by admin | Feb 3, 2010 | pengumuman
Terkait dengan penyelenggaraan program Beasiswa S2/S3 Luar Negeri ke perguruan tinggi di Amerika Serikat, semenjak tahun 2009 Direkrorat Jenderal Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan lembaga AMINEF telah melakukan seleksi bersama (joint selection) bagi para dosen yang akan melanjutkan studi S2/S3 ke Amerika serikat. Program ini disebut Fulbright-Dikti Scholarship Program. Pada tahun 2009 yang lalu telah dilakukan seleksi bagi mereka yang akan diberangkatkan tahun 2010.
Untuk tahun 2010 ini, Dikti bekerjasama dengan lembaga AMINEF kembali akan melakukan seleksi bersama bagi mereka yang akan melanjutkan studi S2/S3 ke perguruan tinggi di Amerika Serikat, dan akan diberangkatkan pada tahun 2011. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
- Melengkapi Aplikasi/Form terlampir. Form ini dapat juga didownload di website Aminef di www.aminef.or.id.
- Deskripsi tentang tujuan study (study objective) dan proposal penelitian (Research Proposal), ditulis dalam B. Inggris.
- GPA minimal 3.0 baik untuk program S1 atau S2.
- Nilai ITP-TOEFL (Institutional TOEFL) minimal sebesar 575 atau IELTS min. 6.5 untuk program S3 dan 550 atau IELTS 6.0 untuk program S2. Jika sudah memiliki International TOEFL/IELTS sangat diharapkan.
- Satu (1) buah surat rekomendasi dari perguruan tinggi atau dosen pembimbing terdahulu (dalam bahasa Inggris).
- Surat Ijin Rektor.
- Copy transkrip dan Ijasah yang telah diterjemahkan dalam B. Inggris
- Letter of Acceptance (LoA), jika sudah memiliki. Bagi yang belum memiliki, dapat mengirimkan referensi/informasi terkait dengan perguruan tinggi yang ingin dituju di Amerika Serikat.
Seluruh dokumen ini paling lambat kami terima pada tanggal 30 April 2010 pukul 16.00 WIB yang dikirimkan ke :
Direktorat Ketenagaan, Ditjen Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Gedung D Lantai 5
Jl. Jend. Sudirman, Pintu 1 Senayan – Jakarta 10002
*) Khusus Bagi mereka yang telah mengajukan lamaran beasiswa S2/S3 Luar Negeri Ditjen Dikti pada gel 3 dan 4 dan masuk dalam Lampiran 3, mohon dapat melengkapi kembali persyaratan yang diperlukan dalam aplikasi beasiswa Fulbright-Dikti diatas, diantaranya Form Aplikasi Fulbright-Dikti, Tujuan Studi, dan persyaratan lainnya yang diperlukan. Seluruh kelengkapan tersebut dapat diemail ke [email protected] atau fax ke 021-57946052 atau dikirim ke alamat Dit. Ketenagaan di atas dengan memberi keterangan “Kelengkapan Dokumen Gel 3 (4) Lampiran 3”.
Untuk itu, kami mohon bantuan Saudara untuk menyampaikan informasi ini kepada para dosen yang berada di lingkungan/wilayah perguruan tinggi yang Saudara pimpin.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terimakasih.
Direktur Ketenagaan,
ttd
Muchlas Samani
NIP. 130516386
Tembusan :
– Dirjen Dikti sebagai Laporan
– Kasubdit Pengembangan Ketenagaan, Dit. Ketenagaan
Sumber: http://ditnaga.dikti.go.id/ditnaga/opendoc.php?page=0&exp=0&id=412&date=2010-02-03%2019:21:30
Formulir
by admin | Feb 3, 2010 | Berita
Laporan Rombongan ISI Denpasar di Denmark.
