M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Gusmiati Suid Sang Maestro Tari II

Gusmiati Suid Sang Maestro Tari II

Oleh: Wardizal, Dosen PS Seni Karawitan

Totalitas Gusmiati Suid dalam berolah kreativitas seni, mendapat apresiasi dan pujian dari berbagai kalangan. Ratna Sarumpaet, dalam acara Anugerah Seni Dewan Kesenian Jakarta 2004 mengemukakan,  bahawa Gusmiati Suid adalah seorang seniman Indonesia yang telah memberikan kontribusi kreatif terhadap perkembangan kesenian, terutama seni tari dan musik yang berakar tradisi budaya Minangkabau. Melalui Gumarang Sakti yang didirikan tahun 1982, Gusmiti Suid telah mengukirkan kreativitasnya melalui karya-karya pertunjukan tari dan musik, yang kemudian mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang Maestro Tari Indonesia yang mendapat penghargaan luas, baik di dalam maupun luar negeri. Gusmiati tidak banyak bicara apalagi berwacana. Wacana Gusmiati adalah gerak dan perjalanannya. Seorang perempuan Minang yang berani melangkah untuk mewujudkan kemauannya, meski di era itu adat dan tradisi yang berlaku dapat mengecam dan menjadikan sika dan pendiriannya sebagai pergunjingan kurang menyenangkan. Misteri Gusmiati tersimpan dalam suaranya yang tidak terlalu diperdengarkan. Karena dian itulah yang membuat orang tersentak begitu melihat panggung pergelarannnya. Pergelaran yang mengucapkan banyak hal, yang berbicara tentang banyak hal, yang memperdulikan dan prihatin pada banyak hal (Sarumpaet, 2004:2-3).

Pujian serupa juga dikemukan Edi Sedyawati kepada Gusmiati Suid, “sebuah hidup penuh karya; sebuah teladan mengenai keberanian hidup”. Sebagai wanita yang berperasaan halus ia adalah siganjua lalai, samuik tapijak indak mati (si cantik gemulai, semut terinjak tidak mati). Namun dalam berkarya tari dan dalam menghadapi permasalahan hidup, ia adalah representasi sisi lain dari gambaran perempuan Minang, yaitu alu tataruang patah tigo (alu tertabrak patah jadi tiga). Karya-karya Gusmiati Suid bahkan lebih ‘gegap gempita’, baik dalam penggarapan susunan gerak yang memerlukan banyak energi, maupun dalam tata rupa pentas yang ‘bergerak’ dan difungsikan sebagai penunjang perlambangan, dan bukan semata-mata dekoratif (Sedyawati, 2004:2).

Terhadap karya-karya tari yang telah dihasilkan oleh Gusmiati Suid, Sal Murgiyanto (kritikus tari) dalam pidato sambutanya pada Anugerah Seni Dewan Kesenian Jakarta 2004 memberikan ulasan dan penilaian sebagai berikut:

Gusmiati Suid Sang Maestro Tari II Selengkapnya

Degradasi moral, 2005

Degradasi moral, 2005

Oleh: Bendi Yudha

Pengantar Seni Lukis

Akrilik pada kanvas

130 cm x 130 cm

Manusia dalam kehidupannya di dunia memiliki dua sifat yaitu sifat materiel dan spiritual. Keinginan manusia yang berlebihan dalam memenuhi dan mengumbar hawa nafsunya dengan mengabaikan nilai-nilai moral, akhirnya menyebabkan dirinya terjerumus ke lembah kehidupan yang gelap. Karena ingin menuruti segala keinginannya ia  mengorbankan seluruh kehidupan bahkan sampai harga dirinya. Kenyataan tersebut sebagai cerminan bahwa jiwa manusia kini sudah semakin diperbudak oleh keinginan duniawi berupa materi, yang tanpa disadari hal itu akan menghancurkan serta menyengsarakan dirinya pada kehidupan di dunia maupun akherat.

Dalam karya ini figur yang ditonjolkan adalah sosok wanita yang sedang mengalami siksaan di atas tebing bebatuan  serta dilatari oleh warna merah sebagai simbol kehidupan manusia yang dikuasai oleh hawa nafsu. Pada bagian bawah figur wanita tersebut nampak seperti bongkahan-bongkahan tebing bebatuan sebagai simbol runtuhnya moralitas manusia akibat dorongan hawa nafsu. Sedangkan visualisasi langit berawan  yang  tekesan bergerak, diharapkan dapat mewakili simbol dunia atas yang selalu memberikan energi  kehidupan yang dinamis bagi semesta alam.

