by admin | Apr 16, 2010 | Berita
Guna memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, Darma Wanita ISI Denpasar tengah memnpersiapkan Tari Cak Wanita. Ide yang digagas oleh Koordinator Asti Pertiwi (Skaa tabuh wanita ISI Denpasar), Ni Ketut Suryatini, M.Sn ini sangat didukung oleh Ketua Darma Wanita ISI Denpasar, I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si. Menurutnya kegiatan ini sangat penting untuk menjalin keakraban dan kebersamaan antar anggota. Sementara kali ini ide membuat garapan Tari Cak Wanita adalah sebagai bentuk dukungan terhadap emansipasi wanita yang didengung-dengungkan selama ini. “Ini adalah bentuk nyata persamaan gender yang selama ini diwacanakan” ungkap istri Rektor ISI Denpasar ini.
Sekitar 40 anggota Darma Wanita ISI Denpasar, dari dua fakultas yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain akan menampilkan Cak dengan kreasi, berjudul “Bungan Sandat”. Disebut Cak kreasi baru karena selain menari Cak, mereka juga mengkolaborasikan dengan lagu Bali yang sangat familiar yaitu “Bungan Sandat”, lagu ciptaan Alm. Bapak AA Made Cakra. Lagu Bali ini dibawakan dengan indah oleh tiga penyanyi, dengan iringan biola dan suara Cak yang saling bersahuatan. Tak hanya permainan lagu pop Bali saja, disela-sela ngecak, mereka juga menghadirkan bebondresan dengan mengambil filosofi dari makna bungan sandat, serta Hari Kartini. Tak cukup hanya itu saja, jelang akhir pementasan, ibu-ibu ini menampilkan gegitaan dengan mengangkat tema tentang emansipasi wanita. Sementara guna mendukung tema yang diangkat yaitu ‘Bungan Sandat’, Cak wanita ISI Denpasar ini menggunakan property kipas, yang membentuk formasi-formasi layaknya seperti bungan sandat.
Menurut Ketua Darma Wanita ISI Denpasar, I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si. dipilihnya tema ‘Bungan Sandat’, karena bunga sangat identik dengan perempuan, sementara ‘Sandat’ dilihat dari kareakter bunganya mengandung makna yang mendalam dan patut ditiru oleh kita kaum wanita. Layaknya setiap bait dalam lagu ‘Bungan Sandat’ yang mengandung makna, dimana
kita harus berhati-hati dalam bersikap, jangan seperti bunga kembang bintang yang tumbuh dijalanan, semua ingin memetik lalu dibuang. Lihatlah bunga Sandat (Kenanga), seberapapun layunya tetap harum. Itu yang mesti ditiru, selama hidup selalu bersikap baik dan membuat harum hingga akhir hayat. Untuk para remaja putra-putri agar saling hidup rukun, mengasihi serta memperkuat rasa persaudaraan sehingga tentu kebahagiaan dan ketenteraman yang diperoleh.
Pementasan Cak ‘Bungan Sandat’ akan berlangsung pada tanggal 17 April 2010, yang bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Apr 16, 2010 | Berita
JAKARTA–Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan melakukan reformasi birokrasi internal (RBI). Dari RBI itu, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan [PMPTK dihapus, sementara Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) akan dipecah menjadi dua.
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh mengatakan, yang diubah dalam reformasi di Kemendiknas ada tiga wilayah, yakni wilayah organisasasi, tata kelola, dan sumberdaya manusia (SDM).
”Karena memang faktanya dilihat dari struktur organisasi, perlu lebih dirampingkan. Kalau organisasinya sudah bagus, itu juga belum cukup, tata kelola juga harus direform, SDM perlu ditingkatkan. Ketiganya belum sempurna,” ujar Mendiknas kepada wartawan, Rabu (14/5)
Tahap awal yang sedang dilakukan Diknas saat ini adalah pemetaan analisis. ”Kami analisis yang menghubungkan ketiganya,’ jelas Mendiknas.
