M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Seminar I-MHERE

PENGUMUMAN

Diumumkan kepada seluruh Dosen dan Mahasiswa FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar untuk mengikuti SEMINAR I-MHERE, pada :

Hari/tanggal : Rabu, 5 Mei 2010

Pukul 09.00 wita

tempat : Pusdok ISI Denpasar

a.n. Derektur Eksekutif

Sekretaris Akademik

ttd

I Made Berata, S.Sn, M.Sn

NIP. 132296352

Mendiknas: Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan

Mendiknas: Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan

Jakarta, Minggu (2 Mei 2010)–Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh… menekankan pentingnya pendidikan karakter. Sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa maka pendidikan karakter mendesak untuk diterapkan.

Hal tersebut disampaikan Mendiknas pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Minggu (2/5/2010).

“Diantara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran,” kata Mendiknas saat memberikan sambutan acara . Adapun tema peringatan Hardiknas adalah Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.

Mendiknas mencermati fenomena sirkus, yaitu tercerabutnya karakter asli dari masyarakat. Fenomena anomali yang sifatnya ironis paradoksal menjadi fenomena keseharian, yang dikhawatirkan pada akhirnya dapat mengalami metamorfose karakter.

“Memang kadang-kadang menjadi lucu dan mengherankan, betapa tidak mengherankan, penegak hukum yang mestinya harus menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu adalah sebagian dari fenomena sirkus tadi itu. Itu semua bersumber pada karakter,” kata Mendiknas.

Sementara itu, terkait pelaksanaan Ujian Nasional yang baru saja dilaksanakan, Mendiknas mengatakan, UN diantaranya dimaksudkan untuk melatih ketangguhan dan meningkatkan kemampuan dengan mengeksplorasi potensi dan sumber daya pendidikan. Hal ini, kata Mendiknas, dimaksudkan agar dunia pendidikan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa. “Dengan melatih ketangguhan dan kemampuan, generasi yang dilahirkan dunia pendidikan Insya Allah akan menjadi generasi yang sanggup dan siap menghadapi realitas kehidupan termasuk menghadapi implikasi dari globalisasi, ” ujarnya

Mendiknas memberikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh penyelenggara UN, para murid , para guru, dan orang tua, serta meminta untuk menerima hasilnya dengan obyektif dan jujur. “Kita terima apa adanya. Memang betul jumlah kelulusan menurun meskipun masih ada ujian ulang, memang betul ada yang harus mengulang, memang betul ada sekolah yang harus mengulang seluruhnya, tetapi yang penting intervensi kebijakan apa yang harus kita siapkan untuk memperbaikinya, ” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Mendiknas menyematkan Satya Lencana Karya Satya kepada 111 pegawai di lingkungan Kemdiknas. Penghargaan ini diberikan kepada pegawai yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan masa kerja 10 tahun hingga 30 tahun. Penghargaan diserahkan masing-masing kepada 37 pegawai dengan masa bakti 30 tahun, 56 pegawai masa bakti 20 tahun, dan 18 pegawai masa bakti 10 tahun.

Upacara dirangkai dengan penyerahan arsip statis Kemdiknas kepada Arsip Nasional Republik Indonesia sebanyak 403 berkas, penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Kemdiknas dengan PT. Global Mediacom tentang penyelenggaraan siaran televisi untuk pendidikan keterampilan bernama TV Citra Indonesia Terampil, penandatanganan prasasti peresmian Taman Bacaan Masyarakat di Pusat Perbelanjaan atau disebut TBM@Mall, dan peluncuran laman kemdiknas.go. id yaitu portal baru Kemdiknas yang berbasis kepada layanan publik.

Sumber: http://www.diknas.go.id/headline.php?id=1416

TV Pendidikan, Kado Istimewa Hardiknas

TV Pendidikan, Kado Istimewa Hardiknas

JAKARTA, KOMPAS.com — Mulai minggu depan, daerah-daerah pelosok di Nusantara akan dapat menikmati layanan TV pendidikan hasil kerja sama Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dengan Media Nusantara Citra (MNC Group). Program televisi berbasis pendidikan itu bernama TV Citra Indonesia Terampil.

