M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Kemendiknas Kebut Pengganti Badan Hukum Pendidikan

Kemendiknas Kebut Pengganti Badan Hukum Pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh menegaskan, revisi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Nasional dipastikan akan rampung dan diterbitkan pada bulan Juli 2010 mendatang.
“Saat ini, perkembangannya sudah hampil final. Bahkan malam ini, kami akan melakukan rapat lagi atau bisa jadi merupakan rapat terakhir untuk membahas mengenai revisi UU tersebut,” ujar Mendiknas ketika ditemui usai acara pelantikan Dirjen Pendidikan tinggi (Dikti) di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Selasa (15/6).
M Nuh menjelaskan, di dalam pembahasan atau penyusunan draft revisi UU BHP tersebut, pihak Kemdiknas juga telah memanggil beberapa pihak, terutama dari pihak asosisasi perguruan tinggi negeri dan swasta. “Tentunya hasil yang didapat, adalah mampu mengakomodasi seluruh kepentingan terkait pendidikan nasional,” tukasnya.
Mendiknas mengatakan, sejumlah opsi pengganti UU BHP sedang dikaji oleh tim dari Kementerian Pendidikan Nasional, antara lain peraturan pengganti undang-undang, peraturan presiden, dan peraturan menteri.
Sebelumnya, M Nuh, juga sempat megungkapkan bahwa UU pengganti UU BHP ini akan keluar sebelum tahun ajaran baru. Mendiknas  menilai bahwa payung hukum itu harus segera dikeluarkan karena cukup memberikan dampak serius bagi jalannya proses pendidikan di Indonesia.

Red: taufik rachman Rep: C06

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/06/15/120038-kemendiknas-kebut-pengganti-badan-hukum-pendidikan

Mendiknas Titip Empat Hal Kepada Pejabat Baru

Mendiknas Titip Empat Hal Kepada Pejabat Baru

Jakarta—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, menyampaikan empat hal penting yang berkaitan dengan pendidikan. Keempat hal itu disampaikan ketika melantik Joko Santoso sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sri Sularsih menjadi Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di gedung A lantai 3 Kementerian Pendidikan Nasional, Selasa (15/6).

Dalam sambutan pelantikan,  Nuh mengatakan bahwa pendidikan yang utuh yaitu pendidikan yang mampu memberikan pemberdayaan, penajaman, penghalusan, dan pencerahan seluruh kwadran dan relung-relung potensi anak manusia, baik itu pada akal, hati, interpersonal maupun intrapersonal.

Kementerian Pendidikan Nasional mengambil sifat jujur, cerdas, tangguh, dan peduli sebagai sifat dasar dalam mengembangkan membangun karakter bangsa. Pendidikan yang mampu membangun karakter dan sifat kemuliaannya antara lain; jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.

Pada kesempatan itu, Nuh menyampaikan empat hal dari banyak hal yang terkait dengan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Keempat hal itu, adalah:

Pertama, pentingnya integrasi kebijakan seluruh jejang pendidikan dalam payung sistem pendidikan nasional, mulai dari kurikulum proses pembelajaran termasuk juga di dalamnya penerimaan siswa dan mahasiswa baru.

Kedua, memperteguh dan merekronstruksi kembali prinsip-prinsip Tri Darma Perguruan Tinggi untuk menjawab dan mengantisipasi persoalan yang berhubungan dengan pendidikan. Langkah ini sekaligus  membuka peluang untuk mengembangkan diri sebagai jawaban atas tuntutan zaman. “Dengan demikian Tri Darma Perguruan Tinggi bukan sekedar simbolik tetapi sangat fungsional dan bermakna,” kata Nuh.

Ketiga, meningkatkan kualitas layanan kepada para pemangku kepentingan. Hal ini berkaitan dengan tugas birokrasi yang antara lain  memberikan layanan kepada seluruh stakeholders. Pada periode 2009-2014 Kemdiknas memfokuskan pada peningkatan kualitas layanan.

