M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas Akomodasi Dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya Di Desa Sanur

Oleh: Yayu Indrawati (Dosen Program Studi Pariwisata, Universitas Udayana Denpasar)

Wisatawan datang ke Bali dengan berbagai latar belakang tujuan, diantaranya untuk menikmati berbagai bentuk seni dan kebudayaan yang dimilikinya. Seperti yang dikemukakan oleh Shaw dan Williams dalam Ardika (2003) dari 10 elemen budaya yang menjadi daya tarik wisatawan yakni, (1) kerajinan, (2) tradisi, (3) sejarah dari suatu tempat/daerah, (4) arsitektur, (5) makanan lokal/tradisional, (6) seni dan musik, (7) cara hidup suatu masyarakat, (8) agama, (9) bahasa, (10) pakaian lokal /tradisional. Elemen budaya tersebut sangat sesuai dengan jenis kepariwisataan yang dikembangkan di Bali yaitu pariwisata budaya.

Dilihat dari segi usia wisatawan yang beragam Pasar orang tua atau senior market merupakan kelompok penting karena besarnya pasar dan potensialnya untuk berkembang. Dengan kemajuan teknologi, sistem kesehatan dan semakin panjang jangka waktu hidup seseorang secara langsung meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia. Pada fase ini orang tua telah ditinggalkan oleh anak-anaknya untuk hidup mandiri. Kelompok usia ini dikenal dengan istilah DINKS (Double Income No Kids). Waktu luang yang dimiliki sangat besar sehingga memungkinkan mereka untuk tinggal di suatu destinasi lebih lama. Pada umumnya dengan sistem pensiun yang baik mereka mapan secara finansial. Untuk mengantisipasi kecenderungan pasar di masa depan yaitu semakin banyaknya konsumen wisatawan lanjut usia yang berlibur di Bali maka Pemerintah RI menetapkan suatu kebijakan  bagi wisatawan lanjut usia yaitu dengan mengijinkan wisatawan lanjut usia untuk tinggal lebih lama di Indonesia. Kelompok wisatawan ini diijinkan untuk tinggal di Indonesia selama 1 tahun. Kebijakan tersebut telah dituangkan dalam SK Menteri Kehakiman No. M-04-12.01.02/1998. Surat keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Presiden /Keppres No. 31/1998. SK Menteri Kehakiman di atas kemudian ditindaklanjuti dengan keluarnya Ketetapan Dirjen Imigrasi No. F.256-12.02/2000. Ketetapan ini menyatakan bahwa wisatawan lanjut usia dapat diberikan Temporary Visa sebagai penduduk sementara selama 1 tahun dan dapat diperpanjang sampai 5 tahun. Visa ini hanya berlaku bagi negara-negara Eropa, Amerika, Amerika, Kanada, Jepang, Asean, Australia dan Selandia Baru.

Untuk mendukung Sanur sebagai daerah tujuan wisata (DTW) maka dibangunlah berbagai macam fasilitas pariwisata baik itu fasilitas pokok, penunjang, maupun fasilitas pelengkap pariwisata. Fasilitas akomodasi seperti hotel yang ada di Desa Sanur, mulai  dari hotel  baik bintang maupun non bintang, villa, bungalow dan lainnya  di Sanur sebagian besar terletak di dekat pantai dan  memiliki akses yang sangat dekat dengan pantai menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan lanjut usia untuk menginap di daerah ini.

Fasilitas akomodasi dan aktivitas pariwisata yang ditawarkan di Desa Sanur terkait dengan seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Bali, seperti akomodasi yang bercorak tradisional Bali dilihat dari segi arsitekur, penggunaan material khas Bali seperti batu – batu alam, ukiran, barang kerajinan seperti kursi-kursi rotan dan beragam hasil kerajinan masyarakat Bali,  penataan taman taman tropis yang ada di sekitar fasilitas akomodasi juga  sangat disesuaikan dengan konsep budaya Bali. Kemudian aktivitas wisata yang terdapat di Desa Sanur juga sangat bervariasi dan menurut hasil penelitian,  tradisi masyarakat Sanur merupakan komponen budaya yang paling diminati oleh wisatawan (Ardika, 2003).