Dari keberangkatan rombongan ISI Denpasar sejak tanggal 27 Januari lalu ke Denmark, terungkap banyak pengalaman berharga khususnya bagi mahasiswa ISI Denpasar. Menurut Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. walaupun harus beradaptasi dengan cuaca dingin (dibawah 7 derajat Celsius), saat ini (3 Februari 2010) rombongan ISI Denpasar tengah melakukan persiapan kolaborasi bersama dengan para seniman dunia. ISI Denpasar sebagai wakil Asia dalam ajang bergengsi ini, dijadikan sebagai unggulan. Hal tersebut dilihat dari penempatan posisi gamelan ISI Denpasar saat pementasan nanti, ditempatkan di centre dan dikelilingi oleh penempatan alat musik dari negara lain. Prof. Rai menambahkan ISI Denpasar boleh berbangga karena ISI Denpasar menjadi sorotan/ highlight diantara musisi-musisi kelas dunia yang memiliki skill tinggi, sehingga mampu memberi pengalaman dan manfaat khususnya bagi mahasiswa ISI Denpasar. Mereka dapat berinteraksi dengan para seniman kelas dunia. Rombongan ISI Denpasar selama di Denmark tinggal di mess kampus setempat bersama dengan rombongan dari Mexico. Disinilah saatnya mahasiswa ISI Denpasar untuk mencari relasi berinteraksi, menambah pengetahuan lewat silang budaya. Kedatangan ISI Denpasar juga membawa misi untuk mempromosikan ISI Denpasar khususnya, Bali dan Indonesia pada umumnya. ISI juga mendapat kesempatan untuk mengisi konten acara pawai yang langsung dikomandoi oleh PR IV ISI Denpasar bagian kerjasama dengan menampilkan tari cak. Sehingga disini diperlukan komunikasi dua arah, dan diperlukan orang yang sudah berpengalaman berkerjasama dengan orang asing. Selain itu ISI Denpasar juga diundang untuk memberikan ceramah dan melakukan workshop bersama dengan para dosen dan mahasiswa dari The Royal Denish Academy of Music, Copenhagen. Kunjungan ini sebagai tindak lanjut rencana penandatanganan MoU anatara ISI Denpasar dengan The Royal Denish Academy of Music, Copenhagen, yang merupakan conservatory yang terkemuka di dunia. Prof. Rai menegaskan kerjasama yang memungkinkan dapat terjalin, yaitu pertukaran dosen/ mahasiswa, penelitian bersama, serta kolaborasi seni, yang diharapkan dapat mempercepat visi ISI Denpasar untuk go internasional. Rombongan juga berkesempatan mengunjungi museum yang ada di Copenhagen. Kunjungan ini membawa misi untuk menjalin kerjasama antara ISI Denpasar dengan pihak museum sehingga akan muncul trobosan baru untuk Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar untuk dapat bersaing dikancah internasional. Salah satu program yang mungkin dapat terjalin adalah menggelar pameran internasional. Namun Prof. Rai menekankan untuk dapat menembus pameran internasional, seniman Bali harus memiliki keunikan, identitas dan keunggulan pada karyanya. Dengan berbekal kasanah budaya, tradisi, dan local wisdom yang dimiliki Bali, seniman Bali dapat unjuk gigi di kancah internasional.
Sementara Pembantu Rektor IV ISI Denpasar, I Wayan Sweca, M.Mus, yang ikut dalam Festival Internasional yaitu The World Wide Cooperation Project; Global Voices of Percussion, mengungkapkan bahwa banyak hal yang bisa dipetik dari kegiatan ini, dimana para mahasiswa ISI dari Fakultas Seni Pertujukan yang berjumlah 19 orang ini akan mampu membuka cakrawala mereka baik tentang pengetahuan music maupun budayanya. Karena event ini adalah melibatkan 100 musisi dan penari kelas dunia, sehingga bisa menyatukan bangsa lewat musik. Mereka akan berkolaborasi dengan seniman seniman dari Amerika, Eropa, Afrika dan Asia, sehingga selain menunjukkan identitas diri sebagai wakil dari Asia, para mahasiswa juga dapat belajar mengadopsi konsep-konsep musik barat dan ide-ide brilliant yang muncul saat kolaborasi oleh para komposer-komposer kelas dunia. Rombongan akan tampil tanggal 4 Februari 2010 dan akan kembali ke Bali tanggal 9 Februari 2010.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Feb 3, 2010 | Berita, pengumuman
Berdasarkan surat Dirjen Dikti No. 06/D/T/2010 tanggal 5 Januari 2010 perihal Penyelenggaraan perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan tinggi, yang menyatakan bahwa: Sehubungan dengan hasil Tim Pengkajian Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2009.
Sumber: http://dikti.go.id/
Selengkapnya
by admin | Feb 3, 2010 | Artikel, Berita
Kiriman I Wayan Suharta Dosen PS. Seni Karawitan dan telah diterbitkan dalam jurnal Mudra edisi Februari 2007.
