M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Mendiknas Lantik Djoko Santoso Jadi Dirjen Dikti

Mendiknas Lantik Djoko Santoso Jadi Dirjen Dikti

JAKARTA – Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh, melantik Prof Djoko Santoso menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Djoko dipilih Nuh untuk menggantikan Fasli Jalal yang juga menjabat sebagai Wakil Mendiknas.
Dalam sambutannya, Nuh menyampaikan, untuk memajukan pendidikan Indonesia  dibutuhkan usaha yang kompleks, rumit, dan sulit. Oleh karena itu dibutuhkan orang yang cerdas dan tangguh.
“Namun, cerdas dan tangguh saja tidak cukup jika hanya untuk diri sendiri. Kualitas tersebut harus disebarkan dengan membangun sikap peduli,” pesan Nuh, di Gedung Kemendiknas, Jakarta, Selasa (15/6/2010).
Djoko Santoso adalah mantan rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) periode 2005-2010. Pria kelahiran Bandung, 9 September 1953 ini merupakan guru besar Teknik Geofisika ITB.
Sementara, Wamendiknas Fasli Jalal optimistis Djoko akan mampu menjalankan tugasnya sebagai Dirjen Dikti. “Beliau sudah berpengalaman sebagai rektor, jadi beliau tahu apa yang dibutuhkan pendidikan tinggi di Indonesia,” tutur Fasli. (rhs)

Rifa Nadia Nurfuadah – Okezone

Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2010/06/15/373/343254/mendiknas-lantik-djoko-santoso-jadi-dirjen-dikti

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik

Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

Pengertian Tabuh Angklung Keklentangan

Dalam periodisasi gamelan Bali, Gamelan Angklung tergolong sebagai salah satu tua. Gamelan ini diperkirakan muncul pada abad ke X. Terkait dengan itu, keberadaan komposisi tabuh-tabuh Angklung diperkirakan sudah ada pada masa-masa itu. Di Bali terdapat tiga jenis gamelan angklung yaitu Angklung Kembang Kirang, Angklung Kekelentangan dan Angklung Don Nem (Sukerta, 1998:4).

Memperhatikan nada-nada, sistem laras gamelan angklung pada umumnya berlaras selendro, sedangkan dilihat jumlah bilah pada salah satu instrumen pokoknya masing-masing dapat dikelompokkan menjadi gamelan Angklung 4 nada, gamelan Angklung 5 nada dan gamelan Angklung 6 nada.

Gamelan Angklung memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai aktivitas masyarakat. Adapun fungsinya, disamping sebagai salah satu seni bebali yaitu mengiringi pelaksanaan upacara, gamelan ini juga dapat berfungsi sebagai seni balih-balihan (tontonan). Dalam konteks upacara keagamaan gamelan ini sering dipergunakan dalam berbagai kegiatan upacara baik Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Sedangkan dalam fungsinya sebagai seni balih-balihan, dengan semakin berkembangnya kesenian ini di masyarakat, seringkali gamelan ini dipergunakan sebagai pengiring tari-tarian dan musik instrumental hiburan

Berkaitan dengan fungsinya dalam berbagai aktivitas masyarakat, tata penyajian gamelan ini ada yang disajikan pada satu tempat dan seringkali disajikan dengan sambil berjalan sebagai musik prosesi untuk mengiringi peed yaitu bentuk prosesi (pawai) adat yang dilaksanakan dalam upacara ngaben atau yang sejenisnya. Seringnya gamelan tersebut dipergunakan sebagai pengiring rangkaian upacara ngaben hal itu menimbulkan kesan bahwa gamelan Angklung identik dengan upacara ngaben. Di beberapa daerah seperti di wilayah Bali Utara, gamelan angklung justru dipergunakan sebagai pengiring upacara dewa yadnya dan berbagai bentuk upacara lainnya yang dilaksanakan di Pura.

