by admin | Apr 14, 2010 | Berita
JAKARTA (SI) – Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengaku,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan tiga solusi untuk mengatasi persoalan pembatalan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP).
Menurut Mendiknas, Presiden SBY meminta agar Ditjen Pendidikan Nasional mengatasi kevakuman status yang terjadi kepada perguruan tinggi negeri pascapembatalan UU BHP.Untuk mengatasi kevakuman itu, ujarnya, Presiden memberikan tiga solusi. Ketiganya adalah mengganti UU BHP dengan undang-undang yang baru,membuat peraturan pemerintah pengganti undangundang (perppu), atau membuat peraturan pemerintah yang baru sehingga bisa mengakomodasikan PP yang sudah dibatalkan itu menjadi peraturan menteri (permen). ”Presiden meminta kepada Ditjen Pendidikan Nasional untuk melakukan pengkajian lagi, apakah persoalan yang sekarang terhadap implikasi dari dibatalkannya UU BHP sudah semuanya bisa ditampung dalam PP yang baru atau PP 17? Kalau bisa,maka akan berjalan,” ungkap Nuh di Kantor Kepresidenan Jakarta kemarin.
Presiden SBY kemarin menggelar rapat terbatas bidang kesejahteraan rakyat bersama seluruh jajaran menteri bidang kesejahteraan rakyat.Rapat itu membahas pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi pascapembatalan UU BHP. Rapat dihadiri pula Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka, Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar Rusliwa Somantri, dan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Hery Suhardiyanto. Mendiknas mengungkapkan, sejak Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan UU BHP pada 31 Maret 2010,dirinya langsung memberikan laporan kepada Presiden. Seusai menerima laporan itu, Presiden langsung menugasi dirinya untuk membuat analisis terhadap implikasi keputusan MK tersebut.
”Hasil dari analisis tadi sudah kami sampaikan dalam rapat terbatas plus dengan kawan-kawan rektor yang paling terkena dampak dibatalkannya UU BHP. Kami memaparkan konsep atau usulan rancangan untuk mengatasi pembatalan UU BHP tersebut,”ujarnya. Untuk melaksanakan salah satu alternatif yang ditugaskan Presiden, lanjut Nuh,Kemendiknas akan berkoordinasi dengan beberapa perguruan tinggi dan melakukan penajaman. Semua opsi itu,ujarnya,akan terbuka dan menjadi kemungkinan sebagai pengganti UU BHP. (rarasati syarief)
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/317277/
by admin | Apr 13, 2010 | Berita

Dalam Rangka Menyambut Hari Kartini
Saksikan Cak Bungan Sandat Oleh Darma Wanita ISI Denpasar pada
Hari: Sabtu, 17 April 2010
Pukul: 19.30 wita
Tempat: Gedung Natya Mandala ISI Denpasar
by admin | Apr 11, 2010 | Berita
SURABAYA (SI) – Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan pembatalan Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) oleh Mahkamah Konstitusi (MK) akan ditindaklanjuti dengan membuat peraturan pemerintah (PP).
Pembuatan PP itu tidak akan mengganggu proses akademik perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. “Kami melakukan penataan ulang sistem pendidikan nasional dan pastinya menyelesaikan persoalan- persoalan emergency pada masyarakat, seperti biaya pendidikan,” ujar Nuh di Surabaya, kemarin. Dia mengatakan, pemerintah menerima keputusan apapun yang ditetapkan oleh MK.
Implikasi putusan MK, kata Nuh, mengacu pada UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1998. Menurut mantan Menkominfo ini, pendidikan yang bagus memang harus otonomi, mulai dari akademik, keuangan hingga tenaganya. “Ada empat pilar untuk mengelola perguruan tinggi negeri maupun swasta, di antaranya otonomi, akuntabilitas, transparansi, dan efisiensi,”paparnya.
