keras, sedih, gembira dan sebagainya, yang dapat mendukung suasana dengan melodi gending dan patet yang dipergunakan.
Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisa, selengkapnya
by admin | May 11, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Nyoman Kariasa,S.Sn., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Tabuh lelambatan sebagai sebuah komposisi musik tradisional Bali, memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali. Terkadang dengan tabuh lelambatan mampu memberikan identitas grup gamelan atau masyarakat desa tertentu. Merujuk pendapat berbagai pakar, (Schapiro; Piliang, 2003; Sukerta, 2005) Gaya musik adalah cerminan identitas sebuah bentuk musik yang di dalamnya terdapat unsur-unsur fisik, teknik, kaidah-kaidah estetik, ekspresi yang memiliki karakter tertentu. Terdapat berbagai tingkatan gaya dalam karya seni ada diantaranya gaya individual (gaya seorang seniman), gaya regional (representatif dari satu daerah tertentu pada periode tertentu), gaya nasional dan gaya internasional (Piliang, 2003:177). Adanya tingkatan gaya tersebut terkait dengan pembahasan topik ini tentang gaya regional, yaitu bentuk style atau gaya musik yang muncul dan berkembang pada suatu wilayah. Di Bali terdapat berbagai macam gaya karawitan dimana masing-masing memiliki karakteristik serta identitas yang sangat kuat. Keberadaan gaya-gaya regional tersebut sangat eksis di masyarakat dimana di kalangan seniman khususnya dapat mengenali dengan mudah sebuah gaya musik dengan memperhatikan idiom-idiom dari masing-masing gaya tersebut. Aspek fisik dari sebuah instrumen, bentuk musik, pengolahan musikalitas serta ekspresi penyajiannya akan menjadi idiom yang mudah dikenal.
Tabuh lelambatan pegongan adalah salah satu bentuk komposisi karawitan instrumental yang biasanya dimainkan dengan media gamelan Gong Gede dan gamelan Gong Kebyar. Kekeberadaan komposisi ini sangat populer di masyarakat, dimana penyebarannya sangat merata di Bali. Tidak ada wilayah kabupaten dan kota yang tidak memiliki bentuk komposisi ini, dan keberadaannyapun sangat beragam dengan ciri-ciri dan gaya yang berbeda. Gaya-gaya tersebut masing-masing memiliki ciri khas serta karakter tersendiri yang membedakan satu dengan yang lainnya. Kuatnya karakter yang dimiliki oleh masing-masing gaya tersebut, terkadang mampu menunjukkan identitas wilayah kelahirannya.
Mengacu pada uraian di atas, Banjar Tegaltamu yang terletak di Desa Batubulan telah mampu mempopulerkan salah satu gaya lelambatan melalui peran para tekohnya menjadi pelatih merambah daerah sekitarnya. menyebarkan model lelambatan ini selain melalui kepelatihan juga melalui rekaman kaset oleh studio rekaman ternama di Bali. Berbicara masalah gaya sudah barang tentu didukung oleh kaedah-kaedah estetika yang membentuk gaya tersebut. Ilmu estetika berperan sangat penting untuk bisa menikmati keindahan gending-gending lelambatan yang disajikan. Sehingga pada gilirannya nanti, gending lelambatan tersebut dapat membangkitkan rasa lango bagi pelaku maupun penikmatnya.
Asal usul tabuh lelambatan di Banjar Tegaltamu
Secara geografis, Banjar Tegaltamu terletak paling ujung barat wilayah Kabupaten Gianyar, dan merupakan daerah perbatasan antara Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar. Dalam kontek budaya, Banjar Tegaltamu adalah salah satu sentra seni di Kabupaten Gianyar memiliki tradisi kuat dalam kreativitas berkesenian. Dilihat dari posisinya, wilayah Tegaltamu berbatasan dengan wilayah sentra seni lainnya yang merupakan kebanggaan Kabupaten Gianyar. Diantaranya, Desa Singapadu, terkenal dengan seni pertunjukannya, Desa Celuk terkenal dengan seni kerajinan perak, dan Desa Batubulan sendiri dengan kesenian barong dan kerajinan patung batu cadas. Dalam hal seni karawitan banyak mendapat pengaruh dari Desa Adat Jero Kuta. Secara administratip Desa Adat Tegaltamu berada di wilayah Desa Batubulan. Desa Batubulan dibagi menjadi dua wilayah yaitu Batubulan Barat dan Batubulan Timur. Batubulan barat dibagi menjadi tiga desa adat yaitu Desa Adat Tegaltamu, Desa Adat Jero Kuta dan Desa Adat delod Tukad. Secara umum kedua wilayah Desa Batubulan memiliki warisan gending-gending klasik pegongan. Tetapi kusus di Desa Adat Jero Kuta dan Desa Adat Tegaltamu sangat kaya akan warisan tersebut.
