by admin | Apr 6, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : I Komang Arba Wirawan, S.Sn., Jurusan Fotografi, FSRD, Penciptaan DIPA 2008
Abstrak Penelitian
Laporan penciptaan ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab menguraikan berbagai matei dan proses penciptaan tersebut.
Bab I Menguraikan tentang latar belakang penciptaan yaitu dari mana sumber inspirasi sehigga menimbulkan ide penciptaan dengan judul “ Implementasi Tri Hita Karana di Desa Tenganan Pegringsingan Sebagai Sumber penciptaan Karya Fotografi Seni “. Perumusan tema penciptaan yaitu konsep dan makna dari tema yang ada. Tujuan dan manfaat penciptaan yaitu sasaran yang ingin dicapai serta manfaat penciptaan bagi masyarakat akademik maupun masyarakat umum.
BAB II Konsep penciptaan yaitu menguraikan tentang beberapa sumber refrensi yang mendukung konsep penciptaan. Menguraikan beberapa teori serta pendapat para ahli untuk menjamin validitas penciptaan.
BAB III Proses penciptaan yaitu menguraikan tentang proses timbulnya inspirasi penciptaan. Proses penciptaan teridri dari : Eksplorasi yaitu proses penjajagan pada obyek, Eksperimen yaitu hasil eksplorasi diolah denan mengadakan penagamatan yang mendalam,Perwujudan yaitu hasil foto diolah dan diwujudkan dalam bentuk karya. Dalam bab ini juga menguraikan tentang proses kerja, alat dan kamar terang, finishing serta display.
BAB IV Uraian karya yaitu pembahasan berbagai karya yang telah jadi. Judul karya, bahan, ukuran, konsep karya serta makna yang dikandung dalam karya tersebut.
BAB V Penutup aitu menyimpulkan hasil penciptaan baik konsep maupun karya visual. Juga saran-saran berkaitan dengan budaya asli yang perlu dipertahankan dan dilestarikan.
by admin | Apr 6, 2010 | Berita
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dimaknai secara berbeda-beda.
Banyak yang berujar bahwa pembatalan tersebut membuat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) “tahlilan”, sedangkan beberapa perguruan tinggi (PT) senang dan berpikir ulang dengan status Badan Hukum Milik Negara (BHMN)-nya dengan dicabutnya UU BHP. Sampai saat ini,ada total tujuh PT yang berstatus PT BHMN,yaitu 5 PT yang berstatus BHMN (UI, ITB,UGM,IPB, USU) yang menggunakan PP61 yang mengacu ke Sisidiknas 1989 (dan sudah dicabut oleh UU Sisdiknas 2003) serta dua PT BHMN lain, yaitu UPI dan Unair, yang mengacu pada UU Sisdiknas 2003.
Konsep BHP ternyata ada sejak tahun 1950-an. Dalam dokumen koleksi Arsip Nasional tentang pembentukan BHP tahun 1953, dinyatakan bahwa BHP adalah pilihan keberadaan universitas, bukan kemutlakan (Agus Suwignyo, 2006).Apa pun persepsi kita, keputusan MK tetap perlu didukung dengan mengambil sisi positif dari perspektif keputusan tersebut.
Makna Filosofis PT BHP
Ada tiga tujuan utama dari perubahan menuju BHP bagi PT, yaitu otonomi, transparansi, akuntabilitas, dan daya saing sebagaimana tujuan strategis akhirnya. Otonomi kampus berlatar belakang krisis yang dialami oleh negara di antaranya menyebabkan negara kesulitan dalam memenuhi anggaran belanja negara di bidang pendidikan secara “mandiri”.
Tahapan awal dari proses otonomi kampus tersebut adalah melalui perubahan struktur organisasi dan demokratisasi kampus. Pada struktur yang baru tersebut, universitas tidak lagi bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), tetapi kepada Majelis Wali Amanat (MWA) sebagai stakeholders dari universitas. MWA terdiri atas unsur pemerintah, senat akademik, dosen, mahasiswa, dan masyarakat. Meskipun demikian, proporsi suara Mendiknas dalam MWA mempunyai representasi yang besar. Dari sisi transparansi,dampak dari otonomi yang diberikan membuat PT harus mempertanggungjawabkan laporan keuangannya secara transparan dan akuntabel kepada semua stakeholders.