Ketua Dewan Pendidikan Jatim Zainudin Maliki mengatakan, jika ada PP baru sebaiknya jangan hanya substansinya yang berubah. “Yang ditolak masyarakat itu kan karena BHP membuat biaya semakin melejit,” tandasnya. Padahal, ujarnya,satu prinsip dari 5K sistem pendidikan nasional adalah keterjangkauan. Zainudin meminta pemerintah bersungguh-sungguh menetapkan kualitas pendidikan. (emi harris)
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/316822/38/
by admin | Apr 11, 2010 | Berita
Judul Asli: Mendiknas: PTN Harus Akuntabel, Transparan, dan Efisien
SURABAYA, KOMPAS.com — Pasca pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, pemerintah akan memberikan otonomi dalam pengelolaan keuangan, akademik, sumber daya manusia, dan aset kepada perguruan tinggi negeri atau PTN. Namun, PTN juga harus akuntabel, transparan, dan efisien.
“Otonomi saja tak cukup. Jika hanya memberikan otonomi tapi tak ada akuntabilitas, maka otonomi perguruan tinggi negeri tertentu akan sulit dipertanggungjawabkan. Selain itu, diperlukan pula transparansi dan efisiensi. Empat pilar ini harus diberikan secara paket kepada pengelola-pengelola PTN,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Sabtu (10/4/2010) di Surabaya.
Saat ini Kementerian Pendidikan Nasional sedang menyiapkan dan menerjemahkan peraturan otonomi PTN. Dipastikan, empat pilar, yaitu otonomi, akuntabilitas, transparansi, dan efisiensi akan dimasukkan ke dalam peraturan itu.
Melalui empat hal tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional menurut Mohammad Nuh juga tengah melakukan analisis dan studi terkait mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. “Dulu sebelum ada alokasi khusus anggaran pendidikan sebesar 20 persen, biaya pendidikan di Indonesia relatif terjangkau masyarakat. Tapi, setelah ada alokasi anggaran 20 persen, mengapa justru biaya pendidikan lebih mahal. Rantai putusnya harus ditemukan, apakah karena akuntabilitasnya kurang, tak efisien, atau memang membutuhkan biaya investasi yang besar,” ucapnya.
Kini, Kementerian Pendidikan Nasional juga sedang menyelesaikan struktur pembiayaan pendidikan. Diharapkan, biaya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas sehingga persoalan mahalnya biaya pendidikan dapat teridentifikasi.
Mohammad Nuh menambahkan, meski UU BHP dibatalkan, pemerintah tetap akan membuat ketentuan agar PTN-PTN memberikan alokasi kesempatan belajar 20 persen bagi mahasiswa-mahasiswa dari kalangan masyarakat miskin. Selain itu, jaringan seluruh PTN akan dirancang secara online sehingga segala macam transaksi akan terlihat dan terkontrol.
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/04/10/18404663/Mendiknas:.PTN.Harus.Akuntabel..Transparan..dan.Efisien
by admin | Apr 11, 2010 | Berita
Setelah mahasiswa Jurusan Pedalangan ISI Denpasar mengikuti workshop teater yang menghadirkan dua seniman asing dari Perancis yaitu Jean Francois Rene dan Sandrine Maunier, mereka menunjukkan hasil workshop lewat pementasan teater, bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, pada 9 April 2010. Selama tiga hari (6-7 April 2010), mereka mendapat gemblengan teater barat dari seniman Prancis yang tergabung dalam Company Desaccorde, dimana mereka sebelumnya telah melakukan riset tentang kesenian Bali dan Jawa. Pada kesempatan tersebut Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. yang hadir memberikan sambutan mengungkapkan rasa bangga yang tak terhingga atas kerja keras dari mahasiswa Jurusan Pedalangan ISI Denpasar. Dimana mereka telah mampu mengkombinasikan dua budaya dan sudut pandang berbeda guna melahirkan hal yang inovatif sebagai intercultural collaboration. ‘Lewat seni kita telah mampu mempererat persahabatan dua Negara (Indonesia dan Prancis), serta memberi pencitraan positif ditingkat internasional’ tegas Prof. Rai. Dari penggabungan dua teater beda budaya ini akan menciptakan teater yang kita kenal dengan Eurasia (Eropa-Asia). Pihaknya berharap jalinan kerjasama ini dapat terus terwujud dengan program kegiatan yang lain.