Pencemaran lingkungan, 2005 Karya Bendi Yudha

Akrilik pada kanvas

120 cm x 120 cm

Kemajuan  peradaban manusia yang disertai dengan  penguasaan  ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan manusia menjadi lebih optimis akan kemampuannya untuk dapat menundukkan alam, beserta sumber daya yang dimilikinya. Melalui  penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya, segala sumber kekayaan alam dapat diekplorasi dan bahkan diekploitasi untuk memenuhi segala kepentingannya. Akibat dari sifat rakusnya itu, manusia sering menjadi kehilangan kontrol, sehingga segala sumber daya alam dieksplorasi dan dieksploitasi secara  besar-besaran tanpa mengenal batas-batas kemanusiaan serta berakibat terjadinya banjir, tanah longsor pencemaran lingkungan dan sebagainya, akhirnya merusak tatanan kehidupan sehingga menyebabkan putusnya jaringan ekosistem yang telah ada. Oleh karena itu manusia hendaknya jangan bertindak sewenang-wenang terhadap alam, karena antara manusia alam dan lingkungan  memiliki hak hidup yang sama di mata Tuhan, yaitu berada dalam satu lingkaran kehidupan yang saling ketergantungan antara yang satu dengan lainnya.

Visualisasi karya diwujudkan dengan dua figur perempuan dalam kondisi tubuhnya yang hancur dan meleleh serta ditusuk-tusuk oleh senjata tombak. Sosok perempuan dengan kondisi tubuh yang rapuh dan meleleh sebagai simbol, bahwa alam sebagai ibu pertiwi yang merupakan sumber kehidupan dunia materi sampai saat selalu diburu, disakiti dan dikuliti sumber daya alamnya oleh manusia, padahal dunia materi adalah dunia yang maya, dunia yang penuh kepalsuan dan tidak abadi, digambarkan dengan motif-motif lelehan pada sosok perempuan tersebut.

Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Karangasem

Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Karangasem

Oleh: I Made Suparta

Makalah Seminar IMHERE 2009

Secara geografis Kabupaten Karangasem berada pada posisi 80, 00, 00 – 80, 41,37,8 Lintang Selatan dan 1150, 35.9,8- 1150, 54, 9,8 Bujur Timur, memiliki daerah pantai dan pegunungan dengan batas wilayah bagian utara berbatasan dengan laut Bali, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Klungkung, bagian timur dibatasi oleh selat Lombok. Kabupaten dengan  luas wilayah 839,54 Km2., dimana 76,070 Km 2 (91,63%) merupakan tanah kering (pegunungan), sekaligus tantangan tersendiri untuk mengembangkan sumber daya masyarakatnya. Selain seni tradisi dan adat yang  unik, Kabupaten Karangasem juga mempunyai  potensi yang cukup  dibidang seni kerajinan. Karakterisasi masyarakat Karangasem dapat dikatakan dua sisi yang sangat ”kontradiksi” dimana satu sisi mempunyai bahasa ujar yang amat halus,  sopan, dan santun, disisi lainnya mempunyai temperamen yang keras. Keunggulan maupun keunikan-keunikan lain yang dimiliki Kabupaten Karangasem seperti megeret pandan, megibung, megebug ende, dan tradisi seni sastra (nyastra). Yang lebih membanggakan, semua seni dan tradisi tersebut terpelihara dengan baik sampai saat ini.

Masyarakat Karangasem selain mempunyai potensi sebagai petani, nelayan, seniman, pedagang, pegawai negeri sipil, juga aktif menekuni profesinya sebagai perajin. Kabupaten Karangasem yang identik dengan gudangnya para seniman sastra, desa-desa tua, dan ”gudangnya”  para Sulinggih/Pedanda. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, secara umum jenis kerajinan yang ada Kabupaten Karangasem seperti anyaman ate, bambu, pandan,  kain tenun, prasi, gerabah dan cetak beton.  Keberadaan seni kerajinan tersebut secara kuantitas mengalami pasang surut seiring perkembangan pasar. Tidak dipungkiri pula, ledakan bom Bali I maupun II membuat para perajin Kelimpungan. Kiat-kiat  untuk  menstabilkan keaadan  pasar dari pihak terkait belum dapat mengatasi kendala secara baik dan maksimal. Kegiatan tahunan seperti pelaksanaan PKB di taman budaya Bali belum dapat menampung secara keseluruhan para perajin dan seniman Bali untuk memperlihatkan hasil produksinya.

