by admin | Mar 18, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman Handalas NP dkk, mahasiswa PS. Desain Komunikasi Visual ISI Denpasar.
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sudah semakin pesat dari Handphone, Komputer, dan alat komunikasi lainnya yang semakin banyak di konsumsi remaja sekarang yang notabena adalah sebagai penerus bangsa. Sebagai penerus bangsa, sudah semestinya memiliki kualitas intelektual yang bagus.
Pada faktanya hal ini tidak selalu sesuai dengan harapan, karena tidak selamanya kemajuan teknologi khususnya komputer berdampak baik bagi kesehatan individu pemakainya. Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi adalah Computer Vision Syndhrome yaitu kelelahan mata yang dapat mengakibatkan sakit kepala, penglihatan seolah ganda, pengelihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, dan berbagai masalah pengelihatan lainnya. Persatuan dokter mata Amerika mendefinisikan CVS sebagai kumpulan gejala okuler (mata) maupun non okuler, yang timbul selama atau setelah bekerja di depan monitor komputer. Mekanisme terjadinya CVS diduga merupakan akibat gabungan dari faktor permukaan mata, akomodasi, karakteristik komputer, juga oleh faktor eksternal (seperti pencahayaan dan tata ruang). Yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan mata lainnya seperti rabun dekat, silinder, bahkan katarak.
Hal ini di sebabkan oleh adanya radiasi layar monitor komputer yang mengandung gelombang beta pada monitor mengakibatkan kerusakan pada retina. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, pancaran radiasi gelombang beta yang ditimbulkan oleh monitor komputer. Perlu diketahui, monitor komputer produksi mulai tahun 2004 telah menyertakan sebuah komponen silikon radioaktif lemah yang mampu membuat warna XVGA lebih cerah dengan biaya yang murah. Pancaran radioaktif ini akan terus aktif hingga meluruh habis selama 20 tahun. Kerusakan pada mata tidak bersifat langsung, tetapi bersifat gradual.
Saat Anda melakukan kegiatan di depan komputer dalam waktu yang lama, sebaiknya anda perlu mengistirahatkan mata dengan menutupnya selama 5 menit secara berkala. Karena pencahayaan yang terlalu terang pada layar komputer akan membuat mata menjadi silau dan jika cahayanya terlalu buram akan membuat kinerja mata meningkat untuk melihat sehingga menimbulkan kelelahan.
Mengatasi Computer Vision Syndhrome (CVS) dengan Senam Mata Selengkapnya
by admin | Mar 17, 2011 | Berita
DEPOK – Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menyatakan, perlu ada efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pendidikan.
Efisiensi di antaranya dalam pengelolaan anggaran penyelenggaraan pendidikan, yaitu sekira 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Akan sangat disayangkan jika anggaran yang besar ini tidak kita kelola sebaik-baiknya. Sebab, kita otomatis dapat 20 persen, sementara kementerian lain juga masih sangat membutuhkan dana,” kata Mendiknas ketika membuka Rembuk Nasional Pendidikan (RNP) 2011, di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (d/h Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) Kemendiknas, Bojongsari, Depok, Rabu (16/3/2011).
Nuh menjelaskan, semua proses yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah irreversible, atau tidak bisa dibalik. Karena itu, Nuh mengingatkan, semua yang dilakukan harus tepat dan efektif. “Sebab, kesalahan dalam dunia pendidikan beda dengan kesalahan dalam bidang manufaktur. Dalam dunia manufaktur, jika terdapat kesalahan dalam suatu produk, maka produk itu bisa ditarik dari pasaran. Hal itu tidak dapat kita lakukan dalam dunia pendidikan,” ujar mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Sesuai paparan Mendiknas, maka “Efisiensi dan Efektivitas“-lah yang diusung menjadi tema RNP 2011. Dalam agenda rutin tahunan Kemendiknas ini, para stakeholders dunia pendidikan mereka akan membahas berbagai masalah, di antaranya soal bantuan operasional sekolah (BOS), dan tata kelola organisasi.
