by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar berkomitmen memantapkan Bulan Menari dalam pelaksanaannya yang ke-6 untuk memberi ruang kreativitas bagi segenap civitas akademika, alumni, bahkan para seniman dari luar Bali.
“Selain sebagai ruang kreativitas, Bulan Menari juga wujud kepedulian Jurusan Seni Tari terhadap lembaga melalui kreativitas dan yang terpenting lagi, muara dari Bulan Menari berpengaruh pada akreditasi,” kata Ketua Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Sulistyani, SSKar, MSi disela-sela kegiatan Bulan Menari ke-6 Juli 2019, di Denpasar, Minggu (28/7) malam.
Pihaknya sengaja membatasi penampilan atau karya civitas akademika setiap kali Bulan Menari digelar, supaya setiap bulannya karya tersebut mendapatkan jatah tampil. Usai pementasan juga rutin dilakukan dialog terkait garapan masing-masing untuk menyeimbangkan keilmuan dengan praktik.
Pada Bulan Menari VI, ditampilkan empat buah garapan, salah satunya “Mulih kemulan”. Garapan Kadek Karnia Arta ini menceritakan fase kehidupan manusia kembali ke titik nol.
“Dalam Bulan Menari ini, semua civitas dilatih untuk tampil, menambah pengalaman, kreativitas, memperdalam tradisi, dan berlatih berbicara mempertanggungjawabkan apa yang kita garap. Semoga semakin banyak civitas yang tertarik,” ujar Sulistyani seraya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan institusi dan fakultas atas dukungan kegiatan ini hingga berlangsung keenam kalinya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, mengapresiasi dan berkomitmen mendukukung pengembangan Bulan Menari ke depan.
“Kami lihat dari awal digelar hingga kini, Bulan Menari ini disambut antusias. Penyelenggaraanya juga konsisten, jadi perlu kita tingkatkan dan kelola ke arah yang lebih baik,” ujar Prof Arya.
Bulan Menari ini lahir dari ide bersama para sesepuh tari, salah satunya Prof Dr I Wayan Dibia sembari membahas rencana pendirian gedung black box, yakni gedung multifungsi untuk tari maupun karawitan.
Ide ini, lanjut Rektor Arya, disambut dengan inisiasi civitas jurusan tari untuk lebih menggariahkan iklim akademis di kampus.
“ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan harus menyeimbangkan pelajaran teori dengan praktik. Bulan Menari ini sekaligus menjadi ajang mengasah kemampuan untuk menghadapi even-even yang lebih besar di luar kampus,” ucapnya sembari mengatakan penampilan terbaik tergantung dari intensitas latihan.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita, Prestasi
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Film pendek berjudul “Angkara” karya mahasiswa Jurusan Film dan Televisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar dinobatkan sebagai film terbaik kategori mahasiswa umum pada ajang Festival Film Surabaya VIII tahun 2019.
“Film itu perkembangannya sangat cepat beradaptasi dengan teknologi. Prestasi kali ini membuktikan ISI Denpasar mampu berprestasi pada kesenian klasik dan modern,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, di Denpasar, Rabu.
Prof Arya mengapresiasi prestasi peserta didiknya itu, bahkan ia merasa malu melihat begitu semangatnya mahasiswa ISI Denpasar di tengah keterbatasan sarana perfilman di kampus setempat.
Sebagai pimpinan institusi, dia berusaha melengkapi kekurangan itu dan meminta mahasiswanya tetap memelihara semangat dalam berkarya.
Prof Arya pun tidak ingin ISI Denpasar menjadi kampus yang terkesan hanya bernostalgia dengan masa lalu. Prestasi di bidang film, menurutnya merupakan salah satu jawaban bahwa di ISI Denpasar iklim akademik antara kesenian klasik dan modern berjalan beriringan.
Rektor asal Pupuan, Tabanan, ini berharap film-film karya ISI Denpasar harus memiliki ciri khas sehingga ada perbedaan yang jelas dengan film karya pihak lain.
“Fungsi film adalah komunikasi, tetapi bidang keilmuannya seni. Makanya penekanan kita adalah pada seninya dan kreativitasnya,” ujarnya.