Kampus diberi kebebasan sebesarbesarnya untuk mencari sumber pendanaannya di mana sebanyak 50% akan ditanggung pemerintah, maksimum 33% bisa diambil dari dana masyarakat seperti SPP dan SPI, serta sisanya akan ditanggung bersama oleh pemerintah dan PT. Dengan demikian, tujuan akhir strategis diharapkan akan dapat dicapai secara lebih baik. Dari konsep di atas,secara logis PT seharusnya bisa bertransformasi secara alami dari teaching university menuju ke research university dan pada akhirnya menjadi entrepreneurial university. Roh sejati dari BHP adalah meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan kompetensi kampus sebagai berbasis riset sehingga dapat menghasilkan riset bermutu yang bisa dikerjasamakan pendanaannya dengan industri, riset dengan hasil banyak paten,serta knowledge based incomelain.
Implementasi dari PT BHP
Berbeda dengan semangat filosofisnya, pada kenyataannya banyak PTN yang sudah ber-BHP mengeluhkan bahwa target knowledge based incomemereka tak sesuai dengan harapan.Apa yang mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya yang maksimal 33% adalah dengan cara paling gampang menaikkan SPP mahasiswa ataupun membuat bisnis yang “biasa”dan “bisa”dilakukan oleh bukan perusahaan berbasis riset seperti mendirikan pusat perbelanjaan, asrama, SPBU, dll yang hanya bersifat “efisiensi” kebutuhan internal.
Kebutuhan total biaya operasional dari PT tersebut semakin tinggi dengan tuntutan yang tinggi terhadap capaian standar pelayanan minimal (SPM) hingga internasionalisasi peringkat. Mencapai SPM sebagaimana kriteria akreditasi bagi beberapa PT yang jauh dari pusat pemerintahan saja sudah sulit, apalagi mencapai peringkat internasional. Mencapai peringkat internasional tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit di mana kebutuhan dana tersebut terserap untuk investasi hardware maupun investasi human capital. Oleh karena itu,“pemaknaan” dan “strategi” yang salah tentang bagaimana kita mencapai peringkat internasional akan menyedot dana keuangan kita ke luar negeri tanpa ada investasi pengembalian yang pasti.
Sebagai contoh, PT perlu memilih kendaraan “peringkat internasional”- nya dengan mempertimbangkan sisi kompetitif (daya saing) ekonomi negara dan sisi “komparatifnya”. Misalnya, pemilihan bidang sastra dan musik tradisional daerah tertentu sebagai kendaraan “peringkat internasional” suatu PT di Indonesia memang dari sisi komparatif adalah pilihan jitu, tetapi hanya menghasilkan sedikit dampak ekonomis bagi daya saing bangsa. Oleh karena itu,konsep uniqueness produk dan kemampuan PT dalam melakukan kerja sama dengan industri maupun lembaga penelitian nasional di dalam negeri seperti BPPT, Ristek akan sangat mendukung keunggulan daya saing produk risetnya. Dengan demikian, pencapaian peringkat internasional kita tidaklah bersifat semu, yaitu tampaknya hebat,tetapi dana operasional terkuras secara tidak efisien ke luar negeri.
Solusi ke Depan
Mengingat spirit BHP sebenarnya adalah baik,sudah seharusnya meskipun tanpa menggunakan “baju”BHP,PT perlu mengakomodasi spirit profesional tersebut, baik dalam bentuk BLU ataupun model yayasan pendidikan yang lain.Apa pun status badan hukumnya, apakah BHP atau BLU, yang penting adalah diberikannya otonomi yang seluas-luasnya tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga keuangan, SDM, organisasi, dan manajemen.
