M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Desain Interior Ruang Tunggu Terminal Bus Antar Propinsi Ubung Denpasar

Desain Interior Ruang Tunggu Terminal Bus Antar Propinsi Ubung Denpasar

Oleh: Drs. Cok Gd Rai Padmanaba, M. Erg., I Kadek Dwi Noorwatha, SSn., dan I Nyoman Adi Tiaga, SSn

Laporan Penciptaan Dana DIPA ISI Denpasar Tahun 2009

Ringkasan

Sebagai salah satu daerah pariwisata yang sangat terkenal  di Indonesia, Pulau Bali banyak mengundang para pendatang untuk mencoba mengadu nasib di Bali, begitu juga wisatawan untuk berkunjung guna menikmati keindahan alamnya, keunikan adat istiadat dan berbagai atraksi serta hasil karya seni budayanya. Kedatangan mereka ke Pulau Bali bisa melalui berbagai cara baik melalui udara, laut maupun darat. Demikian juga untuk berpergian ke luar Bali tentu juga bisa melalui ke tiga cara tersebut. Bagi mereka yang masuk maupun keluar Bali melalui darat dengan bus, keberadaan terminal Ubung sudah tentu sangat tidak asing lagi. Terminal Ubung merupakan terminal bus terbesar di Bali, yang menghubungkan propinsi-propinsi di Jawa dengan Bali, demikian juga merupakan tempat transit bagi bus-bus yang melakukan perjalanan dari Jawa ke propinsi Nusa Tenggara Barat.

Sebagai terminal terbesar di Bali tentunya menyebabkan terminal Ubung paling banyak melayani calon penumpang yang masuk dan keluar Bali dengan kendaraan bus. Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya tentu menyebabkan para calon penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann Ruang Tunggu Terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah  dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang  meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh.

Penciptaan ini bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu Interior ruang tunggu terminal yang memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah.  Mengingat bali merupakan daerah pariwisata dan terminal Ubung adalh salah satu gerbangnya. Konsep ”simply fresh’ yang diangkat penulis merpakan formulasi interior yang diharapkan mengikis image terminal dan mengubahnya menjadi suatu ruang publik yang fungsional dengan penerapan pelayanan publik yang modern.

PTN Harus Cari Sumber Dana Lain

PTN Harus Cari Sumber Dana Lain

Jakarta, Kompas – Sejumlah pengelola perguruan tinggi negeri kesulitan mengoperasikan proses belajar-mengajar jika hanya mengandalkan dana dari pemerintah sebab jumlahnya sangat terbatas. Karena itu, perguruan tinggi melakukan kerja sama penelitian dan berbagai langkah lainnya untuk menghimpun dana.

Di Universitas Sumatera Utara (USU), misalnya, dana dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya Rp 209 miliar, sedangkan dari APBD Sumatera Utara Rp 18 miliar. Padahal, biaya operasional mencapai Rp 533 miliar.

”Untuk menutupi kekurangan dana tersebut, kami mengandalkan dana dari masyarakat,” kata Rektor USU Prof Syahril Pasaribu di kantornya, Senin (3/5). Yang dimaksud dana dari masyarakat adalah segala bentuk dana yang diterima selain dari pemerintah dan di luar biaya pendaftaran. Dana dari masyarakat itu mencapai Rp 316 miliar dalam setahun.

Sebagian besar dana tersebut diperoleh dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Itu pun dilakukan secara variatif berdasarkan tingkat kemampuan ekonomi mahasiswa. Perbedaan besaran SPP itu bergantung pada jalur yang diambil mahasiswa saat mendaftar.

Di Bandung, Jawa Barat, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmaloka mengatakan, dari anggaran ITB tahun ini sebesar Rp 700 miliar, kucuran dana dari pemerintah hanya Rp 185 miliar. ”Dana dari pemerintah biasanya habis untuk membiayai urusan teknis, seperti gaji pegawai negeri sipil, membayar listrik, dan operasional lainnya,” kata Ahmaloka.

Adapun dana dari mahasiswa dan alumni sekitar Rp 200 miliar. Dana terbesar sekitar Rp 315 miliar justru didapat dari usaha sendiri lewat beragam kerja sama penelitian dan proyek ilmiah yang jumlahnya mencapai 350 kesempatan per tahun.