Kehidupan masyarakat Bali di masa silam sangat tergantung dengan alam. Perilaku mereka mencerminkan pemikiran magis dan sakral yang kuat seperti keyakinan adanya hubungan antara manusia dengan kekuatan gaib, serta relasi antara manusia dengan kekuatan spiritual. Persepsi yang relegius ini menunjukan sudah adanya gejala-gejala tentang kepercayaan kepada kekuatan spiritual tertinggi atau Tuhan, yang dikondisikan oleh alam pikiran mereka memuja kekuatan alam dan alam gaib (Suartaya, 2001:130).
Di kalangan masyarakat Hindu di Bali kesenian persembahan kepada Tuhan dan alam niskala dapat dibedakan menjadi dua kelompok; kesenian wali dan kesenian bebali. Kesenian wali mencakup berbagai bentuk kesenian yang tergolong tua dan oleh karena itu telah memiliki unsur-unsur keaslian (originalitas) dan kesucian. Dikalangan masyarakat Bali seni sakral merupakan salah satu aspek vital kehidupan spiritual masyarakat Hindu yang bermakna relegius yang merupakan bagian integral dari pelaksanaan upacara (Dibia, 2003:98).
Balaganjur dalam kaitannya dengan kegiatan ritual merupakan implementasi dari sosio-relegius yang sangat ketat dan kuat memberikan dukungan terhadap keberadaan Balaganjur. Dalam kontek religius, semua angota sekaa terlibat dalam penyajian Balaganjur sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, yang semuanya dilandasi dengan perasaan tulus yang disebut ngayah.
Ketika terlibat dalam kegiatan ritual, para penabuh Balaganjur menyerahkan diri secara tulus demi suatu kepercayaan yang mereka yakini. Berpatisipasi megambel terutama bagi kaum pria yang me-rasa mampu, selain untuk mengekpresikan naluri berkesenian namun pada intinya merupakan yadnya bagi kehidupannya dibawah perlindungan dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
Yadnya atau pengorbanan suci mencakup penyerahan diri sering kali melibatkan upacara-upacara ritual. Berpegang kepada keyakinan bahwa kesenian adalah ciptaan Tuhan, orang Hindu men-jadikan kesenian sebagai sebuah persembahan dan yadnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan yadnya dimaksudkan bahwa berkesenian itu tidak saja memuaskan serta memenuhi dorongan estetis pribadi atau masyarakat, tapi juga sebagai wahana bagi seniman untuk mendekatkan dirinya kepada sumber keindahan itu, yaitu Tuhan.
Eksistensi masyarakat Bali dalam mengekpresikan peng-akuannya terhadap kebesaran Ida Sanghyang Widhi diejawantahkan dalam wujud ngayah tersebut. Budaya ini selalu diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam gerak laku masyarakat Bali hingga sekarang. Dalam bidang kesenian misalnya, semua orang merasa memiliki peran. Mereka yang tak bisa menari atau menabuh mungkin bertugas menata atau mengerjakan dekorasi panggung. Termasuk juga ketika membantu para penari mengenakan kostum tarinyapun sudah termasuk ngayah. Begitu juga bila berpartisipasi mengangkat gamelan dan mengurus konsumsi penari dan penabuh juga termasuk ngayah.
Terkait dengan prinsip ritual seniman-seniwati di Bali yang berkesenian atas dasar ngayah, baik kepada masyarakat maupun kepada Tuhan selalu melibatkan unsur-unsur ritual dalam setiap aktivitas berkesenian untuk menjaga kesucian karya seni yang dihasilkan. Selain itu, upacara ritual dilaksanakan sebagai suatu cara untuk memohon lindungan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya agar penyajian kesenian dapat berlangsung sebagaimana mestinya dan yang lebih penting lagi bisa memperoleh kekuatan sinar suci-Nya (Ibid., p. 101).
Untuk mengawali penyajian Balaganjur atau jenis pertunjukan yang lain, sudah menjadi kebiasaan bagi para seniman seni pertunjukan di Bali untuk melakukan upacara ritual. Upacara ritual seperti ini akan selalu mengingatkan para seniman akan keberadaan Tuhan. Disamping itu, juga memperlihatkan bahwa berkesenian adalah sebuah persembahan yang bermakna relegius yang intinya mengingatkan pelaku seni akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Kehidupan berkesenian bagi masyarakat Bali menjadi satu aspek yang sangat menonjol dalam kehidupan sehari-hari, karena sebagian besar dari wujud hidup keseharian itu dibarengi dengan penyertaan unsur-unsur benda, aktivitas dan pilosofi yang bernilai seni. Terbentuknya kelompok-kelompok kesenian seperti; sekaa gong, sekaa barong, sekaa angklung dan sebagainya, menunjuk pada aspek kesenian yang dapat berorientasi ekonomi. Sekaa-sekaa tersebut menunjukkan kelompok kesenian yang memiliki makna relegius dan banyak dihubungkan dengan ketakso; kreativitas budaya yang memberikan kekuatan spiritual untuk mewujudkan keseniannya. Karena itu peranannya dalam menunjang kegiatan adat dan agama khususnya upacara menjadi sangat besar (Astika, 1994:121).