Ke depan pihaknya berencana memperluas jurusan agar terlihat perbedaan film sebagai bidang ilmu komunikasi dan film sebagai ilmu seni.
Sementara itu, Robi’atul Yamania G, selaku produser menuturkan perjalanan film Angkara diwarnai berbagai tantangan, mulai dari faktor biaya produksi hingga cemoohan dari sejumlah pihak. “Namun kami bangga semua tantangan tersebut terbayar lunas oleh prestasi yang berhasil dibawa pulang,” ucapnya.
Mahasiswi Jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini memastikan prestasi tingkat nasional tersebut semakin memecut semangatnya dalam menelurkan karya-karya yang lebih inovatif.
“Semoga saya semakin rendah hati, terus berkarya, menciptakan sesuatu yang kreatif, tidak menyerah pada tantangan dan tidak mudah putus asa,” katanya.
Dia berharap film “Angkara” mampu menginspirasi generasi muda, khususnya mahasiswa ISI Denpasar.
Sutradara “Angkara” Herda Martin mengemukakan film karyanya tersebut merupakan luaran dari mata kuliah Praktika Terpadu. Angkara adalah film ber-genre “action comedi” yang memadukan seni pencak silat dan bondres. “Kami berusaha memadukan bondres dan pencak silat,” ucapnya.
Herda yang juga mahasiswa jurusan Film dan Televisi angkatan 2016 ini berharap dukungan dari pimpinan ISI Denpasar, mengingat timnya tampil membawa nama besar ISI Denpasar.
“Kami sudah dua kali masuk festival. Pertama dibiayai institusi, kedua biaya sendiri yang menurut kami cukup berat. Karena kami membawa nama institusi, kami mohon saling dukung,” katanya berharap.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : baliantaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan menampilkan 88 karya pergelaran selama 11 hari yang merupakan ujian tugas akhir dari mahasiswa setempat, yang dapat disaksikan masyarakat umum.
“Ujian tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan bagi mahasiswa untuk menuntaskan kewajiban akademik sebelum dinyatakan lulus sebagai sarjana seni. Kami harapkan anak-anak kami yang akan lulus mampu menghasilkan karya-karya baru yang memang merupakan hasil pencermatan penelitian, pengamatan dan pencermatan mereka terhadap fenomena-fenomena yang ada di masyarakat,” jelas Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum pada Pembukaan Ujian Tugas Akhir Mahasiswa tersebut di Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan, bagi mahasiswa yang memilih tugas akhir pengkajian, mereka akan berkutat dengan problematika seni di lapangan dan menyusunnya dalam bentuk skripsi, sedangkan yang memilih tugas akhir penciptaan karya seni harus melakukan riset terlebih dahulu agar memperoleh berbagai isu aktual dan fenomena menarik untuk diangkat sebagai tema sentral dalam karyanya.
“Di tengah era Revolusi 4.0 ini kami pun berharap karya mahasiswa betul-betul bernuansa baru, mengadaptasikan kearifan lokal sesuai dengan visi misi fakultas Seni Pertunjukan. Mereka harus menjadi orang-orang kreatif, karena yang kreatiflah yang mampu bersaing dan merebut peluang kerja di masa mendatang,” terangnya.
Sudirga tidak memungkiri mengkaji dan mencipta karya seni bukanlah sesuatu yang mudah dan bebas semaunya, tetapi memerlukan proses yang cukup rigid dan penuh tantangan serta keberanian untuk menemukan dan menyodorkan berbagai ide-ide sebagai temuan baru.
“Dalam konteks tuntutan akademis, tugas akhir karya seni ke depan semakin sulit sebab setiap karya yang diciptakan harus berbasis riset. Itu artinya harus melewati studi penelitian agar karya yang diciptakan aktual dan mampu mengatasi berbagai persoalan lingkungan sekitar,” lanjutnya.
Ia mengimbau para mahasiswa selaku kreator jangan takut berinovasi dan menawarkan gagasan baru yang berbeda dari kelaziman, walaupun terkadang akan mendapatkan berbagai penilaian miring dan cemoohan karena orang kreatif harus tetap optimistis. Pemikiran kreatif sering visioner melampaui batas-batas pemikiran orang pada umumnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Wardizal mengatakan karya tugas akhir mahasiswa ISI Denpasar memang sengaja disiapkan agar bisa dipertontonkan pada publik.