Keempat, membuka akses, memberikan peluang agar perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta, berkesempatan untuk meningkatkan kerjasama, terutama dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi luar negeri dalam skala peningkatan kualitas dosen. (Nasrul) Laporan oleh ahmad_dj

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/6/16/empat-hal.aspx

Mendiknas Lantik Dua Pejabat Tinggi

Mendiknas Lantik Dua Pejabat Tinggi

Jakarta—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, melantik Joko Santoso sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sri Sularsih menjadi Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di gedung A lantai 3 Kementerian Pendidikan Nasional, Selasa (15/6).

Selain itu, Mendiknas juga menyampaikan tiga pesan/catatan penting kepada Kepala Perpusnas, Sri Sularsih yaitu yang pertama Perpusnas diharapkan mampu berperan sebagai hub bagi seluruh perpustakaan di Indonesia dan bahkan Perpusnas menjadi pintu masuk dari perpustakaan-perpustakaan di seluruh dunia. “Oleh karena itu kembangkan jejaring, dan untuk membangun jejaring tidak mungkin tanpa memanfaatkan intervensi teknologi, manfaatkan digital library atau e-library,“jelas Nuh.

Nuh juga mengharapkan perpusnas itu bukan sekedar tempat koleksi dari hasi karya akademik dan karya budaya, tetapi juga sumber pembelajaran dan mengambil peran aktif untuk menyajikan informasi.

Diiangatkan, karena anggaran perpustakaan terbatas, maka diperlukan kerjasama antara Kemdiknas, Perpusnas, dan Komisi X DPR RI. “Jangan sampai nanti justru karena kerjasama kita yang kurang baik perpustakaan menjadi korban dari ketidak baikan kerjasama,” kata Nuh. (nasrul) Laporan oleh ahmad_dj

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/6/15/mendiknas-lantik-dua-pejabat-tinggi.aspx

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan

Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

a. Keketusan

Mengambil bagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan yang dipolakan berulang dengan pengolahan untuk memperindah penonjolannya. Keketusan dalam ragam hias tradisional sangat banyak jenisnnya, seperti: keketusan wangga yang menggambarkan  bunga-bunga besar yang mekar dari jenis tanaman yang  berdaun lebar; keketusan bungan tuwung adalah hisan berpola bunga terung dalam bentuk liku-liku segi banyak berulang atau bertumpuk menyerupai bunga terung; keketusan bun-bunan adalah hiasan berpola tumbuh-tumbuhan jalar atau jalar bersulur.  Keketusan lainnya seperti:mas-masan, kakul-kakulan,batun timun, pae, ganggong, dan lain sebagainya.             

b. Pepatran

Jenis ragam hias ini berwujud gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-patern yang juga disebut patra. Ide dasar pepatran banyak diambil dari  bentuk-bentuk keindahan flora.  Keindahan flora diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga, putik dan ranting dibuat berulang-ulang.  Masing-masing pepatra memiliki identitas yang kuat dalam penampilannya, sehingga mudah diketahui, seperti: Patra Punggel yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh-tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda.  Punggel berarti potongan. Jenis pepatran yang lain adalah Patra Cina.  Karena namanya, kehadiran dari patra ini diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pengaruh dari kebudayaan Cina.  Patra Cina merupakan stiliran dari tumbuhan kembang sapatu yang dalam pengolahan batang, daun dan bunganya dibuat dengan garis tegas sehingga mencerminkan pola yang konstruktif.  Patra Samblung ide dasarnya diambil dari tanaman Samblung, yakni tanaman menjalar dengan daun-daun yang lebar. Dalam pepatran tanaman samblung ini dibuat berupa tanaman yang ujung-ujungnya menjalar dan melengkung harmonis. (lihat Gambar 3. 9) Dalam bangunan tradisional Bali jenis pepatran ini menempati bidang-bidang yang panjang karena polanya yang berulang dan memanjang.