Dengan cara ini, Ahmaloka mengatakan, ITB masih memiliki tenaga guna mengembangkan kualitas mahasiswa dan pengajar. Salah satunya pemberian beasiswa bagi 4.000 mahasiswa, melengkapi alat penelitian laboratorium dasar, serta memfasilitasi mahasiswa dan pengajarnya dalam belajar-mengajar, seperti perbaikan dan kelengkapan ruang mengajar.

Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dari anggaran sekitar Rp 300 miliar tahun ini, hanya separuhnya dari pemerintah. ”Untuk menutupi kekurangannya, UPI mengandalkan bantuan dana mahasiswa, bantuan asing, serta kerja sama dengan pemerintah dan swasta,” kata Direktur Pembinaan Kemahasiswaan UPI Cecep Dermawan di Bandung, Sabtu.

Di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mahasiswa hanya membayar sekitar 30 persen dari kebutuhan pendidikannya. ”Sekitar 70 persen lainnya dipenuhi dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan UGM, termasuk menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan,” tutur Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat UGM Retno Sunarminingsih Sudibyo.

Subsidi silang

Meskipun anggaran dari pemerintah untuk perguruan tinggi negeri (PTN) sangat minim, sejumlah PTN tetap berupaya memberikan pendidikan murah dan terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah.

Oleh karena itu, PTN melakukan subsidi silang. Di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), misalnya, meskipun PTN tersebut membuka jalur mandiri, biaya kuliah dipatok terjangkau, yaitu sekitar Rp 5 juta.

Biaya kuliah di UNJ untuk mahasiswa lewat penerimaan reguler dan nonreguler Rp 2 juta-Rp 5 juta per semester.

”Karena di UNJ banyak mahasiswa tidak mampu, sekitar 25 persen mahasiswa UNJ mendapat bantuan beasiswa pendidikan dari pemerintah dan sumber lain,” ujar Bedjo Sujanto, Rektor UNJ.

Langkah subsidi silang juga dilakukan perguruan tinggi lainnya, seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, dan Universitas Jember.

Di USU Medan, mahasiswa yang masuk melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru program jalur mandiri (SPMBPJM) biaya SPP-nya mencapai puluhan kali lipat dibandingkan dengan mahasiswa yang diterima melalui jalur lain. Untuk Fakultas Kedokteran, misalnya, mahasiswa jalur SPMBPJM harus membayar SPP Rp 25 juta per semester dan untuk Fakultas Hukum Rp 9 juta per semester. Padahal, untuk mahasiswa jalur lainnya hanya Rp 500.000 per semester.

”Jalur SPMBPJM memang diperuntukkan bagi mahasiswa kaya. Uang SPP yang mereka bayarkan tersebut akan disubsidi silang ke mahasiswa miskin,” kata Kepala Bagian Humas USU Bisru Hafi.

(ELN/MHF/SIR/CHE/LUK/UTI/IRE)

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/05/04/03203168/ptn.harus.cari.sumber.dana.lain

Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis Modern

Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni Lukis Modern

Oleh : Drs. Anak Agung Gde Ngurah T.Y., M.Si

Dibiayai Dari Dana Dipa Isi Denpasar 2009

Ringkasan Penelitian

Latar belakang dan daya tarik penciptaan tentang “KALIGRAFI DALAM RERAJAHAN KLASIK BALI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA LUKIS MODERN” adalah karena pencipta melihat banyaknya muncul lukisan-lukisan Bali Modern yang hampir melupakan tema-tema tradisi sebagai nilai kearipan lokal. Ketika memasuki tengah abad-21, telah terjadi perubahan-perubahan, terutama dalam seni lukis Bali Modern, dalam irama penuh kreasi, ide dan kreatifitas.

Rerajahan pada hakekatnya merupakan budaya Hindu Bali, sebagai suatu produk local genius. Hal ini dapat dilihat pada upakara panca yadnya, sarana pengobatan, ilmu penengen dan ilmu pengiwa. Antara rerajahan, tantra dan mantram memiliki suatu keterpaduan yang sangat erat dan saling mendukung di dalam membangkitkan kekuatan magis sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat bali.