Dari 88 karya yang ditampilkan dari 10 hingga 20 Juli dan 27 Juli 2019, sebanyak 23 karya seni dari Jurusan/Prodi Tari, 45 karya mahasiswa Jurusan Karawitan, 10 karya dari Jurusan Pedalangan dan 10 karya dari Jurusan Musik.
“Untuk tim penilainya itu semuanya dosen ISI Denpasar, yang menyesuaikan dengan mahasiswa dari prodi atau jurusan masing-masing. Kalau yang maju dari Prodi Tari, tentu dosen yang menilai dari Prodi Tari juga dan seterusnya,” ujarnya yang juga selaku ketua panitia.
Dalam pergelaran tugas akhir mahasiswa tahun ini, menurut dia ada sedikit perbedaan. “Jika tahun sebelumnya ujian berlangsung di kampung-kampung atau di desa-desa, maka pada ujian kali ini terpusat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar,” ucapnya.
Wardizal menambahkan pihaknya tetap melakukan evaluasi agar kegiatan ini di masa-masa mendatang bisa lebih baik lagi dan untungnya selama ini selalu mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat.
“Kegiatan ini sekaligus merupakan upaya kami mendiseminasi karya-karya anak kami kepada masyarakat, kemudian agar diapresiasi dan diterima untuk dikembangkan masyarakat luas. Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya terbaru mahasiswa ISI Denpasar,” jelasnya.
Mahasiswa dari jurusan atau prodi Seni Pedalangan mendapatkan kesempatan waktu menampilkan hasil karya selama 45 menit, dan dari tiga jurusan lainnya dengan waktu masing-masing 15 menit. Pementasan karya seni setiap harinya dimulai pukul 18.30 Wita.
Pada acara pembukaan ujian pergelaran karya seni tersebut ditampilkan tiga karya yakni I Komang Bambang Diatmika dengan karya berjudul “Guru Lamuk” dari Prodi Seni Pedalangan, serta I Komang Adi Muliawan (karya Se-Tujuh) dan Putu Aldi Philberta Harta Celuk (karya berjudul Jawat Hasta) yang keduanya dari Prodi Karawitan.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Jajaran Dekanat ISI Denpasar memberi dukungan mahasiswa Program Studi Desain Interior mengikuti ajang Temu Karya Mahasiswa Desain Interior Indonesia (TKMDII), di Lapangan Puputan Badung, Kamis, yang ditandai dengan peluncuran dan peletakan karya public facility kepada masyarakat Denpasar dalam Pra Event TKMDII.
“Melalui pihak Dekanat itu pasti mendukung kegiatan mahasiswa apalagi ini ditampilkan di luar kampus jadi alangkah baiknya ditampilkan dulu Public Facility nya di luar kampus atau di tempat umum untuk mengetahui masukan-masukan dari luar, agar nantinya dapat dijadikan referensi dan mampu mengembangkan tidak hanya bersaing di lokal, dan nasional tetapi juga di internasional,” kata Wakil Dekan I Bidang Akademik ISI Denpasar, I Nengah Sudika Negara.
Ia menjelaskan karya seni dari mahasiswa ISI Denpasar sendiri memiliki ciri khas seperti penggunaan bahannya yang sederhana, dan dapat diperoleh di Bali. Selain itu, dalam karya desain interior ini juga mengadopsi tradisi dan arsitektur Bali, serta dalam konstruksinya juga diberikan sentuhan yang berbeda.
“Tentunya dalam ajang TKMDII ini, dengan menghasilkan desain yang siap pakai tentu mahasiswa juga mendapat dukungan penuh dan saat ini mahasiswa didorong untuk melakukan pameran sendiri, mencari tempat pameran sendiri dan memamerkan karyanya sendiri dan mengelola pameran itu sendiri,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Jurusan/Program Studi Desain Interior, ISI Denpasar, I Kadek Dwi Noorwatha mengemukakan manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti ajang TKMDII adalah menjadi lebih memahami perkembangan desain interior dari seluruh kampus di Indonesia.
