by admin | Mar 19, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: A.A.Ayu Kusuma Arini, SST.,M.Si. Indonesian Institute of the Art Denpasar
Pendahuluan
Satu diantara dramatari klasik Bali yang dianggap bermutu tinggi oleh para budayawan asing adalah Gambuh. Kesenian ini mengingatkan akan kebangkitan kerajaan Bali masa lampau dan merupakan warisan budaya yang paling indah dari semua teater Bali. Di atas segalanya Gambuh adalah tarian luar biasa, terkadang lucu dan keras, terkadang kasar dan sengit, terkadang dilakonkan oleh penari lanjut usia dengan keanggunan yang menghanyutkan, namun terkendali.
Pada jaman kerajaan, peranan puri / raja dalam kehidupan seni budaya sangat besar. Raja merupakan pengayom, pembina, dan pemelihara kehidupan seni budaya, termasuk tari pada khususnya. Sebagai teater istana, hampir setiap puri memiliki bangunan yang disebut Bale Pegambuhan. Namun kini kesenian Gambuh telah menjadi milik desa yang tetap dipertahankan untuk kepentingan upacara.
Seni pentas total
Dilihat dari wujud seni yang membangunnya, Gambuh merupakan seni pentas yang berbentuk total teater. Di samping unsur seni tari yang dominan, terdapat juga unsur-unsur seni lainnya seperti seni tabuh, seni sastra, seni vocal / dialog, seni rupa, dan seni rias yang terpadu secara harmonis dan indah. Demikian pula Gambuh didukung oleh berbagai karakter, seperti karakter halus (tokoh Rangkesari dan Panji), karakter keras para patih Arya dan Prabangsa karakter lucu Demang Tumenggung dan lainnya. Masing-masing tokoh memiliki gending iringan tersendiri yang dipimpin oleh suling panjang hingga 90 cm dengan karakter agung, dinamis dan manis. Di samping itu ditengah-tengah penabuh duduk satu atau dua orang juru tandak yang berfungsi untuk menghidupkan suasana dalam dramatisasi pertunjukan seperti sedih, gembira, marah, lucu dan sebagainya. Sebagai dramatari tertua, setiap tokoh karakter putra maupun putri memiliki tatanan busana tersendiri. Perpaduan seni yang kompleks itulah membangkitkan inspirasi empu-empu seni berikutnya untuk mentransformasikan ke dalam bentuk tari-tarian baru yang lahir belakangan.
Bila dihubungkan dengan peristiwa sejarah dikala Majapahit runtuh pada pertengahan abad XV dimana khasanah sastra Jawa termasuk ceritra Panji diboyong ke Bali, maka kesenian Gambuh diperkirakan muncul di Bali sekitar abad XV. Gambuh merupakan tarian yang sulit dipelajari karena memerlukan penghayatan dramatisasi, perbendaharaan gerak tari, maupun ucapan yang telah dipolakan. Setiap tokoh utama harus mampu berbahasa kawi atau Jawa kuno yang akan diterjemahkan oleh para panakawan. Di samping itu Gambuh sangat ekspresiv karena mengutamakan ekspresi muka dan banyak memakai gerakan mata yang disebut nelik, nyureng, gagilehan, nyerere dan sebagainya. Tanpa ekspresi utama ini, dramatari Gambuh tidak akan kelihatan hidup. Hal ini akan memberikan kendala pada generasi muda, bila diarahkan untuk mempelajari kesenian yang sulit dan kurang menarik baginya. Pementasan Gambuh terbatas untuk kepentingan Yadnya yang besar, seperti Tawur Agung / Ngenteg Linggih pada pura Kahyangan Jagat dan upacara Maligia.. Saat ini seka Gambuh yang masih aktif, antara lain dari Batuan (Gianyar), Pedungan (Kota Denpasar) dan Padangaji (Karangasem). Di daerah lain sesungguhnya pernah juga ada seka Gambuh, namun yang tersisa kini hanya beberapa instrument gamelan dan kostum tari yang tidak lengkap.
Lakon utama Gambuh adalah cerita Panji yang mengisahkan kehidupan, romantika dan peperangan dari kerajaan di Jawa Timur pada abad XII – XIV. Di Bali cerita itu disebut Malat sesuai dengan nama tokoh sentral yakni Panji Amalat Rasmi. Cerita Panji merupakan kisah yang sangat populer dalam masyarakat Indonesia, khususnya Bali. Cerita ini adalah karya cipta asli budaya Nusantara, bukan import seperti Mahabharata dan Ramayana. Episod-episod ceritranya sangat menarik dengan struktur naratif yang memikat atau struktur dramatik yang memukau, bila disajikan dalam bentuk seni pertunjukan. Di Bali ceritra Panji memiliki pengaruh yang sangat luas dan menunjukkan perkembangan yang amat kompleks karena cerita itu berkembang dalam berbagai jalur dan kreativitas seni. Misalnya dijumpai pada seni sastra berbentuk gaguritan / kidung, seni pertunjukan yang bersumber pada Gambuh. Dalam seni rupa berwujud relief dan lukisan yang berkisah tentang Panji sebagai tokoh utama dalam berbagai versi. Selain cerita Panji, Gambuh pernah melakonkan cerita jaman Majapahit yaitu Ranggalawe, Damarwulan dan sebuah ceritra Islam setelah keruntuhan Majapahit yakni Amad Muhamad.
Gambuh Sebagai Inspirator Seni Pertunjukan Bali selanjutnya
by admin | Mar 19, 2011 | Berita
DEPOK, – Rembuk Nasional Pendidikan (Rembuknas) 2011 yang berlangsung sejak Selasa (15/3/2011) lalu di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Bojongsari, Depok, resmi ditutup oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh hari ini, Jumat (18/3/2011).