Menurut penuturan Bapak I Wayan Suda bahwa Lelambatan yang berkembang di Banjar Tegaltamu, mula-mula merupakan pembauran antara para penabuh dari dua desa adat di Batubulan, yaitu Desa Adat Jero Kuta dan Desa Adat Tegaltamu. Pembauran ini terjadi apabila ada perhelatan di Puri Agung Batubulan. Sering kali para penabuh dari Desa Adat Tegaltamu diminta melengkapi penabuh yang ada di Desa Adat Jero Kuta karena berbagai alasan. Misalnya para anggota penabuh Desa Adat Jero Kuta banyak yang berhalangan karena ada cuntaka atau berhalangan yang sifatnya pribadi. Maka dari itu otomatis kelian adat Jero Kuta meminta sebagaian dari penabuh Desa Adat Tegaltamu. Desa adat Tegaltamu pun mengutus para penabuhnya untuk melengkapi terutama yang mempunyai kemampuan lebih. Kejadian-kejadian seperti ini sering dan terus berlangsung hingga para penabuh Desa Adat Tegaltamu menguasai semua tabuh-tabuh Lelambatan yang ada di Desa Adat Jero Kuta.
Estetika Tabuh Lelambatan Gaya Tegaltamu (perspektif Hindu) selengkapnya
by admin | May 10, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Putu Juliartha, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar.
Ngelaras atau matutang trompong pada hakekatnya adalah suatu proses yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, karena dalam proses ini mengandalkan kepekaan pendengaran yang disebut dengan meguru kuping yang disertai dengan kemampuan tafsir atau feeling, untuk menafsirkan dalam penyelarasan suara atau nada yaitu antara nada trompong yang dilaras dengan mengikuti petuding atau bentuk lain yang dipergunakan sebagai acuan, guna memperoleh suara trompong yang harmonis dan indah sesuai dengan laras yang dipakai.
Pada dasarnya pelarasan trompong secara tidak langsung sudah dilakukan pada proses sebelumnya yang dilakukan di luar prapen, yaitu mulai dari narikin dan tahapan-tahapan lain dalam proses pemangguran. Setiap trompong yang sudah selesai dikerjakan dalam prapen jika sudah didinginkan atau disepuh nada yang dihasilkan selisihnya tidak terlalu jauh dari nada yang seharusnya dipakai, maksudnya dalam setiap trompong selisih nadanya dengan petuding atau standar nada kurang lebih antara satu nada atau Akaka. Untuk menepatkan posisi nada tersebut dengan petuding sepenuhnya dilakukan dalam proses pemangguran. Namun terkadang tidak selalu dalam pembersihan muka trompong nada trompong tersebut sudah pas dengan petuding, terkadang nada trompong kurang tinggi atau kurang rendah akibat pengolahan dalam proses sebelumnya. Meski pada akhir proses didalam prapen sudah didapat nada trompong seperti telah tersebut di atas. Proses-proses seperti pemangguran yang terlalu berlebihan pada bagian muka trompong mengakibatkan suara trompong semakin merendah. Pengikiran di bagian menur moncol pada saat penghalusan moncol mengakibatkan suara trompong semakin tinggi. Maka dari itu pelarasan yang lebih teliti dan seksama sangat perlu dilakukan.