Berkaitan dengan pembelajaran pada Praktek Karawitan I, salah satu diantaranya yang diangkat sebagai materi pembelajaran adalah gamelan Angklung Keklentangan. Dipergunakannya gamelan ini sebagai salah satu materi pembelajaran, karena, gamelan ini memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat baik nilai ritual, nilai estetik dan nilai hiburan yang tinggi.

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik selengkapnya

Tari Tradisi Bali, Nominasi RI Untuk Diinskripsi UNESCO

Tari Tradisi Bali, Nominasi RI Untuk Diinskripsi UNESCO

Denpasar- Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan Bali, BPSNT Bali, ISI Denpasar, dan Masyarakat Tari Tradisi Bali tengah melakukan sebuah penelitian dan perencanaan proyek pelestarian, guna mengikutsertakan ‘Tari Tradisi Bali’ sebagai nominasi Republik Indonesia untuk diinskripsi UNESCO dalam Representative List of Humanity.

Untuk mendukung proses tersebut maka tadi pagi (15/6) tim nominasi melakukan perekaman tari Legong Keraton Lasem di ISI Denpasar, sebagai salah satu dari sekian banyak tari tradisi Bali. Tim nominasi telah melakukan pemetaan terhadap penyebaran jenis tari tradisi Bali, sehingga jenis tari yang terbagi menjadi tiga, yaitu tari wali, bebali dan balih-balihan telah diwakili oleh beberapa tarian. Tarian tersebut akan mewakili semua jenis tari tradisi yang dimiliki Bali. Inipun akan berdampak baik, untuk melindung tari-tari Bali klasik agar tidak diakui oleh Negara lain. Perekaman di ISI Denpasar adalah sebagai bukti bahwa tari tradisi tersebut telah ditransfer kepada generasi selanjutnya, dari tingkat anak-anak (SD), remaja (SMP, SMA hingga PT). Selain itu  juga dilakukan perekaman di sanggar-sanggar yang turut melestarikan jenis tarian ini.

Sebelumnya tim nominasi yang komandoi oleh Harry Waluyo sudah melakukan penjajakan ke ISI Denpasar. Pihaknya mengungkapkan bahwa dengan diajukannya tari-tari tradisi Bali maka akan menorehkan beberapa manfaat yaitu mampu menarik perhatian dunia pada mata budaya yang terinskripsi dan daerah asalnya (Bali), memperkuat kesadaran tentang budaya lokal dan identitas budaya suku bangsa, Meningkatkan kesadaran bangsa dan Negara tentang warisan budaya ybs., termasuk kesadaran untuk melestarikannya melalui transmisi kepada generasi muda serta dapat memacu pemangku kepentingan untuk menyusun proyek/program pelestarian dan pengembangan, dengan rancangan anggaran untuk dibiayai bersama oleh semua pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah, Pemprov, Pemkab/ kota dan masyarakat itu sendiri.

Beberapa proses yang perlu dilakukan dalam pengisian berkas yaitu wawancara dengan narasumber  (penari dan pelatih tari Bali, tokoh adat, tokoh agama, penggemar tari Bali, pejabat Pemprov/Pemkab/Pemkot, aparat), dengan menggunakan daftar pertanyaan, guna mencari masukan untuk mengisi Formulir, pengambilan dokumentasi foto, pengambilan film untuk membuat dua film (10 menit dan < 60 menit) yang akan diisi narasi dalam bahasa Inggris, berkas akan dipresentasikan dalam Sidang Verfikasi guna memperoleh masukan dari semua pemangku kepentingan, melampirkan bukti keikutsertaan masyarakat, dan persetujuan sepengetahuan mereka sebelumnya atas isi berkas (pada sidang Verifikasi), komitmen semua pemangku kepentingan untuk penyusunan dan kemudian untuk pelaksanaan rencana pelestarian Tari Tradisi Bali, kerjasama Pemprov dan Pemkab/ Kota untuk memfasilitasi penelitian, dan penyusunan rencana pelestarian, serta tari Tradisi Bali perlu dicatat pada Pencatatan Warisan Budaya Takbenda Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

