by admin | Jul 15, 2010 | Berita, pengumuman
Sebagai rangkaian kegiatan DIES NATALIS VII-2010 Institut Seni Indonesia Denpasar
PS. Fotografi FSRD ISI Denpasar menyelenggarakan :
LOMBA FOTOGRAFI
“Budaya Sebagai Karakter Bangsa”
Ketentuan Lomba Foto :
1. Peserta adalah perorangan, pelajar SMU/SMK, Mahasiswa, dan Umum.
2. Foto karya sendiri (bukan milik orang lain).
3. Foto belum pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis dan merupakan karya foto tahun 2009-2010.
4. Foto merupakan hasil foto kamera digital dan atau analog, tanpa olah digital yang berlebihan.
5. Foto yang dikirim kepada panitia berupa: hasil cetak dengan ukuran 10R dan File foto digital dalam keping CD (soft copy).
6. Pada hasil foto cetak, peserta mencantumkan judul foto, nama peserta, asal sekolah/instansi dan fotocopy tanda pengenal. Ditempel di belakang foto.
7. Pada keping CD (soft copy), file foto disimpan dengan format JPEG, TIFF atau RAW, ukuran minimal 3000×2000, 300 dpi. File foto diharuskan masih memiliki metadata/EXIF. Penamaan file dengan format (judul foto)_(nama fotografer).jpg
8. Karya fotografi dimasukkan ke dalam amplop tertutup, di sudut kiri atas dituliskan: LOMBA FOTOGRAFI PS. FOTOGRAFI, FSRD ISI DPS.
9. Amplop diserahkan secara langsung kepada Panitia Lomba Fotografi PS. FOTOGRAFI, FSRD ISI DPS di JL. NUSA INDAH DENPASAR. Diterima di meja panitia paling lambat tanggal 19 JULI 2010.
10. Peserta berhak mengirimkan lebih dari 1 (satu) karya foto. Maksimal 10 (sepuluh) karya foto.
11. Biaya pendaftaran 1 (satu) karya foto adalah Rp. 10.000,-. Dibayarkan saat penyerahan karya foto kepada panitia.
12. Foto yang dikirimkan menjadi hak PS. Fotografi FSRD ISI Denpasar untuk kegiatan promosi maupun kegiatan lainnya.
13. Hasil penilaian dewan juri akan diumumkan melalui website ISI Denpasar, dan ditempelkan pada pengumuman Dies Natalis VII 2010, pada tanggal 20 Juli 2010.
14. Dewan juri terdiri dari akademisi, wartawan foto, dan fotografer profesional.
15. Keputusan dewan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Hadiah berupa uang tunai
Pemenang Pertama : Uang + Piala Rektor ISI Dps
Pemenang Kedua : Uang + Piala Dekan FSRD ISI Dps
Pemenang Ketiga : Uang + Piala Kaprodi Fotografi FSRD ISI Dps
10 Pemenang Harapan : Piagam Penghargaan
PANITIA LOMBA FOTOGRAFI
Program Studi Fotografi
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Institut Seni Indonesia Denpasar
Jl. Nusa Indah Denpasar
Cp. Arba Wirawan – 081338738806
Lelo – 081326062005
by admin | Jul 15, 2010 | Artikel, Berita
Oleh: Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan
Seni pertunjukan klasik Bali kini semakin terpinggir. Teater tua Gambuh misalnya kemungkinan hanya bisa dipergoki dalam upacara keagamaan yang tergolong besar. Demikian pula Wayang Wong semakin sulit untuk menjumpai pementasannya. Bahkan salah satu seni karawitan Bali yang disebut Gambang sudah menuju kepunahannya. Beberapa bentuk seni klasik tradisional Bali yang lainnya hidup segan mati pun pasrah. Sementara itu, sebagian masyarakat pendukungnya semakin tak hirau dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ekspresi seni klasik itu.