Mengatur atau meninggikan nada trompong dilakukan dengan 3 cara dibawah ini:
Pemukulan pada bagian tangkar trompong dilakukan dari bagian basang trompong yang diletakkan rapat di atas landesan paron dengan memutar trompong saat dipukul, dalam beberapa pukulan dites nada trompong tersebut sambil mencocokkan dengan petuding.
Dipanggur atau dikikir pada bagian moncol, tetapi cara ini sangat jarang dilakukan dalam pelarasan trompong yang baru dibuat. Cara ini dilakukan jika keadaan trompong tidak memungkinkan lagi untuk dipukul karena muka trompong yang sangat tipis dan umur trompong yang sudah tua sangat rentan pecah jika dipukul. Maka dari itu ngelaras trompong dengan cara ini merupakan cara yang dilakukan karena terpaksa/tidak ada jalan lain lagi.
Dipanggur atau dikikir pada bagian lambe, ngelaras trompong dengan cara ini dilakukan untuk membantu kedua cara di atas. Cara ini dilakukan jika lambe trompong masih dalam keadaan tebal, meninggikan suara trompong dengan cara ini sangatlah lama sehingga cara ini paling jarang dilakukan.
Mengatur atau merendahkan nada trompong dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:
Pemangguran pada bagian tangkar trompong: arah pemangguran dimulai dari garis usuk mengarah ke dalam sampai ke gelang moncol. Cara pemangguran ini dilakukan untuk menghasilkan sedikit cekungan pada bagian tangkar, dan gelang moncol masih tetap tebal sehingga kualitas suara trompong masih tetap bagus.
Pemukulan pada bagian tangkar trompong dilakukan dari sisi luar atau dari bagian muka, diletakkan dengan dirapatkan di atas landesan paron yang terbuat dari kayu atau besi, dengan memutar trompong sambil mencocokkannya dengan nada petuding. Pada kuncinya keadaan tangkar trompong yang agak cekung ke bawah menimbulkan suara trompong akan merendah atau menurun. Cara ini paling tepat dilakukan jika tangkar sudah agak tipis dan tidak memungkinkan untuk dipanggur lagi.
Matutang Trompong Gong Kebyar, Selengkapnya
by admin | May 9, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Gede Yudarta, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Pengelompokan terhadap bidang seni ini dapat dicirikan atas tiga bentuk yaitu:
1) Seni Karawitan (seni musik trasional) yang berarti musik tradisional baik vokal maupun instrumental yang berlaras pelog dan selendro. Yang dimaksud musik vokal adalah musik yang mempergunakan suara manusia sebagai sumber bunyinya sedangkan musik instrumental adalah musik yang mempergunakan alat/instrumen sebagai sumber bunyinya. Dari hasil pengamatan yang dilakukann prihal keberadaan jenis perangkat gamelan Bali yang terdapat di Kota Mataram diantaranya: Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Gong Gede, Gamelan Angklung, Gamelan Gender Wayang, Gamelan Smar Pagulingan, Gamelan Joged, Rindik serta pesantian dan cekepung untuk di bidang vokal.
2) Seni Tari, adalah ungkapan rasa keindahan yang diungkapkan lewat gerak-gerak tangan, kaki dan anggota badan yang lainnya. Jenis-jenis tarian Bali yang ada di Mataram diantaranya: Tari Klasik, Tari Kreasi Baru,
3) Seni Teater Tradisional merupakan ungkapan rasa indah yang disampai-kan dalam bentuk drama teaterikal yang disampaikan melalui dialog antara tokoh-tokoh yang berperan didalamnya. Penampilan cerita-cerita tradisional yang dalam pementasannya didukung dengan gerak tari dan tembang. Yang tergolong seni teater tradisional diantaranya Wayang, Topeng, Drama Gong, Arja dan Prembon.
Potensi Seni Pertunjukan Bali
Keberadaan berbagai jenis seni pertunjukan Bali di Kota Mataram, menunjuk-kan bahwa potensi yang dimiliki sangat tinggi dan tidak kalah dengan apa yang ada di Bali. Swarsi (dalam Yudha Triguna, 2008:34) menyebutkan, kajian budaya mengungkapkan sumber-sumber keunggulan budaya terdapat dalam berbagai sentra dan aktivitas, diantaranya:
1) Kehidupan publik (folk life) memberikan folk culture seperti: sistem banjar, sistem desa pekraman dan sistem subak yang berifat otonomi.