Dilihat dari segi usia, wisatawan yang datang ke Desa Sanur sangat beragam tingkatan umurnya. Sebagian besar wisatawan tersebut berusia lanjut dan berasal dari  kawasan Eropa, seperti Inggris, Jerman dan Belanda. Terdapat juga wisatawan yang berasal dari kawasan Asia Pasifik misalnya Jepang dan Australia. Empat negara tersebut kecuali Belanda masuk dalam 10 (sepuluh) besar negara yang mendatangkan wisatawan terbanyak ke Bali.

Sebagian besar wisatawan lanjut usia yang berkunjung ke Desa Sanur karena memiliki kenangan tersendiri terhadap daerah ini, disamping itu juga mereka sangat menyukai budaya dan tradisi masyarakat setempat serta keramahtamahan penduduknya.  Selama berada di destinasi terdapat berbagai aktivitas pariwisata yang dilakukan terutama merupakan wisata tirta (swimming, boating, canoeing ), dan aktivitas yang dilakukan di darat seperti  menghadiri kegiatan-kegiatan kebudayaan, seperti Sanur Village Festival dan Kite Festival, dan atraksi budaya lainnya, relaksasi, jogging, spa dan lainnya.  Aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan pemenuhan hobi dan pemenuhan kebutuhan fisik. Dari latar belakang tersebut penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai persepsi wisatawan lanjut usia terhadap fasilitas akomodasi dan aktivitas pariwisata bernuansa  seni budaya di Desa Sanur.

Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas Akomodasi Dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya  Di Desa Sanur, selengkapnya

Serat Wedhataya Salah Satu Dasar Estetika Tari Jawa Surakarta

Oleh: Dwiyasmono (Dosen jurusan tari ISI Surakarta)

Manuskrip tentang tari Jawa gaya Surakarta sulit didapat dan dipahami, oleh karena itu diperlukan kejelian untuk membaca maupun menterjemahkan sekaligus mencari manuskrip-manuskrip yang ada di kraton maupun perpustakaan-perpustakaan yang ada di Surakarta. Salah satu manuskrip untuk telaah ini adalah manuskrip Serat Wedhataya. Wujud asli manuskrip itu berupa tulisan Jawa carik yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa yang kemudian dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan telaah atau pengkajian dalam mencari makna yang tersurat pada tulisan tersebut.

Hasil telaah yang telah didapat diantaranya adalah bahwa tari merupakan pralambang manusia yang menyadari dalam kehidupan akan hubungan dengan Tuhan sebisa mungkin sampai memahami rasanya. Setelah memahami rasa yang ada pada dirinya kemudian menyembah dengan jalan memohon pada Tuhan, yang kemudian diartikan/dimaknai  sebagai pelajaran yoga. Selain itu juga dapat dimaknai bahwa dalam Serat Wedhataya di dalamnya menunjukkan nama-nama tentang dualisme kehidupan manusia diantaranya baik buruk, benar salah, suka cita dan lain-lain yang dalam penggambaran nyata divisulisasikan pada sebelas tarian yang ada dalam manuskrip Serat Wedhataya tersebut.

Pada Serat Wedhataya juga digambarkan perilaku  manusia yang divisulisasikan dalam bentuk-bentuk sekaran yang ada pada  sebelas tarian tersebut sehingga dalam kehidupan manusia, perilaku-perilaku tersebut menjadi dasar untuk menggolongkan manusia ke dalam empat tatanan/tingkatan yaitu Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra.

Pada Serat Wedhataya juga dijelaskan bahwa pertumbuhan hidup manusia dari tingkat remaja (muda) sampai tingkat dewasa mengalami perubahan jiwa, batin, dan emosi yang disertai nafsu-nafsunya dalam proses pendewasaan perilaku maupun jiwanya. Hal ini digambarkan secara jelas pada bentuk-bentuk tarian diantaranya Dhadap Kanoman, berbagai wireng yang kemudian sampai pada bentuk tarian Panji Sepuh.

Serat Wedhataya Salah Satu Dasar Estetika Tari Jawa Surakarta, selengkapnya.