Pembukaan RNP 2011 juga dihadiri oleh Menko Kesra Agung Laksono. Di hari pertama RNP 2011, Menko Perekonomian Hatta Rajasa dijadwalkan memberi pengarahan bertema “Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Menyongsong Pembangunan Ekonomi Tahun 2025.” Selain Agung, praktisi pendidikan Ratna Megawangi akan berbagi cerita soal Success Story Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); serta Sandiaga Uno akan menyampaikan materi mengenai “Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja.”
Hingga 18 Maret mendatang, para peserta RNP 2011 akan bersidang dalam tiga sidang pleno dan tujuh sidang komisi yang berlangsung paralel. Ketujuh komisi akan membahas bidang PAUD, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan orang dewasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, dan tata kelola organisasi
Sumber : okezone.com
by admin | Mar 17, 2011 | Berita
Depok-Tata kelola pendidikan harus terus menerus dilakukan secara efektif dan efisien baik dari sisi penggunaan anggaran maupun proses pendidikan itu sendiri. Efisiensi dilakukan karena dari sisi anggaran pendidikan terus membaik, sedangkan efektivitas dilakukan karena proses di dunia pendidikan tidak bisa dibalik (irreversable).
“Efisiensi tidak harus diterjemahkan pengiritan, tetapi ketepatan dalam mengalokasikan sumber daya termasuk dana,” kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh pada Pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan (RNP) Tahun 2011 di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (d/h. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai) Kemdiknas, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu (16/3/2011).
Hadir pada acara Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Pimpinan Komisi X DPR RI, Pimpinan Komisi III DPD RI, pimpinan perguruan tinggi/universitas/politeknik/sekolah tinggi, pejabat eselon I dan II Kemdiknas. RNP juga dihadiri oleh para kepala dinas provinsi/kab/kota dan pimpinan pengurus organisasi bidang pendidikan.
Tema RNP 2011 adalah “Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan Misi 5 K Kemdiknas”. Agenda tahunan ini diselenggarakan untuk mengevaluasi kebijakan pendidikan tahun lalu, menyiapkan dan mempertajam kegiatan pada 2011, serta sebagai masukan program pada 2012.
Pada paparannya Mendiknas menyampaikan, pendidikan dapat dijadikan sebagai mesin mobilitas vertikal baik sosial, ekonomi, dan budaya. Mendiknas mengilustrasikan, seorang anak berusia sepuluh tahun setelah mengikuti proses pendidikan dan lulus pada usia 23 tahun pada usia 44 tahun sudah menjadi pimpinan perusahaan (CEO).
Berdasarkan ilustrasi itu, kata Mendiknas, maka prinsip yang dipegang dalam mengelola dunia pendidikan harus ramah secara sosial. “Jangan sekali-sekali kita men-dropout atau mengeluarkan siswa kita, mahasiswa kita, karena pertimbangan finansial. Drop out pada hakekatnya adalah urusan keputusan akademik, tetapi kalau penyebabnya nonakademik tidak nyambung,” katanya.
Mendiknas menyebutkan, ada lima fokus utama Kemdiknas, yakni pendidikan anak usia dini (PAUD), menuntaskan wajib belajar 9 tahun, pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan vokasi, dan pendidikan tinggi. “PAUD akan kita jadikan sebagai gerakan nasional. Kita kaitkan paud, pos yandu, dan pmtas (pemberian makanan tambahan anak sekolah). Pemerintah tidak mendirikan lembaga baru, tetapi mendukung organisasi sosial kemasyarakata yang sudah bergerak di lapangan,” katanya.
Adapun tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah terkait akses mencakup ketersediaan dan keterjangkauan, peningkatan kualitas pendidikan, kinerja 2011, dan kesetaraan pendidikan.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyampaikan, Indonesia memiliki kesempatan emas jika dilihat dari jumlah penduduk usia produktif yang mencapai 70 persen. Kondisi yang dibutuhkan untuk meraih kesempatan ini adalah apabila mampu menyediakan pendidikan yang berkualitas dan mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. “Saya menaruh harapan besar agar kegiatan ini benar-benar dapat dimanfaatkan sebagai media bagi penyelarasan perencanaan pembangunan pendidikan,” ujarnya.