Balaganjur dalam fungsinya mengiringi prosesi ritual keagamaan memiliki makna relegius. Penabuh Balaganjur oleh puluhan partisipan mengikuti ritual dalam prosesi ritual keagamaan. Kendatipun para penabuh tidak disakralkan akan tetapi saat keterlibatan mereka ketika ngayah, baik sebelum memulai atau seusai menyajikan gending-gending Balaganjur, para penabuh mendapatkan percikan air suci, mendapatkan berkah atau pem-bersihan diri secara niskala.
by admin | Feb 3, 2010 | Artikel, Berita
Kiriman Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana Fakultas Seni Rupa Dan Disain- Institut Seni Indonesia Denpasar
Desa Pusu merupakan desa terpencil yang menggunakan energi terbarukan (renewable energy) tenaga surya di kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Ketika teknologi berada pada satu titik dengan masyarakat desa terpencil, maka terjadi fenomena – fenomena sosial. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan dampak penggunaan energi listrik tenaga surya terhadap gaya hidup di desa tersebut dengan menilik profil pelaksanaan program PLTS baik secara teknis maupun non teknis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi geografis Desa Pusu sangat berpengaruh terhadap aktivitas civitas yang terbatas. Musim kemarau panjang 7 – 8 bulan dalam setahun dan 53% rata-rata waktu efektif bekerja di ladang dalam sehari merupakan ciri khas kehidupan masyarakat lahan kering yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Intervensi teknologi didasarkan atas kesadaran masyarakat Desa Pusu. PLTS sebagai entry point menuju masyarakat sejahtera berdampak terhadap gaya hidup masyarakat desa yang teraplikasi pada beberapa aspek, yaitu : aspek sosial dan budaya, ekonomi, pendidikan serta kesehatan. Habitus masyarakat desa setelah PLTS membentuk subkultur baru, dimana artefak teknologi (Solar Home System) diinternalisasi dalam kehidupan masyarakat yang pada akhirnya akan ada penentuan prioritas tindakan.Dari fase awal PLTS hingga fase pendampingan , kondisi tipikal masyarakat menunjukkan tanda-tanda yang berkemampuan melekatkan dirinya suatu diskursus tertentu yang mampu memberikan sebuah identitas, yaitu masyarakat pengguna PLTS. Setelah pendampingan selesai pada tahun 2006 hingga sekarang, terjadi stagnansi bahkan kondisi tipikal masyarakat desa menurun secara perlahan yang disebabkan faktor internal (masyarakat itu sendiri) dan eksternal (agen perubahan)
Dapat disimpulkan bahwa Desa Pusu termasuk dalam kategori desa terpencil dengan kondisi geografis khusus serta kemakmuran dibawah garis kemiskinan (poverty line).
Dampak penggunaan PLTS terhadap life style masyarakat terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap awal terjadi fleksibelitas intepretatif dimana masyarakat desa Pusu mengintepretasikan suatu artefak teknologi (SHS), tahap berikut terjadi proses stabilisasi melalui interaksi antarkelompok masyarakat pengguna artefak teknologi (SHS) dengan gaya hidup masyarakat diwarnai dengan konflik dan negosiasi antar kelompok masyarakat yang berujung pada sebuah kompromi, tahap akhir : kestabilan tidak dapat bertahan lama, terjadi stagnan dan cenderung menurun disebabkan pola pikir masyarakat dalam pengartikan perubahan itu. Kondisi tipikal masyarakat berada pada batas kejenuhan yang diakibatkan oleh terbendungnya segala keinginan masyarakat akan pemenuhan kebutuhan lain dengan daya yang terbatas sehingga masyarakat kembali pada pola lama, yaitu sikap menerima apa adanya, malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja, cenderung bersikap apatis. Yang merupakan ciri-ciri gaya hidup masyarakat dengan predikat kemiskinan budaya (poverty cultural).