Dengan keragaman bentuk organisasi dan keotonoman tersebut, peran Dikti sebagai fasilitator dan regulator dituntut untuk mampu secara kreatif menyelaraskan program antara PT dengan keanekaragaman model organisasi serta auditnya.Misalnya,bila tujuannya adalah untuk mengontrol yayasan pendidikan yang tidak profesional, klausul pengelolaan anggaran bisa dimasukkan sebagai komponen penilaian dalam akreditasi institusi,demikian juga dengan audit untuk tujuan transparansi dan akuntabilitas. Selain itu, di zaman keterbukaan informasi sekarang ini, “akreditasi” dari masyarakat dan pengguna lulusanlah yang akan mengontrol secara sosial mutu suatu PT.
Dengan pemahaman demikian, tujuan strategis dari “roh” BHP tetap bisa dijalankan secara seimbang sebagaimana kemungkinan dampak negatif dari implementasi BHP seandainya tidak dibatalkan MK.(*)
Priyo Suprobo
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/315697/
by admin | Apr 6, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : Drs. I Wayan Mudra, M.Sn.,Jurusan Kriya Seni, FSRD, Penciptaan DIPA 2008
Abstrak penelitian
Penciptaan ini menggunakan pendekatan eksperimen. Konsep perwujudan dilakukan tidak realis, namun pada bagian-bagian tertentu didistorsi disesuaikan dengan kemampuan bahan. Pada dasarnya untuk menyampaikan sosok Men Brayut selalu ditampilkan seorang ibu dengan tiga sampai enam anak bahkan lebih pada setiap karya. Komponen ibu dan anak sebagai perwujudan image tokoh Men Brayut dibuat menyatu. Hal ini merupakan teknik dalam pembuatan patung keramik sehingga hasilnya menjadi lebih kuat. Tujuan utama yang mau ditampilkan dalam setiap karya adalah sifat humoris, sehingga karya tersbut diharapkan menjadi unik dan menarik. Karya i8ni dibuat dengan teknik pinching, slab dan coil. Judul-judul karya yang dibuat anatara lain: Brayut Optimis, Brayut Tegar, Brayut Merenung, Brayut Sayang Anak, Brayut Berpose, dan Brayut Beranak Tiga. Finishing karya dilakukan tanpa glasir sebagai upaya untuk memperhatikan detail karya menjadi tetap utuh. Pada setiap karya menampilkan makna-makna yang relevan dengan kehidupan saat ini.
by admin | Apr 5, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : Prof. Drs. A.A. Rai Kalam, Jurusan Lukis,FSRD, Penciptaan, DIPA 2008
Abstrak penelitian
Ogoh-ogoh dapat diartikan sebagai bagian wujud visual yang digolongkan dalam “bentuk patumng berkualitas seni di Bali” umumnya tidak dipahat, berwujud makhluk-makhluk menyeramkan, rangkanya dibuat dari bambu, lalu dibungkus dengan kertas, kain atau benang pada bagian-bagain tertentu. Penampilan komposisi warnanya disesuaikan dengan visualisasi wajah-wajah makhluk yang diinginkan (Bali Art Festival, 1987). Bentuk perwujudan Ogoh-Ogoh unik ini, oleh perupa seni lukis akademik ini dimanfaatkan sebagai unsur-unsur penciptaan karya seni, terutama berperan penting dalam mengkomunikasikan ide-ide, gagasan dan fungsi dalam wujud seni lukis akademik. Kehadiran Ogoh-Ogoh selalu terkait dan tidak terlepas dari aktualitas ritual, sebagai upacara “Bhuta-Yadnya”, upacara korban suci bermakna untuk menyicikan ,keslamatan alam semesta……., ditampilkan pada hari raya “Nyepi”. Utamanya Ogoh-Ogoh akan dihadirkan, diarak segera oleh warga desa setelah usai pelaksanaan upaara. Disertai suara gambelan……musik tradisional…….bertalu-talu, dengan tingkah riuk sorak pengarak yang mengandung makna untuk mengusir roh-roh jahat dari wilayah desa bersangkutan.
Profil ogoh-ogoh pun dibuat bermacam-macam umumnya menyeramkan dan menakutkan seperti penampilan ogoh-ogoh Duara-pala, profilnya berwujud menyeramkan, perutnya bucit, mata mendekati bentuk busur, taringnya mencuat dan berambut gondrong.