Agung mengemukakan, berdasarkan data World Economic Forum 2010 menunjukkan bahwa global competitiveness index Indonesia meningkat dari ranking 54 menjadi 44 dunia. Peningkatan ini, kata dia,ditopang oleh sektor pendidikan.” Human Development Indeks (HDI) juga meningkat pada posisi 108 dunia dari sebelumnya 111.
Agung menyebutkan, tiga faktor utama yang mempengaruhi HDI adalah kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. “Pemerintah menempatkan tiga tantangan sebagai prioritas pembangunan,” ujarnya.
Ketua Panitia Penyelenggaran RNP 2011, Sekretaris Jenderal Kemdiknas Dodi Nandika melaporkan, RNP sebagai bagian dari tahapan siklus perencanaan pembangunan nasional untuk menajamkan rancangan rencana kerja pemerintah 2011. “Selama rembuk, ada tiga sidang pleno dan tujuh sidah komisi yang berlangsung paralel,” katanya.
Dodi menyampaikan, selain arahan dan sambutan Menkokesra dan Mendiknas, sidang pleno akan diisi oleh Menko Perekonomian tentang pengembangan sumber daya manusia dalam menyongsong pembangunan ekonomi tahun 2025 , paparan Wamendiknas tentang karakter bangsa, paparan BPK tentang keuangan, paparan Ratna Megawangi tentang anak usia dini.
Acara RNP dirangkai peluncuran pangkalan data pendidikan tinggi (PDPT) oleh Menkokesra didampingi Mendiknas, penandatanganan MoU antara Mendiknas dengan Kepala Badan Pusat Statistik, dan penandatanganan kontrak kinerja Mendiknas dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas (Dirjen Dikti) Djoko Santoso, serta penandatanganan kontrak kinerja Dirjen Dikti dengan Rektor Universitas Sriwijaya, Rektor ITB, Direktur PTK Ditjen Dikti, Direktur Politeknik Negeri Jember, dan Kopertis Wilayah XI. (aline/agung)
Sumber: kemdiknas.go.id
by admin | Mar 16, 2011 | Berita, pengumuman
Jakarta – Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh melantik Dr. Ir. Ari Santoso, DEA sebagai Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional. Ari Santoso dilantik pada Selasa (15/03/2011) di Gedung Kemdiknas, menggantikan Dr. Ir. Lilik Gani H.A, M.Sc.
Dalam sambutannya Mendiknas menyampaikan tiga hal yang harus dipegang oleh pimpinan dalam melaksanakan tugas, agar misi 5K yang dicanangkan Kemdiknas bisa terealisasi. Tiga hal tersebut adalah membiasakan diri untuk berbagi sumber daya yang dimiliki, mengintegrasikan proses, dan keterbukaan untuk menerima teknologi.
Adapun misi 5K yang dimaksud adalah ketersediaan layanan pendidikan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian.
Mendiknas berharap, kehadiran Pusat Teknologi dan Komunikasi kedepan bisa menjadi tulang punggung bagi realisasi misi 5K tersebut. “Diharapkan kehadiran pustekkom kedepan diperbesar peran dan manfaatnya,” katanya.
Usai pelantikan Ari Santoso mengatakan, akan melanjutkan perjuangan pimpinan yang sebelumnya. Ari menyadari tugasnya kedepan lebih berat karena tempat yang akan dipimpinnya merupakan tumpuan untuk efisiensi dan efektifitas. “Tugas kedepan lebih berat, karena tumpuan utama untuk efisiensi dan efektifitas ada di teknologi,” katanya.
Begitu juga dengan Lilik Gani, usai pelantikan mengatakan akan terus mendukung Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan agar sesuai dengan harapan.