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan selengkapnya

Dirjen Dikti: Pendidikan Indonesia Menuju Go International

Dirjen Dikti: Pendidikan Indonesia Menuju Go International

JAKARTA – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Djoko Santoso menyatakan siap berpartisipasi membenahi dan memajukan pendidikan tinggi di Indonesia. Sebagai langkah awal, Djoko akan memperjuangkan payung hukum bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai pengganti Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP).
“Setelah UU itu rampung, kami akan menata ulang kembali semua perguruan tinggi yang ada, sesuai dengan landasan hukum yang baru tersebut,” jelas Djoko kepada okezone, Selasa (15/6/2010).
Sebelum menjadi Dirjen Dikti, Djoko merupakan Rektor ITB periode 2005-2010. Pengalamannya sebagai rektor memberi Djoko gambaran tentang apa yang dibutuhkan masyarakat pada level pendidikan tinggi.
Secara pribadi, Djoko berkeinginan memperkenalkan pendidikan Indonesia di kancah internasional. “Bukan pendidikan dari luar kita bawa ke sini terus diberi label internasional. Tetapi bagaimana kita meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia sehingga memiliki level yang setara dengan pendidikan luar negeri, atau bahkan lebih baik,” papar alumnus Teknik Geologi ITB ini.
Menurut Djoko, untuk mewujudkan visinya, langkah kongkret yang bisa diambil adalah menyuarakan apa yang dimiliki Indonesia.
“Kita harus berani mengatakan apa yang kita punya. Contohnya berbagai macam local genius. Itu kan sebenarnya (tingkat) internasional. Kita memiliki apa yang tidak dimiliki negara lain. Nah, kalau tidak segera kita akui secara tegas, nanti diaku negara lain,” tandasnya.
(rhs)

Rifa Nadia Nurfuadah – Okezone

Foto: Rifa/okezone

Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2010/06/15/373/343303/dirjen-dikti-pendidikan-indonesia-menuju-go-international

Berita Lainnya:

Djoko Santoso Dirjen Pendidikan Tinggi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh melantik Prof Dr Djoko Santoso, mantan Rektor Institut Teknologi Bandung menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional menggantikan Fasli Jalal yang kini menjabat sebagai Wakil Mendiknas.

Mohammad Nuh dalam sambutannya pada acara pelantikan di Jakarta, Selasa petang meminta agar Dirjen Dikti memberikan perhatian penuh pada peningkatan kualitas dosen perguruan tinggi negeri(PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) melalui kerja sama dengan pihak luar negeri.

“Saya berharap Dirjen Dikti memberi peluang bagi PTS dan PTN untuk meningkatkan kapasitas dosen melalui kerja sama luar negeri utamanya untuk dosen S3,” katanya.

Saat ini dari sebanyak 270 ribu dosen , kurang dari 10 persen yang sudah meraih S3. Kalau menunggu kuota dari pemerintah, maka memerlukan waktu cukup lama sehingga percepatan bisa dilakukan dengan kerja sama luar negeri, katanya. Mendiknas lebih lanjut meminta agar Dirjen Dikti memberikan perhatian khusus untuk urusan pelayanan kepada masyarakat.

“Kemdiknas akan melakukan jemput bola sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada pemangku kepntingan, mulai dari perizinan, program studi baru, beasiswa dan seluruh layanan yang dbutuhkan terkait dengam pendidikan tinggi,” katanya.

Sementara itu, Djoko Santoso usai pelantikan kepada pers mengatakan, ada sejumlah tugas yang harus diselesaikan sebagai Dirjen Dikti sesuai arahan mendiknas antara lain soal Indeks Prestasi Kumulatif di perguruan tinggi yang masih rendah.

“Sekarang masih 18,3 sementara targetnya itu untuk sampai dengan tahun 2014 harus mencapai 24 persen. Itupun belum tinggi dibandingkan negara lain, artinya harus bisa tingkatkan mutu untuk 400 ribu mahasiswa,” katanya.

Ia mengatakan, program tersebut menjadi pekerjaan rumah agar sumber daya manusia Indonesia memenuhi untuk kebutuhan global. Mutu dan relevansi juga harus ditingkatkan, artinya yang dikeluarkan PTN memang yang dbutuhkan masyarakat sehingga tingkat pengangguran menjadi rendah dan masyarakat bisa memeroleh manfaat nyata dari keberadaan PTN.

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/06/15/21495788/Djoko.Santoso.Dirjen.Pendidikan.Tinggi

Loading...