Estetika Seni Lukis Gaya Batuan Karya I Made Budi Dalam Perkembangan Seni Lukis Bali

Oleh: I Dewa Putu Gede Budiarta

Kesenian Bali sangat erat kaitannya dengan agama  sehingga keduanya berjalan selaras, seakan-akan tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Keaatan masyarakat Bali kepada  agama dan tradisinya tersebut membuat keseniaan Bali berkembang dengan sangat suburnya. Seni lukis  sebagai salah satu cabang kesenian, di samping seni yang lainnya, yang lahir berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan. Lukisaan wayang dengan tema-tema yang diambil dari wiracerita Mahabarata dan Ramayana adalah merupakan sarana upacara agama.

Sejarah kehidupan seni tradisional pada umumnya maupun seni lukis khususnya di Bali telah mulai tampak pada abad ke 13 yaitu pada periode Bali pertengahan. Di Bali seni lukis tradisi yang merupakan salah satu hasil karya seni yang berkembang dengan suburnya, yang didukung oleh alam lingkungannya. Seperti yang disebutkan oleh Jhon Dewey bahwa seni tidak akan dapat hidup dan tidak dapat lepas dari segi-segi kehidupan dalam masyarakat. Di dalam lingkungan itulah seni itu dinikmati (Suparli 1983 : 24 ).

Semenjak daerah Bali dibuka bagi kedatangan orang-orang asing pada  permulaan abad ke 20, Seni lukis Bali ternta mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan,baik dalam hal tema maupun bentuk, bahan dan teknik melukis. Seni lukis Bali sebagian telah bergeser dari seni sacral ke seni sekuler,dari seni untuk kepentingan agama ke arah seni untuk kepentingan komersial dan selera pribadi. Hal ini disebabkan adanya pengaruh yang dibawa oleh dua pelukis Barat yang datang ke Bali seperti R. Bonnet dan Walter Spies sehingga terjadilah pembaharuan dalam bidang seni lukis.

Batuan adalah sebuah desa di kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Kehidupan seni lukis tradisional di desa ini tak luput dari pelukis asing, sehingga timbul corak baru di dalam perkembangannya, yang oleh beberapa pengamat seni disebut sebagai “Seni Lukis gaya Batuan“ Seni lukis ini mempunnyai ciri-ciri antara lain: Penggambaran suasana seperti suasana malam, proporsi dan anatomi manusia serta binatang digambarkan secara naïf,  yaitu  sederhana dan dekoratif, mengunakan perspektif  burung terbang, sehingga objek seolah-olah dilhat dari atas, komposisi penuh, temanya berkisar pada cerita pewayangan, cerita rakyat serta kehidupan masyarakat Bali.Semenjak adanya interaksi dan pengaruh dari seniman-seniman asing terhadap seniman Bali khusus Batuan di mulai pada tahun 1930-an telah melahirkan mazab baru yang disebut seni lukis Bali Modern Di sini di dapat keterangan yang lebih jelas tentang lahirnya seni lukis gaya Batuan ,karena  dengan tegas dikatakan bahwa sejak saat itulah sebenarnya permulaan seni lukis Bali menemukan bentuknya yang baru. Dari uraian diatas dan ditinjau dari sjarah perkembangannya  maka jelaslah seni lukis gaya Batuan bertitik tolak dari seni lukis tradisi wayang yang telah mendapat pengaruh dari pelukis Barat. Pengaruh unsure-unsur kebudayaan asing ditanggapi dengan suatu sikap selektif dan ditunjang dengan kreatif dan ditunjang dengan kreatif. Apabila unsur-unsur kebudayaan asing diserap begitu saja tanpa seleksi maka akan terjadi adalah hilangnya kepribadian bangsa. Dalam seni lukis gaya Batuan unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh kedua pelukis asing berupa pengetahuan  tentang anatomi,perspektif,maupun proporsi  yang realistis diserap oleh para  pelukis  Batuan, kemudian digabungkan dengan unsur-unsur seni lukis tradisional yang dekoratif. Walaupun seni lukis di Bali khususnya Batuan sudah kena pengaruh pelukis asing tokoh-tokoh pelukis Batuan  seperti I Made Budi masih tetap dengan gayanya yang khas.