2) Kehidupan puri (court life) melahirkan court culture yang kaya dengan tradisi sastra, tardisi seni tari dan musik, dan tardisi ritual.
3) Sentra-sentra budaya seperti museum, sanggar, yayasan budaya, yang melahirkan kreatifitas, buah karya seni, pameran dan pendidikan,
4) Pemberdayaan dan berbagai eksperimen ke arah kreasi, inovasi, invensi, dan akulturasi dan
5) Dialog budaya, melalui festival, kolaborasi, misi seni membuka peluang untuk saling menukar wawasan, gagasan, karya dan eksperimen budaya.
Kelima keunggulan tentunya dilengkapi oleh kandungan nilai-nilai terdapat di dalamnya. Adapun nilai-nilai tersebut diantaranya:
1) Nilai Budaya, yaitu nilai-nilai budaya kemasyarakatan yang di landasi oleh ajaran agama Hindu.
2) Nilai Religius, nilai-nilai spiritual dalam upaya pendekatan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa
3) Nilai Estetis yaitu nilai keindahan dengan berbagai sifat-sifat satyam (kebenaran), siwam (kesucian) dan sundaram (keindahan).
Terdapatnya berbagai keunggulan sebagaimana telah diuraikan di atas, hal ini sangat memungkinkan untuk menjadikan seni pertunjukan Bali sebagai sarana pendukung dalam membangun dunia kepariwisataan di Kota Mataram. Sebagaimana halnya di Bali, seni pertunjukan merupakan salah satu modal budaya dalam industri pariwisata. Pemanfaatannya dalam usaha ini lebih banyak untuk menarik perhatian para wisatawan yang pada umumnya tertarik dengan seni budaya tradisional.
Guna mewujudkan keunggulan tersebut dalam pengembangan kepariwisa-taan di Lombok, diperlukan managemen yang efektif dari berbagai pihak yang berkompe-ten selaku leading sector dalam wacana ini. Pada jalur birokrasi, Dinas Pariwisata dan Budaya selaku leading sector selayaknya memiliki komitmen dan tanggungjawab serta mampu mengoptimalkan berbagai potensi yang ada dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Lombok.
Membangun dunia kepariwisataan harus ditunjang oleh berbagai aspek baik berupa sarana dan prasarana yang semuanya saling berkaitan satu sama lainnya. Demikian pula halnya dengan sumber-sumber daya yang dimiliki seyogyanya dapat dioptimalkan guna mendukung program peningkatan kepariwisataan. Kesenian khususnya seni pertunjukan sebagai sub unsur kebudayaan, merupakan salah satu aset yang telah dimanfaatkan sebagai modal budaya dalam pembangunan bangsa Indonesia. Hal ini telah termaktub dalam TAP No. II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dimana modal budaya telah ditetapkan sebagai salah satu modal dasar bagi peningkatan pembangunan bangsa. Adapun pembangunan yang dimaksud adalah ke “dalam” membangun dan meningkatkan derajat segenap warga bangsa Indonesia, dan ke “luar” membangun citra dan pergaulan antar bangsa atas dasar kedaulatan dan kesederajatan (Yudha Triguna, 2008:7).
Bentuk Seni pertunjukan Bali di Kota Mataram selengkapnya
by admin | May 9, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs I Wayan Mudana, M.Par. Dosen PS. Seni Rupa Murni FSRD. ISI Denpasar
Posendo Art
Muncul dari seni pertunjukan tentang adanya keinginan wisatawan untuk mengetahui suatu bentuk garapan tari yang dipentaskan ditengah-tengah masyarakat. Karena wisatawan memiliki waktu yang sangat terbatas, pertunjukan tarian juga harus diketahui esensinya secara utuh, oleh para seniman diciptakanlah tarian kemasan wisata dengan cara mengambil poin-poin penting dari bentuk tarian tersebut tanpa menghilangkan esensi sebenarnya.