Transformasi rerajahan Seni Lukis Modern pada dasarnya telah dimulai sejak masuknya pengaruh budaya luar. Rudolf Bonnet dan Walter Spies memberikan pengaruh kepada kehidupan seniman bali untuk mengungkapkan ide-idenya secara bebas.

Transformasi rerajahan telah diawali pada zaman Pitha Maha, perubahan dan pembaharuan terjadi karena transformasi melalui akulturasi dan asimilasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru. Rerajahan sebagai subjek matter diolah dan dilebur menjadi bentuk, fungsi dan makna baru, pada seni lukis Bali Modern. Meskipun demikian rerajahan yang erat hubungannya dengan agama hindu tetap disakralkan.

Mode transformasi dapat memberikan pengkayaan ide-ide terhadap pencipta, melalui; Adopsi, Depormasi, Abstraksi dan Setilirisasi rerajahan, sehingga terwujudlah suatu karya penciptaan Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai seni lukis Bali Modern yang berkepribadian, original dan segar.

Tujuan dan Manfaat penciptaan ini adalah; untuk mendapatkan gambaran secara lebih mendalam dan jelas mengenai tranformasi Kaligrafi Dalam Rerajahan Klasik Bali sebagai kontek perubahan bentuk, fungsi dan makna, pada seni lukis modern.

Penciptaan ini menggunakan kerangka teori; estetika yang menitik beratkan pada bentuk yang berhubungan dengan keindahan, teori structural fungsional, untuk mengetahui fungsi suatu rangkaian kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan,teori semiotik, untuk membedah makna.

Metode yang digunakan adalah; dengan pendekatan kualitatif dengan mengidentifikasi objek transformasi rerajahan pada seni lukis bali modern secara langsung. Sedangkan proses penciptaan dapat dibagi menjadi tiga tahapan; yaitu tahap penjajagan/eksplorasi (exploration), tahap percobaan (exsperimentation) dan tahap pembentukan (forming). Selanjutnya dilakukan pengkajian yang cermat, akurat terutama terhadap penyajian bentuk,fungsi dan makna transformasi rerajahan lukisan Bali Modern.

Hasil penciptaan, keberadaan Kaligrafi bali dalam rerajahan pada hakekatnya telah menujukkan perannya sebagai sumber inspirasi, sehingga adanya pergerakan perubahan budaya dari transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan menjadi suatu tema-tema atau bentuk baru, dari bentuk baru ke fungsi, dari fungsi ke estetika dan dari esteika ke makna.

Dari perubahan dan pengaruh yang terjadi, transformasi kaligrafi bali dalam rerajahan seni lukis Bali modern telah terhegemoni oleh pariwisata, art shop dan kolektor seni.

Transformasi merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan ide-idenya atau imigrasinya melalui bentuk-bentuk kaligrafi bali dalam rerajahan, dalam transformasi tersebut unsur-unsur internal kaligrafi bali dalam rerajahan, seperti nilai-nilai yang terkandung dilebur menjadi satu dengan disertai oleh pengaruh modern berupa olahan ide, teknik serta pengungkapan karya seni, memunculkan seni lukis modern yang baru bersifat individualistik dan mengandung nilai tinggi

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya

Oleh: I Nyoman Suardina

Program Studi Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

Laporan Penciptaan Dana Dipa Isi DenpasarTahun 2009

‘Serikat Serangga’, yang dijadikan topik dalam penciptaan kriya seni ini, merupakan gabungan dua suku kata yang tidak memiliki hubungan secara leksikal. Serikat, secara harfiah diartikan sebagai perkumpulan atau perhimpunan atas suatu persamaan, sedangkan serangga adalah makhluk hidup dari kelompok hewan Invertebrata, kelas Insecta, yang mempunyai bilangan spesies terbanyak.

‘Serikat Serangga’, dalam topik ini adalah sesuatu gagasan untuk menangkap suatu pencitraan lingkungan alam, yang memberikan inspirasi estetik dalam menciptakan karya seni.  Bagi pencipta, gabungan  kata ‘Serikat Serangga’ menghasilkan imajinasi penuh makna, yang dapat dimanfaatkan untuk menangkap berbagai fenomena melalui perspektif kriya seni, terhadap bermacam sistem kehidupan di alam. Dengan konsep ini, diharapkan akan diperoleh materi penciptaan yang memadai. Kemudian, fenomena siklus kehidupan di alam itu dibagi dalam faset-faset yang lebih kecil, tertuang dalam setiap judul karya yang akan diciptakan.