Mungkin sebagai bentuk kepedulian terhadap keberadaan seni klasik Bali yang sedang merana itu, Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 tahun 2010 ini memberikan porsi yang cukup luas untuk penampilan seni klasik. Tengoklah pada minggu pertama PKB, telah diisi dengan empat bentuk pagelaran seni klasik, semuanya berlangung pagi-siang hari. Pada Senin (14/6) tampil tari klasik Barong Banjarangkan, Klungkung, Selasa (15/6) diperdengarkan karawitan klasik Caruk Kabupaten Bangli, Rabu (16/6) ditampilkan karawitan klasik Slonding Kabupaten Gianyar, dan Sabtu (19/6) dihadirkan karawitan klasik Gambang Kabupaten Badung.
Penampilan tari klasik Kumara Eka Banjar Lepang, Banjarangkan, Klungkung di kalangan Ayodia, Taman Budaya Bali, disaksikan ratusan penonton. Suguhan seni pentas para penabuh dan penari yang rata-rata berusia remaja itu cukup meyakinkan. Bertitik tolak dari lakon Barong Swari, para seniman muda yang energik ini mencoba memberikan interpretasi tema PKB ke-32 dalam implementasi sajian seninya. Tema PKB XXXII, Sudamala: Mendalami Kemunian Nurani diejawantahkan dengan lakon ruwatan yang dipetik dari mitologi Siwa Tatwa.
Alkisah karena sebuah aib, Dewa Siwa menghukum istrinya, Dewi Uma, dengan mengusirnya ke bumi. Dalam wujud raksasa, Uma menjadi penguasa dunia kematian dengan sebutan Durga. Bersama para pengikutnya, Dewi Durga membuat ulah dan menebar bencana sehingga kehidupan menjadi kacau balau. Untuk menghindiri prahara yang lebih mengerikan, Dewa Siwa mengutus Tri Semaya menenteramankan kembali kehidupan di dunia. Tri Semaya yang terdiri dari Dewa Wisnu, Dewa Brahma, dan Dewa Iswara turun ke mayapada menjadi Telek, Topeng Bang, dan Banaspati Raja memerangi teror menakutkan Dewi Durga. Durga kalah dan disadarkan. Kehidupan alam semesta kembali harmonis.
Seni Klasik Mengusik Masyarakat Masa Kini Selengkapnya
by admin | Jul 15, 2010 | Berita
BANDUNG (SI) – Perguruan tinggi (PT) di Indonesia dinilai belum memiliki karakter kuat dalam membangun manajerial kampus.PT juga masih lemah dalam membangun tradisi akademik,sosial, dan pengelolaan kampus.
“Termasuk hal pembiayaan,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Muhadjir Effendy pada Seminar Nasional Road to Enterpreneurship University di Universitas Islam Bandung (Unisba) Jalan Tamansari, Kota Bandung,kemarin. Menurut Muhadjir,hingga saat ini PT masih mengandalkan sumber pendapatan yang terbatas.Perguruan tinggi negeri (PTN) mengandalkan anggaran negara lewat APBN, sementara perguruan tinggi swasta (PTS) dari sumbangan mahasiswa.
“PT di Indonesia belum memiliki budaya perusahaan. Beberapa faktor di antaranya karena usia PT di sini relatif masih muda jika dibandingkan negara-negara maju,” ujar dia. Muhadjir menegaskan, PT harus mencari terobosan untuk pendapatan dan pembiayaan rutin. Jika hanya mengandalkan anggaran negara atau sumbangan mahasiswa, PT kemungkinan besar mengalami kolaps dalam beberapa tahun ke depan.
Hal itu seiring biaya operasional yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.“PT berbasis dan berwawasan wirausaha sudah cukup berkembang di negara maju,dan faktanya memang bisa menghidupi operasional kampus,” tutur Muhadjir. Dia mengatakan,PT berwawasan wirausaha bisa mengembangkan karakter positif di kalangan civitas akademika.
Kampus wirausaha, ujarnya, bukan dengan memberlakukan mata kuliah kewirausahaan, bukan pula menjadikan sebagian lulusannya menjadi wirausaha.“ Dan bukan untuk menjadikan PT sebagai peru-sahaan, baik perusahaan keluarga atau holding company,”jelasnya. Namun, PT berwawasan kewirausahaan adalah adanya atmosfer kewirausahaan yang kuat dalam kurikulum yang sebenarnya di kampus.