Selain Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan, Mendiknas juga melantik dua pejabat eselon II lainnya. Yaitu, Dra. Hj. Teriska R. Setiawan, M.Ed sebagai Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, dan Drs. E. Nurzaman AM., M.Si., M.M. sebagai Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa, serta sepuluh pejabat eselon IV di lingkungan Kemdiknas. (aline)
Sumber: kemdiknas.go.id
by admin | Mar 16, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman Saptono, Dosen PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
1. Pendahuluan
Dalam arti yang sangat luas, kebudayaan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan masalah-masalah sepiritual, material, segi-segi intelektual dan emosional yang beragam, dan memberi watak kepada suatu masyarakat atau kelompok sosial.
Kebudayaan juga dapat pula diartikan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan pribadi manusia; hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan (Bandem, 1995). Para ahli kebudayaan menekankan pentingnya aspek kebudayaan diperhitungkan dalam pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990), adalah kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dirinya dengan belajar. Selanjutnya menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan secara universal, yaitu; (1). Bahasa, (2). Sistem teknologi, (3). Sitem mata pencaharian atau ekonomi, (4). Organisasi sosial, (5). Sitem pengetahuan, (6). Religi, dan (7). Kesenian.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan pendukungnya terdiri dari kelompok-kelompok suku bangsa yang sangat beragam wujudnya. Jika dipandang dari sudut budaya, di Indonesia terdapat budaya-budaya yang sangat beragam (pluralistik), mulai dari adanya budaya lokal, suatu kebudayaan yang berlaku dalam lingkungan keluarga; kebudayaan daerah, suatu kebudayaan yang disepakati oleh daerah atau suku bangsa tertentu seperti kebudayaan Jawa, Bali, Minang, Sunda, Bugis, Sasak, Dayak, Papua, Madura, dan sebagainya. Wawasan aneka budaya (multikultural) dalam dasawarsa terakhir ini banyak sekali ditampilkan dan dianjurkan dalam berbagai forum (Edi Sedyawati 2002), namun sebenarnya perlu disadari bahwa situasi aneka budaya itu tidak sama di semua negara, meskipun sama-sama mempunyai keanekaragaman budaya. Lebih lanjut Edi Sedyawati, mengemukakan adanya tiga tipe negara dalam hubungannya dengan keanekaragaman budaya yang dikelolanya. Pertama, dengan upaya pembangunan imperium (atas sejumlah negara), umumnya kerajaan-kerajaan yang mulanya merupakan negara bebas, namun berada dibawah kekuasaan dan pemantauan kaisar dan pemerintahannya. Mereka mempunyai kebudayaannya masing-masing dan berbeda-beda dengan kebudayaan yang dianut kaisar (contoh kekaisaran di Romawi). Meskipun memiliki kebudayaan-kebudayaan lokal, mereka tidak diberi pengakuan yang nyata. Kedua, adalah negara yang terjadi melalui suatu proses kolonisasi dan pendudukan. Negara tipe sepert ini keanekaragaman budaya dapat berkembang secara rumit. (contoh: The United States America, Kanada, dan Australia). Walaupun isu multikulturalisme iitu sendiri berasal dari negara-negara tersebut, yang rupanya sangat menyadari akan problematik yang ditimbulkan. Ketiga, adalah negara tempat keanekaragaman budaya itu terdapat berdasarkan prinsip penyatuan dan persatuan. Keputusan tersebut dilandasi oleh pengakuan akan adanya cita-cita bersama untuk masa depan, kesamaan latar belakang sejarah, dan kedekatan budaya. (contoh: Indonesia, India, dan Thailand).
Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat juga memiliki kebudayaan nasional yang disebut “Kebudayaan Nasional Idonesia” seperti yang tertuang dalam pasal 32 UUD 1945.
Yang menjadi pertanyaan dalam makalah ini adalah, “Mungkinkah kita melakukan pembangunan pariwisata yang berwawasan budaya berbasis komunitas? didalam situasi krisis nasional yang sedang kita alami sekarang ini”.
Di dalam tulisan ini akan dimulai dengan pembahasan singkat tentang masyarakat Bali Sekarang dan peran pembangunan, pariwisata yang berwawasan budaya, keragaman dan komunitas budaya.
Budaya Pluralistik Dalam Prespektif Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas selengkapnya