Reformasi birokrasi dilaksanakan berdasarkan program Kemendiknas dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan peraturan perundang-undangan. Selain itu, reformasi Birokrasi Internal (RBI) juga dilakukan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi para pemangku kepentingan (stakesholders). Kebijakan ini dilakukan agar reformasi birokrasi dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat luas.
Menddiknas menuturkan, ada tiga ruh besar yang harus melekat dalam pelaksanaan RBI, yaitu ruh efisiensi, ruh transparansi, dan ruh akuntabilitas.
Dalam formasi baru ini, direktorat jendral tidak berubah, yakni Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar, Ditjen Manajemen Pendidikan Menengah, Ditjen Pendidikan Tinggi, Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI), dan PAUD. Selain itu, masih ada Sekretaris Jenderal, Balitbang, serta Inspektoral Jenderal.
”Kami harapkan restrukturisasi ini sudah bisa diumumkan Juni mendatang dan direktorat yang dihapus adalah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) yang selama ini menangani guru dan tenaga kependidikan,” ujar Mendiknas.
Menurut Mendiknas, penghapusan Ditjen PMPTK lantaran sejak 5 tahun terakhir pemisahan guru dan tenaga pendidikan dari struktur organisasinya membuat proses pembinaan guru tidak berjalan secara optimal. Komunikasi tidak bisa berjalan intens karena berada dalam direktorat jenderal yang berbeda.
Sementara itu, pemisahan Ditjen Mandikdasmen, karena jumlah siswa yang harus ditangani terbilang sangat besar. Dengan pemisahan itu diharapkan proses pembinaan di masing-masing jenjang bisa berlangsung secara optimal. “Untuk pejabat eselon satu tidak ada yang berubah, tetap masih mengurusi bidangnya masing-masing. Namun di jajaran eselon dua memang akan mengalami banyak perubahan dan mutasi,” tegas Mendiknas.
Red: Endro Yuwanto
Rep: Anissa Mutia
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/04/15/111319-kemendiknas-segera-lakukan-reformasi-birokrasi
by admin | Apr 15, 2010 | Berita
Dalam rangka pemantauan pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan persiapan kegiatan monitoring oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Pendidikan Tinggi yang rencananya dilaksanakan awal Mei 2010, para mahasiswa ISI Denpasar sebagai pemenang PKM ISI Denpasar tahun 2010, melaksanakan kegiatan monitoring ke lokasi kegiatan PKM pada hari Sabtu, 10 April 2010. PKM merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam meningkatkan kualitas mahasiswa di Perguruan Tinggi agar kelak menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis/ professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta memperkaya budaya nasional. PKM dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mancapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan IPTEKS serta keimanan yang tinggi dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendikiawan, wirausahawan serta berjiwa mandiri dan arif. Dalam kompetisi di pusat, ISI Denpasar meraih 11 proposal yang lolos kegiatan PKM.