“Televisi ini lahir sebagai akibat dari kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan kultur yang berbeda-beda di Indonesia sehingga ada beberapa daerah yang tidak terjangkau akses pendidikan. Oleh karena itu, dengan kehadiran TV ini, diharapkan dapat mengatasi persoalan pendidikan di daerah pelosok. Anggap saja ini kado Hardiknas,” ucap Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh saat meresmikan peluncuran televisi tersebut di Jakarta, Minggu (2/5/2010).

TV Citra Indonesia Terampil ini akan mengudara melalui televisi berlangganan Indovision dichannel 845. Pemilihan channel 845 tersebut juga memiliki makna filosofis, yakni merujuk pada angka bulan dan tahun hari kemerdekaan RI.

“Semua layanan ini sifatnya gratis. Kami akan ikut berpartisipasi membantu infrastruktur yang dibutuhkan, seperti penggunaan satelit,” ungkap CEO MNC Grup Harry Tanoesudibyo.

Nantinya, televisi tersebut akan menayangkan program-program pendidikan yang mengarah pada keterampilan hidup, selain pelajaran tingkat sekolah dasar dan menengah. Hingga kini, TV Citra Indonesia Terampil sudah menjangkau dua ratus titik di Indonesia, dengan target mencapai seribu titik pelosok Indonesia.

“Di tiap daerah akan diberikan televisi besar, termasuk dekoder, sehingga pembelajaran bisa dilakukan dengan bantuan televisi ini,” ujar Mohammad Nuh.

Ia juga menerangkan, mulai Senin, televisi ini sudah bisa mengudara di sejumlah pelosok daerah di Indonesia. Permasalahan pendidikan di daerah pelosok merupakan masalah yang tidak pernah selesai. Keterbatasan dana dan infrastruktur membuat pendidikan di daerah pelosok menjadi terpinggirkan. Dengan kehadiran televisi ini, diharapkan daerah-daerah terpencil mampu mengejar ketertinggalannya di bidang pendidikan.

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/05/02/13303719/TV.Pendidikan..Kado.Istimewa.Hardiknas

Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi).

Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi).

Oleh: Dra Ni Kadek Karuni, M Sn

Dibiayai DIPA ISI Denpasar 2009

Ringkasan Penelitian

Penelitian berjudul Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Kayu Di Desa Guwang Gianyar Bali (Kajian Bentuk dan Fungsi) ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan seni kerajinan ukir kayu di desa Guwang, meliputi: perubahan dan perkembangan bentuk serta fungsi produk,juga mengenai faktor yang mempengaruhi perubahan dan perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan multidisiplin, yakni pendekatan sosiologis, dan estetik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kwalitatif, dengan analisis deskriptif analitik. Sample ditetapkan berdasarkan teknik purposive sampling, data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi dan wawancara. Data tersebut kemudian diidentifikasi, klasifikasi, seleksi,  selanjutnya dianalisis dan diinterpretasi sesuai teks dan konteksnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan dan perkembangan seni kerajinan ukir kayu desa Guwang, dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung sebagai penyangga kebudayaan, seperti adanya lembaga adat, institusi pemerintah maupun lembaga kesenian lainnya, yang masing-masing mengambil peran sesuai bidangnya. Demikian juga  terjalinnya hubungan yang baik antara perajin dengan perajin dan lingkungan masyarakat, adanya waktu untuk bekerja, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh komunitas perajin, juga turut mendukung terhadap perkembangan dan perubahan seni kerajinan ukir kayu. Dengan demikian eksistensi seni kerajinan ukir kayu Guwang di tengah masyarakat pendukungnya sejalan dengan perkembangan dan perubahan zaman.