UNESCO yang merupakan lembaga PBB membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, dan komunikasi telah minskripsi Mata Budaya Indonesia yang ada dalam daftar UNESCO, yaitu Wayang Indonesia (Masterpiece 2003, terinskripsi pada Daftar Representatif, 5 Nop. 2008), Keris Indonesia (Masterpiece 2005, terinskripsi pada Daftar Representatif ,5 Nop. 2008), Batik Indonesia, terinskripsi pada Daftar Representatif 28 Sept – 2 Okt. 2009, Pendidikan dan Latihan Warisan Budaya Batik untuk Anak SD, SMP. SMA, SMK dan Politeknik dalam kerja sama dengan Museum Batik di Pekalongan. Terinskripsi sebagai “Best Practice” pelestarian warisan budaya takbenda pada 1 Oktober 2009. Sementara yang masih tahap proses yaitu Angklung Indonesia dinominasikan untuk Daftar Representatif pada tahun 2009 dan berkas sudah diajukan kepada Subsidiary Body,  semoga akan terinskripsi pada bulan Nop. 2010, selain itu Tari Saman dari Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh, sudah dinominasikan untuk Daftar Yang Memerlukan Perlindungan Mendesak pada bulan Maret 2010.
Berkas sedang dipelajari Sekretariat UNESCO dan diharapkan dapat diinskripsikan pada bulan Nopember 2011.

Humas ISI Denpasar

Tabuh Jegog

Tabuh Jegog

Oleh: I Gede Yudartha

1 Pengertian Tabuh Jegog

Gamelan Jegog merupakan salah satu jenis gamelan yang menjadi ciri khas kabupaten Jembrana (Sukerna, 2003:1). Berbeda dengan jenis gamelan sebelum yang

diungkap dalam buku ini, gamelan Jegog terbuat dari bahan dasar Bambu. Sebagimana diuraikan oleh Sukerna (2003:2-3), gamelan ini awalnya merupakan gamelan bilah dimana bilah tersebut terbuat dari kayu Bayur/Panggal Buaya dengan resonator bambu yang terdapat dan tumbuh subur di sebagian besar wilayah Jembrana. Namun karena langkanya bahan baku kayu tersebut, pada perkembangan selanjutnya bilah tersebut digantikan dengan hanya memakai bambu saja. Terjadinya perubahan ini ternyata secara musikal menghasilkan kualitas suara yang lebih nyaring dan menghasilkan suara yang menggema.

Secara aklamasi masyarakat Jembrana khususnya di kalangan seniman menunjuk bahwa yang menciptakan gamelan ini adalah I Wayan Geliguh atau Kiyang Geliduh (1872) pada tahun 1912. Ia adalah seorang seniman yang berasal dari Banjar Sebual, Desa Dangin Tukad Aya, Kecamatan Negara, Jembrana.

Sebagai produk budaya asli masyarakat Jembrana, gamelan ini memiliki fungsi yang sangat beragam. Awalnya gamelan ini dipergunakan sebagai media komunikasi untuk memanggil warga masyarakat desa agar berkumpul guna melakukan kegiatan nyucuk yakni kerja bakti membuat atap rumah dari ijuk. Pada perkembangan berikutnya, gamelan ini dipergunakan untuk mengiringi tari pencak silat, suatu atraksi yang diadakan pada waktu istirahat atau setelah selesai nyucuk. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa gamelan ini memiliki fungsi sosial yang kemudian berkembang berfungsi sebagai hiburan atau seni tontonan. Sebagai salah satu tontonan yang sangat menarik gamelan Jegog sering dikompetisikan dengan dihadap-hadapkan (mebarung) antara satu sekaa dengan sekaa yang lainnya yang mana event ini disebut dengan ”Jegog Mebarung”.