Selama kami melakukan penelusuran di beberapa desa/kecamatan di daerah  Karangasem masih ada jenis kerajinan dan tempat yang belum teridentivikasi oleh Disperindagkop dan  dulu berkembang pesat kini tinggal kenangan. Pada sisi lainnya, perajin yang ada dibeberapa desa seperti Tenganan dan sidemen   tempat produksinya  dikunjungi  langsung oleh konsumen dan para wisatawan. Dalam data kumelatif potensi komoditi Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Karangasem menggambarkan jenis industri dan unit usaha belum banyak memberikan informasi data yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Data industri dan  jenis kerajinan Kabupaten Karangasem tahun 2008 secara formal berjumlah 13.464 unit usaha. Kabupaten Karangasem yang terdiri dari delapan  Kecamatan seperti Kecamatan Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat dan  Kecamatan  Kubu memiliki potensi kerajinan yang berbeda-beda, baik dari segi material dan keunikannya.

Makalah Macam Dan Jenis Seni Kerajinan Di Kabupaten Karangasem selengkapnya:

Dari Seminar Program I-MHERE ISI Denpasar

Dari Seminar Program I-MHERE ISI Denpasar

Tumbuhkembangkan Pikiran Kritis Terhadap Temuan Hasil Penelitian

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hibah penelitian pada program I-MHERE ISI Denpasar, para pemenang hibah penelitian pada program I-MHERE Sub. Component B.I Batch III ISI Denpasar tahun anggaran 2008/2009 menyelenggarakan seminar hasil penelitian. Selain itu seminar ini sebagai salah satu bentuk akuntabilitas publik. Lewat seminar yang dilaksanakan secara terbuka, akan dapat ditumbuhkembangkan pikiran-pikiran kritis ilmiah terhadap temuan hasil penelitian yang memang sudah seharusnya untuk selalu diwacanakan dan didiskusikan. Hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Seminar yang diselenggarakan oleh panitia khusus dari LPIU-I-MHERE berlangsung pada hari Rabu s/d Jum’at tanggal 5-7 Mei 2010. Ketua pelaksana, atas nama Direktur Eksekutif, Sekretaris Akademis, I Made Berata, S.Sn., M.Sn. mengungkapkan, seminar akan diikuti oleh para dosen dan mahasiswa Jurusan Karawitan dan Prodi Kriya Seni ISI Denpasar. Seminar yang seharusnya diikuti oleh 14 pemenang hibah penelitian, pada kesempatan ini diikuti oleh 12 pemenang Hibah karena dua judul penelitian sudah dipresentasikan di Surabaya atas undangan dari Direktur I-MHERE Pusat Jakarta. Dari keduabelas judul penelitian tersebut adalah Drs. I Ketut Muka, M.Si dengan penelitian ’Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Gianyar’, Drs. I Made Suparta, M.Hum dengan penelitian ’Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Karangasem’, I Made Berata, S.Sn., M.Sn dengan penelitian ’Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Klungkung’, I Nyoman Suardina, S.Sn., M.Sn dengan penelitian ’Penelitian macam dan jenis kerajinan di kabupaten Buleleng’, Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn judul penelitian ’Gender Wayang Style Kayu Mas Denpasar: Analisis Struktur  Musikal’, I Nyoman Sudiana, SSKar., M.Si judul penelitian ’Analisis Saih Gambang Desa Tambak Buyuh Mungu Kabupaten Badung’, I Wayan Suharta, SSKar., M.Si dengan penelitian ’Sekularisasi Gamelan Selonding: Analisis Repertoar dan Konsep  Musikal’, Kadek Suartaya, SSKar., M.Si dengan judul penelitian ’Cak: Perintis Seni Pertunjukan Wisata Bali: Analisis Konsep Musikal’, Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si dengan judul penelitian ’Gamelan Gong Gede di Pura Ponjok Batu, Singaraja: Kajian Nilai-Nilai Ritual’, I Made Kartawan, S.Sn., M.Si judul penelitian ’Reformulasi Sitem Patutan Pada Gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu’, I Ketut Gawa, S.Sn., M.Sn dengan judul penelitian ’Gending-Gending Iringan Tari Legong (Sebuah Dokumentasi dalam Bentuk Studi Komparatif)’, serta I Gede Yudarta, SSKar., M.Si dengan judul penelitian ’Gamelan Gambang dalam Ritual Keagamaan Umat Hindu Di Kota Denpasar’. I Made Berata menambahkan dari 14 judul penelitian, dapat dijabarkan bahwa terdapat 9 judul berkaitan dengan Karawaitan dan 5 judul berkaitan dengan kriya seni.