Data jumlah Ogoh-Ogoh dari 3 (tiga) tahun teakhir, tercatat meningkat rata-rata 500-1000 buah pertahun. Data terakhir tercatat di Polda Bali jumlah Ogoh-ogoh pada malam hari Pengerupukan Nyepi tanggal 6 Maret 2008 mencapai 4.036 buah ogoh-Ogoh (Kompas, 6 Maret 2008). Data pencermatan di ketahui bahwa bentuk Ogoh-ogoh sebagai perwujudan Bhuta-Kala jumlah dan jenisnya sangat beragam, setiap Bhuta Kala memiliki fungsi atau tugas berbeda antara satu dengan yang lain. Ukuran , bentuk, warna, gayanyapun ditampilkan dalam bahasa rupa, desain yang unik. Pada intinya ogoh-Ogoh Bhuta Kala tersebut diyakini masyarakat ada di Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Agar para Bhuta Kala tersebut tidak sampai mengganggu kehidupan serta lingkungan desa dan sebagainya, maka diberikan berupa sesaji atau simbol persembaha dengan melaksanakan kegiatan penyajian upacara “Segeh Agung sebalum Ogoh-Ogoh di arak keliling di lingkungan desa. Aktivitas dan penampilan arak-arakan Ogoh-Ogoh ini dipandang sebagai karya seni patung unik, dapat disajikan sumber penciptaan, khusunya sebagai Sumber Penciptaan Seni Lukis Akademik. Pencipta Seni Lukis Akademik yang dimaksud adalah pencipta profesional dalam proses seni lukis akibat adanya pendidikan bidang seni rupa yang menerima perubahan ,terdidik, inovatif, mengikuti perkembangan IPTEKS, dalam pengmbangan ide-ide, maupun kosep-konsep dalam mewujudkan ciptaan baru karya seninya.
Kesimpulan bahwa penghayatan Ogoh-Ogoh sebagai bentuk patung menyajikan sibol-simbol yang bersifat menyeramkan, memiliki karakter, bentuk,gaya, warna yang bervariasi menarik dijadikan sumber penciptaan ditunjukan dengan munculnya diversifikasi karya seni lukis akademik dengan ide dan kosep-konsep baru.
by admin | Apr 3, 2010 | Berita
Satu momentum penting akan digelar oleh Partai politik PDI Perjuangan pada tanggal 6-9 April 2010, yaitu Penyelenggaraan Konggres Ke III PDI Perjuangan yang dipusatkan di Bali, tepatnya di Hotel Bali Beach-Sanur. Kegiatan rencananya dihadiri sekitar 1.400 orang yakni tingkat cabang (DPC) dari 457 kabupaten/ kota se-Indonesia, pimpinan 33 daerah/provinsi (DPD), semua DPP, peninjau, pengamat, undangan khusus, dan lainnya, dan dibuka oleh Megawati Sukarno Putri. Dalam acara pembukaan PDI Perjuangan menggandeng ISI Denpasar untuk dapat tampil dalam acara pembukaan pada tanggal 6 April 2010. ISI Denpasar akan menyuguhkan tari pembukaan Pendet dengan diiringi oleh para penabuh wanita Asti Pertiwi deengan menggunakan Gamelan Semar Pegulingan. Sebelum melakukan pementasan, tadi pagi (2 April 2010) latihan ISI Denpasar ditinjau langsung oleh pihak panitia, dimana yang hadir adalah Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, Wayan Koster serta Rike Diah Pitaloka, yang didampingi Anggota DPRD Bali dari PDI P, Drs. I Ketut Kariyasa Adnyana, Sp. Rombongan disambut oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S. M.A. Prof. Rai menyampaikan ungkapan terima kasih yang mendalam serta menyambut baik dan akan turut menyukseskan kegiatan tersebut.
Selain menampilkan tari pembukaan pendet, guna menyambut kedatangan tamu-tamu kehormatan, Asti Pertiwi (penabuh wanita yang merupakan gabungan para dosen, staf, mahasiswa, alumni ISI Denpasar serta seniman) juga akan menyuguhkan beberapa tetabuhan Semar Pagulingan.
Humas ISI Denpasar melaporkan