Selain itu, dapat menumbuhkan keberanian untuk menunjukkan karyanya di tingkat nasional, dan juga sebagai cara untuk memperkenalkan ISI Denpasar sebagai kampus dengan jurusan desain interior beridentias budaya.
“Melalui pelaksanaan TKMDII ke XIV ini, ya berharap agar keilmuan desain interior lebih dikenal masyarakat dan juga bagi mahasiswa agar lebih dan selalu kreatif serta berani menonjolkan karya desainnya dengan latar belakang budaya Bali dalam ranah modern sesuai dengan visi dan misi Program Studi,” jelas I Kadek Dwi Noorwatha.
by tik ISi | Aug 26, 2019 | Berita
Sumber : bali.antaranews.com
Denpasar (ANTARA) – Civitas akademika Institut Seni Indonesia Denpasar menghadirkan Gopal Dodeja, ahli filsafat dari Indian Institute of Technology Mumbay, India, untuk memberikan kuliah umum mengenai filsafat seni kepada mahasiswa kampus setempat.
“Selain mahasiswa kami mendapatkan pengetahuan dari dosen-dosennya di kampus. Dengan kuliah umum seperti ini juga bisa mendapatkan ilmu dari narasumber-narasumber yang memang ahli di bidangnya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa,” kata Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar Dr AA Gede Bagus Udayana, di sela-sela membuka kuliah umum tersebut, di kampus setempat, di Denpasar, Jumat.
Kuliah umum tersebut juga terkait dengan mata kuliah Filsafat Seni yang harus ditempuh oleh mahasiswa semester IV di ISI Denpasar.
“Kuliah umum tentang seni, spiritualitas, ilmu dan ilmu pengetahuan ini kaitannya dengan mata kuliah filsafat di fakultas kami. Mahasiswa mempelajari bagaimana filsafat seni yang memang memberikan kita pengetahuan seni itu sendiri. Dari pengetahuan itulah bisa tersusun sebuah ilmu pengetahuan,” ujar Udayana.
Dengan menghadirkan ahli filsafat dari India diharapkan dapat memberikan pencerahan mengenai spiritualitas dan ilmu filsafat. “Jadi, kaitan benang merah antara spiritualitas, filsafat yang di dalamnya ada ilmu dan ilmu pengetahuan tentang seni,” ucapnya.
ISI Denpasar, lanjut Udayana, setiap tahun memang telah rutin mengagendakan kuliah umum dengan menghadirkan narasumber dari dalam dan luar negeri, disesuaikan dengan hal-hal yang ingin digali.
Sementara itu, Gopal Dodeja, ahli filsafat dari Indian Institute of Technology Mumbay, India, mengatakan karya seni yang dihasilkan seniman, seringkali merupakan kombinasi antara apa yang terlintas di pikirannya dengan pengalaman yang diterima.
Gopal mencontohkan untuk menghasilkan karya seni bertajuk “gunung emas” misalnya, mungkin saja seniman tersebut tidak pernah melihat gunung emas.
“Tetapi dari pengalamannya, mungkin dia pernah melihat sebongkah emas, atau gunung di sana. Kemudian seniman mengombinasikan kedua hal ini dan dihasilkanlah karya seni sebuah gunung emas itu,” ucapnya.
Selain itu, Gopal juga menyatakan kekagumannya akan keindahan Pulau Dewata. Dikaitkan dengan seni, Bali, menurut dia, juga karya seni yang luar biasa.
“Sehingga akan muncul pertanyaan siapakah seniman yang menciptakan Bali yang begitu indah? Jawabannya, yang menciptakan Bali dan juga seni di dunia ini, adalah Beliau Tuhan yang Maha Tertinggi,” ujarnya.
Tuhan, lanjut Gopal, menciptakan dunia yang begitu indah inipun diinspirasikan dari tempat Beliau sendiri, yakni dunia spiritual. Meskipun Tuhan memiliki sebutan berbeda-beda sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, tetapi sesungguhnya adalah satu.(*)