‘Serikat Serangga’ divisualisasikan menjadi karya seni kriya yang bermatra tiga dan dua dimensional, dengan bahan utama kayu, menggunakan teknik konstruksi dan laminating (mosaik). Pemanfaatan karakter serat kayu merupakan usaha pengorganisasian potensi alamiah material, sebagai penunjang motif. Pola, motif, dan narasi mengacu pada inspirasi pencitraan ‘Serikat Serangga’, sehingga keseluruhan bentuk karya merupakan ciri karya yang bersifat personal.  Dengan demikian penciptaan karya kriya ini mengacu pada karya yang mencerminkan ekspresi pribadi, sebagai realisasi gagasan dalam usaha mengembangkan kasanah penciptaan kriya seni.

Karena luasnya tema yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam penciptaan, maka ‘Serikat Serangga’ dipandang perlu diciptakan sebagai sebuah frame yang diinterpretasikan untuk mewadahi segala pencitraan sendi-sendi kehidupan manusia. Kendati demikian, karena keterbatasan tertentu antara lain dalam menafsirkan objek yang sangat rumit serta teknik penciptaan yang bervariasi yang tergolong sulit, utamanya dalam rentang waktu yang sangat pendek, tentu tidak semua pencitraan dimaksud bisa diwujudkan. Tetapi tetap diperlukan daya seleksi untuk menentukan objek yang akan diwujudkan menjadi karya seni. Tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan karya seni ini adalah: pertama mewujudkan suatu karya seni yang memiliki ciri khas dan karakter pribadi, artistik, simbolik, dan sesuai dengan yang diinginkan, kedua menambah khasanah kekriyaan, baik dari segi ide, bentuk, maupun teknik penggarapan, yang mencerminkan kebaruan.

Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya selengkapnya

Seminar Penelitian

Seminar Penelitian

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hibah penelitian pada program I-MHERE ISI Denpasar, para pemenang hibah penelitian pada program I-MHERE tahun anggaran 2008/2009 menyelenggarakan seminar hasil penelitian. Seminar yang diselenggarakan oleh panitia khusus dari LPIU-I-MHERE akan berlangsung pada hari Rabu s/d Jum’at tanggal 5-7 Mei 2010. Ketua pelaksana, atas nama Direktur Eksekutif, Sekretaris Akademis, I Made Berata, S.Sn., M.Sn. mengungkapkan, seminar akan diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Jurusan Karawitan dan Prodi Kriya Seni ISI Denpasar. Seminar akan diikuti oleh 12 pemenang Hibah, yang seharusnya ada 14 pemenang hibah penelitian, namun dua judul penelitian sudah dipresentasikan di Surabaya atas undangan dari Direktur I-MHERE Pusat Jakarta. Dari keduabelas judul penelitian tersebut sebagai berikut.

Nama Pemakalah Judul Penelitian
Drs. I Ketut Muka, M.Si Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Gianyar
Drs. I Made Suparta, M.Hum Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Karangasem
I Made Berata, S.Sn., M.Sn Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Klungkung
I Nyoman Suardina, S.Sn., M.Sn Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Buleleng
Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn Gender Wayang Style Kayu Mas Denpasar: Analisis Struktur  Musikal
I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si Analisis Saih Gambang Desa Tambak Buyuh Mungu Kabupaten Badung
I Wayan Suharta, SSKar., M.Si Sekularisasi Gamelan Selonding: Analisis Repertoar dan Konsep  Musikal
Kadek Suartaya, SSKar., M.Si Cak: Perintis Seni Pertunjukan Wisata Bali: Analisis Konsep Musikal
Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si Gamelan Gong Gede di Pura Ponjok Batu, Singaraja: Kajian Nilai-Nilai Ritual
I Made Kartawan, S.Sn., M.Si Reformulasi Sitem Patutan Pada Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu
I Ketut Gawa, S.Sn., M.Sn Gending-Gending Iringan Tari Legong (Sebuah Dokumentasi dalam Bentuk Studi Komparatif)
I Gede Yudarta, SSKar., M.Si Gamelan Gambang dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar
Loading...