Sementara Direktris Yayasan Indonesia Perancis, Audrey Lamu menghaturkan rasa terima kasih yang sangat dalam atas sambutan hangat dari ISI Denpasar khususnya Jurusan Pedalangan ISI Denpasar. Audrey mengungkapkan, mahasiswa Pedalangan sangat antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan dari pementasan, workshop hingga menampilkan hasil workshopnya. Pihaknya juga sangat menyambut baik jika nantinya ISI Denpasar dengan Yayasan Indonesia Perancis dapat menyelenggarakan kegiatan lainnya. Pada kesempatan tersebut seniman asal Perancis berkesempatan menyampaikan metode yang digunakan selama melakukan workshop. Mereka menerapkan 3 proses yang harus dilewati, yaitu pertama merasakan, kemudian dari rasa akan menemukan sense (pesan), yang menstimulasi otak untuk berimajinasi. Pola inilah telah melahirkan karya baru dalam teater.
Dalam pementasan menampilkan 3 karya pertunjukan, pertama mahasiswa yang terdiri dari Dewa Putrayadnya, Gede Wirawan, I Bagus Wijna Bratanatyam, serta I Made Gede Kariasa membawakan teater dengan judul ‘Wadi’. Pementasan ini mengisahkan tentang waktu kelahiran manusia ke dunia, dimana pada saat yang sama lahir juga Sang Hyang Panca Maha Butha dan Sang Hyang Tiga Sakti. Akhirnya amor di bhuana agung dipuja oleh semua mahkluk di dunia. Beliau berstana di puta Desa, Puseh dan Pura Dalem. Mereka berwujud Yeh Nyom (air ketuban) disebut Sang Bhuta Anggapati, berwujud getih (darah) disebut Sang Bhuta Mrajapati, berwujud ari-ari (plasenta) disebut Sang Bhuta Banaspati Raja. Kemudian yang lahir berwujud manusia (diri kita sendiri) disebut Sang Bhuta Dengen.
Pada pementasan kedua ditampilkan teater boneka yang dibawakan oleh mahasiawa asing Program Darmasiswa ISI Denpasar. Ofeli Ravo yang berasal dari Prancis, secara tunggal memainkan boneka ular yang diciptakannya sendiri. Ofeli memainkan karakter ular lucu, yang penasaran pada dirinya sendiri.
Sementara pada penampilan terakhir dibawakan kembali oleh mahasiswa Jurusan Pedalangan ISI Denpasar yaitu Cok Putra, Gina, Candra Wijaya, Rudita serta Gede Wirawan, dengan pementasan teater berjudul ‘Dhurbudhi’. Kisah ini menceritakan tentang keangkaramurkaan hati manusia yang digambarkan dengan seekor burung terlepas dari sangkarnya. Disitulah muncul kesombongan diman terus menghina orang yang ada disekelilingnya. Karena penghinaan yang terlalu sering dilakukan pada setiap orang, maka bahaya terus mengancamnya.
Dalam penampilannya mereka benar-benar memerankan karakter yang diperankan. Walaupun hanya menggunakan kostum dan peralatan yang sangat sederhana mereka mampu menampilkan pementasan memukau. Tanpa diiringi musik keindahan teater yang dibawakan tidak mengurangi pertunjukan. Bahkan sekali-kali mereka memanfaatkan teriakan, desahan, hentakan serta menggunakan media lantai guna menghasilkan suara-suara yang mendukung cerita. Dengan penuh penjiwaan para dalang dengan melepas atribut dalangnya telah memberikan suasana baru untuk atmosfir di Jurusan Pedalangan.
Humas ISI Denpasar melaporkan