Kesenian adalah salah satu unsur dari  kebudayaan,kesenian timbul dan merupakan bagian terpenting dari pengalaman manusia dalam mencari,menikmati dan menggagumi keindahan,Bentuk-bentuk keindahan yang braneka ragam ini timbul dari imajinasi kreatif manusia dalam upaya mencapai kepuasan batinnya. Kesenian merupakan ekspresi pengalaman keindahan atau pengalaman estetik manusia. Manusia merasakan pengalaman dalam memandang alam, karena alam dihayati sebagai penjelmaan dari ide keindahan, sehingga menjadi symbol dari keindahan itu sendiri. Akan tetapi dalam penjelmaan estetik manusia tidak membedakan antara symbol dan yang disimbolkan karena dalam pengalaman estetik antara symbol dan yang disimbolkan menjadi satu (Suryadiredja 2003: 260). Manusia selalu mencoba untuk memenuhi keinginannnya dalam mencapai kebahagiaan karena itu agar dapat terus menikmati dan hidup dalam keindahan,manusia mengabadikan pengalaman estetisnya dalam bentuk kesenian. Kesenian Bali adalah produk seni hasil intraksi konduksif dan hakiki antara manusia dengan masyarakat Bali serta lingkungannya,yang terdiri atas seniman, dan masyarakat pendukung seni yang dijiwai Agama Hindu.

Dalam lukisan gaya Batuan karya I Made Budi terkandung nilai estetika, kemudian timbul pertanyaan mengapa yang menarik diteliti adalah tentang karya seni lukisnya? Sebelumnya perlu kita ketahui apa yang dimaksud dengan estetika, Estetika berasal dari bahasa Yunani Aiestheton berarti kemampuan melihat lewat penginderaan. Tujuan estetika adalah keindahan, istilah ini baru muncul tahun 1750 oleh A. G. Baungarten (Jakob Sumardjo, 2000:24) Djelantik menyebutkan bahwa ilmu estetika adalah yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan yang mempelajari segala aspek dari apa yang kita sebut “Keindahan“ (Djelantik, 1900:6)

Estetika merupakan cabang ilmu filsafat yang dapat menguraikan tentang pengertian-pengertian dan pemecahan persoalan-persoalan yang timbul bilamana seseorang menerangkan tentang  benda-benda estetis. Benda-benda estetis cakupannya beraneka ragam seperti seni lukis,maka kajian ini berhubungan dengan nilai-nilai estetis yang terkandung dengan nilai-nilai estetis yang terkandung didalamnya.

Estetika  Seni Lukis Gaya Batuan Karya I  Made Budi  Dalam  Perkembangan  Seni  Lukis Bali, selengkapnya.

Perkembangan Tabuh Kreasi Kekebyaran Dewasa Ini

Perkembangan Tabuh Kreasi Kekebyaran Dewasa Ini

Oleh: I Nyoman Windha

Pergelaran Gong KebyarSeni karawitan atau seni tabuh sebagai salah satu warisan seni budaya masa silam senantiasa mengalami proses pembaharuan atau modernisasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru yang bersifat inovatif. Modernisasii seperti ini merupakan wujud dari suatu proses perubahan yang diupayakan untuk mencapai keadaan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Perubahan tersebut tidak hanya sekedar berubah, namun disesuaikan dengan tatanan nilai hidup masyarakat pada jamannya.

Kreativitas, itulah modal utamanya, karena dengan modal kreativitas yang dimiliki setiap generasi berupaya untuk mengaktualisasikan dan memberikan sentuhan baru pada kesenian yang mereka miliki. Khususnya para seniman yang secara sadar, kreatif, dan selektif selalu berusaha memberikan gagasan-gagasan baru sebagai angin segar yang mampu mendorong bangkitnya kesenian masa lampau dengan maksud untuk dapat diwariskan kepada generasi berikut dan mendekatkan kesenian tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.

Kegelisahan seniman di dalam upayanya  menyikapi kesenian tradisi telah membuahkan hasil. Ini terbukti dari berbagai bentuk karya-karya “Kreasi Kekebyaran” atau lazim disebuat “Tabuh Kreasi  Baru”  telah mampu digelar dalam berbagai peristiwa budaya yang cukup bergengsi. Puluhan hasil karya baru diajang Pesta Kesenian Bali telah mampu disajikan. Akan tetapi hasil-hasil karya mereka tak ubahnya sebagai “oplah koran” yang diproduksi secara terus menerus akan tetapi setelah dibaca dilewatkan begitu saja tanpa ada yang mempedulikan lagi keberadaannya.