Sementera Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. saat membuka seminar mengungkapkan rasa bangga atas kerjakeras semua pihak sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini sangat baik untuk memotivasi baik dosen ataupun mahasiswa yang lain untuk menjalankan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam hal ini penelitian. Dengan keseimbangan ini maka atmosfir akademis di ISI Denpasar akan semakin hidup. Dengan menularkan kegiatan yang positif tentunya mampu mengangkat citra positif ISI Denpasar dari kaca mata publik. Ini tentunya akan mendukung program pemerintah yaitu pembentukan karakter bangsa.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Gamelan Gong Gede Di Pura Ponjok Batu Singaraja: Kajian Nilai-Nilai Ritual

Gamelan Gong Gede Di Pura Ponjok Batu Singaraja: Kajian Nilai-Nilai Ritual

Oleh Pande Gede Mustika dan I Gede Mawan

Makalah Seminar IMHERE 2009

Budaya Bali telah hidup secara turun temurun berangkat dari kehidupan individu sampai pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kelompok-kelompok formal, informal dan tradisional. Kekayaan warisan budaya Bali dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan serta didukung oleh faktor keadaan alam. Warisan budaya seperti kesenian, menurut Umar Kayam (1989 : 17) adalah salah satu unsur sebagai “penyangga kebudayaan” merupakan ekspresi kebudayaan manusia yang timbul karena proses sosial budaya.

Pulau Bali yang luasnya 5.632.86 km2 sering mendapat julukan pulau kesenian. Bali yang didukung oleh sembilan kabupaten/kota antara lain : Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Kotamadya Denpasar, Buleleng, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Kabupaten Karangasem. Kabupaten serta kotamadya tersebut memiliki berbagai bentuk jenis kesenian seperti : seni karawitan, seni tari, seni pedalangan, seni rupa, seni drama dan seni sastra.

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan Bali, menduduki posisi yang paling penting di antara unsur-unsur kebudayaan lainnya. Alasannya karena kesenian terkait dengan sistem religi (Mantra, 1996 : 9). Suburnya kesenian di Bali karena dipelihara dan didukung oleh sistem sosial yang berintikan lembaga-lembaga tradisional, seperti : desa adat, banjar, dan berbagai jenis sekaa (organisasi profesi). Sebagai wahana intergrasi, kesenian Bali menunjukan sifat sebagai bagian dari konfigurasi budaya yang ekspresif. Sebagai sebuah tradisi, keberadaan kesenian Bali sejalan dengan seluruh aspek kehidupan secara terpadu, di samping merefleksikan cita-cita masyarakat pendukungnya. Tidaklah berlebihan jika masyarakat Bali menganggap bahwa kesenian merupakan bagian integral dari hidupnya.

Kesenian tidak dapat dipisahkan dengan aspek manusia sebagai pelaku kesenian dan aspek kebudayaannya yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam berperilaku di masyarakat. Lingkungan masyarakat merupakan kesatuan tempat bagi muncul dan berkembangnya manusia dalam kehidupan yang sekaligus merangsang daya pikirnya untuk mengembangkan kebudayaannya (Subiyantoro, 1999 : 343). Kebudayaan yang isinya perangkat model-model pengetahuan digunakan secara selektif oleh manusia sebagai pedoman untuk menginterpretasikan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.

Makalah Gamelan Gong Gede Di Pura Ponjok Batu Singaraja: Kajian Ninai-Nilai Ritual selengkapnya:

Loading...