Perubahan secara visual terlihat pada bentuk dan fungsi produk seni kerajinan ukir kayu Guwang dari sakral ke arah produk berfungsi profan, yang dipahami sebagai bagian integral dari gerak perubahan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Perubahan terjadi karena ditengarai merebaknya dunia pariwisata, yang ternyata telah memberikan keyakinan kuat di kalangan perajin  Guwang untuk menekuni profesinya.

Kata-kata Kunci: Seni Kerajinan, Ukir Kayu, Perubahan, dan Perkembangan.

Perkembangan Seni Kerajinan Kayu di  Desa Petulu, Gianyar, Bali: Kajian Estetik dan Sosial Kultural

Perkembangan Seni Kerajinan Kayu di Desa Petulu, Gianyar, Bali: Kajian Estetik dan Sosial Kultural

Oleh: I  Made Berata

Di Biayai DIPA ISI Denpasar

Abstrak penelitian

Penelitian ini, mengangkat topik “Perkembangan Seni Kerajinan Di Desa Petulu. Gianyar, Bali; Kajian Estetik dan Sosial Kultural”, bertujuan untuk mengetahui fenomena perkembangan sentra kearjinan pada suatu masyarakat dari persefektif estetik. Perkembangan yang dimaksud adalah; gerak aktivitas suatu masyarakat mengalir dari waktu-kewaktu, yang dapat memberikan suatu peningkatkan atau kemajuan ditinjau dari berbagai aspek.

Permasalahan pokok yang diajukan dalam penelitian ini, terdiri dari tiga poin, yatiu: 1) Mengapa seni kerajinan kayu di DesaPtulu tetap bertahan dan berkembang sampai saat ini, dan faktor  sajakah yang memengaruhi,2) Bagaimana perkembangan bentuk dan fungsi Seni kerajinan  di Desa Petulu, dan 3) Adakah dampaknya perkembangan seni kerajinan tersebut terhadap kehidupan masyarakat Desa Petulu. Untuk menjawab peramsalahan tersebut di atas, menggunakan bingkai penelitian kualitatif. Penelitian kualtiatif dapat diartikan rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dan hubungannya dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

Proses penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sifat eksploratif, karena bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan seni kerajinan kayu di daerah penelitian. Analisis data menggunakan metode deskritiptif analisis, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk karya tulisan ilmiah. Dalam mengkaji permasalahan  tersebut menggunakan pendekat multidisiplin.

Sesuai amatan di lapangan ditemukan adanya seuatu perkembangan  terhadap keberadaan seni kerajinan di Petulu, menunjukan adanya perkembangan baik bantuk, dan fungsinya. Ternyata pekembangan bantuk dapat dibuktikan dengan munculnya deversifikasi produk  seni karajinan, perkembangan fungsi terbukti dari produk-produk yang dihasilakan lebih pada fungsi fisik yaitu sebagai wadah dan tempat. Dari fungsi personal  ternyata seni kerajinan itu tercipta dari emosi yang direncanakan sesuai tuntutan kebutuhan hidup, secara sosial ternyata berpengaruh terhadap prilaku masyarakat dan meningkatkan perekonomian perajin pada khususnya dan masyarakat Petulu pada umumnya. Dapat dibuktikan 80% marasyarakat Petulu dari anak-anak, remaja dan dewasa bergantung pada seni kerajinan kayu.

Sesuai amatan dilapangan faktor yang memengaruhi terjadinya perkembangan seni kerajinan di desa Petulu di pengaruhi oleh dua faktor yakni faktor ekstenal dan faktor internal. Dari eksternal adalah kostituen lingkungan dan dukungan masyarakat, sedang dari isternal adalah motivasi masyarakat perajin dan penguasaan keterampilan. Sedampak terhadap masyarakat ternyata berdapak negatif terhadap aktivitas sosial dan berdampak postif  terhadap meningkatnya perekonomian masyarakat.

Kata kunci: Perkembangan dan Kerajinan

Loading...