Begitu jualah kondisi hasil kreativitas seniman-seniman besar kita. Mereka selalu menambah perbendaharaan khasanah seni budaya kita, mereka selalu dituntut untuk berkarya dan berkarya namun tanpa pernah ada usaha untuk mengkaji, menganalisa, mendiskusikan, untuk menguak tabir dibalik karya, atau bahkan mendokumentasikannya. Karya-karya tersebut seolah-olah hanya menjadi wacana pada even kapan karya tersebut diciptakan dan dipertunjukan kemudian setelah itu selesai “titik”. Masyarakat awam (karena mendengar atau sebagai hasil apresiassinya) tahunya hanya karya Si A bagus, karya Si B lumayan , karya Si C jelek  dan sebagainya. Akan tetapi mereka tidak pernah mendapatkan informasi  kenapa karya itu bagus dan mengapa karya yang lainnya jelek, dan bagaimana mereka membuat karya sehingga dapat dikatakan bagus sehingga hasil karya itu memang secara tekstual sungguh-sungguh diyakini kualitasnya baik oleh pandangan masyarakat umum maupun masyarakat akademis..

Tabuh Kreasi Kekebyaran yang mungkin bisa didifinisikan sebagai Tabuh Kreasi Baru yang mempergunakan media ungkap gamelan gong kebyar yang merupakan salah satu barungan gamelan Bali yang dewasa ini paling popular. Popularitas kebyar tidak hanya teramati dari segi banyaknya jumblah barungan yang ada, tetapi juga banyak muncul lagu-lagu atau komposisi baru yang menggunakan alat barungan gong kebyar. Sebagai jenis gamelan golongan baru  kebyar hampir dapat dikatakan telah menguasai dunia seni gamelan Bali. Fleksibelitasnya dalam mengadopsi atau menyerap nuansa dari musik daerah  lain, kemudian diolah disesuaikan dengan dengan nuansa kebyar merupakan salah satu sifatnya yang khas. Atas dasar inilah gamelan kebyar megalami perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat  tidak saja dari elemen-elemen musik seperti: melodi, tempo, dinamika, ornamentasi atau hiasan yang begitu komkpleks, namun perkembangan dari bentuk, penampilan dan tata penyajian betul-betul dipertimbangkan secara matang.

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas penulis ingin mencoba untuk mengulasnya lebih jauh. Ulasan nanti mungkin akan lebih banyak dipengartuhi oleh pengalaman penulis sebagai seorang komposer dan juga melalui pengamatan penulis terhadap  karya-karya sejak lima tahun terakhir ini.

Kejelian para komposer didalam menyiasati tabuh kreasi kekebyaran dewasa ini betul-betul luar biasa, hal ini terbukti dengan karya-kara yang mereka hasilkan betul-betul variatif, baik  dari ide, tehnik , penampilan, seting alat dan yang paling signifikan adalah pengolahan element-elemen musiknya (element of music).

Pengertian Fotografi dan Foto Jurnalistik

Oleh: A.A Gde Bagus Udayana

Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (1981;94).

Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.

Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.

Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas. Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana fot yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.

Photo-Journalism menurut Norman, dipahami sebagai mencakup kombinasi gambar-gambar(ilustrasi) dan cerita (story). (1981; 183) fotografi pers merupakan pekerjaan memperoleh bahan gambar-gambar bagi pemakai editorial dalam surat kabar, majalah dan penerbitan lainnya, sudah ada pada pers Indonesia. Pekerjaan press fotographer adalah memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat cerita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.

Sesuai dengan sasaran yang esensial dari pekerjaan jurnalistik atau kewartawanan, yaitu membantu khalayak ramai mengembangkan sikap untuk menghargai apa yang dianggap baik, di samping merangsang kemauan untuk merubah apa yang dianggap kurang baik. Salah satu ciri yang dimiliki para juru foto koran adalah secepatnya disampaikan kehadapan sidang pembaca. Secepatnya berarti sesuai dengan sajian kehangatan peristiwa itu sendiri, sehingga betapa baiknya sebuah photo belumlah punya arti sebagai berita jika hanya disimpan dalam laci atau album.

Loading...