Tabuh Jegog selengkapnya

Presiden Apresiasi Oratorium Anggada Duta

Presiden Apresiasi Oratorium Anggada Duta

Denpasar- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap fokus menyaksikan pagelaran tari Anggada Duta persembahan ISI Denpasar dalam acara pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 di Panggung Terbuka Ardha Chandra Art Centre Denpasar Bali (12/6). Presiden tidak beranjak dari tempat duduk meski hujan turun rintik-rintik dan ia tak menggunakan payung. Begitu juga dengan sejumlah menteri yang mendampinginya. Turut hadir mendampingi Presiden antara lain Mendiknas M Nuh, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Mohammad, Menko Kesra Agung Laksono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menpora Andi Mallarangeng Mendagri Gamawan Fauzi, Menbudpar Jero Wacik dan juga dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat, diantaranya adalah duta besa AS Cameron Hume. Setelah pagelaran selesai, Presiden bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono dan para menteri menyempatkan diri berfoto dengan para pendukung oratorium. Pada kesempatan tersebut Menbudpar memperkenalkan langsung Rektor ISI Denpasar kepada Presiden. Malam hari itu Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono yang secara khusus mengenakan pakaian tradisional Bali, tidak bisa menyembunyikan rasa bangga atas pertunjukan luarbiasa yang dipersembahkan ISI Denpasar, hingga tak hanya para penari yang disalami dan disapa tapi juga para penabuh, gerong, dalang hingga para peñata yang ada dibelakang panggung.

Atas apresiasi tersebut keesokan harinya, Mendiknas Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA meluangkan waktu untuk berkunjung ke Kampus Institut Seni Indonesia Denpasar (13/6). Kedatangan Mendiknas ini merupakan kunjungan tidak resmi dan atas undangan khusus rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA. Di ISI Denpasar Mendiknas meninjau Pameran Seni Rupa Pesta Kesenian Bali XXXII yang dilakukan di Gedung Pameran Tetap Kriyahasta ISI Denpasar. Mendiknas juga mengunjungi dan meninjau stage terbuka Nirtya Mandala dan Gedung Lata Mahosadhi (PUSDOK). Di Gedung pusdok mendiknas meninjau Museum gamelan dan antusias melihat gamelan-gamelan langka koleksi ISI Denpasar.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA menyatakan ini merupakan kedatangan pertama Mendiknas setelah beliau dilantik menjadi Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dan ini merupakan suatu kehormatan bagi Institusi, untuk menerima kedatanagan Mendiknas langsung dan berkenan meninjau pembangunan infrastruktur di ISI Denpasar. Prof. Rai menambahkan dengan kunjungan ini, kerja keras seluruh komponen ISI Denpasar dapat terobati.

“Kita patut bersyukur dan berterima kasih atas kerja keras Gubernur Bali, Wakil Gubernur Bali beserta jajarannya, penata, pendukung, seniman, budayawan, civitas ISI Denpasar, serta seluruh  pendukung acara yang telah memotivasi menyukseskan garapan tersebut,” ungkap Prof. Rai disela-sela kesibukannya.

Di sela-sela kunjungannya, Menteri yang murah senyum ini sesekali bersenda gurau dengan jajaran struktural ISI Denpasar. Mendiknas terlihat kagum dan tertarik melihat karya-karya mahasiswa ISI Denpasar dan berpesan agar terus meningkatkan diri untuk terus berkarya dan meningkatkan kualitas karya seni-akademisnya demi kemajuan dunia seni dan desain Indonesia ke depannya. Apalagi di era teknologi informasi yang berkembang pesat ini diharapkan institusi pendidikan seni merupakan benteng untuk melindungi warisan bangsa khususny di bidang seni agar tidak hilang bahkan bisa berkembang dan menjadi pondasi bagi perkembangan industri kreatif di Indonesia.

Humas ISI Denpasar

Loading...