Hal itu juga tercermin dalam penampilan fisik kampus, sistem organisasi dan tata kelola, serta aktivitas sehari-hari yang dilakukan civitas akademikanya. “Penerapannya dalam individual, misalnya dengan komersialisasi hasil penelitian dan inovasi oleh para peneliti. Sementara untuk mahasiswa, adanya program kewirausahaan mahasiswa yang diimplementasikan di kampus.
Dan untuk institusional, adanya income generating units atau profit centre,”jelas Muhadjir. Income generating units, jelas Muhadjir, adalah pengembangan unit-unit usaha di kampus yang memiliki peluang usaha untuk menjadi profit centre.Unit-unit itu dikelola secara profesional seperti perusahaan, dengan mengangkat manajer dan pengelola lain secara khusus.
Di UMM sendiri,ucap Muhadjir, terdapat pengelolaan Hotel UMM Inn,bookstore, UMMPress,UMMMedical Centre,Apotik,dan 15 unit usaha lainnya.“Mahasiswa dimagangkan di unit-unit itu,”ujarnya. Dia menandaskan manfaat dan dampak dari PT berwawasan wirausaha tersebut antara lain bisa digunakan sebagai lahan praktik bisnis bagi mahasiswa dan menambah pendapatan PT. “Di UMM,unit-unit itu mampu menyumbangkan 12% pemasukan UMM bahkan targetnya pada 2014 dapat menyumbang hingga 30%,” katanya. (krisiandi sacawisastra).
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/338116/
by admin | Jul 14, 2010 | Berita
Denpasar-Setelah menggelar pameran Tugas Akhir yaitu dari hari Senin, 21 sampai 25 Juni 2010 yang dilaksanakan di ‘luar kandang’ yaitu Museum Bali dan Ujian Komprehensif pada tanggal 28 Juni-2 Juli 2010, Sebanyak 41 orang mahasiswa FSRD ISI Denpasar dinyatakan lulus Ujian Akhir. Itu terungkap dalam acara Yudisium FSRD pada hari senin (12/7) di Gedung Lata Mahosadhi (PUSDOK) ISI Denpasar. Tampak hadir dalam acara tersebut Rektor ISI Denpasar bersama Jajarannya, Dekan FSRD, Dekan FSP, pejabat struktural, dosen dan mahasiswa.
Empat puluh satu mahasiswa peserta Yudisium terdiri dari Jurusan Seni Rupa Murni sebanyak 7 orang, Jurusan Kriya 3 orang, Desain Interior 6 orang, Desain Komunikasi Visual (DKV) 20 orang, serta Prodi Fotografi 5 orang. Menurut Ketua Panitia Acara sekaligus PD 1 FSRD Drs. Olih Sulihat Karso, MSn, hasil Ujian Akhir yang diperoleh oleh mahasiswa peserta Yudisium ini rata-rata sangat memuaskan. Terbukti nilai yang paling rendah adalah 71,20 dan tertinggi adalah 91,55, semoga ini mencerminkan kualitas pendidikan yang diterima selama mereka di bangku kuliah dan akan dijadikan acuan lembaga untuk meningkatkannya kedepannya nanti. Pada kesempata tersebut juga diumumkan 5 besar peraih IPK tertinggi untuk semester genap 2010 yaitu Ramanda Dimas Surya Dinata (Fotografi) 3,58, I Dewa Gede Purnama Yasa (Fotografi) 3,58, I Made Dwi Lestariyasa (Fotografi) 3,49. I Gede Putu Bayu Sanjaya (Desain Interior) 3,44, I Wayan Tagel Agustina (SRM/Patung) 3,44, Agung Wijaya (Fotografi) 3,40, I Gede Ketut Sutrawan (Desain Interior) 3,38.