Demikian juga dalam wujud karya-karya seni rupa, dalam memberikan informasi atau seniman ingin berkomunikasi tentang sesuatu hal hanya dengan mengangkat hal-hal penting yang dianggap mewakili secara keseluruhan dari phenomena tersebut.Lihat gambar nomor 51)
Ekletek Art
Karena adanya pemahaman dari latar belakang budaya yang berbeda, oleh para seniman/pengrajin dicermati sebagai peluang untuk menciptakan bentuk-bentuk karya seni baru sebagai seni kemasan wisata dengan cara mensinkritisme karya-karya seni dari masing-masing daerah atau Negara dipadukan menjadi satu kesatuan yang memiliki nilai seni harmonis tanpa menghilangkan identitas aslinya namun memiliki kekhasan pribadi yang tinggi sehingga dapat mewakili cirri khas seseorang. Contoh Karya seni patung India dengan sikap tri bangganya dan atribiut, ekpresi dipadukan dengan karya seni patung Bali dengan ornament dan sikap-sikap patungnya.(lihat photo halaman 50)
Airport Art
Karena keterbatasan waktu wisatawan dalam memenuhi kebutuhan akan barang-barang cendra mata, para pebisnis seni membuat satu tempat biasanya berdampingan dengan bandara(airport) untuk memajang berbagai bentuk barang cendramana sebagai bentuk barang souvenir denganmaksud memudahkan wisatawan bertransaksi dalam waktu yang singkat.
Pressible Art
Wisatawan pada umumnya menyukai suatu hal yang bernuansa unik, jarang dijumpai pada suatu daerah. Istilah pressible art pada awalnya muncul pada seni masak memasak dengan memampaatkan bahan-bahan masakan yang masih segar dan murni tanpa dimasak, direbus, digoreng, dipanggang, atau ditanak. Tetapi diolah sedemian rupa secara murni(fresh), disajikan dengan olahan bumbu sampai siap hidangan dan siap dimakan dengan kualitas tinggi.
Dalam bentuk karya seni, karya ini muncul sebagai seni instalasi, rice teras, mengclose up gunung menjadikarya seni, art and pece, dan performing art lainnya.
Salah satucontoh bentuk seni ini yang menonjol adalah tidak pernah diulang, dan ciptan tuhan.
Pop Art
Karya seni pop muncul karena adanya tuntutan industry, yang dikemas dengan memasukkan unsur-unsur local dan luar yang dikombinasikan sesuai dengan selera pasar. Kemasan seni pop banyak dislimuti oleh kreatif yang semu, lebih tepatnya merupakan pemalakan seni local yang diadopsi menjadi identitas pribadi. Pada dasarnya seni pop yang lebih mengutamakan komersialisasi, komodifikasi, provanisasi,dan industrialisasi (power,order dan interest) dibangun sebagaimana layaknya seniman/pengrajin berkreatifitas sedapat mungkin menghindari dari hal-hal tersebut.
Kekuatan akan uang akan dapat mengalahkan siapa saja sehingga akan berlaku hegemoni dalam berkesenian. Para pengusaha akan menekan order sebagai kontrak kerja sekecil-kecilnya dengan harapan dengan prilaku sesuka hati (interst) karena seniman dalam posisi tidak berdaya.
Wujud dari bentuk karya seni pop adalah cerminan dari modifikasi dari bentuk-bentuk seni etnik yang memiliki daya tarik tinggi dibuat tiruannya(provanisasi) agar dapat dijual dengan harga yang menjangkau sebagai bentuk industry.
3.3. Pangsa Pasar
Kemampuan melihat tantangan untuk dimaksimalkan menjadi peluang, dengan pertimbangan yang matang, itulah yang disebut pangsa pasar. Seorang pebisnis harus mampu menghitung tingkat kerugian maksimal dari situasi apapun, untuk mengantisipasinya disiapkan langkah-langkah analisis untuk mengoptimalkan kekuatan berupa potensi-potensi yang dimiliki dan menutupi kelemahan(analisis SWOT, rakuti,2002).
Produk Seni Kemasan Pariwisata selengkapnya