Menurut Koordinator PKM, Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd., kegiatan monitoring adalah bentuk pertanggungjawaban dari 11 proposal kegiatan PKM yang telah dimenangkan ISI Denpasar. Dalam kegiatan monitoring terbagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan lokasi yang terdekat, diantaranya Nusa Dua, Sesetan, Desa Pemecutan Kelod, Kerambitan, Raya Padang Luwih, Abiansemal-Badung, Medahan dan Sukawati, Gianyar. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Mitra Kerjasama PKM setempat, para tokoh desa/ kelurahan, para peserta (sasaran) serta pelaksana PKM. Dalam kesempaan tersebut petugas monitoring menyampaikan terima kasih atas kesediaan dan kerjasamanya menerima mahasiswa ISI Denpasar dalam pelaksanaan PKM. Pihaknya berharap agar hasil pengabdian dari mahasiswa ISI Denpasar dapat bermanfaat baik untuk masyarakat setempat. Nantinya ini dapat menjadi bekal mereka jika menyelesaikan pendidikan di ISI Denpasar, sehingga tamatan ISI Denpasar memiliki nilai yang lebih dibandingkan dengan tamatan lainnya. Dimana mereka selain mampu melahirkan karya seni, juga memiliki daya akademik research dan menulis ilmiah.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Apr 14, 2010 | Artikel, Berita
Oleh: Supriyanto Dosen Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Diterbitkan dalam jurnal AGEM 8 (1) : 1-17 september 2009
Nilai estetis yang terkandung pada tata busana dan tata rias tari bedaya secara visual terkait dengan karakter yang terdapat pada tari bedaya. Artinya penari bedaya yang edial semestinya dipilih kecuali dengan prnilaian kualitas kepenariannya, dan masih diperlukan persyaratan yang berkaitan dengan keserasian dan ketepatan seorang penari mengenakan dodol ageng dan rias paes ageng. Hal ini penting karena tidak semua penari yang baik dan sesuai penari bedaya bisa mengenakan busana dodot ageng dan rias paes ageng,karena ada persyaratan ketentuan fisik yang dapat memenuhi persyaratan keserasian dalam berbusana dodot ageng dan rias paes ageng. Nilai estetis yang terkandungdalam tata busana dan tata rias tari bedaya gaya Yogyakarta mempunyai kaitan erat dengan makna yang terkandung dalam tari bedaya dengan segala unsur yang terdapat di dalamnya. Sehingga apabila terjadi perubahan secara evolutif pada tata busana dan rias tari bedaya maka berarti ada kaitannya dengan makna yang terkandung pada tariannya.
Kata kunci: Tari Bedaya, dodot ageng, dan tata busana.
by admin | Apr 14, 2010 | Berita
JAKARTA–MI:Pemerintah hingga kini masih belum memutuskan bentuk dari payung hukum yang akan dipilih guna mengisi aturan yang kosong pasca pembatalan undang-undang (UU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) oleh Makamah Konstitusi (MK).
“Untuk menutupi kevakuman ada beberapa alternatif,” ujar Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh seusai rapat kabinet bidang kesejahteran rakyat di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (12/4).
Dikemukakan M Nuh, Presiden Yudhoyono telah meminta agar kevakuman itu tidak terjadi. Dan memberikan waktu dua minggu untuk membahasnya dan mengambil keputusan. Pada saat itu akan diputuskan bentuk payung hukum berupa peraturan pemerintah, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, atau undang-undang baru.
“Presiden minta kepada Mendiknas untuk melakukan pengkajian lagi apakah persoalan-persoalan yang sekarang sebagai implikasi dari dibatalkannya UU BHP sudah semuanya bisa ditampung dalam PP yang baru atau PP No 17 tahun 2010,” tukasnya.
Payung hukum itu harus segera dikeluarkan akibat dampak dari pembatalan UU BHP yang dinilai cukup serius. Dicontohkannya, sekolah yang dikelola yayasan akan mengalami kesulitan, pasalnya UU Sisdiknas menyatakan yayasan tidak boleh mengelola pendidikan secara langsung, tapi harus melalui badan.
Yayasan, lanjut M Nuh biasanya mencari laba. Kalau badan usaha yang sifatnya mencari laba mengelola pendidikan, bertentangan dengan UU Sisdiknas.
Dengan pembatan UU BHP, perguruan tinggi berbadan hukum mendapatkan implikasi yan gcukup berat. Selain itu juga berdampak pada penyelengaran pendidikan yang dilakukan yayasan dan pendidikan kesehatan oleh dinas kesehatan pemerintah daerah. (Rin/OL-03).
Penulis: Thalatie Yani
Sumber:http://www.mediaindonesia.com/read/2010/04/13/135621/88/14/Mendiknas-Kaji-Payung-Hukum-Pengganti-UU-BHP