Dekan FSRD Dra. Ni Made Rinu, MSi menyatakan bangga atas capaian yang diraih oleh mahasiswa peserta Yudisium dan mengharapkan agar mahasiswa terus mempertahankan kredibilitas dan profesionalitasnya ketika akan terjun di dunia kerja setelah lulus nanti. Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya atas prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa khususnya peserta yudisium dan berpesan bahwa ujian sesungguhnya adalah bagaimana pembuktian kredibilitas keilmuan kita di masyarakat. Di dunia kerja yang sesungguhnya sangat dibutuhkan insan-insan yang kreatif, etos kerja tinggi dan mau mengambangkan jaringan kerja atau networking yang intensif, tentu output yang secara akademis berkualitas sangat diharapkan ikut mengembangkan industri kreatif yang sedang digalakkan pemerintah saat ini. Bagi lembaga ini merupakan dasar pijakan untuk menyusun rancangan program pendidikan dan pengembangan lembaga ke depannya.
by admin | Jul 14, 2010 | Artikel, Berita
Oleh Wardizal Dosen PS Seni Karawitan
Seni sebagai salah satu bentuk ekspresi dari rasa, cipta dan karsa umat manusia, sudah sejak lama menjadi bagian penting di tengah kehidupan masyarakat. Dalam kehadirannya, seni difungsikan untuk berbagai kepentingan baik pada hal-hal yang bersifat ritual (keagamaaan), adat-istiadat, sosial kemasyarakatan maupun sebagai persentasi estetis masyarakat pendukungnya. Di tengah kehidupan sosio kultural masyarakat Minangkabau, keberadaan suatu bentuk kesenian sangat erat kaitannya dengan adat, sehingga ia diatur (dimasukan) ke dalam undang-undang adat. Undang-undang yang mengatur tentang kesenian tersebut terdapat dalam undang-undang IX (sembilan) pucuk, yaitu:
- Undang-undang yang takluk kepada raja
- Undang-undang yang takluk kepada ulama
- Undang-undang yang takluk kepada penghulu
- undang-undang yang takluk kepada pakaian
- undang-undang yang takluk kepada permainan
- undang-undang yang takluk kepada bunyi-bunyian
- undang-undang yang takluk kepada ramai-ramaian
- undang-undang yang takluk kepada kebesaran ulama
- undang-undang yang takluk kepada hukum (Batuah, 1986:100)
Dari sembilam pucuk undang-undang yang disebutkan di atas, yang menyangkut undang-undang tentang kesenian yaitu undang-undang nomor lima, enam dan tujuh. Begitu kuatnya hubungan antara kesenian dengan adat, sehingga kesenian dcijadikan bunga adat. Maksudnya, setiap pelaksanaan upacara adat hampir selalu dimeriahkan pertunjukan kesenian tradisonal. Hubungan antara kesenian dengan adat tersebut, tercermin dalam mamangan adat Minangkabau yang berbunyi:
Kalau alam alah takambang
Marawa tampal takiba
Aguang tampak tasangkuik
Adaik badiri di nagari
Silek jo tari kabungonyo
(Kalau alam telah berkembang
Marawa kelihatan berkibar
Gong kelihatak terangkut
Adat berdiri di negeri
Silat dan tari jadi bunganya)
Untuk melacak hubungan ini cukup sulit, karena tidak ada penjelasan lebih lanjut sejauh mana undang-undang IX (sembilan) pucuk tersebut mengatur segala sesuatunya tentang keberadaan dan fungsi suatu bentuk kesenian tradisonal di Minangkabau. Kenyataan yang ditemui di tengah-tengah masyarakat, kesenian boleh disajikan selama tidak bertentangan dengan ajaran adat, agama dan norma-norma yanag berlaku di tengah masyarakat. Secara umum, pertunjukan kesenian tradisional di Minangkabau erat kaitannya dengan pelaksanaan upacara adat, seperti: pengangkatan penghulu, alek marampulai (mantenan) dan bentuk-bentuk acara sosial kemasyarakatan lainnya seperti: acara pengumpulan dana untuk pembangunan desa, sunatan, alek nagari, dan lain sebagainya.
Posisi Kesenian Tradisonal dalam persfektif Adat dan Agama Masyarakat Minangkabau Selengkapnya