Seperti pada sambutannya di pembukaan Rembuknas, Mendiknas kembali menegaskan mengenai pentingnya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan layanan pendidikan yang dapat dilakukan melalui tiga pilar, yaitu berbagi sumber daya, integrasi proses, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
“Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), semua menjadi mungkin untuk dinikmati bersama,” kata Nuh.
Nuh juga menilai, Rembuknas kali ini adalah Rembuknas terbaik sejak mengikutinya pada 2000. Ia menambahkan, terdapat banyak kriteria penilaian untuk menentukan Rembuknas 2011 ini sebagai yang terbaik.
“Ada 10 kriteria penilaian, di antaranya dinamika diskusi yang bagus dan peserta yang lebih baik,” papar Nuh.
Rencananya, sore ini akan digelar rapat antara Kemdiknas dengan pejabat eselon mengenai hasil Rembuknas 2011. Rapat tersebut untuk mendiskusikan agar hasil dari Rembuknas dapat segera dilaksanakan.
Sumber: kompas.com
by admin | Mar 18, 2011 | Berita
Latihan akhir garapan seni sendratari serangkaian kegiatan Dharma Shanti Nyepi, berlangsung, di gedung Natya Mandala, Selasa(15/3). Rombongan bertolak ke Jakarta, Jumat malam (18/3). Garapan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang akan memboyong ratusan penari maupun penabuh tersebut akan tampil di Gedung Ahmad Yani Markas Besar TNI Cilangkap, Senin (21/3) mendatang.Sendratari yang berdurasi sekitar 40 menit itu, menyiratkan sarat makna dari narasi oratorium Purusadasantha yang mengusung konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang diangkat dari karya sastra Mpu Tantular. Para seniman akademis, baik dari kalangan mahasiswa maupun para dosen ISI Denpasar, nampak serius mempersiapkan hajatan perayaan Nyepi 1933 yang akan dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono.
Alur ceritanya berkisah tentang pergulatan cinta kasih dan kedamaian, serta keharmonisan hidup dalam ungkapan berbentuk pertunjukan seni budaya dan ekspresi keindahan cipta, karsa, cita masyarakat.Selain itu, tentunya mengingatkan hakekat kehidupan berbangsa dan bernegara yang dihuni oleh keberagaman, melalui perayaan Nyepi kali ini dijadikan momen untuk saling menghormati.
Cerita yang menyiratkan sebuah anugrah kemajemukan dalam kesetaraan di bawah panji-panji merah-putih Indonesia tercinta, dan dalam naungan kepak sayap Burung Garuda Pancasila yang gagah perkasa, serta Undang-undang Dasar 1945 yang adil dan beradab. Hal ini dibuktikan, dalam garapan seni ini dimeriahkan dengan tarian nusantara, di antaranya: tarian Kecak(Bali), tarian Buru (Papua), tarian Saman (Aceh), Pakarena (Sulawesi)
Prof. I Wayan Rai, S MA, rektor ISI Denpasar sempat mengingatkan supaya seluruh seniman akademis yang terlibat dalam garapan pertunjukan seni budaya terkait Dharma Santhi Nyepi ini untuk tetap menunjukan kualitas diri sebagai seniman profesional. Selain itu, menjaga etika, sopan santun, dan tata krama, serta mentaati segala petunjuk dari pimpinan rombongan selama berada di Jakarta. “Sehingga apa yang disajikan dalam pertunjukan seni budaya tersebut tercermin dalam tingkah polah dari para senimannya,” harapnya.
Humas ISI Denpasar melaporkan
by admin | Mar 18, 2011 | Berita, pengumuman
Jadwal Pendaftran Bidik Misi Denpasar 2011 : Klik disni
Pengumuman Sebelumnya : Klik disni
by admin | Mar 18, 2011 | Berita
Jakarta, 17 Maret 2011–Dirjen Dikti Djoko Santoso didampingi Sekretaris Ditjen Dikti Harris Iskandar membuka sidang komisi 4 dalam Rembuknas Pendidikan 2011. Sidang komisi yang dihadiri oleh rektor perguruan tinggi pemerintah, direktur politeknik, kepala dinas dan instansi terkait membahas efisiensi dan efektivitas layanan Dikti.
Djoko dalam sambutannya mengulas empat stategi umum dalam mewujudkan efisiensi dan efektivitas. Topik pertama adalah berbagi sumberdaya. Beberapa strategi yang dikemukakan antara lain adalah izin program studi baru, perguruan tinggi baru dan community college.
Topik yang dibahas berikutnya adalah berbagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Salah satu tujuan pembahasan topik ini adalah untuk menyetarakan kompetensi perguruan tinggi di Indonesia. Selain program studi baru, strategi lain yang diulas adalah mutasi dosen.
Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) yang baru saja secara resmi diluncurkan, menjadi salah satu ulasan dalam topik ketiga. Topik ini mengupas integrasi layanan pendidikan tinggi. Implementasi dari strategi ini adalah pangkalan data perguruan tinggi yang akurat, terbarukan dan terintegrasi.
Sebagai penutup, topik terakhir yang menjadi sorotan adalah intervensi. Intervensi ini dapat berupa pemberian hibah ijin, bantuan pendanaan dan penugasan PTK. Harris sebagai pemimpin sidang mengajak para peserta rapat untuk memberikan aspirasi untuk perumusan kebijakan.
Sumber: dikti.go.id